Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Indrati & Gardjito (2014), makananan merupakan kebutuhan dasar
dalam hidup manusia, oleh karenanya dinegara kita maupun dunia, urusan pangan
diatur oleh negara. Meskipun di Indonesia telah ada undang-undang pangan,
yaitu UU No. 18 Tahun 2012, Namun masyarakat masih belum mendapatkan
makanan yang cukup terjamin keamanan dan mutunya. Hal ini antara lain
disebabkan masih kurangnya pemahaman konsumen akan sifat dan manfaat dan
cara menentukan kebutuhan makanan agar dirinya menjadi individu yang sehat,
produkti, kreatif dan inovatif.
Novyta (2013), mengatakan mendapatkan makanan yang aman adalah hak
azasi setiap orang. Pada kenyataanya, belum semua orang bisa mendapatkan
akses terhadap makanan yang aman. Berita dimedia massa dari tahun ketahun
semakin menggugah kesadaran akan rapuhnya kondisi keamanan pangan kita.
Sangat sering diinformasikan bahwa beberapa macam komponen misalnya zat
pewarna sintesis, bahan pengawet, pemanis buatan dan lain sebagainya
mengancam kesehatan kita.
Adriani & Wirjatmadi (2012), mengemukakan keamanan pangan merupakan
masalah kompleks sebagai hasil interaksi antara toksisitas mikrobiologik,
toksisitas kimia dan status gizi. Hal ini saling berkaitan, dimana pangan yang
tidak aman akan mempengaruhi kesehatan manusia yang pada akhirnya
menimbulkan masalah terhadap status gizi. Indikator keamanan pangan meliputi
bahaya makanan secara fisik, bahaya secara biologis, dan bahaya secara kimia
yaitu adanya bahan tambahan makanan.

Yuliarti (2007) mengatakan meskipun telah diizinkan oleh BPOM (Badan


Pengawas Obat dan Makanan), tetapi penggunaan bahan tambahan makanan
harus dibatasi karena dapat mengganggu kesehatan. Bahan tambahan makanan
biasanya ditambahkan dalam makanan, untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk
makanan. Bahan tambahan makanan bisa memiliki nilai gizi, ataupun tidak.
Bahan tambahan biasanya banyak ditemui pada jenis makanan instan dan siap
saji. Misalnya seperti pengawet, pewarna, pemanis, penyedap rasa.
Menurut Indrati & Gardjito (2014), masyarakat perkotaan cenderung
mengonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak dan protein hewani,
pola hidup masyarakat dengan mobilitas yang cukup tinggi sehingga masyarakat
cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji tanpa sayur dan buah. Hal ini dapat
menimbulkan masalah gizi. Lebih lanjut menurut Rara (2012), makanan kemasan
dan siap saji umunya memiliki kandungan Monosodium Glutamate (MSG),
mengkonsumsi Monosodium Glutamate (MSG) secara terus menerus dan dalam
jumlah yang lebih tidak baik untuk kesehatan, seperti memperburuk gangguan
saraf, meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel kanker
Yuliarti (2007), mengatakan pada tahun 1970an Dr.Elizabeth Cagen
mengadakan penelitian disejumlah sekolah di New York Amerika Serikat,
hasilnya menunjukkan bahwa bahan makanan katering sekolah yang banyak
mengandung bahan tambahan makanan makanan akan mengakibatkan penurunan
prestasi akademik anak sekolah. Ketika dilakukan penurunan secara bertahap
terhadap konsumsi pewarna sintetik, penyedap dan aroma sintetik, serta kadar
gula maka prestasi akademik anak-anak tersebut akan meningkat 15,7 %
dibanding rata-rata nasional di Amerika Serikat. Selian itu penelitian DR.Ben

Feigold sejak tahun 1965 memunculkan dugaan bahwa penggunaan bahan


tambahan makanan mengakibatkan hiperaktiv dan asma pada anak.
Menurut Indrati & Gardjito (2014), usia anak sekolah merupakan periode yang
sangat menentukan kualitas seorang manusia. Anak usia sekolah sangat berbeda
dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak permasalah
kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Masalah
kesehatan ini tak luput juga dari penunjangnya, yaitu asupan makanan yang baik
dan benar untuk dikonsumsi anak sekolah sehari-hari. Anak usia sekolah dasar
sudah bisa memilih makanan yang disukai, dan biasanya anak sekolah dasar tidak
suka mengkonsumsi sayur. Anak pada usia sekolah dasar masih dalam tahap
pertumbuhan sehingga kebutuhan gizinya harus tetap seimbang. Untuk itu perlu
bekal makanan yang sehat dan bergizi sebagai asupan energi. Membawa bekal
dari rumah merupakan salah satu pola makan sehat, hal ini berguna agar anak
tidak membeli makanan yang kemunginan tidak higienis, makanan yang dibawa
anak dari rumah juga harus mempunyai nilai gizi yang seimbang agar nutrisi anak
dapat terpenuhi.
Menurut Sediaoetama (1996), Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat
konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan
menunjukkan semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan
perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kalau susunan hidangan memenuhi
kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitas, maka tubuh akan
mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik baiknya .

Menurut Waryana (2014), menu yang bergizi lengkap dan seimbang untuk
anak sekolah harus mengandung bahan makanan sumber tenaga seperti nasi,
bahan makanan sumber zat pembangun yaitu protein hewani seperti telur dan

ikan, untuk protein nabati seperti tempe dan tahu, dan yang ketiga harus
mengandung bahan makanan sumber pengatur yaitu sayuran dan buah yang
mengandung vitamin.
Dari data Depkes (2010), salah satu faktor anak tidak memiliki cukup gizi
yaitu karena pamahaman orang tua yang terbatas mengenai kualitas makanan yang
dikonsumsi anak sehari-hari. selanjutnya Widodo (2009) mengatakan peranan
keluarga amat penting bagi anak sekolah, bahkan pada pemilihan bahanan
makanan sekalipun. Pemenuhan kebutuhan gizi anak dipengaruhi oleh konsumsi
makan anak. Faktor yang mempengaruhi konsumsi anak adalah peran ibu, teman
sebaya, dan iklan di media seperti televisi. Lebih lanjut menurut Andirani &
Wirjatmadi (2012), bahwa anak anak tidak bisa memilih yang terbaik bagi diri
mereka, karena itu mereka perlu mendapatkan arahan yang baik. Peranan anggota
keluarga sangatlah penting dalam menentukan konsumsi makanan yang aman dan
baik. Lebih lanjut Sulistyoningsih (2011), mengatakan orang tua memiliki
pengaruh paling besar terhadap perilaku anak yang berhubungan dengan makanan
selama masa usia sekolah, seorang ibu berperan penting didalam menentukan
makanan yang akan dikonsumsi anak .
Sekolah Dasar (SD) Zahira School adalah sekolah dasar yg berada di
Jl.Ibrahim Umar no 19 Medan, Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil
observasi langsung ke sekolah dasar zahira school, untuk pengasilan orang
termasuk kategori penghasilan orang tua dengan pendapatan yang tinggi. Untuk
sistem pengadaan pangan bagi para murid disediakan sebuah kantin sekolah,
sehingga pedagang kaki lima tidak dapat menjajakan makanan. Tetapi umumnya
anak membawa bekal makanan sendiri, sebagai menu makanan siang pada
istirahat ke 2 setelah 6 les pelajaran, yaitu pada pukul 11.40 s/d pukul 12.00.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada seorang ibu dari murid di sekolah
dasar (SD) Zahira School, bekal yang dibawa oleh anak dipilih berdasarkan
makanan yang sangat disukai anak, ini dilakukan agar nafsu makan anak
meningkat, biasanya lauk yang dibawa anak jenis makanan instan seperti nugget
ayam, sosis ayam, mie instan goreng, ayam goreng. Selain disukai oleh anak, ibu
juga lebih mudah menyajikannya pada pagi hari sebagai bekal karena
penyajiannya sangat praktis. Dan berdasarkan tiga kali observasi yang telah
dilakukan umumnya bekal yang dibawa anak seperti : olahan daging seperti
nugget ayam, sosis ayam, mie instan, ikan sarden, ayam goreng, tempe goreng,
ikan nila goreng.
Melihat permasalah diatas, penulis tetarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai Analisis Pengetahuan Ibu tentang Keamanan Pangan dan Nilai
Gizi Bekal Anak SD Zahira School.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik keluarga (Besar keluarga, Pendidikan Ayah/ibu,
Penghasilan ayah/ibu, umur ayah/ibu) siswa di SD Zahira Scool Medan ?
2. Bagaimanakah pengetahuan keamanan pangan ibu SD Zahira School Medan ?
3. Bagaimanakah nilai gizi bekal (energi, protein, vitamin A, Vitamin C, Fe) anak
di SD Zahira School Medan?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan

luasnya

cakupan

permasalahan

dalam

identifikasi masalah dan keterbatasan penulis, maka diperlukan batasan masalah


agar lebih terfokus, yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan keamanan pangan ibu dilihat berdasarkan salah satu indikator
keamanan pangan yaitu mengenai bahan tambahan makanan (BTM).
2. Karakteristik keluarga berdasarkan besar keluarga, pendidikan ayah/ibu,
pekerjaan ayah/ibu, penghasilan ayah/ ibu, umur ayah/ibu
3. Siswa SD Zahira School kelas III dan IV yang berusia 7-9 tahun.
4. Nilai gizi ( energi, protein, vitamin A, vitamin C, Fe ) bekal makan siang
Siswa di SD zahira school.
D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan keamanan pangan ibu tentang di SD Zahira School


Medan?
2. Bagaimana karakteristik keluarga siswa di SD Zahira School ?
3. Bagaimana nilai gizi bekal anak di SD Zahira School
Medan?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengetahuan keamanan pangan ibu di sekolah dasar Zahira
School Medan.
2. Untuk mengetahui karakteristik keluarga di SD Zahira School Medan.
3. Untuk mengetahui nilai gizi bekal anak di SD Zahira School Medan.
F. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan Informasi bagi ibu-ibu yang memiliki anak sekolah dasar
dalam memilih bekal yang aman, dan memiliki nilai gizi yang cukup untuk
dikonsumsi bagi tubuh sebagai bekal anak sekolah dasar.
2. Untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam penelitian sehingga
menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan pada keadaan yang
sebenarnya dalam lapangan.
3. Bahan Informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan penelitian relevan
dengan penelitian mengenai pemilihan bekal anak Sekolah Dasar.

BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN PERTANYAAN
PENELITI
A. Kerangka Teoritis
1. Analisis Pengetahuan Ibu Tentang Keamanan Pangan
a. Analisis
Menurut
Menurut Ensiklopedia wikipedia, analisis merupakan proses pemecahan masalah
yang komplek menjadi sub-sub permasaahan agar lebih mudah dimengerti.
b. Pengetahuan Ibu
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang menemukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sedangkan menurut
Poerwadarminta (2001), pengetahuan berasal dari kata tahu yang artinya adalah
mengerti sesudah melihat ( menyaksikan, mengalami atau mengajar). Lebih lanjut
menurut Benjamin (2001), pengetahuan adalah kemampuan internal seseorang
dalam berbagai hal yang kemudian berlanjut ke tahap operasional. Lebih lanjut
menurut Gazalba (1992), bahwa pengetahuan adalah kemampuan mengingat
kembali berbagai hal mulai dari fakta yang amat khusus sampai kepada teori-teori
yang amat rumit serta kemampuan menyalurkan informasi dalam fikiran.
Berdasarkan pendapat-pendapat pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang tinggal didalam pikiran ibu

sebagai hasil pekerjaan yang diperoleh dari mengamati maupun bentuk pelatihan
dalam penggunaan panca indera, setelah berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
adanya pengetahuan maka informasi tersebut masuk kedalam ingatan dan bila
diperlukan maka informasi tersebut akan digunakan.
c. Keamanan Pangan
Menurut Indrati & Gardjito (2014), keamanan pangan (safety food) adalah
segala upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah adanya indikasi yang
membahayakan pada bahan pangan. Selanjutnya menurut Andirani & Wirjatmadi
(2012), keamanan pangan (safety food) adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Lebih
lanjut menurut Moehyi (2000), keamanan pangan (safety food) diartikan sebagai
terbebasnya makanan dari zat-zat atau bahan yang dapat membahayakan
kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam
bahan makanan yang digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja
kedalam bahan makanan atau makanan jadi.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diartikan bahwa keamanan
pangan adalah upaya untuk mencegah

makanan dari bahaya yang dapat

merugikan, mengganggu , dan membahayakan kesehatan tubuh baik itu dari zat
alami atau pun buatan seperti cemaran fisik seperti rambut, kayu serpihan logam,
bahaya biologis seperti jamur, dan bahaya kimia seperti zat tambahan pada
makanan atau sering disebut dengan bahan tambahan makanan (BTM).
Menurut Yuliarti (2007), bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk makanan.
Selanjutnya menurut Indrati & Gardjito (2014), bahan tambahan makanan adalah

bahan bahan selain bahan utama yang sengaja ditambahkan kedalam makanan
atau minuman sesaat sebelum dikonsumsi untuk mendapatkan produk yang lebih
disukai dan tahan lama.
Menurut Yuliarti (2012), jenis jenis bahan tambahan makanan yang paling
umum digunakan seperti :1) Pemanis Sintesis, pemanis buatan (sintesis)
merupakan bahan tambahaan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan,
tetapi tidak memiliki nilai gizi. 2) Pengawet, pengawet merupakan salah satu
bentuk bahan tambahan makanan. Penambahan pengawet pada makanan untuk
menghambat ataupun menghentikan aktivitas organisme seperti bakteri, kapang
sehingga produk makanan bisa disimpan lebih lama. Dalam pengkonsumsian
pengawet harus dengan jumlah yang sudah dibatasi. 3) Penyedap Rasa dan
Aroma, penyedap rasa merupakan bahan yang banyak sekali terdapat pada
berbagai jenis makanan, tujuan penggunaan bahan penyedap dan aroma dalam
pengolahan pangan yaitu memperbaiki cita rasa dan roma sehingga memberikan
nilai lebih bagi makanan tersebut. Jenis penyedap rasa yang sering kita kenal atau
kita dengar adalah Monosodium Glutamat (MSG), seperti bahan tambahan
lainnya, penggunaan bahan tambahan penyedap ras ini juhga harus dibatasi
penggunaanya, karena penggunaan bahan tambahan ini secara berlebihan dapat
mengganggu kesehatan. 4) Pewarna, pewarna sintetik merupakan bahan
tambahan makanan pada makanan yang diberikan untuk menghasilkan warna
pada makanan. Penggunaan pewarna makanan diperbolehkan selama dalam
jumlah yang terbatas.
Yuliarti (2012), mengatakan pada dasarnya semua bahan kimia adalah
beracun. Ketika masuk kedalam tubuh manusia, zat kimia akan menimbulkan
reaksi yang berbeda beda, tergantung jenis dan jumlah zat kimia yang masuk

kedalam tubuh. Sekalipun penggunaanya diizinkan, penggunaan bahan tambahan


makanan harus dibatasi penggunaannya. Gangguan kesehatan yang dapat
ditimbulkan akibat penggunaan bahan tambahan makanan adalah 1).Penggunaan
pemanis buatan dalam jumlah tertentu dapat mengakibatkan penyakit kanker
kantong kemih. 2). Efek yang ditimbulkan bahan pengawet seperti penggunaan
Metil-p-hidroksi-benzoat dan garam natrium akan menimbulkan reaksi alergi pada
mulut dan kulit, sedangkan penggunaan propil-p-hidroksi benzoat dan garamnya
terutama untuk penderita asma, dan yang sensitif terhadap aspririn akan
memberikan reaksi alergi pada kulit dan mulut 3). Penggunaan bumbu penyedap
dalam jumlah tertentu dapat memicu reaksi gatal-gatal, muntah-muntah, sakit
kepala, migren, asma, bahkan depresi. 4). Penggunaan pewarna makanan dalam
jumlah besar dapat mengganggu kesehatan, seperti penggunaan pewarna makanan
amaranth dalam jumlah besar dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada
pernafasan, dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak .
Rendi (2008), mengatakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi, 1). Amati apakah makanan
tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Warna yang
mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat warna yang tidak aman. 2).
Jangan lupa juga cicipi rasanya, biasanya lidah kita cukup jeli membedakan mana
makanan yang aman dan mana yang tidak aman. Makanan yang tidak aman
umumnya terasa tajam, misalnya gurih dan membuat lidah bergetar. 3).
Perhatikan juga kualitas makanan tersebut, apakah masih segar atau malah sudah
berjamur yang bisa menyebabkan keracunan 4). Bau dan aromanya. Baunya apek
atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh
miroorganisme. 5). Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan

bahan bahan makanan tambahan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
6). Jika membeli makanan impor, usahakan produknya telah terdaftar di badan
BPOM (Pengawas obat dan makanan ) yang bisa dicermati dalam label yang
tertera didalam kemasannya. 7). Apapupun jenisnya, bahan tambahan makanan
(BTM) adalah bahan kimia sehingga tidak boleh dikonsumsi berlebihan.
Batasilah konsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan makanan 8).
Membekali diri dengan pengetahuan bahan tambahan makanan 9). Tubuh
manusia membutuhkan nutrisi yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Oleh
karena itu makanan yang dikonsumsi sebaiknya memiliki kandugan gizi yang
baik dan sesuai bagi kebutuhan manusia. Kandungan gizi bagi makanan terdiri
atas karbohidrat, protein, lemak,vitamin,mineral dan air.
2. Nilai Gizi Bekal
Menurut Winata (2001), nilai adalah harga, atau kualitas sesuatu. Artinya
sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang
berharga. Selanjutnya menurut Djahri (2003), nilai adalah harga, makna, isi,
pesan, yang tersirat didalam fakta, konsep, sehingga bermakna secara fungsional.
Lebih lanjut menurut Darojat (2014), nilai adalah sesuatu yang berharga bermutu,
menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Menurut Agria (2001), gizi adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, perkembangan dan memperbaiki jaringan tubuh, pengertian gizi
berasal dari bahasa Mesir, yang berarti adalah makanan. Selanjutnya menurut
Almatsier (2003), gizi merupakan nutrients, yang berarti zat pada makanan yang
dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan meliputi
protein, vitamin, mineral, lemak, dan air. Lebih lanjut menurut Adriani &
Wirjatmadi (2012), gizi adalah senyawa kimia yang terkandung dalam makanan

yang pada gilirannya dapat diserap dan diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya.
Menurut Syazwa (2012), makanan bekal adalah makanan yang dimasak
dirumah dan dibungkus didalam kemasan atau wadah utuk dimakan ditempat lain.
Lebih lanjut menuut Pujiandi (2003), Program makan bersama disekolah sangat
baik dilaksanakan karena merupakan modal dasar bagi anak untuk memberikan
arahan pada anak mengenai pola makan dengan gizi yang baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai giji bekal adalah harga atau kualitas
dari zat yang terkandung pada suatu makanan yang dibutuhkan oleh organisme untuk
pertumbuhan dan perkembangan meliputi karbohidrat, protein, lemak,vitamin,

mineral. Makanan yang dibuat adalah sebagai bekal untuk anak sekolah dasar.
Menurut Santoso (2004), beberapa persyaratan makanan untuk anak
sekolah adalah : 1). Memiliki kelengkapan gizi dan seimbang biasanya terdiri atas
karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral. 2). Porsi makanan tidak terlalu
besar 3). Makanan cukup basah (tidak terlalu kering), agar mudah ditelan. 4).
Potongan atau ukuran makanan cukup kecil 5). Tidak berduri dan bertulang kecil
6). Tidak terlalu pedas, rasanya tidak asam, dan tidak berbumbu tajam 7). Bersih,
rapi, menarik dari segi warna dan bentuk 8). Cukup bervariasi bahan jenis
hidangannya. 9). Menggunakan bahan makanan yang segar dan sehat. 10).
Hindari menggunakan bahan makanan tambahan yang dapat membahayakan
kesehatan anak kelak. 11).Usahakan makanan bekal dimasak sendiri sehingga
tidak mengandung bahan kimia seperti pengawet, pewarna ataupun penyedap
maknanan yang terlalu banyak.
Menurut Almatsir (2006), bahan makanan dikelompokan berdasarkan tiga
fungsi utama zat gizi, yaitu 1). Makanan sumber energi atau disebut makanan

pokok untuk memberi rasa kenyang : nasi, jagung ,talas, sagu, serta hasil olahan
mie dan sebagainya 2). Makanan sumber protein, yaitu protein hewani : daging
ayam, ikan, telur, dan makanan sumber protein nabati : tahu, tempe, dan hasil
olahan kacang kacangan lainnya seperti kacang kedelai ,kacang hijaun, kacang
merah 3).Makanan sumber pengatur yaitu sayuran dan buah.
Menurut Markum (2002), menu yang dianjurkan untuk memenuhi gizi pada jadwal
siang adalah :
Tabel. 1 Jumlah konsumsi makanan siang untuk memenuhi kecukupan gizi 1900 kkal
Jadwal makan siang

Umur 7-9 tahun

Jenis bahan makanan


Nasi 1)
Hewani 2)
Nabati 3)
Sayuran 4)
Buah 5)

Gram

BB 23kg (1900 kkal)


urt ( ukuran rumah tangga)

200
100
50
50
150

1 gelas
1 potong
1 potong
gelas
1 potong

Keterangan :
1) Dapat diganti dengan makanan penukarnya seperti roti, jagung, kentang, sagu.
2) Diartikan sumber protein hewani : daging, telur, hati, ikan laut, ikan tawar.
3) Diartikan sumber protein nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan.
4) Dapat diganti dengan makanan penukar sebanyak 25 gram.
5) Berat biskuit Regal : 8-10 gr/buah
Berat biskuit Farley : 15-16 gr/buah
Urt : ukuran rumah tangga
G

: gram.

Menurut Padmiarti dkk (2008), Pola konsumsi makanan pada usia sekolah
dasar sangat dipengaruhi oleh orang tua. Orang tua bertanggung jawab terhadap

situasi saat makan dirumah, jenis dan jumlah makanan yang disajikan.
Selanjutnya menurut Santoso dan Ranti (2004), pola makan masyarakat atau
kelompok di mana anak berada, akan sangat mempengaruhi kebiasaan makan,
selera, dan daya terima anak akan suatu makanan. Oleh karena itu, di lingkungan
anak hidup terutama keluarga perlu pembiasaan makan anak yang memperhatikan
kesehatan dan gizi.
Menurut Luthfi (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan anak
adalah : 1). Pengetahuan ibu mengenai makanan yang bergizi, bila pengetahuan
tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan
untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat
mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau
tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota
keluarga tidak tercukupi. Menurut Suhardjo (2000), bila ibu rumah tangga
memiliki pengetahuan gizi yang baik ia akan mampu untuk memilih makananmakanan yang bergizi untuk dikonsumsi. 2). Pendidikan ibu, peranan ibu sangat
penting dalam penyediaan makanan bagi anaknya. Menurut Depkes RI (2000),
pendidikan ibu sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan
yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarganya lainnya. Pendidikan gizi ibu
bertujuan meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila
pendidikan ibu tinggi 3). Pendapatan keluarga, pendapatan salah satu faktor
dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Menurut Agoes (2003),
Tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan
tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan
tambahan untuk makanan sedangkan orang kaya jauh lebih rendah. 4). Jumlah

anggota keluarga. Menurut Suhardjo (2003), banyaknya anggota keluarga akan


mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar
tanpa

diimbangi

dengan

meningkatnya

pendapatan

akan

menyebabkan

pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang


tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin hanya cukup untuk keluarga yang
besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup
untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.
3. Anak Sekolah Dasar
Menurut Wong (2009), usia anak sekoah dasar adalah anak pada usia 6-12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak, periode ketika anakanak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainya Selanjutnya menurut
Moehji (2003) anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki
fisik lebih kuat, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung pada
orang tua. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas dan
pemeliharaan jaringan. Anak sekolah biasanya memilki aktivitas bermain yang
menguras banyak tenaga. Untuk itu perlu asupan makanan yang cukup untuk
menggantikan energi yang keluar, membawa bekal merupakan alternatif sebagai
pemenuhan kebutuhan energi anak. Selain bermanfaat menghindari rasa lapar
pada anak, membawa bekal juga menghindari anak dari bahaya jajajanan yang
tidak sehat dan tidak aman.
Rofhiah (2013), mengatakan bahwa makanan yang kaya akan nutrisi sangat
mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ-organ lain yang dibutuhkan anak
untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal. keluarga adalah pihak pertama
yang harus memperhatikan tumbuh kembang, dan asupan nutrisi pada anak.

Pengetahuan akan pentingnya makanan aman, sehat, dan bergizi sangat


mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Pada masa ini perhatian
ibu terhadap sangat berpengaruh pada konsumsi makanan anak.
B. Penelitian yang Relevan.
Dari hasil penelitian Citra (2011), tentang Hubungan Pengetahuan
Keamanan Makanan Jajanan Dengan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan
Jajanan Pada Remaja menunjukkan bahwa 50%

responden memiliki

pengetahuan dalam kategori sedang, 77.7% responden memiliki sikap dalam


kategori sedang dan 78,8% responden memilki frekuensi makanan jajanan tidak
pernah mengkonsumsi makanan jajanan per hari, Penelitian ini membuktikan
bahwa dari hasil uji Korelasi Product Moment Person diketahui terdapa hubungan
yang signifikan pada pengetahuan keamanan makanan responden dengan
kebiasaan makanan jajanan yang dikonsumsi responden (0,196 > 0,174).
Penelitian Dewi (2010) tentang hubungan, pengetahuan, sikap, dan persepsi
ibu dengan pemenuhan gizi balita. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan persepsi ibu dengan pemenuhan
gizi balita,
Dari hasil penelitian Devi (2004), didapatkan bahwa status gizi anak sangat
baik 87,5% responden telah mencapai status gizi baik. Apabila dikaitkan dengan
perilaku makan anak, dimana 77% responden mempunyai perilaku makan cukup
baik, dan 13% amat baik, maka hal ini dapat dikatakan ada pertimbangan antara
perilaku makan anak dengan status gizi anak. Dari hasil penelitian ini ada
hubungan antara pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu terhadap perilaku
makan anak. Pengetahuan ibu terhadap konsumsi makan anak sangat berpengaruh
terhadap status gizi anak.
Dari hasil penelitian Raudhoh Chuslai (2002), Menganalisis Perilaku
Remaja Terhadap Aspek Keamanan Makanan di SMUN 78 Jakarta. Sebagian

besar (91,3%) contoh memiliki tingkat pengetahuan keamanan makanan yang


baik, sikap contoh mengkonsumsi makanan sebagian besar (90%) juga positif, hal
ini menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkan pengetahuan dengan skap
mengkonsumsi makanan.
C. Kerangka Berfikir
Untuk mendapatkan makanan yang aman dikonsumsi setiap individu
harus mempunyai pengetahuan mengenai syarat makanan yang aman terlebih
dahulu. Bila ditinjau dari keamanan pangan yang kita konsumsi, ada bahaya
kimia dari bahan tambahan makanan. Seperti bahaya bahan tambahan makanan
(BTM) yang sering kita temukan pada makanan instan dan siap saji, penggunaan
bahan tambahan makanan (BTM) kimia ini, sekalipun diperbolehkan oleh
pemerintah dan mendapatkan izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan
Makanan ), penggunaan bahan kimia dalam jumlah tertentu dan dalam jangka
waktu yang panjang dapat mengganggu kesehatan. gangguan kesehatan ini dapat
menyebabkan permasalan kepada status gizi seseorang.
Masyarakat perkotaan umumnya sangat senang dengan konsumsi makanan
yang kaya karbohidrat dan protein seoerti makanan siap saji, dan jarang
mengkonsumsi sayuran dan buah, ketidak seimbangan konsumsi zat gizi ini
merupakan salah satu pemicu timbulnya masalah gizi.
Anak usia sekolah dasar merupakan anak pada usia 6-12 tahun, pada usia
ini banyak aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak, sehingga membutuhan
makanan dengan asupan gizi yang seimbang untuk mengganti energi anak yang
keluar selama beraktivitas, membawa bekal dari rumah merupakan salah satu cara
yang tepat untuk mendukung aktivitas anak. Selain menghindarkan anak dari rasa
lapar, membawa bekal juga mencegah anak terhidar dari bahaya makanan jajanan
yang tidak hygienis dan tidak aman. Anak sekolah dasar membutuhkan makanan

untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, makanan yang dikonsumsi tidak


hanya memberikan rasa kenyang tetapi harus memiliki kelengkapan unsur gizi
seperti karbohidrat, protein hewani dan protein nabati, lemak, vitamin dan
mineral, maka dari itu jenis makanan yang dikonsumsi harus beragam pula,
karena tidak ada satu makanan yang mengandung seluruh unsur zat gizi
Konsumsi makan anak sekolah dasar ini sangat berpengaruh oleh orang tua,
faktor faktor yang mempengarui pola makan anak adalah 1). Pengetahuan ibu
tentang makanan bergizi, 2). Pendidikan ibu, 3). Pendapatan keluarga 4). Jumlah
anggota keluarga.
D. Pertanyaan Penelitian.
Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berfikir maka peneliti
merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengetahuan ibu di SD Zahira School Medan tentang keamanan
pangan?
2. Bagaimana nilai gizi bekal anak di SD Zahira School Medan?

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SD Zahira School Jl.Ibrahim Umar No.19
Medan. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun
pembelajaran 2014/2015.
B. Metodologi penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekriptif.
Menurut Rahmat (2008), metode deskriptif adalah metode penelitian bersifat
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu peristiwa keadaan gejala-gejala
yang diteliti berdasarkan fakta yanga da dilapangan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono,2005), Populasi juga dapat
dikatakan

sebagai keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoadmojo, 2005). Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh
anak didik yang bersekolah di SD Zahira School (Sekolah Islam Berwawasan
Internasional) , tahun pelajaran 2014/ 2015 dengan jumlah siswa 103
sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Populasi Siswa SD Zahira School


No

Kelas

Jumlah Siswa

.
1

17

2
3
4

II
III
IV

23
25
16

22

Jumlah

103

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk penelitian.
Menurut Arikunto (2006), Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
porposive sempling, yaitu didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat
sendiri oleh peneliti sendiri (Notoadmodjo,2005). Dengan keterbatasan penulis,
penulis mengambil kelas III dan kelas IV, dengan pertimbangan karena selain
karakteristik bekal yang hampir sama, jarak kelas ini saling berdekatan di lantai 2
sekolah, sehingga memudahkan penulis didalam melakukan penelitian nantinya.
Setiap kelas jumlah siswa maksimum 25 orang. Pada kelas III jumlah siswa
sebanyak 25 orang, dan jumlah siswa pada kelas IV sebanyak 16 orang. Maka
jumlah seluruh sampel yaitu kelas III dan IV berjumlah 41 orang.
D. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah
Pengetahuan Keamanan Pangan ibu dan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini
adalah Kecukupan Gizi untuk Bekal Anak Sekolah Dasar
Untuk menghindari pengertian yang salah dan terlalu luas, maka perlu
dibuat defenisi operasionalnya, sebagi berikut :

1. Yang dimaksud dengan pengetahuan keamanan pangan ibu adalah kemampuan


ibu menjawab tes pengetahuan keamanan pangan tentang kecukupan gizi untuk
bekal makan siang anak sekolah dasar.
2. Nilai gizi bekal anak sekolah dasar adalah jenis dan jumlah zat gizi bekal
makanan yang dikonsumsi anak sebagai bekal dilihat dari kandungan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin A, Vitamin C , Zat besi (Fe).
E.
Alat Pengumpulan Data (Instrumen Penelitian)
Untuk mendapatkan data Pengetahuan Keamanan Pangan Ibu (X)
digunakan test objektif pilihan berganda dengan 4 pilihan jawaban. Dari keempat
pilihan hanya satu jawaban yang benar dan diberi skor bobot skor = 1, sedangkan
untuk jawaban yang salah diberi bobot skor = 0. Jumlah item soal yang
digunakan untuk menjaring data Pengetahuan Kemaan Pangan Ibu (X) sebanyak
40 soal, dan kisi-kisi test disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2. Kisi-Kisi Tes Objektif Tes Pengetahuan Keamanan Pangan Ibu
Jumlah soal
No

Topik

1.

Keamanan Pangan

2.

Bahan tambahan
makanan
(BTM) pada makanan
Peran bekal sekolah
Kualitas bahan bekal
sekolah
Porsi bekal sekolah
Cara
memperoleh
bekal sekolah
Variasi bekal sekolah
Jumlah total

3.
4.
5.
6.
7.

Nomor Item
Soal
1, 3, 4, 6, 7, 17, 18, 27, 14
29, 33, 34, 35, 37,39
5, 2, 22, 23, 24, 25, 26, 13
28, 30, 31, 32, 36, 40
2, 38
8, 9, 12

2
3

10, 15
11, 14, 16, 19, 20

2
5

13

1
40

Sedangkan untuk kecukupan gizi bekal anak menggunakan metode recall,


recall dilakukan dengan mencatat jenis dan bahan makanan yang dikonsumsi
pada saat makan siang. Dalam metode recaal ini, responden diminta untuk
menceritakan makanan yang dikonsumsi pada saat makan siang. Dengan recall
data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif, untuk menghasilkan data
yang kuantitatif, maka jumlah konsumsi makan individu ditanyakan secara teliti
dengan menggunakan URT (sendok, gelas, piring, dan lain-lain), atau ukuran
lainnya yang biasa digunakan sehari hari. Pengukuran dilakukan 3 hari, agar data
yang dihasilkan lebih optimal.
Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan makanan yang dikonsumsi oleh
responden, maka dilakukan perhitungan niai gizi dan bahan makanan tersebut.
Analisis kandugan zat gizi dilakukan dengan menggunakan Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM), Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ).

KGij :

Bj
Bjd x Gij (Supariasa,2002)

Keterangan :
KGij

: Kandungan Zat gizi i makanan jajanan j

Bj

: Berat Makanan jajanan yang akan dianalisis (gram)

Bjd

: Berat makanan jajanan j yang tercantum dalam DKGJ (gram)

Gij

: Kandungan zat gizi i makanan jajanan pada tabel DKGJ

F. Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan


suatu

instrumen.Suatu

instrumen

yang

valid

mempunyai

validitas

tinggi,sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.


Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.Validitas isi
dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci
materi buku pelajaran (Arikunto 2009).
Instrumen yang telah disusun kemudian divaliditaskan kepada ahli (dosen
atau guru). Adapun yang menjadi validator dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif persentase. Deskriptif persentasi ini diolah dengan cara frekuensi dibagi
dengan jumlah responden d kali 100 persen. Seperti yang dikemukakan oelh
Sudjana (2001), dengan rumus sebagai berikut :

F
P% = N X
Keterangan :
P%
: Persentasi Jawaban Responden (Jumlah persentasi yang dicari)
100% atau jumlah personl yang menjawab
F
: Frekuensi jawaban
N
: Jumlah keseluruhan responden
100%
: Bilangan tetap

Anda mungkin juga menyukai