PENDAHULUAN
Merancang bentuk roda gigi untuk kendaraan angkutan dengan daya 295
Bab I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Pada bab berikut ini penulis akan menjelaskan tinjauan pustaka yang terdiri
dari poros, spline, roda gigi beserta jenis-jenisnya, serta pelumasan.
2.2 Pengertian Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
2.2.1.
Macam-macam Poros
a.
Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan. Juga ada poros yang
mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus
diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan
beban-beban diatas.
b.
Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak
roda gigi). Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
c.
Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis,
hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin,
poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah
dari putaran kritisnya.
d.
Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastis) harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian
pula untuk poros poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang
sering terhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan
perlindungan terhadap korosi.
e.
Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya menggunakan bahan dari baja batang yang
ditarik, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari
ingot yang di kill (baja yang dioksidasikan dengan ferro silicon dan di cor;
kadar karbon terjamin) lihat table 1.1 hal 3. (JIS G 3123). Untuk lebih jelasnya
gambar poros dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
Pada perhitungan bab III poros yang dirancang menggunakan bahan JIS G
4501 S 55 C dengan kekuatan tarik 66 kg/mm 2. Sedangkan rumus umum yang
digunakan untuk menghitung besarnya diameter poros adalah :
ds
5,1
a K t Cb T
13
Macam-Macam Pasak
2.3.2
pada
umumnya
dimaksudkan
suatu
mekanisme
yang
9
Gambar 2.3. Roda Gigi Lurus
10
pemindahan daya dan putaran dapat lebih besar dibandingkan dengan roda gigi
miring.
11
Gambar pinion dan batang gigi dapat dilihat dalam Gambar 2.7. Pinyon
dan batang bergigi merupakan dasar profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara
batang gigi dan pinyon digunakan untuk mengubah gerakan putaran (rotasi)
menjadi gerakan lurus (linier) atau mengubah gerakan lurus (linier) menjadi
gerakan putaran (rotasi).
merupakan jenis roda gigi dengan poros yang berpotongan yang paling sederhana
dan paling mudah dibuat sehingga sering dipakai. Tetapi mempunyai kelemahan
seperti kebisingannya cukup tinggi karena perbandingan kontak yang kecil dan
juga tidak memungkinkan dipasang bantalan pada kedua ujung porosnya.
13
miring silang merupakan roda gigi yang mempunyai perbandingan kontak yang
besar sehingga sangat cocok untuk mentransmisikan daya yang besar dan putaran
tinggi. Roda gigi miring silang digunakan untuk memindahkan daya antara batang
yang tidaklah paralel dan tidak tumpang tindih. Gigi miring silang ini sangat
14
utama nonenveloping gigi miring silang cacing dalam arti bahwa roda gigi yang
kosong adalah silindris dalam keadaan.
Gigi miring silang ini digunakan untuk mekanisme makan pengarah pada
bagian atas mesin perkakas, camshafts, pompa minyak pada mesin pembakaran
dalam, dan unit serupa yang memerlukan sejumlah kecil gerakkan. Perpindahan
roda gigi jenis ini harus tidak digunakan untuk memindahkan daya yang berat
karena kontak yang terjadi hanya normal yang umum kepada perpotongan
permukaan gigi.
15
16
Gambar 2.15. Roda Gigi Hipoid
17
18
19
21
Gaya tangensial adalah gaya yang dipindahkan dari roda gigi satu ke roda
gigi lainnya.
22
Oli pelumas mempunyai angka dibelakang SAE seperti pada oli mesin. 6
indek kekentalan SAE (75W, 80W, 85W, 90, 140 dan 250) adalah yang ada pada
saat ini transmisi dan differential umumnya memakai oli dengan angka kekentalan
SAE 90 atau 80W 90.
2.8.2
23
Kode GL1 adalah mineral oli murni untuk roda gigi jarang dipakai
pada mobil.
Kode GL2 adalah untuk worm bear, mengandung minyak hewani dan
tumbuh-tumbuhan.
Kode GL3 adalah untuk manual transmisi dan steering gear
BAB III
24
SATUAN
PS
Rpm
kg m
25
(km/jam)
(km/jam)
(m/s)
0 45
45
12.5
45 90
90
25
90 135
135
37.5
135 180
180
50
180 225
225
62.5
0 45
45
12.5
Sesuai dengan sfesifikasi dari Mobil mitshubshi Lancer dengan suatu harga
26
= 0,4572 m.
= 0,1016 m.
nb
60 x V
x db
Pers. 3.1
(Literatur 2
Hal 100)
Di mana :
nb = putaran ban ( rpm ).
V = kecepatan kendaraan ( m/s ).
db = diameter ban standar ( m ).
Untuk lebih jelasnya perhitungan putaran ban untuk setiap tingkat kecepatan dapat
dilihat pada tabel 3.2
db (m)
1.
12.5
0.6604
2.
25
0.6604
723.36
3.
37.5
0.6604
1085.04
4.
50
0.6604
1446.75
Jadi,
perhitungan nilai putaran
maksimal terdapat
pada roda gigi
1808.4
5. berdasarkan hasil
62.5
0.6604
tingkat 5 sebesar 1808.4 rpm.
3.4.2. Perhitungan Putaran Output Transmisi
27
nb
no
x ig
.......
Pers. 3.2
Di mana :
Putaran Ban (
nb
= rpm)
Ig
O
1.
2.
361.68
723.36
5.286
5.286
1911.84
3823.68
3.
1085.04
5.286
5735.52
4.
1446.75
5.286
7647.52
5.
1808.4
5.286
9559.2
Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai tertinggi dari putaran out put transmisi
terdapat pada tingkat 5 sebesar 9559.2 rpm.
28
n
no
.......
Pers. 3.3
Di mana :
ir
n (rpm)
1.
6500
1911.84
3.4
2.
6500
3823.68
1.7
3.
6500
5735.52
1.13
4.
5.
6500
6500
7647.52
9559.2
0.85
0.68
no
ir
(rpm)
Faktor keamanan 2 ( Sf2 ) untuk pembuatan spline pada poros adalah 1,3 3,0.
29
Di mana harga yang diambil adalah Sf1 = 6,0 dan Sf2 = 2,5 ... Lit 1 hal
8.
Maka tegangan geser yang terjadi dihitung menurut persamaan berikut :
b
a Sf
1xSf 2
Pers. 3.13
Di mana :
a = Tegangan geser ( kg/mm2 ).
b = Tegangan tarik bahan ( kg/mm2 ).
Sf1 = Faktor keamanan 1
Sf2 = Faktor keamanan 2
Dalam perencanaan poros digunakan 2 jenis faktor koreksi yaitu :
Faktor koreksi momen puntir ( Kt ) adalah 1,0 1,5 dengan asumsi terjadi
sedikit kejutan dan tumbukan.
Ti = 9,74 x 105
Pers. 3.14
ds =
5,1
a K t Cb T
13
Pers. 3.15
30
Pd = fc x P
Dimana :
fc = faktor koreksi
P = Daya
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Hasil perhitungan diameter poros input
N
o
1.
SIMBOL
NILAI
Daya Maksimum
2.
Putaran Poros
3.
Faktor Koreksi
4.
Daya Rencana
5.
Momen puntir
6.
n
fc
Pd
T
b
295
217.06
6500
7.
SPESIFIKASI
1.0
217.06
kW
39030.43
Kg.mm
66
kg/mm2
Sf1
Sf2
6.0
2.5
8.
4.4
9.
Kt
1.0
Cb
1.0
10
SATUA
N
PS
kW
rpm
kg/mm2
Berdasarkan perhitungan diatas maka diameter poros input adalah 35.63 mm.
sedangkan menurut tabel harga standar diameter poros ( Lit tabel 1.7 hal 9 ) maka
diperoleh harga diameter poros standar adalah 38 mm.
3.5.2. Perhitungan Diameter Poros Perantara
Untuk poros perantara yang direncanakan berputar dengan kecepatan
putaran 6500 rpm karena perbandingan reduksi roda gigi antara poros input
dengan poros perantara adalah satu sehingga putaran poros perantara sama dengan
poros input yaitu 6500 rpm, sehingga besar momen dan diameter porosnya adalah
sama dengan poros input.
Pd
nR
dR
5,1
a K t Cb T
13
SPESIFIKASI
SIMBO
NILAI
SATUAN
295
217.06
PS
kW
rpm
o
1.
Daya Maksimum
L
P
2.
3.
4.
5.
Putaran
Faktor Koreksi
Daya Rencana
Momen puntir
n
fc
Pd
T
3200
1.0
217.06
66067.6
kW
Kg.mm
6.
4
66
kg/mm2
7.
Faktor Keamanan
Sf1
Sf2
6.0
2.5
32
8.
4.4
9.
Kt
1.0
Faktor Lenturan
Cb
1.0
dr
42.4654
kg/mm2
10
.
Mm
9,74 x 105
ds
5,1
a K t Cb T
13
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros ( Lit tabel 1.7 hal 9 ) maka
diperoleh harga diameter poros standar. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel
3.5.4
33
Tabel 3.5.4 Hasil perhitungan diameter standar pada poros output transmisi
N
SPESIFIKASI
SIMBOL
NILAI
SATUAN
PS
kW
o
1.
Daya Maksimum
2.
3.
4.
5.
Faktor Koreksi
Daya Rencana
Kekuatan tarik bahan Poros JIS 55 C
Faktor Keamanan
fc
Pd
6.
295
217.06
1.0
217.06
66
6.0
2.5
4.4
7.
8.
9.
Kt
Cb
1.0
1.0
nO
1911.84
rpm
Tingkat 2
nO
3823.68
rpm
Tingkat 3
nO
5735.52
rpm
Tingkat 4
nO
7647.52
rpm
Tingkat 5
nO
9559.2
rpm
110582.7
55291.35
36860.9
27645.1
22116.54
kg.mm
kg.mm
kg.mm
kg.mm
kg.mm
50.42
mm
b
Sf1
Sf2
kW
kg/mm2
kg/mm2
10
dS
40.02
mm
dS
34.96
mm
dS
31.8
mm
dS
29.5
mm
34
Berdasarkan perhitungan diatas maka diameter poros standar out put transmisi
pada tiap tingkat kecepatan menurut Literatur 1 tabel 1.7 hal 9 adalah sebagai
berikut :
Untuk lebih jelasnya bentuk spline pada sebuah roda gigi dapat dilihat pada
gambar 3.3
Spline
35
Besarnya gaya tangensial total yang terjadi pada poros dirumuskan sebagai
berikut :
F
2xT
ds i
Pers. 3.16
(Literatur 1
pers1.27 hal 25)
Di mana :
F = Gaya tangensial total pada poros ( kg ).
T = Torsi / momen puntir ( kg.mm ).
dsi = Diameter poros input ( mm ).
F
ns
Pers. 3.17
Di mana :
Fn = Gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline ( kg ).
F = Gaya tangensial total pada poros ( kg ).
ns = Jumlah spline yang direncanakan ( buah ).
Berdasarkan tabel 1.8. tentang standar ukuran pasak dan alur pasak ( Lit 1
hal 10 ) yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan ukuran spline karena
adanya kesamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran utama spline
berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan sebagai
berikut :
b x h = 12 mm x 8 mm.
t1 = 5 mm.
36
t2 = 5 mm.
Di mana :
b
= Lebar spline ( mm ).
= Tinggi spline ( mm ).
t1
t2
Fn
pA x t
Pers. 3.18.
(Literatur 1 pers
1.30 hal 27)
Di mana :
Li
Fn
pA
37
SPESIFIKASI
Diameter Poros input
Momen puntir
Jumlah Spline
Gaya Tangensial total pada poros
Besarnya gaya yang bekerja pada
spline
Lebar spline yang digunakan
Tinggi spline yang digunakan
Kedalaman alur spline pada poros
Kedalaman alur spline pada roda
gigi
Tekanan permukaan yang
digunakan
Panjang alur spline
SIMBOL
NILAI
2054.23
342.372
SATUA
N
mm
Kg.mm
buah
kg
kg
dsi
T
ns1
F
Fn
38
b
h
t1
t2
12
8
5
5
mm
mm
mm
mm
pA
10
kg/mm2
Li
6.85
mm
39030.43
6
2xT
ds P
38
Di mana :
F = Gaya tangensial total pada poros perantara ( kg ).
T = Torsi / momen puntir ( kg.mm ).
dsP = Diameter poros ( mm ).
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada setiap spline
dirumuskan sebagai berikut :
Fn
F
ns
Di mana :
Fn = Gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline ( kg ).
F = Gaya tangensial total pada poros ( kg ).
ns = Jumlah spline yang direncanakan ( buah ).
Berdasarkan tabel 1.8. tentang standar ukuran pasak dan alur pasak (Lit 1 hal 10)
yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan ukuran spline karena adanya
kesamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran utama spline
berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan sebagai
berikut :
b x h = 14 mm x 9 mm.
t1 = 4,5 mm.
t2 = 4,5 mm.
Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan dapat dirumuskan berikut :
LP
Fn
pA x t
39
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
SPESIFIKASI
Diameter Poros roda gigi mundur
Momen puntir
Jumlah Spline
Gaya Tangensial total pada poros
Besarnya gaya yang bekerja pada
spline
Lebar spline yang digunakan
Tinggi spline yang digunakan
Kedalaman alur poros
Kedalaman alur pada roda gigi
Tekanan permukaan yang
digunakan
Panjang alur spline
SIMBOL
NILAI
3477.24
579.5
SATUA
N
mm
kgmm
buah
kg
kg
dsP
T
nsP
F
Fn
38
b
h
t1
t2
pA
14
9
4.5
4.5
10
mm
mm
mm
mm
kg/mm2
LP
12.9
mm
66067.64
6
Perlu untuk diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 0,25 0,35
dari diameter poros dan panjang spline sebaiknya antara 0,75 1,5 dari diameter
poros, sehingga dengan memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas maka
direncanakan ukuran pasak sebagai berikut :
b x h = 14 mm x 9 mm.
t1 = t2 = 4,5 mm.
L = 40 mm - 75 mm.
40
2xT
ds Out
Di mana :
F
dsOut
= Diameter poros ( mm ).
F
ns
Di mana :
Fn = Gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline ( kg ).
F = Gaya tangensial total pada poros ( kg ).
ns = Jumlah spline yang direncanakan ( buah ).
Berdasarkan tabel 1.8. tentang standar ukuran pasak dan alur pasak
( Lit 1 hal 10 ) yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan ukuran spline
karena adanya kesamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran utama
spline berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan sebagai
berikut :
b x h = 15 mm x 10 mm.
t1 = 5 mm.
t2 = 5 mm.
Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan dapat dirumuskan berikut :
41
L Out
Fn
pA x t
N
o
SPESIFIKASI
SIMBOL
NILAI
SATUAN
dsOut
55
mm
Momen puntir
110582.7
Kg.mm
Jumlah Spline
nsOut
buah
4021.2
kg
Fn
670.2
kg
15
mm
10
mm
t1
mm
t2
mm
10
pA
10
kg/mm2
11
lOut
13.4
mm
Perlu untuk diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 0,25 0,35
dari diameter poros dan panjang spline sebaiknya antara 0,75 1,5 dari diameter
42
poros, sehingga dengan memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas maka
direncanakan ukuran pasak sebagai berikut :
b x h = 15 mm x 10 mm.
t1 = t2 = 5 mm.
L = 50 mm - 86 mm.
3.7.
N : 295 Ps
n : 6500 rpm
- Perbandingan reduksi
ir : 1
a : 200 mm
: 20
a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.
Maka :
Pd
2xa
1 ir
43
2 x a x ir
1 ir
d2
.......
Di mana :
d1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 ( mm ).
d2 = Diameter jarak bagi roda gigi 2 ( mm ).
a
perantara.
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
Sehingga :
2 a
1 ir
dQ
2 200
11
2 a ir
1 ir
dp
= 200 mm
2 200mm 1
11
= 200 mm
Zp
m
dP
m
200
6
200
6
= 33,33 buah
= 33.33 buah
....
Di mana :
44
= ( ZQ + 2 ) x m
= ( 33,33 + 2 ) x 6 mm
= 211,98 mm
dkp
= ( Zp + 2 ) x m
= ( 33.33 + 2 ) x 6 mm
= 211,98 mm
=m ( ZQ - 2)
= 6 mm (33,33 -2)
= 187,98 mm
dfp
= m (Zp 2)
= 6 mm (33.33 2)
= 187,98 mm
f. Kecepatan keliling.
45
x db x n
60 x 1000
.......
Di mana :
V = Kecepatan keliling untuk tiap roda gigi ( m/s ).
db = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi ( mm ).
n
Vp = VQ =
210mm 6500rpm
60 1000
= 71.435 m/s
g. Gaya tangensial.
Ft
102 x Pd
V
.......
Di mana :
Ft
= Gaya Tangensial ( kg ).
Pd
= Daya rencana ( kW ).
Ftp = FtQ
102 259.836 kW
71.435 m / s
= 371.012 kg
= 40
; Yp
= 0,392
ZQ
= 40
; YQ
= 0,392
= 50 kg/mm2
46
- Kekuatan lentur
= 30 kg/mm2
- Kekerasan
HB
= 400
= a x m x YQ x fv
= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,392 x 0,4
= 23.1 kg/mm
Fbp
= b x m x Yp x fv
= 50 kg/mm2 x 5 mm x 0,392 x 0,4
= 39.2 kg/mm
i. Lebar gigi ( b )
b
Ft
Fb
Pers. 3.11
Di mana :
b = Lebar gigi ( mm ).
Ft = Gaya tangensial ( kg ).
Fb = Beban lentur ( kg/mm ).
371.012 kg
39.2 kg / mm
bp =
= 9.465 mm
371.012 kg
23.1 kg / mm
bQ =
3.8.
= 16.1 mm
Spesifikasi perencanaan :
47
N : 295 Ps
n : 6500 rpm
- Perbandingan reduksi
ir : 3.4
a : 200 mm
: 20
a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.
Maka :
Pd
d1
2xa
1 ir
2 x a x ir
1 ir
.......
Di mana :
d1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 ( mm ).
d2 = Diameter jarak bagi roda gigi 2 ( mm ).
a
perantara.
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
Sehingga :
dA
2 a
1 ir
=
3 200
1 3.4
= 137 mm
48
2 a ir
1 ir
d1
2 200mm 3.4
1 3.4
= 309.1 mm
ZA
Z1
dA
m
d1
m
90.91
6
309.1
6
= 22.73 buah
= 51.42 buah
Di mana :
dk = Diameter lingkaran kepala ( mm ).
Z = Jumlah gigi ( buah ).
m = Modul gigi ( mm ).
Sehingga :
dkA
= ( ZA + 2 ) x m
= ( 22.73 + 2 ) x 6 mm
= 148.38 mm
dk1
= ( Z1 + 2 ) x m
= ( 51.52 + 2 ) x 6 mm
= 321.12 mm
49
= m (ZA -2)
= 6 mm (22.73 -2)
= 124,3
dg1
= m (Z1 - 2)
=6 mm (51.52 -2)
= 297.12
f. Kecepatan keliling.
V
x db x n
60 x 1000
.......
Di mana :
V = Kecepatan keliling untuk tiap roda gigi ( m/s ).
db = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi ( mm ).
n
VA =
= 30.92 m/s
50
V1 =
309.1mm 6500rpm
60 1000
= 105.15 m/s
g. Gaya tangensial.
Ft
102 x Pd
V
......
Di mana :
Ft = Gaya Tangensial ( kg ).
Pd = Daya rencana ( kW ).
V = Kecepatan keliling ( m/s ).
FtA
Ft1
102 259.836 kW
30.92 m / s
102 259.836 kW
105.15 m / s
= 857.16 kg
= 252.05 kg
= 22.73
; YA
= 0.332
Z1
= 51.52
; Y1
= 0.41
= 50 kg/mm2
- Kekuatan lentur a
= 30 kg/mm2
- Kekerasan
= 400
HB
51
= a x m x YA x fv
= 30 kg/mm2 x 6 mm x 0,332 x 0,32
= 19.12 kg/mm
Fb1
= b x m x Y1 x fv
= 50 kg/mm2 x 6 mm x 0,41 x 0,32
= 39.36 kg/mm
i. Lebar gigi ( b )
b
Ft
Fb
Pers. 3.11
Di mana :
b = Lebar gigi ( mm ).
Ft = Gaya tangensial ( kg ).
Fb = Beban lentur ( kg/mm ).
857.16 kg
19.12 kg / mm
bA =
= 44.83 mm
252.05 kg
39.36 kg / mm
b1 =
3.9.
= 6.4 mm
Spesifikasi perencanaan :
- Daya yang di transmisikan
N : 295 Ps
n : 6500 rpm
- Perbandingan reduksi
ir : 1.7
a : 200 mm
52
a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.
Maka :
Pd
d2
2xa
1 ir
2 x a x ir
1 ir
.......
Di mana :
d1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 ( mm ).
d2 = Diameter jarak bagi roda gigi 2 ( mm ).
a
perantara.
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
Sehingga :
dB
d2
2 a
1 ir
=
2 a ir
1 ir
=
2 200
1 1.7
= 148.15 mm
2 200mm 1.7
1 1.7
= 251.852 mm
53
ZB
Z2
dB
m
d2
m
148.15
6
251.852
6
= 24.7 buah
= 41.975 buah
Di mana :
dk = Diameter lingkaran kepala ( mm ).
Z = Jumlah gigi ( buah ).
m = Modul gigi ( mm ).
Sehingga :
dkB
= ( ZB+ 2 ) x m
= (24.7 + 2 ) x 6 mm
= 160.2 mm
dk2
= ( Z2 + 2 ) x m
= (41.975 + 2 ) x 6 mm
= 263.85 mm
df = m (Z 2)
Di mana :
df = Diameter lingkaran kaki ( mm ).
Z = Jumlah gigi ( buah ).
m = Modul gigi ( mm ).
Sehingga :
dgB
= m (ZB 2)
= 6 mm (24.7 -2)
= 136,2 mm
dg2
= m(Z2 2)
= 6 mm ( 41.975 2)
= 239,8 mm
f. Kecepatan keliling.
V
x db x n
60 x 1000
.......
Di mana :
V = Kecepatan keliling untuk tiap roda gigi ( m/s ).
db = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi ( mm ).
n
Sehingga :
VB =
V2 =
139.308 mm 6500rpm
60 1000
236.739 mm 6500rpm
60 1000
= 47.39 m/s
= 80.53 m/s
55
g. Gaya tangensial.
Ft
102 x Pd
V
......
Di mana :
Ft = Gaya Tangensial ( kg ).
Pd = Daya rencana ( kW ).
V = Kecepatan keliling ( m/s ).
Sehingga:
FtB
Ft2
102 259.836 kW
47.39 m / s
102 259.836 kW
80.53 m / s
= 558.29 kg
= 329.11 kg
= 24.7
; YB
= 0.3381
Z2
= 41.975
; Y2
= 0.393
= 50 kg/mm2
- Kekuatan lentur a
= 30 kg/mm2
- Kekerasan
= 400
HB
Harga fv dihitung berdasarkan rumus pada table 6.6 hal 240, fv = faktor
dinamis
Maka harga beban lentur dapat dihitung
56
FbB
= a x m x YB x fv
= 30 kg/mm2 x 6 mm x 0.3381x 0.524
= 31.89 kg/mm
F b2
= b x m x Y2 x fv
= 50 kg/mm2 x 6 mm x 0.393x 0,524
= 61.78 kg/mm
g. Lebar gigi ( b )
b
Ft
Fb
Pers. 3.11
Di mana :
b = Lebar gigi ( mm ).
Ft = Gaya tangensial ( kg ).
Fb = Beban lentur ( kg/mm ).
558.29
kg
31.89 kg / mm
bB =
= 17.51 mm
329.11
kg
61.78 kg / mm
b2 =
3.10.
= 5.33 mm
Spesifikasi perencanaan :
- Daya yang di transmisikan
N : 295 Ps
n : 6500 rpm
- Perbandingan reduksi
ir : 1.13
a : 200 mm
57
: 20
a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.
Maka :
Pd
d2
2xa
1 ir
2 x a x ir
1 ir
.......
Di mana :
d1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 ( mm ).
d2 = Diameter jarak bagi roda gigi 2 ( mm ).
a
perantara.
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
Sehingga :
dC
2 a
1 ir
=
2 200
1 1.13
= 187.79 mm
58
2 a ir
1 ir
d3
2 200mm 1.13
1 1.13
= 212.21 mm
ZC
Z3
dC
m
d3
m
187.79
6
212.21
6
= 31.3 buah
= 35.4 buah
Di mana :
dk = Diameter lingkaran kepala ( mm ).
Z = Jumlah gigi ( buah ).
m = Modul gigi ( mm ).
Sehingga :
dkC
= ( ZC+ 2 ) x m
= (31.3 + 2 ) x 6 mm
= 199.8 mm
dk3
= ( Z3 + 2 ) x m
59
= (35.4 + 2 ) x 6 mm
= 224.4 mm
= m (ZC 2)
= 6 mm (31.3 2)
= 175.8
dg3
= m (Z3 -2)
= 6 mm (35.4 2)
= 200.4
f. Kecepatan keliling.
x db x n
60 x 1000
.......
Di mana :
V = Kecepatan keliling untuk tiap roda gigi ( m/s ).
db = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi ( mm ).
n
Sehingga :
60
VC =
V3 =
187.79 mm 6500rpm
60 1000
212.21 mm 6500rpm
60 1000
= 63.9 m/s
= 72.2 m/s
g. Gaya tangensial.
Ft
102 x Pd
V
......
Di mana :
Ft = Gaya Tangensial ( kg ).
Pd = Daya rencana ( kW ).
V = Kecepatan keliling ( m/s ).
Sehingga:
FtC
Ft3
102 259.836 kW
63.9 m / s
102 259.836 kW
72.2 m / s
= 414.76 kg
= 367.08 kg
= 31.3
; YC
= 0.362
Z3
= 35.4
; Y3
= 0.375
= 50 kg/mm2
61
- Kekuatan lentur a
= 30 kg/mm2
- Kekerasan
= 400
HB
Harga fv dihitung berdasarkan rumus pada table 6.6 hal 240, fv = faktor
dinamis
Maka harga beban lentur dapat dihitung
FbC
= a x m x YC x fv
= 30 kg/mm2 x 6 mm x 0.362 x 0.47
= 30.63 kg/mm
F b3
= b x m x Y3 x fv
= 50 kg/mm2 x 6 mm x 0.375 x 0,47
= 52.88 kg/mm
i. Lebar gigi ( b )
b
Ft
Fb
Pers. 3.11
Di mana :
b = Lebar gigi ( mm ).
Ft = Gaya tangensial ( kg ).
Fb = Beban lentur ( kg/mm ).
414.76
kg
30.63
kg / mm
bC =
= 13.54 mm
367.08
kg
52.88
kg / mm
b3 =
3.11.
= 6.94 mm
62
Spesifikasi perencanaan :
- Daya yang di transmisikan
N : 295 Ps
n : 6500 rpm
- Perbandingan reduksi
ir : 0.85
a : 200 mm
: 20
a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.
Maka :
Pd
d2
2xa
1 ir
2 x a x ir
1 ir
.......
Di mana :
d1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 ( mm ).
d2 = Diameter jarak bagi roda gigi 2 ( mm ).
63
perantara.
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
Sehingga :
2 a
1 ir
dD
2 200
1 0.85
2 a ir
1 ir
d4
= 216.22 mm
2 200mm 0.85
1 0.85
= 183.8 mm
ZD
Z4
dD
m
d4
m
216.22
6
183.8
6
= 36.04 buah
= 30.63 buah
Di mana :
dk = Diameter lingkaran kepala ( mm ).
Z = Jumlah gigi ( buah ).
m = Modul gigi ( mm ).
64
Sehingga :
dkD
= ( ZD+ 2 ) x m
= (36.04 + 2 ) x 6 mm
= 228.24 mm
dk4
= ( Z4 + 2 ) x m
= (30.63 + 2 ) x 6 mm
= 195.78 mm
= m (ZD 2)
= 6 mm (36.04 2)
= 204.24 mm
dg4
= m (Z4 2)
= 6 mm (30.63 2)
= 171.78 mm
f. Kecepatan keliling.
65
x db x n
60 x 1000
.......
Di mana :
V = Kecepatan keliling untuk tiap roda gigi ( m/s ).
db = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi ( mm ).
n
Sehingga :
VD =
V4 =
216.22 mm 6500rpm
60 1000
183.8 mm 6500rpm
60 1000
= 73.55 m/s
= 62.52 m/s
g. Gaya tangensial.
Ft
102 x Pd
V
......
Di mana :
Ft = Gaya Tangensial ( kg ).
Pd = Daya rencana ( kW ).
V = Kecepatan keliling ( m/s ).
Sehingga:
FtD
102 259.836 kW
73.55
m/s
= 360.34 kg
66
Ft4
102 259.836 kW
62.52
m/s
= 423.92 kg
= 36.04
; YD
= 0.377
Z4
= 30.63
; Y4
= 0.36
= 50 kg/mm2
- Kekuatan lentur a
= 30 kg/mm2
- Kekerasan
= 400
HB
Harga fv dihitung berdasarkan rumus pada table 6.6 hal 240, fv = faktor
dinamis
Maka harga beban lentur dapat dihitung
FbD
= a x m x YD x fv
= 30 kg/mm2 x 6 mm x 0.377 x 0.44
= 29.86 kg/mm
F b4
= b x m x Y4 x fv
= 50 kg/mm2 x 6 mm x 0.36 x 0,44
= 47.52 kg/mm
i. Lebar gigi ( b )
67
Ft
Fb
Pers. 3.11
Di mana :
b = Lebar gigi ( mm ).
Ft = Gaya tangensial ( kg ).
Fb = Beban lentur ( kg/mm ).
360.34
29.86
kg
kg / mm
bD =
= 12.07 mm
423.92
47.52
kg
kg / mm
b4 =
3.12.
= 8.92 mm
Spesifikasi perencanaan :
- Daya yang di transmisikan
N : 295 Ps
n : 6500 rpm
- Perbandingan reduksi
ir : 0.68
a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.
Maka :
Pd
68
d2
2xa
1 ir
2 x a x ir
1 ir
.......
Di mana :
d1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 ( mm ).
d2 = Diameter jarak bagi roda gigi 2 ( mm ).
a
perantara.
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
Sehingga :
dE
d5
2 a
1 ir
=
2 a ir
1 ir
=
2 200
1 0.68
= 238.1 mm
2 200mm 0.68
1 0.68
= 161.9 mm
69
ZE
Z5
dE
m
d5
m
238.1
6
161.9
6
= 39.7 buah
= 26.98 buah
Di mana :
dk = Diameter lingkaran kepala ( mm ).
Z = Jumlah gigi ( buah ).
m = Modul gigi ( mm ).
Sehingga :
dkE
= ( ZE+ 2 ) x m
= (39.7 + 2 ) x 6 mm
= 250.2 mm
dk5
= ( Z5 + 2 ) x m
= (26.98 + 2 ) x 6 mm
= 171.88 mm
70
m = Modul gigi ( mm ).
Sehingga :
dgE
= m (ZE 2)
= 6 mm (39.7 2)
= 226,2 mm
dg5
=m (Z5 2)
=6 mm (26.98 2)
= 149,88 mm
f. Kecepatan keliling.
x db x n
60 x 1000
.......
Di mana :
V = Kecepatan keliling untuk tiap roda gigi ( m/s ).
db = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi ( mm ).
n
Sehingga :
VE =
V5 =
238.1 mm 6500rpm
60 1000
161.9 mm 6500rpm
60 1000
= 80.994 m/s
= 55.073 m/s
71
g. Gaya tangensial.
Ft
102 x Pd
V
......
Di mana :
Ft = Gaya Tangensial ( kg ).
Pd = Daya rencana ( kW ).
V = Kecepatan keliling ( m/s ).
Sehingga:
FtE
Ft5
102 259.836 kW
80.994
m/ s
102 259.836 kW
55.073
m/s
= 327.23 kg
= 481.24 kg
= 39.7
; YE
= 0.387
Z5
= 26.98
; Y5
= 0.349
= 50 kg/mm2
- Kekuatan lentur a
= 30 kg/mm2
- Kekerasan
= 400
HB
Harga fv dihitung berdasarkan rumus pada table 6.6 hal 240, fv = faktor
dinamis
72
= a x m x YE x fv
= 30 kg/mm2 x 6 mm x 0.387 x 0.41
= 28.561 kg/mm
F b5
= b x m x Y5 x fv
= 50 kg/mm2 x 6 mm x 0.349 x 0,41
= 42.93 kg/mm
i. Lebar gigi ( b )
b
Ft
Fb
Pers. 3.11
Di mana :
b = Lebar gigi ( mm ).
Ft = Gaya tangensial ( kg ).
Fb = Beban lentur ( kg/mm ).
327.23
28.561
kg
kg / mm
bE =
= 11.46 mm
481.24
42.93
kg
kg / mm
b5 =
3.13.
= 11.21 mm
Spesifikasi perencanaan :
- Daya yang di transmisikan
N = 295 Ps
73
nD = 6500 rpm
i6 = 2
a1 = 120 mm
a2 = 212 mm
= 20
2 xa1
1 i6
DF
2 x 120 mm
1 2
= 80 mm
2 x a1 x i 6
1 i6
DG
2 x 120 mm x 2
1 2
= 160 mm
a1
DF x (1 i6 )
2
74
80 x ( 1 2 )
2
= 120 mm
a2
=
=
DF x (1 i6 )
2
80 x ( 1 1,65 )
2
212 mm
2 x a2 x i 6
1 i6
DH
=
2 x 212 mm x 1,65
1 1,65
=
= 264 mm
a.
DF DH
2
80 264
2
= 172 mm
75
ZF
DE
m
80mm
5mm
= 16 buah
ZG
DG
m
160mm
5mm
= 32 buah
ZH
DH
m
264 mm
5mm
= 52,8
= 53 buah
= ( ZF + 2 ) x m
= ( 16 + 2 ) x 5 mm
= 90 mm
DkG
= ( ZG + 2 ) x m
76
= ( 32 + 2 ) x 5 mm
= 170 mm
DkH
= ( ZH + 2 ) x m
= ( 52,8 + 2 ) x 5 mm
= 274 mm
= m (ZF 2)
= 5 mm (16 2)
= 70 mm
DgG
= m (ZG 2)
= 5 mm (32 2)
= 150 mm
DgH
= m (ZH 2)
= 5 (52,8 2)
= 254 mm
e. Kecepatan keliling.
VG / V F / V E
x DE x n E
60 x 1000
77
VE = VG= VF =
=
x 80 mm x 6500 rpm
60x1000
27.21 m/s
f. Gaya tangensial
102 x 217.06 kW
27.21 m/s
= 813.7 kg
g. Faktor dinamis.
Di mana VF kecil dari 20 m/s.
Fv
6
6 27.21 m/s
= 0.181
= 16
; YF
= 0,295
ZG
= 32
; YG
= 0,361
ZH
= 53
; YH
= 0,413
= 50 kg/mm2
- Kekuatan lentur
30 kg/mm2
78
- Kekerasan
HB
400
= a x m x YF x fv
= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,295 x 0.32
= 14.16 kg/mm
FbG
= a x m x YG x fv
= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,361 x 0,32
= 17.33 kg/mm
FbH
= a x m x YH x fv
= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,413 x 0.32
= 19.82 kg/mm
2 x 53
16 53
F1H
i. c
813.7 kg
10.4 kg / mm
BF = bG =bH
=
= 78.24 mm
3.14
. PERHITUNGAN TEMPERATUR
79
Pers. 3.19
Di mana :
TBP = Temperatur nyala yang diizinkan untuk pelumas pada roda gigi
(oC).
C = Koefisien viskositas pelumas.
CR
1,5 x E
2E
Pers. 3.20
1,5 x 6.52
1.15
2 6.52
Di mana :
C = Koefisien viskositas pelumas.
E
Untuk mengetahui harga E untuk setiap jenis pelumas dapat dicari pada
tabel 16.1 tentang jenis jenis minyak pelumas ( Lit 4 hal 305 ) dan tabel 16.5
tentang konversi harga E menurut DIN 51560 ( Lit 4 hal 310 ).
80
CR
1,9 Sm
4 x Sm
Pers. 3.21
CR
1,9 0.75
4 x 0.75
= 0.94
Di mana :
CR
Sm
2 x S1 x S2
S1 S2
Pers. 3.22
2 x 0.75 x 0.75
0.75
0.75 0.75
Di mana :
Sm = Harga kekerasan roda gigi.
S1
S2
81
Berdasarkan standar yang telah ditentukan bahwa roda gigi yang digerinda
dan dihaluskan dengan baik mempunyai harga S = 0,25 0,5 ( ). Sedangkan
roda gigi yang bermutu baik dalam perdagangan mempunyai harga S = 0,6 0,9 (
).
Dalam perencanaan ini digunakan roda gigi yang bermutu baik dalam
perdagangan dengan harga S1 = S2 = 0,75 ( ).
TBP = 140 x C x CR
=
151.34 oC
SPESIFIKASI
SIMBOL
NILAI
SATUAN
6.52
2
3
C
S1
1.15
0.75
S2
0.75
5
6
Sm
CR
0.75
0.94
TBP
151.34
82
83
Membuat lapisan tipis oli (oli film) sehingga terhindar kontak langsung antara
bagian-bagian yang bergerak/berputar.
Viskositas / tingkat kekentalan harus sesuai dengan jenis operasi mesin yang
digunakan.
Mempunyai daya lekat yang baik dengan komponen mesin sehingga dapat
mengurangi gesekan yang terjadi.
84
mudah mengalir ketika panas dan cenderung menjadi kental dan mudah tidak
mengalir ketika dingin. Tapi masing-masing kecenderungan tersebut tidak sama
untuk semua oli. Ada tingkatan permulaan besar (kental) dan ada yang dibuat
encer (tingkat kekentalannya rendah).
Kekentalan atau berat dari oli dinyatakan oleh suatu angka yang disebut
indek kekentalan. Indeknya rendah olinya encer, indeknya tinggi olinya kental.
Suatu badan internasional SAE (Society of Automative Engineers) mempunyai
standar kekentalan dengan awalan SAE di depan indek kekentalan. Umumnya
menentukan temperatur yang sesuai dimana oli tersebut digunakan. Tapi dalam
memilih harus hati-hati, tidak hanya yang sesuai dengan temperatur setempat, tapi
juga kondisi kerja mesin perlu diperhatikan.
Standar SAE (Society of Automative Engineers) menunjukkan tingkat
viskositas / kekentalan minyak pelumas pada suhu tertentu. Makin tinggi
angkanya maka makin kental minyak pelumas dan makin berat bobotnya.
Standar SAE terbagi lagi atas 2 jenis yaitu :
Angka yang disertai huruf W maka batas kekentalannya diukur pada batas 0o F
( nol derajat Fahrenheit ), yang menunjukkan ukuran kekentalan oli pada
20OC. menggunakan oli dengan kekentalan rendah memudahkan mesin
dihidupkan saat musim dingin.
SAE 20 W (dipergunakan pada musim semi dan dingin).
SAE 30 W (dipergunakan pada musim panas).
Derajat kekentalan tidak termasuk kekentalan yang ditunjukkan W
menyatakan kekentalannya pada 100OC.
Angka yang tidak disertai huruf W maka batas kekentalannya diukur pada
batas 210o F.
Oli yang indek kekentalannya dinyatakan dalam range (SAE 10 W 30, SAE
15 W 40) yang disebut Oli Multigrade. Kekentalannya tidak terpengaruh
oleh adanya perubahan temperatur dan umumnya digunakan sepanjang tahun
(musim).
85
Maximum borderline
Pumping temperature
0W
CCS Viscosity
o
C
Vd (poise)
-30
32,5
5W
-25
10 W
SAE
Viscisity Number
Vk 100 cSt
C
-35
min
3,8
max
-
35
-30
3,8
-20
35
-25
4,1
15 W
-15
35
-20
5,6
20 W
-10
45
-15
5,6
25 W
-5
60
-10
9,3
20
5,6
< 9,3
30
9,3
< 12,3
40
12,5
< 16,3
50
16,3
< 21,9
86
a. Untuk mesin Bensin yaitu : SA, SB, SC, SD, dan SE.
Kode SA adalah kode minyak pelumas yang berkualitas terendah dan tidak
memenuhi mutu standar, sehingga tidak ada kendaraan yang cocok
menggunakan minyak pelumas jenis ini.
Kode SB adalah kode minyak pelumas mutu rendah yang mengandung zat
aditif yang dapat menghambat timbulnya karat, oksidasi oli, dan keausan
benda yang dilumasi. Tipe ini hanya cocok untuk mobil buatan tahun 1950an.
Kode SC adalah kode minyak pelumas yang bermutu tinggi yang pertama
kali diproduksi. Minyak pelumas ini mengandung zat aditif yang dapat
mencegah karat dan mencegah besi menjadi keropos. Minyak pelumas ini
khusus dibuat untuk mobil buatan 1960-an.
Kode SD adalah kode minyak pelumas yang bermutu lebih baik lagi yang
dibuat untuk mobil buatan 1970-an.
Kode SE adalah kode minyak pelumas yang bermutu terbaik untuk mobil
penumpang yang cocok digunakan untuk semua mobil buatan tahun 1970-an
ke atas. Minyak pelumas ini mempunyai daya pelindung yang lebih besar
terhadap oksidasi, korosi, dan kotoran yang timbul akibat suhu yang tinggi.
Kode CA adalah kode minyak pelumas yang cocok digunakan untuk mobil
penumpang dan mobil mobil pick-up yang membawa beban kecil.
Kode CB adalah kode minyak pelumas yang cocok digunakan untuk mobil
pick-up dan truk kecil yang membawa beban sedang.
Kode CC adalah kode minyak pelumas yang serba guna yang cocok
digunakan untuk mobil penumpang dan truk truk yang membawa beban
kecil sampai beban yang berat.
Kode CD adalah kode minyak pelumas yang bermutu terbaik yang cocok
digunakan untuk mobil penumpang dan truktruk besar yang dilengkapi
dengan turbo charger sampai mesin mesin diesel yang besar.
87
2.
Apabila terlalu rendah, lapisan oli ini akan mudah rusak dan akan
menyebabkan keausan pada komponen.
3.
4.
5.
6.
7.
88
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam perencanaan transmisi roda gigi
ini adalah :
1.
2.
Untuk operasi kendaraan dengan beban besar maka pada transmisi awal
roda gigi harus mempunyai perbandingan reduksi yang besar, karena
memerlukan momen awal yang besar sehingga dibutuhkan roda gigi
yang lebar dan berdiameter kecil dan sebaliknya.
3.
Profil roda gigi yang digunakan dalam perencanaan ini adalah roda gigi
lurus standar dengan sudut tekan 200, karena jenis roda gigi ini
merupakan roda gigi yang paling umum digunakan dalam sistem
transmisi.
4.
5.
(km/jam)
(km/jam)
(m/s)
89
1
2
3
4
5
R
0 45
45 90
90 135
135 180
180 - 225
0 45
45
90
135
180
225
45
12.5
25
37.5
50
62.5
12.5
db (m)
1.
12.5
0.6604
2.
25
0.6604
723.36
3.
37.5
0.6604
1085.04
4.
50
0.6604
1446.75
5.
62.5
0.6604
1808.4
Putaran Ban (
nb
= rpm)
Ig
O
1.
2.
361.68
723.36
5.286
5.286
3.
1085.04
5.286
5735.52
4.
1446.75
5.286
7647.52
5.
1808.4
5.286
9559.2
90
n (rpm)
1.
6500
1911.84
3.4
2.
6500
3823.68
1.7
3.
6500
5735.52
1.13
4.
5.
6500
6500
7647.52
9559.2
0.85
0.68
no
ir
(rpm)
SIMBOL
NILAI
Daya Maksimum
2.
Putaran Poros
3.
Faktor Koreksi
4.
Daya Rencana
5.
Momen puntir
6.
n
fc
Pd
T
b
295
217.06
6500
7.
SPESIFIKASI
1.0
217.06
kW
39030.43
Kg.mm
66
kg/mm2
Sf1
Sf2
6.0
2.5
8.
4.4
9.
Kt
1.0
Cb
1.0
Diameter Poros
ds
38
10
.
11
.
SATUA
N
PS
kW
rpm
kg/mm2
mm
SPESIFIKASI
SIMBO
o
1.
Daya Maksimum
L
P
2.
3.
4.
5.
Putaran
Faktor Koreksi
Daya Rencana
Momen puntir
N
fc
Pd
T
6.
7.
b
Sf1
Sf2
NILAI
SATUAN
295
217.06
3200
1.0
217.06
66067.6
PS
kW
Rpm
4
66
6.0
2.5
8.
4.4
9.
Kt
1.0
Faktor Lenturan
Cb
1.0
dr
45
kW
Kg.mm
kg/mm2
kg/mm2
10
.
Mm
Tabel 3.5.4 Hasil perhitungan diameter standar pada poros output transmisi
N
SPESIFIKASI
SIMBOL
NILAI
SATUAN
PS
kW
o
1.
Daya Maksimum
2.
3.
4.
5.
Faktor Koreksi
Daya Rencana
Kekuatan tarik bahan Poros JIS 55 C
Faktor Keamanan
fc
Pd
6.
295
217.06
1.0
217.06
66
6.0
2.5
4.4
7.
8.
9.
Kt
Cb
1.0
1.0
nO
1911.84
Rpm
Tingkat 2
nO
3823.68
Rpm
b
Sf1
Sf2
kW
kg/mm2
kg/mm2
92
Tingkat 3
nO
5735.52
Rpm
Tingkat 4
nO
7647.52
Rpm
Tingkat 5
nO
9559.2
Rpm
110582.7
55291.35
36860.9
27645.1
22116.54
kg.mm
kg.mm
kg.mm
kg.mm
kg.mm
50.42
Mm
10
dS
40.02
Mm
dS
34.96
Mm
dS
31.8
Mm
dS
29.5
Mm
Berdasarkan perhitungan diatas maka diameter poros standar out put transmisi
pada tiap tingkat kecepatan menurut Literatur 1 tabel 1.7 hal 9 adalah sebagai
berikut :
SPESIFIKASI
SIMBOL
NILAI
SATUA
93
o
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
2054.23
342.372
N
mm
Kg.mm
buah
kg
kg
b
h
t1
t2
12
8
5
5
mm
mm
mm
mm
pA
10
kg/mm2
Li
6.85
mm
dsi
T
ns1
F
Fn
38
39030.43
6
SPESIFIKASI
SIMBOL
dsOut
T
nsOut
F
Fn
NILAI
4021.2
670.2
SATUA
N
mm
Kg.mm
buah
kg
kg
b
h
t1
t2
pA
15
10
5
5
10
mm
mm
mm
mm
kg/mm2
lOut
13.4
mm
55
110582.7
6
Data Perencanaan
Daya rencana
Diameter lingkaran
jarak bagi
kW
mm
dP
200
mm
ZQ
33.33
buah
ZP
33.33
buah
ir = 1
Diameter
dk Q
211.8
mm
a = 200 mm
kepala.
dk P
211.8
mm
dgQ
187.98
mm
kaki
dg P
197.98
mm
Kecepatan keliling.
VQ
71.43
m/s
VP
71.43
m/s
Ft Q
371.012
Kg
Gaya tangensial
Ft P
371.012
Kg
FbQ
23.1
Kg/mm
diizinkan
FbP
39.2
Kg/mm
bQ
16.1
mm
bP
9.465
mm
N = 295 Ps
n = 6500 rpm
:= 20
Jumlah
gigi
Diameter
pada
lingkaran
lingkaran
Lebar Gigi
kW
95
dA
137
mm
d1
309
mm
ZA
23
Bmah
Z1
51
Buah
ir = 3.4
Diameter
dk A
148,38
mm
a = 200 mm
kepala.
dk 1
321,12
mm
dg A
124,3
mm
kaki
dg1
297,12
mm
Kecepatan keliling.
VA
30.92
m/s
V1
105.15
m/s
Ft A
857.16
kg
Gaya tangensial
Ft 1
252.05
kg
Fb A
19.12
Kg/mm
diizinkan
Fb1
39.36
Kg/mm
bA
44.83
mm
b1
6.4
mm
Diameter
lingkaran
jarak bagi
N = 295 Ps
n = 6500 rpm
:= 20
Jumlah
gigi
Diameter
pada
lingkaran
lingkaran
Lebar Gigi
kW
96
dB
150
Mm
d2
252
Mm
ZB
24.7
Buah
Z2
41.975
Buah
ir = 1.7
Diameter
dk B
160,2
Mm
a = 200 mm
kepala.
dk 2
263,85
Mm
dg B
136,2
Mm
kaki
dg2
239,8
Mm
Kecepatan keliling.
VB
47.39
m/s
V2
80.53
m/s
Ft B
558.29
Kg
Gaya tangensial
Ft 2
329.11
kg
FbB
31.89
Kg/mm
diizinkan
Fb2
61.78
Kg/mm
bB
17.51
mm
b2
5.33
mm
Diameter
lingkaran
jarak bagi
N = 295 Ps
n = 6500 rpm
:= 20
Jumlah
gigi
Diameter
pada
lingkaran
lingkaran
Lebar Gigi
kW
97
dC
188
mm
d3
212
mm
ZC
31
buah
Z3
35
buah
ir = 1.13
Diameter
dk C
199,8
mm
a = 200 mm
kepala.
dk 3
224,4
mm
dgC
175,8
mm
kaki
dg3
200,4
mm
Kecepatan keliling.
VC
63.9
m/s
V3
72.2
m/s
Ft C
414.76
kg
Gaya tangensial
Ft 3
367.08
kg
FbC
30.63
Kg/mm
diizinkan
Fb3
52.88
Kg/mm
bC
13.54
mm
b3
6.94
mm
Diameter
lingkaran
jarak bagi
N = 295 Ps
n = 6500 rpm
:= 20
Jumlah
gigi
Diameter
pada
lingkaran
lingkaran
Lebar Gigi
kW
98
dD
216
mm
d4
184
mm
ZD
36
buah
Z4
31
buah
ir = 0.85
Diameter
dk D
228,24
mm
a = 200 mm
kepala.
dk 4
195,8
mm
dg D
204,24
mm
kaki
dg 4
171,8
mm
Kecepatan keliling.
VD
73.55
m/s
V4
62.52
m/s
Ft D
360.34
kg
Gaya tangensial
Ft 4
423.92
kg
FbD
29.86
Kg/mm
diizinkan
Fb4
47.52
Kg/mm
bD
12.07
mm
b4
8.92
mm
Diameter
lingkaran
jarak bagi
N = 295 Ps
n = 6500 rpm
:= 20
Jumlah
gigi
Diameter
pada
lingkaran
lingkaran
Lebar Gigi
kW
99
dE
239
mm
d5
162
mm
ZE
40
buah
Z5
27
buah
ir = 0.68
Diameter
dk E
250,2
mm
a = 200 mm
kepala.
dk 5
171,88
mm
dg E
226,2
mm
kaki
dg5
149,88
mm
Kecepatan keliling.
VE
80.994
m/s
V5
55.073
m/s
Ft E
327.23
kg
Gaya tangensial
Ft 5
481.24
kg
FbE
28.561
Kg/mm
diizinkan
Fb5
42.93
Kg/mm
bE
11.46
mm
b5
11.21
mm
Diameter
lingkaran
jarak bagi
N = 295 Ps
n = 6500 rpm
:= 20
Jumlah
gigi
Diameter
pada
lingkaran
lingkaran
Lebar Gigi
kW
100
Diameter
lingkaran
jarak bagi
N = 1295 Ps
n = 6500 rpm
i 6=2
i 7=1.65
:= 20
80
mm
dG
160
mm
dH
264
mm
172
mm
ZF
16
Buah
ZG
32
Buah
ZH
53
Buah
dk F
90
Mm
dk G
170
Mm
dk H
274
Mm
dg F
70
Mm
dgG
150
mm
dg H
254
mm
VF
27.21
m/s
VG
27.21
m/s
VH
27.21
m/s
Ft F
813.7
kg
Ft G
813.7
kg
Ft H
813.7
kg
FbF
14.16
Kg/mm
FbG
17.33
Kg/mm
FbH
19.82
Kg/mm
bF
78.24
mm
bG
78.24
mm
dan H
Jumlah
gigi
pada
a1=120 mm
a2= 212 mm
dF
Diameter
lingkaran
kepala.
Diameter
lingkaran
kaki
Kecepatan keliling.
Gaya tangensial
Lebar Gigi
101
bH
78.24
mm
SPESIFIKASI
SIMBOL
NILAI
SATUAN
6.52
2
3
C
S1
1.15
0.75
S2
0.75
5
6
Sm
CR
0.75
0.94
TBP
151.34
4.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan dalam perencanaan transmisi roda gigi ini
adalah:
DAFTAR PUSTAKA
102
103