Anda di halaman 1dari 11

ANALISA PERBEDAAN PENGARUH MEDIUM QUENCHING AIR TERSIRKULASI DAN

METODE JOMINY TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI
1045
BAB I
PENDAHULUAN

Novi Yanto1; Syawaldi2; Dody Yulianto3


ABSTRAK

1.1
LATAR BELAKANG
Baja karbon yang dipanaskan sampai pada suhu austenit kemudian didinginkan
Salah
satu jenis
logam yang
yang lebih
sering
secara cepat akan terbentuk struktur martensit yang
memiliki
kekerasan
digunakan
adalah
baja,
khususnya
baja
tinggi dari struktur perlit maupun ferit , proses ini biasa dikenal dengan Quenching.
karbon. Salah
satu sekitar
baja karbon
yang yang
umum
Proses quenching sederhana menghasilkan selubung
uap pada
spesimen
digunakan
adalah
baja
AISI
1045.
Baja
pada gilirannya akan mengakibatkan ketidak seragaman proses pendinginan yang padaini
digunakan
engkol,
parang,
akhirnya memunculkan fasa bukan martensit.biasanya
Penelitian
ini diawaliporos
dengan
penyiapan
cangkul
dandiameter
roda gigi. 25,4 mm, kemudian
spesimen baja AISI 1045 dengan panjang 100
mm dan
spesimen diperlakukan panas hingga temperatur austenit kemudian didinginkan pada
Untuk mendapatkan kekerasan yang
medium quenching dengan sistem air tersirkulasi dan tanpa tersirkulasi. Variasi penelitian
sesuai pada baja yang akan kita pakai dapat
yang dilakukan antara lain dengan quenching air tersirkulasi dengan katup terbuka penuh
dilakukan dengan cara perlakuan panas.
nilai kekarasan nya sebesar 60 Kgf/mm2, quenching air tersirkulasi dengan katup tertutup
Perlakuan panas merupakan perlakuan yang
sebesar 59,7 Kgf/mm2, quenching air tersirkulasi dengan katup tertutup sebesar 58,3
diterapkan pada logam untuk memperoleh
Kgf/mm2, dan quenching tanpa air tersirkulasi sebesar 57 Kgf/mm 2. Terjadi kenaikan
sifat-sifat yang diinginkan seperti keras.
kekerasan dua kali lipat dari specimen standard yaitu sebesar 31,7 Kgf/mm 2. Sedangkan
Proses perlakuan panas terdiri dari beberapa
pada metode jominy dengan katup terbuka penuh 40,8 Kgf/mm 2, jominy dengan katup
tahap, yaitu proses pemanasan logam,
tertutup 38,6 Kgf/mm2, jominy dengan katup tertutup 37,2 Kgf/mm 2. Kemampu
holding time, dan proses pendinginan
(quenching).
Pada
proses
quenching
terjadi
perpindahan panas dari spesimen baja
kelarutan pendingin yang ditandai dengan
terjadinya
pembentukan
gelembunggelembung udara yang kemudian berlanjut
dengan terbentuknya selubung udara pada
permukaan spesimen tersebut. Adanya
selubung udara ini dapat membuat laju
pendinginan menjadi lebih kecil dari pada
laju pendinginan kritis. Turunnya laju
pendinginan ini dapat menyebabkan tidak
tercapainya pembentukan fasa

medium air quenching yang


(circulated water quenching).

tersirkulasi

Untuk mengatasi masalah diatas


dapat dilakukan dengan dua cara, pertama
adalah dengan membuat larutan pendingin
pada bak tersirkulasi, atau dengan cara
membuat spesimen bergerak berputar-putar
di dalam bak larutan pendingin. Membuat
spesimen bergerak berputar-putar di dalam
bak larutan pendingin sangat sulit jika
spesimen memiliki bentuk yang rumit.
Sehingga membuat larutan pada bak
tersirkulasi adalah cara terbaik untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pada
metode quenching.
Sedangkan dengan metode Jominy
(jominy test) dapat dibuktikan bahwa laju
pendinginan
yang
berbeda-beda
akan
menghasilkan
kekerasan
bahan
yang
berbeda. Pada percobaan ini, sampel
dipanaskan
hingga
suhu
austenit,
selanjutnya didinginkan secara merata, lalu
dihitung nilai kekerasannya. Nilai kekerasan
berbanding lurus dengan jarak dari tempat
berakhirnya quenching. Makin lambat laju
pendinginan logam, makin banyak matrik
perlit yang ditampilkan dan kekerasan makin
turun.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah yang diangkat


dalam
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui nilai kekerasan akibat pengaruh
perbedaan medium quenching tersirkulasi
dan metode jominy pada baja AISI 1045.
1.3

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan nilai kekerasan dan struktur
mikro baja AISI 1045 akibat dari perbedaan
media quenching air tersirkulasi dan metode
jominy, kemudian memahami fenomena
perubahan kekerasan dan struktur mikro
pada baja AISI 1045.

martensit. Oleh karena itu, untuk

mempersingkat
waktu
terbentuknya
selubung udara atau meningkatkan laju
pendinginan,
maka
diperlukan
suatu

1.4

2.
3.
4.
5.

6.

Spesimen
yang
digunakan
merupakan baja karbon sedang AISI
1045.
Medium quenching yang digunakan
adalah air tanah.
Analisa hasil proses quenching dan
jominy dengan
menggunakan uji
kekerasan metode Rokcwell C.
Perpindahan panas dari benda ke
medium air diabaikan.
Hanya melakukan analisa struktur
mikro dan uji kekerasan setelah
melakukan heat treatment dengan
pendinginan
water
circulation
quenching dan metode jommny.
Pengujian struktur mikro hanya
dilakukan diarea ujung spesimen
yang terkena semperotan air.

Baja karbon tinggi (high carbon


steel), baja karbon ini memiliki kadar
karbon berkisar 0,7 % - 1,7 % C.

2.2

DIAGRAM KESEIMBANGAN

Fe-Fe3C
Diagram keseimbangan atau diagram
fasa adalah sejumlah data mengenai
perubahan fasa dari berbagai system
paduan yang telah dikumpulkan dan dicatat
dalam bentuk diagram. Salah satu diagram
fasa
idealnya
akan
menggambarkan
hubungan
antara
fasa,
komposisi,
temperatur pada kondisi keseimbangan.
Secara garis besar sistem paduan
besi-karbon dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu baja dan besi tuang (cast iron). Dari
gambar 2.1 tampak bahwa baja tidak
mengandung struktur eutektik, karenanya
dapat dimengerti mengapa sifatnya berbeda
sama sekali dengan besi tuang.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Baja karbon menengah (medium


carbon steel), baja karbon ini
memiliki kadar karbon bekisar 0,3% 0,7%.

BATASAN MASALAH

Masalah yang dibahas dalam Tugas


Akhir ini dibatasai oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1.

BAJA KARBON

Baja karbon adalah logam paduan


dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Fungsi
karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi
bergeser pada kisi kristal (crystal lattice)
atom besi.
Secara umum baja karbon dapat
dikelompokkan atas beberapa
macam,
yaitu:
1

Baja karbon rendah (low carbon


steel), baja karbon ini memiliki kadar
karbon kurang dari 0,30% C.

Gambar 2.1 Diagram kesetimbangan FeFe3C

PROSES PERLAKUAN PANAS


Sifat mekanik tidak hanya tergantung
pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi
juga tergantung pada struktur mikronya.
Suatu paduan dengan komposisi kimia yang
sama dapat memiliki struktur mikro yang
berbeda, dan sifat mekaniknya akan
berbeda. Struktur mikro tergantung pada
proses pengerjaan yang dialami, terutama
proses laku-panas yang diterima selama
proses pengerjaan.

2
Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk
mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang
lebih tinggi.
Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium,
misalnya :

Proses laku-panas adalah kombinasi


dari operasi pemanasan dan pendinginan
dengan kecepatan tertentu yang dilakukan
terhadap logam atau paduan dalam keadaan
padat,
sebagai
suatu
upaya
untuk
memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses lakupanas pada dasarnya terdiri dari beberapa
tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai
ke temperatur tertentu, lalu diikuti dengan
penahanan selama beberapa saat, baru
kemudian dilakukan pendinginan dengan
kecepatan tertentu.

1
2
3
4

Hardening
Martempering
Austempering
Surface
Hardening
(Carburizing,
Nitriding,
Cyaniding,
Flame
hardening, Induction hardening).

HARDENING

Hardening
dilakukan
untuk
memperoleh sifat tahan aus yang tinggi,
kekuatan dan fatigue limit/ strength yang
lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai
tergantung pada kadar karbon dalam baja
dan kekerasan yang terjadi akan tergantung
pada temperatur pemanasan (temperatur
austenitising), holding time dan waktu
pendinginan yang dilakukan serta seberapa
tebal bagian penampang yang menjadi
keras banyak tergantung pada hardenability.
Seperti terlihat pada gambar 2.2.

Secara umum perlakukan panas


(Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2
jenis :
1.
Near Equilibrium (Mendekati
Kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas Near
Equilibrium adalah untuk :
a.

Melunakkan struktur kristal

b. Menghaluskan butir
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Memperbaiki machineability.
Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium,
misalnya :

Gambar 2.2 Diagram proses pendinginan


fasa Austenit.

1
2
3
4
5
6

Diagram
diatas
menggambarkan
tahapan-tahapan
transpormasi
untuk
menghasilkan berbagai variasi struktur
mikro yang terbentuk. Disini, diasumsikan
bahwa 13 % perlit, bainit dan martensit
terbentuk dari perlakuan pendinginan yang

Full Annealing (annealing)


Stress relief Annealing
Process annealing
Spheroidizing
Normalizing
Homogenizing

berlanjut. Selanjutnya pembentukan bainit


hanya dapat untuk baja paduan (bukan
untuk jenis baja karbon biasa). Dan
martensit serta martensit temper digunakan
untuk teknik penguatan dan perlakuan
panas.

pada suatu periode perlakuan panas pada


temperatur konstan serta diikuti dengan
pendinginan yang berlanjut.

KEMAMPUKERASANBAJA
(HARDENABILITY)
Hardenability adalah kemampuan
logam atau paduan untuk membentuk
martensit pada pendinginan yang lambat.
Kemampuan logam atau paduan melalui
proses
pengerasan
secara
keseluruhan.Mengapa keseluruhan? Bagian
tengah benda yang seharusnya mengalami
pendinginan lambat juga harus bersifat
keras.

Sebagian besar perlakuan panas


untuk baja melibatkan pendinginan berlanjut
dari spesimen menuju temperatur ruang.
Diagram transformasi isotermal berlaku
hanya untuk kondisi dimana temperatur
transformasinya adalah konstan, sehingga
diagram tersebut harus diubah
untuk
transformasi yang berlangsung seiring
dengan perubahan temperatur.
Untuk pendinginan berlanjut, waktu
yang dibutuhkan untuk permulaan dan akhir
dari reaksi mengalami penundaan. Maka
diagram transformasi isotermal digeser ke
arah waktu yang lebih lama dan temperatur
yang lebih rendah. Diagram transformasi
yang mengandung kurva perubahan dan
akhir dari reaksi disebut sebagai diagram
transformasi berlanjut atau continuous
cooling
transformation
diagram
(CCT
diagram). Dapat dilihat pada gambar 2.3.

Kekerasan yang dihasilkan baja


sangat ditentukan oleh jumlah relative
martensit di dalam struktur mikro dan juga
hanya tercapai bila terbentuk 100%
martensit.
Baja
yang
dengan
cepat
bertranformasi dari austenit menjadi ferit
dan karbida mempunyai kemampukerasan
yang rendah karena dengan terjadinya
transformasi pada suhu tinggi, martensit
tidak terbentuk. Sebaliknya baja dengan
tranformasi yang lambat dari austenite ke
ferit
dan
karbida
mempunyai
kemampukerasan
yang
lebih
besar.
Kekerasan mendekati maksimum dapat
dicapai pada baja dengan hardenability yang
tinggi dengan pencelupan sedang dan
dibagian tengah baja dapat dicapai kekerasa
yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih
lambat.
Faktor-faktor
yang
hardenability adalah:
1
2

Gambar 2.3 Diagram CCT

3
Diagram
tersebut
memberikan
perkiraan dari struktur mikro yang terbentuk

mempengaruhi

Persen karbon (%C), %C naik maka


hardenability naik dan kekerasan
naik.
Jumlah paduan, dimana jumlah
paduan naik maka hardenability juga
naik.
Ukuran butir austenit, makin besar
ukuran butir hardenability akan
meningkat.

KURVA HARDENABILITY

rendah.

Bagi setiap jenis baja terdapat


hubungan langsung dan konsisten antara
kekerasan dan laju pendinginan. Akan tetapi
hubungan ini tidak linear. Selain itu landasan
teori untuk analisa kuantitatif cukup rumit.
Percobaan jomminy merupakan salah satu
jenis
percobaan
untuk
mengetahui
hardenabiliti suatu baja secara singkat dan
memenuhi standar pengujian. Dengan
menggunakan pengujian ini memungkinkan
para ahli untuk memperkirakan kekerasan
pada
penggunaan
tertentu
dan
membandingkan kekerasan antara berbagai
jenis baja.
Pada jominy test, batang bulat
dengan ukuran diameter 25,4 mm dan
panjang 100 mm dipanaskan pada daerah
austenit kemudian ujung bagian bawah
disemprotkan air dengan kecepatan dan
tekanan tertentu seperti terlihat pada
gambar 2.4.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

PROSEDUR PENGUJIAN

Spesimen uji
yang
digunakan
dalam penelitian ini berupa silinder pejal
dengan panjang 100 cm dan diameternya 65
mm. Spesimen uji dibubut datar sepanjang
95 dengan diameter 25,4mm, kemudian
spesimen uji dipanaskan didalam furnace
pada temperatur dengan waktu penahanan
20 menit yang dimaksudkan supaya
menghasilkan struktur mikro austenit yang
homogen.
Urutan penelitian ditunjukkan pada gambar
3.1

Gambar 2.6 Jominy test


Nilai kekerasan sepanjang gradient
laju pendinginan diukur dengan pengukur
kekerasan
Rockwell
dan
hasilnya
digambarkan sebagai kemampukerasan.
Seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 kurva kemampukerasan baja

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Ujung spesimen yang dikenai air mengalmi


pendinginan yang sangat cepat, oleh karena
itu memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari
titik-titik yang menjauhi permukaan, oleh
karena itu nilai kekerasanya pun lebih

Adapun
jumlah
spesimen
yang
digunakan adalah sebanyak 8 spesimen
dengan
pengkodean
sesuai
perlakuan
masing-masing. Seperti terlihat pada tabel
3.1.

Tabel 3.1
Perlakuan.

Pengkodean

Material

Sesuai

kadar karbon 0,7-1,7% C. Berdasarkan AISI


(American Iron and Steel Institute) maka
baja ini dikategorikan baja karbon sedang

NILAI
KEKERASAN
QUENCHING
AIR
TERSIRKULASI

Pada pengujian ini didapat nilai


kekerasan bahan pada masing-masing
spesimen adalah seperti yang terlihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai Kekerasan Quenching Air
Tersirkulasi Dan Tanpa Sirkulasi

BAB IV
DATA DAN ANALISA PENGUJIAN

1
Komposisi Kimia Baja
Setiap baja maupun material lainnya
memiliki sifat yang berbeda-beda sesuai
dengan komposisi unsur kimia yang
dikandung dan perlakuan yang telah dialami
oleh baja tersebut. Berdasarkan pengujian
komposisi unsur kimia dari baja AISI 1045
dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Kandungan Unsur Kimia Pada AISI
1045

Untuk lebih jelasnya nilai kekerasan


pada permukaan specimen dapat diliha pada
gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik Nilai Kekerasan


Terhadap Jarak
Untuk Semua Spesimen Uji Quenching

Karena dilihat dari unsur kimia pada


table 4.1 dimana baja karbon rendah
memiliki kadar karbon kurang dari 0,3%C,
baja karbon sedang memiliki kadar karbon
0,3-0,7%C dan baja karbon tinggi memiliki

Gambar 4.1 menjelaskan grafik


kenaikan kekerasan Rockwell C dari setiap
spesimen uji. Pada grafik dapat dengan jelas
terlihat bahwa kenaikan tingkat kekerasan

dari specimen awal terhadap specimen yang


diberikan perlakuan panas mengalami
kenaikan hampir 2 kali lipat dari kekerasan
awal. Hal ini disebabkan karena terjadi
perubahan fasa perrit menjadi martensit.

ANALISA STRUKTUR MIKRO

Dari
hasil
pengamatan
yang
dilakukan
terhadap
Baja
AISI
1045
didapatkan photo struktur mikro dengan
pembesaran 100x. Berikut ini adalah hasil
photo struktur mikro baja AISI 1045 yang
dibedakan perlakuan pada proses masingmasing.

NILAI KEKERASAN JOMINY

Pada pengujian ini didapat nilai


kekerasan bahan pada masing-masing
specimen adalah seperti yang terlihat pada
tabel 4.3.

Struktur Mikro Pada Specimen Awal


(N0)
Struktur mikro dari baja AISI 1045
yang belum mengalami perlakuan panas
dapat dilihat pada gambar 4.3

Untuk lebih jelasnya nilai kekerasan


pada permukaan specimen dapat diliha pada
gambar 4.2.
Gambar 4.3 Struktur Mikro Specimen
Standar (N0)
Dengan Pembesaran 100x

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa


struktur yang terkandung oleh material awal
masih lebih banyak perlit yang berwarna
putih bergaris-garis hitam dan putih dan ferit
putih terang.
2
Gambar 4.2 menjelaskan grafik
kenaikan kekerasan Rockwell C dari setiap
specimen uji. Pada grafik dapat dengan jelas
terlihat bahwa kenaikan tingkat kekerasan
dari specimen awal terhadap specimen yang
diberikan perlakuan panas mengalami
kenaikan hampir 50% dari kekerasan awal.
Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan
fasa ferrit menjadi martensit.

Struktur Mikro Pada Quenching Tanpa


Air Tersirkulasi (Q0)

Gambar 4.4 Struktur Mikro Pada Quenching


Tanpa Air Tersirkulasi (Q0) Dengan
Pembesaran 100x

Gambar 4.4 menunjukkan struktur


mikro pada specimen quenching tanpa air
tersirkulasi dengan pembesaran 100x. disini
dapat kita lihat perlit lebih banyak dari pada
quenching dengan tersirkulasi dikarenakan
pendinginan
yang
kurang
sempurna
disebabkan
oleh
gelembung-gelembung
asap yang menghambat laju pendinginan.

Gambar 4.6 Struktur Mikro Quenching


Dengan Agitasi Katup Tertutup (Q2)
Dengan Pembesaran 100x
Gambar 4.6 menunjukkan Struktur
mikro pada specimen quenching dengan
agitasi katup tertutup (Q2) dengan
pembesaran 100x. dimana martensit sedikit
berkurang dan menyebabkan kekerasannya
juga menurun.
5
Struktur
Mikro
Pada
Specimen
Quenching Dengan Agitasi Katup
Tertutup

Struktur mikro pada specimen quenching


dengan agitasi katup terbuka penuh

Gambar 4.5 Struktur Mikro Quenching


Dengan Agitasi

Gambar 4.7 Struktur Mikro Quenching


Dengan Agitasi

Katup Terbuka Penuh (Q1) Dengan


Pembesaran 100x

Katup Tertutup (Q3) Dengan Pembesaran


100x
Gambar 4.7 Struktur mikro pada
specimen quenching dengan agitasi katup
tertutup (Q3) dengan pembesaran 100x.
dimana
martensit
berkurang
dan
menyebabkan kekerasannya juga menurun.
6
Jominy Dengan Agitasi Katup Terbuka
Penuh

Gambar 4.5 menunjukkan Struktur


mikro pada specimen quenching dengan
agitasi katup terbuka penuh (Q1) dengan
pembesaran 100x. Disini dapat kita lihat
pertumbuhan
martensit
lebih
banyak
dibanding dengan specimen lainnya.
4
Struktur
Mikro
Pada
Specimen
Quenching Dengan Agitasi Katup
Tertutup

Gambar 4.8Struktur Mikro Jominy Dengan


Agitasi

Gambar 4.10 Struktur Mikro Jominy dengan


agitasi

Katup Terbuka Penuh (J1) Dengan


Pembesaran 100x

katup tertutup (J3) Dengan Pembesaran


100x

Gambar 4.8 menunjukkan Struktur


mikro pada spesimen jominy dengan agitasi
katup
terbuka
penuh
(J1)
dengan
pembesaran 100x. disini dapat kita lihat
pertumbuhan martensit lebih dominan tetapi
perlit dan ferit sudah mulai nampak
sehingga kekerasan sedikit menurun.
7
Jominy Dengan Agitasi Katup Tertutup

Gambar 4.10 menunjukkan Struktur


mikro pada spesimen jominy dengan agitasi
katup tertutup (J3) dengan pembesaran
100x. disini dapat kita lihat pertumbuhan
martensit sedikit berkurang dan perlit serta
ferit bertambah banyak sehingga spesimen
menjadi menurun kekerasannya.
1
2

Gambar 4.9 Struktur Mikro Jominy Dengan 3


Agitasi
Katup Tertutup (J2) Dengan Pembesaran
100x

KESIMPULAN
Semakin cepat pendinginan maka nilai
kekerasan yang dihasilkan semakin
tinggi.
Nilai kekerasan dengan menggunakan
metode quenching air tersirkulasi lebih
baik dari pada tanpa tersirkulasi. Itu
kersena pembentukan struktur martensit
yang lebih sempurna dari pada proses
quenching tanpa air tersirkulasi.
Terjadi perubahan struktur pada specimen
uji hal ini dapat dibuktikan dengan
naiknya kekerasan specimen uji, selain
itu juga dapat dibuktikan dengan
diagram CCT.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 4.9 menunjukkan Struktur


mikro pada specimen jominy dengan agitasi
katup tertutup (J2) dengan pembesaran
100x. Disini dapat kita lihat struktur mikro
masih didominasi oleh martensit dan sedikit
perlit tetapi ferit sudah mulai banyak yang
menyebabkan spesimen menjadi lunak.
8
Jominy Dengan Agitasi Katup Tertutup

10

Van Vlack H.L. Elemen-Elemen Ilmu


dan Rekayasa Material, Erlangga.
Jakarta. 2001

Smallman R.E., Bishop R.J, Metalurgi


Fisik Modern dan Rekayasa Material,

3
4
5
6

Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta,


2000.
Calister
W.D.
Fundamentals
of
Materials Science and Engineering
Supardi Rachmat.
Pengetahuan
Material. Tarsito. Bandung. 1997
Surdia Tata dan Saito Shinroku.
Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya
Paramita. Jakarta 2005.
Schey John A, Proses Manufaktur,
Andi, Yogyakarta, 2009.

7
8
9
10

11

Daryanto. Proses Pengolahan Besi


dan Baja. Satu Nusa. Bandung,2010.
Sofyan T bondan, pengantar material
teknik. Salemba teknik. Jakarta 2010
Holman
JP.
Perpindahan
Kalor.
Erlangga. Jakarta. 1994.
Mott L Robert. Elemen-elemen mesin
dalam perancangan mekanis. Andi.
Yogyakarta. 2009.

Anda mungkin juga menyukai