KERANGKA TEORI
2.1 Mutasi
2.1.1 Pengertian Mutasi
Mutasi atau perpindahan jabatan/pekerjaan merupakan fenomena yang
biasa terjadi pada suatu perusahaan. Perubahan posisi jabatan/pekerjaan disini
masih dalam level yang sama dan juga tidak diikuti perubahan tingkat wewenang,
tanggung jawab, status, kekuasaan dan pendapatannya, yang berubah dalam
mutasi hanyalah bidang tugasnya.
Menurut Sastrohadiwiryo (dalam Kadarisman, 2012: 68):
Mutasi adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses
pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke
situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh
kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan prestasi kerja yang
semaksimal mungkin kepada organisasi.
Menurut Hanggraeni (2012: 80) mutasi adalah pemindahan dari posisi
yang baru tapi memiliki kedudukan, tanggung jawab, dan jumlah remunerasi yang
sama. Dan menurut Daryanto (2013: 41) mutasi adalah suatu kegiatan rutin dari
suatu perusahaan untuk dapat melaksanakan prinsip the right men on the right
place. Sedangkan menurut Moekijat (2010: 112) mutasi adalah suatu perubahan
dari suatu jabatan dalam suatu kelas ke suatu jabatan dalam kelas yang lain yang
tingkatnya tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah (yang tingkatnya sama) dalam
rencana gaji.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Permintaan sendiri
Alasan-alasannya adalah:
a. Kesehatan; misalnya fisik karyawan kurang mendukung untuk
melaksanakan pekerjaan. Misalnya dinas luar, mohon dimutasi menjadi
dinas malam.
b. Keluarga; misalnya untuk merawat orang tua yang sudah lanjut usianya.
c. Kerja sama; misalnya tidak dapat bekerja sama dengan karyawan lainnya
karena terjadi pertengkaran atau perselisihan.
Alih Tugas Produktif (ATP)
Alasannya didasarkan pada kecakapan, kemampuan, sikap, dan disiplin
karyawan. Jadi ATP ini biasanya bersifat mutasi vertikal (promosi atau
demosi).
Menurut Paul Pigors dan Charles Mayers (dalam Hasibuan, 2011)
mengemukakan 5 macam transfer, yaitu:
a. Production transfer, mengalihtugaskan karyawan dari satu bagian ke
bagian lain secara horizontal, karena pada bagian lain kekurangan tenaga
kerja padahal produksi akan ditingkatkan.
b. Replacement transfer, mengalihtugaskan karyawan yang sudah lama
dinasnya ke jabatan lain secara horizontal untuk menggantikan karyawan
yang masa dinasnya sedikit atau diberhentikan.
c. Versality transfer, mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan
lainnya secara horizontal agar karyawan yang bersangkutan dapat
melakukan pekerjan atau ahli dalam berbagai lapangan pekerjaan.
d. Shift transfer, mengalihtugaskan seorang karyawan yang sifatnya
horizontal dari satu regu ke regu lain sedang pekerjannya tetap sama.
e. Remedial
transfer,
mengalihtugaskan
seorang
karyawan
ke
jabatan/pekerjaan lain, baik pekerjaannya sama atau tidak atas permintaan
karyawan bersangkutan karena tidak dapat bekerja sama dengan rekanrekannya.
Pendekatan mutasi dari segi waktu
a. Temporary transfer, mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan
lainnya baik horizontal maupun vertikal yang sifatnya sementara.
b. Permanent transfer, mengalihtugaskan karyawan ke jabatan/pekerjaan
baru dalam waktu lama sampai dia dipindahkan/pensiun.
Masalah merit rating dan mutasi
Merit rating artinya penilaian prestasi kerja yang telah dilaksanakan apakah
dengan rencana semula. Dalam hal ini penilaian dilakukan apabila pekerjaan
telah selesai dikerjakan atau pekerjaan sedang dikerjakan. Merit rating terdiri
atas initial appraisal (penilaian awal) dan periodical appraisal (penilaian
akhir).
Kendala-kendala pelaksanaan mutasi
a. Formasi jabatan tidak (belum) memungkinkan.
b. Pengaruh senioritas.
c. Soal etis (etika).
d. Kesulitan menetapkan standar-standar sebagai kriteria untuk pelaksanaan.
2.
2.
1.
Merit system, adalah mutasi karyawan yang didasarkan atas landasan yang
bersifat ilmiah, objektif, dan hasil prestasi kerjanya. Merit system atau carrer
system ini merupakan dasar mutasi yang baik karena:
a. Output dan produktivitas kerja meningkat.
b. Semangat kerja meningkat.
c. Jumlah kesalahan yang diperbuat menurun.
d. Absensi dan disiplin karyawan semakin baik.
e. Jumlah kecelakaan akan menurun.
2. Seniority system, adalah mutasi yang didasarkan atas landasan masa kerja, usia,
dan pengalaman kerja dari karyawan bersangkutan. Sistem mutasi seperti ini
tidak objektif karena kecakapan orang yang dimutasikan berdasarkan senioritas
belum tentu mampu memangku jabatan baru.
3. Spoil system, adalah mutasi yang didasarkan atas landasan kekeluargaan.
Sistem mutasi seperti ini kurang baik karena didasarkan atas pertimbangan
suka atau tidak suka (like or dislike).
Menurut Manullang (2008: 276) dalam penerapan mutasi, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Jabatan karyawan yang dipindahkan harus bersamaan isinya dengan jabatan
yang ditinggalkan.
2. Metode melakukan pekerjaan harus sama antara yang satu dengan yang lain.
3. Pejabat yang dimutasikan harus mempunyai pengalaman yang memungkinkan
mengerti dasar-dasar pekerjaan baru.
2.1.5 Tujuan dan Manfaat Mutasi
Adapun tujuan dari mutasi menurut Hasibuan (2011: 102) adalah sebagai
berikut:
1.
2.
Tujuan mutasi adalah agar karyawan tidak merasa jenuh dengan pekerjaannya.
Kita tahu bahwa karyawan akan jenuh terhadap pekerjaan yang digelutinya
selama bertahun-tahun. Akibatnya akan mengurangi motivasi karyawan sehingga
berimbas kepada produktivitas yang dilakukannya. Mutasi juga dapat dilakukan
kepada karyawan yang telah lalai melaksanakan tugasnya atau tidak mampu
melakukan tugasnya secara sempurna.
Selain tujuan, mutasi juga memiliki manfaat bagi karyawan. Menurut
Siagian (2011: 172) manfaat mutasi adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengalaman baru.
Cakrawala pandangan yang lebih luas.
Tidak terjadinya kebosanan atau kejenuhan.
Perolehan pengetahuan dan keterampilan baru.
Perolehan perspektif baru mengenai kehidupan organisasional.
Persiapan untuk menghadapi tugas baru, misalnya karena promosi.
Motivasi dan kepuasan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi
baru yang dihadapi.
Sedangkan menurut Endang (2011: 84) manfaat mutasi adalah:
1.
2.
3.
4.
3.
4.
5.
2.
3.
Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang
kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk
mencapainya.
Kedisiplinan
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah
laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.
Etos kerja
Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos
kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu
4.
5.
pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap
pekerjaan yang kita lakukan.
Keterampilan
Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat
menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap
individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) terutama dalam perubahan teknologi mutakhir.
Pendidikan
Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik malalui jalur pendidikan
formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan
dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
handal.
Menurut Wana Nusa (dalam Sumarsono, 2003) mengungkapkan bahwa
Pendidikan
Ketrampilan
Disiplin
Motivasi
Sikap dan etika kerja
Gizi dan kesehatan
Tingkat penghasilan
Jaminan lingkungan dan iklim kerja
Hubungan industrial
Teknologi
Sarana produksi
Manajemen dan kesempatan berprestasi
Menurut Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003: 200), mengatakan
bahwa ada beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya produktivitas, antara
lain:
1.
Knowledge
Pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang
diperoleh secara formal maupun non formal yang memberikan kontribusi
pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam
melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan
pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan
pekerjaan dengan baik dan produktif.
2.
3.
4.
5.
Skills
Ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai
bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui
proses belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaanpekerjaan yang
bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang dimiliki seorangpegawai diharapkan
mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif.
Abilities
Abilities atau kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimilki
oleh seorang pegawai. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup
sejumlah kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor
pembentuk kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, diharapkan memilki ability yang
tinggi pula.
Attitude
Attitude merupakan suatu kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yang
terpolakkan tersebut memilki implikasi positif dalam hubungannya dengan
perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan. Artinya apabila
kebiasaan-kebiasaan pegawai adalah baik, maka hal tersebut dapat menjamin
perilaku kerja yang baik pula. Dapat dicontohkan seorang pegawai
mempunyai kebiasaan tepat waktu, disiplin, simple, maka perilaku kerja juga
baik, apabila diberi tanggung jawab akan menepati aturan dan kesepakatan.
Behaviors
Demikian dengan perilaku manusia juga akan ditentukan oleh
kebiasaankebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat
mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya. Dengan kondisi pegawai
tersebut, maka produktivitas dapat dipastikan akan dapat terwujud.
Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang
karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta
3.
4.
5.
6.
produktivitas
kerja
dapat
dilihat
sebagai
masalah
1.
2.
3.
Perbaikan terus-menerus
Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasinya ialah
bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terusmenerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu etos kerja yang
penting sebagai bagian dari filsafat manajemen mutakhir. Pentingnya etos
kerja ini terlihat dengan lebih jelas apalagi diingat bahwa suatu organisasi
selalu dihadapkan kepada tuntutan yang terus-menerus berubah, baik secara
internal maupun eksternal.
Peningkatan mutu hasil pekerjaan
Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan secara terus-menerus ialah
peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan segala komponen
organisasi. Padahal, mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang
dihasilkan dan dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi
menyangkut segala jenis kegiatan di mana organisasi terlibat. Berarti mutu
menyangkut semua jenis kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan
kerja, baik pelaksana tugas pokok maupun pelaksana tugas penunjang, dalam
organisasi.
Pemberdayaan SDM
Bahwa SDM merupakan unsur yang paling strategis dalam organisasi. Karena
itu, memberdayakan SDM merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang
harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen dalam hierarki
organisasi. Memberdayakan SDM mengandung berbagai kiat seperti
mengakui harkat dan martabat manusia, perkayaan mutu kekaryaan dan
penerapan gaya manajemen yang partisipatif melalui proses demokratisasi
dalam kehidupan berorganisasi.
Menurut Makmur (2008) ada tujuh kunci untuk produktivitas yang tinggi,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
berikut:
Secara tradisional, peningkatan produktivitas dianggap melalui penggunaan
kelebihan energi secara fisik, bahan-bahan yang lebih baik, jalur-jalur produksi
yang lebih cepat, atau organisasi yang lebih baik. Meskipun keadaan telah