a.Pengertian
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusionnal) adalah sistem
politik yang menganut kebebasan individu.
secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.[1]
Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses
perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidangbidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasanpembatasan
agar
keputusan
pemerintah
tidak
melanggar
kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.
[2]
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan
oleh penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John
Locke, dan Jean-Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah
demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik
Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya
dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi
partisipasi.
b.Kondisi Ekonomi
1
eropa barat sejak akhir 1957 dan awal 1958 pendapatan Negara menjadi
mundur, karena harga ekspor bahan mentah merosot.
Kondisi ekonomi Indonesia pada masa liberal masih sangat buru. Hal ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut antara lain :
a.
Setelah pengakuan kedaulatan dari belanda pada tanggal 27
desember 1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan
keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam hasil-hasil KMB. Beban
tersebut berupa uang luar negeri sebesar 1,5 triliun rupiah dan utang
dalam Negara sejumlah 2,8 triliun rupiah.
b.
Politik keuangan pemerintah Indonesia tidak dibuat di Indonesia
melainkan dirancang di belanda.
c.
Pemerintah belanda tidak mewariskan ahli-ahli yang cakap untuk
mengubah system ekonomi colonial menjadi system ekonomi nasional.
d.
Tidak stabilnya situasi politik dalam Negara mengakibatkan
pengerluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin
meningkat.
e.
Defisit yang harusnya ditanggung oleh pemerintah RI pada waktu
itu sebesar 5,1 miliar.
f.
Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir
tahun 1957 dan awal tahun 1958 yang mengakibatkan ekspor dan
pendapatan negara merosot.
Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.
c. Politik
Sejak kembalinya ke Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1950, Indonesia menganut sistem Demokrasi Liberal, dimana
kedaulatan rakyat disalurkan melalui partai-partai politik. Pada waktu itu
ada empat partai besar yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan,
yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Dalam masa Demokrasi Liberal Indonesia menganut sistem Kabinet
Parlementer, artinya kabinet dipimin oleh seorang Perdana Menteri.
Perdana Menteri dan para Menteri bertanggung jawab kepada Parlemen
(DPR). Dimana jatuh banguanya pemerintah atau kabinet sangat
tergantung
kepada
DPR. Bila
mayoritas
dalam
parlemen tidak
mempercayai
atau
mendukung
kabinet,
maka
kabinet
harus
mengembalikan mandate kepada presiden dan perlu dibentuk kabinet
baru.
Para menteri mewakili partainya. Partai yang wakilnya duduk dalam
pemerintahan disebut partai pemerintah, dan yang tidak duduk dalam
pemerintahan disebut partai oposisi. Partai pemerintah banyak mengurus
kepentingan partainya, sehingga timbul mosi tidak percaya terhadap
Kabinet yang sedang berkuasa. Krisis kabinet dan jatuhnya kabinet sering
terjadi. Keadaan seperti ini memberi peluang pada partai oposisi untuk
menyatakan ketidakpercayaan terhadap kabinet yang memerintah,
sehingga terjadilah jegal-menjegal antar partai politik.
a.
1)
Dari tahun 1950 sampai tahun 1955 terdapat empat buah kabinet yang
memerintah sehingga rata-rata tiap tahun terdapat pergantian kabinet.
Kabineet-kabinet tersebut secara berturut-turut ialah Kabinet Natsir
(September 1950 Maret 1951), Kabinet sukiman (April 1951-April 1952),
Kabinet Wilopo (April 1952- Juli 1953), dan Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Juli
1953 Agustus 1955). Dapat digambarkan, dalam waktu rata-rata satu
tahun itu, tidak ada kabinet yang dapat melaksanakan programnya,
karena Parlemen terlalu sering menjatuhkan kabinet jika kelompok oposisi
kuat. Bahkan, pernah terjadi partai pemerintah menjatuhkan kabinetnya
sendiri. Boleh dikatakan bahwa semua kabinet, termasuk yang resminya
bersifat Zaken Kabinet (yang menteri-menterinya dianggap ahli pada
bidangnya masing-masing), didukung oleh koalisi diantara perbagai partai.
a)
Inilah
yang
Kabinet Natsir adalah kabinet koalisi, akan tetapi, PNI sebagai partai kedua
terbesar dalam paremen tidak duduk dalam kabinet karena, tidak diberi
kedudukan yang sesuai. Inti kabinet ini adalah Masyumi, walaupun
diantara para menterinya terdapat juga tokoh-tokoh nonpartai. Banyak di
antara mereka yang cukup terkenal dan dianggap ahli pada bidangnya,
sehngga sesungguhnya formasi kabinet ini termasuk kuat. Tokoh-tokoh
terkenal diantaranya adalah Sultan Hamengkubuwono IX, Mr.Assaat(bekas
Pejabat Presiden RI, Ir. Djuanda, dan Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo.
Diantara program-programnya yang paling penting adalah :
(1)
(2)
(3)
Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang dan pemulihan bekas
anggota-anggota tentara dan gerilya ke dalam masyarakat;
(4)
(5)
Menegembangkan dan memperkuat kekuatan ekonomi rakyat
sebagai dasar untuk melakanakan ekonomi nasional yang sehat.
Selain soal keamanan, yang menjadi beban pemerintah adalah perjuangan
Irian Barat ke tangan Indonesia. Belanda rupa-rupanya tidak bermaksud
untuk mengembalikan wilayah ini kepada Indonesia. Perundingan antara
Indonesia dengan belanda dimulai pada tanggal 4 Desember 1950 semasa
kabinet Natsir, tetapi menemui jalan buntu. Baik Indonesia ataupun
Belanda tidak beranjak dari pendirian masing-masing. Hal ini
menimbulkan mosi tidak percaya dari parlemen terhadap kabinet. Krisis
menjadi lebih mendalam dengan adanya mosi Hadikusumo(PNI) sekitar
pencabutan PP No.39/1950 tentang pemilihan anggota perwakilan daerah
supaya lebih demokratis. Kabinet Hatta mengeluarkan mosi yang diterima
parlemen
yang
menyebabkan
menteri
dalam
negeri
Assaat
mengundurkan diri, tetapi pengunduran diriitu ditolak oleh kabinet. Natsir
mengingatkan
parlemen
bahwa
pembentukan
lembaga-lembaga
perwakilan daerah menurut PP No.39 itu sudah diseujui oleh Parlemen.
Hubungan kabinet dan parlemen menjadi tegang. Semetara itu, tanggal
20 Maret 1951 Partai Indonesia Raya (PIR) yang merupakan partai
pendukungb kabinet menarik menteri-menterinya dari kabinet. Sehari
kemudian, 21 Maret, Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden
Soekarno.
Presiden Soekarno akhirnya menunjuk Mr.Sartono dari PNI untuk
membentuk kabinet baru. Sartono berusaha membentuk kabinet koalisi
PNI-Masyumi, sebab kedua partai ini merupakan partai yang terkuat dalam
DPR saat itu. Akan tetapi, usaha Mr. Sartono menemui kegagalan dan
pada tanggal 18 April 1951 ia mengembalikan mandatnya kepada
c)
10
d)
Masa lamanya empat tahun ini mengalami tiga kabinet yang silih berganti,
yaitu Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956), Kabinet Ali
Sastroamijoyo II, (Maret 1956-Maret 1957), dan Kabinet Djuanda(Maret
1957-Juli 1959). Pada periode 1955-1959 ditandai dengan telah
dilaksanakanya pemilihan umum, berikut pergantian kabinet pada tahun
1955 1959 :
a)
Kabinet ini terbentuk pada tanggal 12 Agustus 1955 yang dipimpin oleh
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap dari Masyumi. Program kerja
Kabinet Burhanuddin diantaranya adalah sebagai berikut :
11
(1)
Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah, dalam hal ini
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat
(2)
Akan dilaksankan pemilihan umum, desentralisasi, memecahkan
masalah inflasi, dan pemberantasan korupsi
(3)
b)
c)
b.
Periode ini dimulai dengan diadakannya pemilu 1955 dan berakhir dengan
diumumkannya Dekrit Presiden tahun 1959 tentang kembaliu ke UUD
1945.
1)
13
14