Anda di halaman 1dari 14

Senyawa Alifatik

A. Pengertian Senyawa Alifatik


Senyawa alifatik adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen
yang bergabung bersama dalam rantai lurus, bercabang atau cincin nonaromatik. Senyawa ini digunakan sebagai inhibitor korosi.
Hidrokarbon alkana, alkena dan alkuna adalah senyawa alifatik, seperti
asam lemak dan banyak senyawa lainnya. Kebanyakan senyawa yang
mengandung cincin adalah senyawa aromatik. Dengan demikian, senyawa
alifatik adalah kebalikan dari senyawa aromatik.

Isobutana atau 2-metil-propana

Kegunaan industri hidrokarbon alifatik dan alisiklik meliputi:


1.
2.
3.
4.
5.

Sebagai pelarut
Sebagai intermediet kimia
Sebagai Senyawa pemadam kebakaran
Sebagai pembersih logam
Senyawa alifatik juga dikenal sebagai hidrokarbon alifatik atau senyawa
non-aromatik.
Dalam kimia organik, senyawa terdiri dari karbon dan hidrogen dibagi

menjadi dua kelas:


1. Senyawa alifatik Setiap senyawa kimia milik kelas organik di mana
atom tidak dihubungkan bersama untuk membentuk sebuah cincin
2. Senyawa aromatik Mengandung konfigurasi atom cincin-aromatik,
seperti benzena
B. Sifat Senyawa alifatik

1. Jenuh Bergabung dengan ikatan tunggal (alkana)


2. Tak jenuh Bergabung dengan ikatan ganda (alkena) atau ikatan rangkap
tiga (alkuna)
Selain hidrogen, elemen lain dapat terikat pada rantai karbon, yang
paling umum adalah oksigen / nitrogen / sulfur dan klor. Senyawa alifatik
yang paling sederhana adalah metana (CH4). Senyawa alifatik bisa asiklik
atau siklik, tetapi bukan senyawa karbon aromatik. Sebagian besar mudah
terbakar, yang memungkinkan digunakan dalam hidrokarbon sebagai bahan
bakar, seperti metana dalam pembakar Bunsen dan gas alam cair (LNG), dan
asetilena dalam pengelasan.
C. Senyawa alifatik ditemukan pada:
D.
HHV dan LHV
Nilai Panas ( Nilai Pembakaran) atau HV ( Heating Value) adalah jumlah
panas yang dikeluarkan oleh 1kg bahan bakar bila bahan bakar tersebut
dibakar. Pada gas hasil pembakaran terdapat H2O dalam bentuk uap atau
cairan. Dengan demikian nilai pembakaran bila H2O yang terbentuk berupa
uap akan lebih kecil bila dibandingkan dengan H2O yang terbentuk sebagai
cairan. Berarti ada 2 macam Nilai Pembakaran yaitu Nilai Pembakaran Atas
(NPA) atau HHV dan Nilai Pembakaran Bawah (NPB) atau LHV.
1.

NPA atau HHV adalah :


Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil pembakaran terdapat H2O

berebentuk cairan
2.

NPB atau LHV adalah:


Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil pembakaran terdapat H2O

berbentuk gas.
Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan
bakar dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Belerang (S). Akan tetapi yang memiliki
kontribusi yang penting terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan H.

Masing-masing bahan bakar mempunyai kandungan unsur C dan H yang


berbeda-beda.
Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap
(complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete
combustion). Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang
bereaksi dengan oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh unsur H
menghasilkan H2O dan seluruh S menghasilkan SO2. Sedangkan pembakaran
tak sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang dikandung dalam bahan
bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang dihasilkan tidak seluruhnya CO2.
Keberadaan CO pada hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran
berlangsung secara tidak lengkap.
Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan
sebagai entalpi pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan
reaktan dari proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat
dinyatakan sebagai Higher Heating Value (HHV) atau Lower Heating Value
(LHV). HHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam wujud
cair sedangkan LHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam
bentuk uap.
Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni
melainkan memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum
yang diperlukan untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai
jumlah udara teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya
untuk pembakaran lengkap udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara
teoritis. Kelebihan udara dari jumlah udara teoritis disebut sebagai excess air
yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering digunakan
untuk mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses
pembakaran tertentu adalah rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran
lengkap terjadi ketika jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka
pembakaran disebut sebagai pembakaran sempurna.
Nilai kalori merupakan nilai panas yang dihasilkan dari pembakaran
sempurna suatu zat pada suhu tertentu.
Reaksi pembakaran sempurna hydrocarbon seperti ini:

CxHy + (x + y/4) O2 > x CO2 + y/2 H2O


Sesuai definisinya, panas pembakaran dihitung seolah-olah reaktan dan
hasil reaksi memiliki suhu yang sama. Biasanya kondisi standar yang dipakai
untuk perhitungan nilai kalori adalah 25 C dan 1 atm. Seperti kita tahu pada
25 C dan 1 atm H2O memiliki fase liquid, maka
perhitungan HHVmenganggap H2O hasil pembakaran diembunkan menjadi
fase liquid, sehingga selain panas didapat dari pembakaran, diperoleh pula
energi dari panas pengembunan H2O. Kalau perhitungan LHV itu
menganggap bahwa H2O tetap pada fase gas pada 25 C. Jadi selisih antara
HHV dan LHV adalah panas pengembunan H2O pada suhu dan tekanan
standar.
HHV dan LHV adalah notasi theoretical, hanya dipakai untuk indikasi
dan tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya dalam praktek. Alasannya
bahan bakar dan gas hasil pembakaran tidak pernah berada pada temperatur
yang sama sesuai asumsi yang dipakai untuk perhitungan HHV dan LHV.
Dalam praktek, energi yang bisa kita peroleh dari pembakaran bahan bakar
akan selalu lebih kecil dari HHV atau LHV, karena ada energi dalam bentuk
panas yang dibawa pergi oleh gas hasil pembakaran. Itulah sebabnya efisiensi
semua mesin konversi energi (steam power plant, internal combustion
engine, gas turbine) tidak pernah bisa 100 %.
Jadi HHV dan LHV sama sekali tidak ada hubungannya dengan fase dari
bahan bakarnya, baik bahan bakar padat maupun cair, sama-sama punya HHV
dan LHV. Kalau soal gampang atau susahnya membakar, juga tidak ada
hubungannya dengan HHV & LVH. Karena, pembakaran itu proses
eksotermis, jadi tidak mengambil panas (energi) dari lingkungan justru
memberikan panas ke lingkungan. Sebenarnya yang bisa dibakar itu adalah
fase gas, kalau ada bahan bakar cair, maka harus terbentuk cukup uap di atas
permukaannya supaya bisa memulai pembakaran. Kalau kita mulai dari
temperatur ambient, untuk bahan bakar cair tertentu, misalnya diesel oil,
mesti diberikan suhu yang cukup supaya tekanan uapnya cukup tinggi untuk
membentuk fase uap yang bisa dibakar (dari sinilah muncul istilah flash
point). Tapi begitu sudah dibakar, panas dari pembakaran akan selalu

menyediakan energi yang cukup untuk menghasilkan fase uap yang siap
untuk dibakar.
-

Rumus Dulong & Petit untuk menghitung Nilai Panas

HHV = 33950 C + 144200 ( H2-O2/8) + 9400 S kJ/Kg (Prinsip Prinsip


Konversi Energi)
C

= persentase unsure Carbon.

H2

= persentase unsure Hidrogen.

= persentase unsure Sulfur.

O2

= persentase unsure Oksigen.

LHV = HHV 2400 ( M+9H2) kJ/Kg. (Prinsip Prinsip Konversi Energi)


M = Moinsture (kebasahan)
Jumlah kebutuhan udara untuk proses pembakaran juga dapat dihitung
dengan persamaan pembakaran.
Komposisi udara = 21 % O2 dan 79 % N2 dll dalam Volume atau dalam
komposisi berat ; 23,2 % O2 dan 76,8 % N2 dll.
Untuk mengitung kebutuhan udara teorits dapat digunakan rumus:
WA teoritis = (2,66C+7,94H-O2)/0,232
Nilai Heating Value Berbagai Jenis Bahan Bakar
Berikut adalah nilai heating value dari berbagai jenis bahan bakar dikutip dari
beberapa sumber.

E. Pengelompokan Kualitas Batubara


Laverick (1987) membagi parameter kualitas batubara menjadi 3 golongan :
Jenis Bahan Bakar

HHV (MJ/kg)

LHV (MJ/kg)

Hidrogen

141,8

119,96

Metana

55,5

50

Etana

51,9

47,8

Propana

50,35

46,35

Butana

49,5

45,75

Pentana

48,6

45,35

Minyak Bumi

45,543

42,686

Lilin Parafin

46

41,5

Kerosin

46,2

43

Solar

44,8

43,4

Bensin

47

43,448

1. Spesifikasi Sangat Umum:


o Nilai panas (specific energy atau calorific value)
o Total moisture
o Kandungan ash (ash content)
o Total sulphur
o Zat mudah menguap (volatile matter)
o Moisture dalam sampel yang dianalisis
o Penyebaran ukuran butir atau size distribution
o Indeks kedapatgerusan (grindability index)
2. Spesifikasi Kurang Umum:
o Suhu leleh ash
o Susunan ash atau analisis ash
o Nitrogen
o Klor, fosfor
o Sifat-sifat pengembangan (swelling)
o Fixed Carbon
1. Jarang dispesifikasikan:
o Analisis ultimat
o Unsur runut (trace element) yang dititik beratkan pada logam berat
(heavy metals)
o Fluor
o Bentuk-bentuk belerang
o Indeks slagging dan fouling

o Analisis petrografi
o Ash resistivity
Parameter kualitas batubara ditentukan dilaboratorium dengan cara
sampling dan analisisnya menggunakan cara-cara yang sudah dibakukan atau
menurut metode standar. Sebaiknya, digunakan standar internasional karena
cara-caranya telah diakui oleh semua bangsa. Di Indonesia, kontrak jual beli
batubara menggunakan standar ASTM (Amerika) dan British (English).
Pada evaluasi atau pengukuran suatu besaran, terdapat beberapa prosedur
yang harus dilakukan dengan benar supaya hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Prosedur prosedur itu sendiri akan mengikuti salah
satu standar baku yang ditetapkan oleh suatu badan atau otoritas tertentu,
misalnya ASTM (American Society for Testing and Materials), JIS (Japan
Industrial Standards), BS (British Standard), DIN (Jerman), atau SNI
(Standar Nasional Indonesia).
1. D121: Standard Terminology of Coal and Coke.
2. D167: Standard Test Method for Apparent and True Specific Gravity and
Porosity of Lump Coke.
3. D197: Standard Test Method for Sampling and Fineness Test of Pulverized
Coal.
4. D291: Standard Test Method for Cubic Foot Weight of Crushed
Bituminous Coal.
5. D293: Standard Test Method for the Sieve Analysis of Coke.
6. D346: Standard Practice for Collection and Preparation of Coke Samples
for Laboratory Analysis.
7. D388: Standard Classification of Coals by Rank.
8. D409: Standard Test Method for Grindability of Coal by the HardgroveMachine Method.
9. D440: Standard Test Method of Drop Shatter Test for Coal.

10. D441: Standard Test Method of Tumbler Test for Coal.


11. D720: Standard Test Method for Free-Swelling Index of Coal.
12. D1412: Standard Test Method for Equilibrium Moisture of Coal at 96 to
97 Percent Relative Humidity and 30 deg Celcius.
13. D1756: Standard Test Method for Determination as Carbon Dioxide of
Carbonate Carbon in Coal.
14. D1757: Standard Test Method for Sulfate Sulfur in Ash from Coal and
Coke.
15. D1857: Standard Test Method for Fusibility of Coal and Coke Ash.
16. D2013: Standard Practice for Preparing Coal Samples for Analysis.
17. D2014: Standard Test Method for Expansion or Contraction of Coal by the
Sole-Heated Oven.
18. D2234/D2234M: Standard Practice for Collection of a Gross Sample of
Coal.
19. D2361: Standard Test Method for Chlorine in Coal.
20. D2492: Standard Test Method for Forms of Sulfur in Coal.
21. D2639: Standard Test Method for Plastic Properties of Coal by the
Constant-Torque Gieseler Plastometer.
22. D2797: Standard Practice for Preparing Coal Samples for Microscopical
Analysis by Reflected Light.
23. D2798: Standard Test Method for Microscopical Determination of the
Reflectance of Vitrinite in a Polished Specimen of Coal.

24. D2799: Standard Test Method for Microscopical Determination of Volume


Percent of Physical Components of Coal.
25. D2961: Standard Test Method for Single-Stage Total Moisture Less than
15% in Coal Reduced to 2.36mm.
26. D3038: Standard Test Method for Drop Shatter Test for Coke.
27. D3172: Standard Practice for Proximate Analysis of Coal and Coke.
28. D3173: Standard Test Method for Moisture in the Analysis Sample of Coal
and Coke.
29. D3174: Standard Test Method for Ash in the Analysis Sample of Coal and
Coke from Coal.
30. D3175: Standard Test Method for Volatile Matter in the Analysis Sample
of Coal and Coke.
31. D3176: Standard Practice for Ultimate Analysis of Coal and Coke.
32. D3177: Standard Test Method for Total Sulfur in the Analysis Sample of
Coal and Coke.
33. D3178: Standard Test Method for Carbon and Hydrogen in the Analysis
Sample of Coal and Coke.
34. D3179: Standard Test Method for Nitrogen in the Analysis Sample of Coal
and Coke.
35. D3180: Standard Practice for Calculating Coal and Coke Analyses from
As-Determined to Different Basis.
36. D3302: Standard Test Method for Total Moisture in Coal.
37. D3402: Standard Test Method for Tumbler Test for Coke.

38. D3682: Standard Test Method for Major and Minor Elements in
Combustion Residues from Coal Utilization Processes.
39. D3683: Standard Test Method for Trace Elements in Coal and Coke Ash
by Atomic Absorption.
40. D3684: Standard Test Method for Total Mercury in Coal by the Oxygen
Bomb Combustion/Atomic Absorption Method.
41. D3761:Standard Test Method for Total Fluorine in Coal by the Oxygen
Bomb Combustion/Ion Selective Electrode Method.
42. D3997: Standard Practice for Preparing Coke Samples for Microscopical
Analysis by Reflected Light.
43. D4182: Standard Practice for Evaluation of Laboratories Using ASTM
Procedures in the Sampling and Analysis of Coal and Coke.
44. D4208: Standard Test Method for Total Chlorine in Coal by the Oxygen
Bomb Combustion/Ion Selective Electrode Method.
45. D4239: Standard Test Methods for Sulfur in the Analysis Sample of Coal
and Coke Using High-Temperature Tube Furnace Combustion Method.
46. D4326: Standard Test Method for Major and Minor Elements in Coal and
Coke Ash by X-Ray Fluorescence.
47. D4371: Standard Test Method for Determining the Washability
Characteristics of Coal.
48. D4596: Standard Practice for Collection of Channel Samples of Coal in a
Mine.
49. D4606: Standard Test Method for Determination of Arsenic and Selenium
in Coal by the Hydride Generation/Atomic Absorption Method.

50. D4621: Standard Guide for Quality Management in an Organization That


Samples or Tests Coal and Coke.
51. D4702: Standard Guide for Inspecting Crosscut, Sweep-Arm, and Auger
Mechanical Coal-Sampling Systems for Conformance with Current ASTM
Standards.
52. D4749: Standards Test Method for Performing the Sieve Analysis of Coal
and Designating Coal Size.
53. D4915: Standard Guide for Manual Sampling of Coal from Tops of
Railroad Cars.
54. D5016: Standard Test Method for Sulfur in Ash from Coal, Coke, and
Residues from Coal Combustion Using High-Temperature Tube Furnace
Combustion Method with Infrared Absorption.
55. D5061: Standard Test Method for Microscopical Determination of Volume
Percent of Textural Components in Metallurgical Coke.
56. D5114: Standard Test Method for Laboratory Froth Floatation of Coal in a
Mechanical Cell.
57. D5142: Standard Test Method for Proximate Analysis of the Analysis
Sample of Coal and Coke by Instrumental Procedures.
58. D5192: Standard Practice for Collection of Coal Samples from Core.
59. D5263: Standard Test Method for Determining the Relative Degree of
Oxidation in Bituminous Coal by Alkali Extraction.
60. D5341: Standard Test Method for Measuring Coke Reactivity Index (CRI)
and Coke Strength After Reaction (CSR).
61. D5373: Standard Test Methods for Instrumental Determination of Carbon,
Hydrogen, and Nitrogen in Laboratory Samples of Coal and Coke.

62. D5515: Standard Test Method for Determination of the Swelling


Properties of Bituminous Coal Using a Dilatometer.
63. D5671: Standard Practice for Polishing and Etching Coal Samples for
Microscopical Analysis by Reflected Light.
64. D5865: Standard Test Method for Gross Calorific Value of Coal and Coke.
65. D5987: Standard Test Method for Total Fluorine in Coal and Coke by
Pyrohydrolytic Extraction and Ion Selective Electrode or Ion
Chromatograph Methods.
66. D6315: Standard Practice for Manual Sampling of Coal from Tops of
Barges.
67. D6316: Standard Test Method for Determination of Total, Combustible
and Carbonate Carbon in Solid Residues from Coal and Coke.
68. D6347/D6347M: Standard Test Method for Determination of Bulk Density
of Coal Using Nuclear Backscatter Depth Density Methods.
69. D6349: Standard Test Method for Determination of Major and Minor
Elements in Coal, Coke, and Solid Residues from Combustion of Coal and
Coke by Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrometry.
70. D6357: Standard Test Method for Determination of Trace Elements in
Coal, Coke, and Combustion Residues from Coal Utilization Processes by
Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometry, Inductively
Coupled Plasma Atomic Mass Spectrometry, and Graphite Furnace Atomic
Absorption Spectrometry.
71. D6414: Standard Test Method for Total Mercury in Coal and Coal
Combustion Residues by Acid Extraction or Wet Oxidation/Cold Vapor
Atomic Absorption.

72. D6518: Standard Practice for Bias Testing a Mechanical Coal Sampling
System.
73. D6542: Standard Practice for Tonnage Calculation of Coal in a Stockpile.
74. D6543: Standard Guide to the Evaluation of Measurements Made by OnLine Coal Analyzers.
75. D6609: Standard Guide for Part-Streaming Sampling of Coal.
76. D6610: Standard Practice for Manually Sampling Coal from Surfaces of a
Stockpile.
77. D6721: Standard Test Method for Determination of Chlorine in Coal by
Oxidative Hydrolysis Microcoulometry.
78. D6722: Standard Testing Method for Total Mercury in Coal and Coal
Combustion Residues by Direct Combustion Analysis.
79. D6796: Standard Practice for Production of Coal, Coke, and Coal
Combustion Samples for Interlaboratory Studies.
80. D6883: Standard Practice for Manual Sampling of Stationary Coal from
Railroad Cars, Barges, Trucks, or Stockpiles.

DAFTAR PUSTAKA
Imambudiraharjo. (2009). Standar ASTM Untuk Analisis Batubara. [Online].
Diakses https://imambudiraharjo.wordpress.com/2009/08/31/standarastm-untuk-analisis-batubara
Mulyadi. Tedi. (2015). Pengertian Senyawa Alifatik. [Online]. Diakses
http://budisma.net/2015/03/pengertian-senyawa-alifatik.html

Anda mungkin juga menyukai