METODE JOMINY TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI
1045
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Baja karbon yang dipanaskan sampai pada suhu austenit kemudian didinginkan
Salah
satu jenis
logam yang
yang lebih
sering
secara cepat akan terbentuk struktur martensit yang
memiliki
kekerasan
digunakan
adalah
baja,
khususnya
baja
tinggi dari struktur perlit maupun ferit , proses ini biasa dikenal dengan Quenching.
karbon. Salah
satu sekitar
baja karbon
yang yang
umum
Proses quenching sederhana menghasilkan selubung
uap pada
spesimen
digunakan
adalah
baja
AISI
1045.
Baja
pada gilirannya akan mengakibatkan ketidak seragaman proses pendinginan yang padaini
digunakan
engkol,
parang,
akhirnya memunculkan fasa bukan martensit.biasanya
Penelitian
ini diawaliporos
dengan
penyiapan
cangkul
dandiameter
roda gigi. 25,4 mm, kemudian
spesimen baja AISI 1045 dengan panjang 100
mm dan
spesimen diperlakukan panas hingga temperatur austenit kemudian didinginkan pada
Untuk mendapatkan kekerasan yang
medium quenching dengan sistem air tersirkulasi dan tanpa tersirkulasi. Variasi penelitian
sesuai pada baja yang akan kita pakai dapat
yang dilakukan antara lain dengan quenching air tersirkulasi dengan katup terbuka penuh
dilakukan dengan cara perlakuan panas.
nilai kekarasan nya sebesar 60 Kgf/mm2, quenching air tersirkulasi dengan katup tertutup
Perlakuan panas merupakan perlakuan yang
sebesar 59,7 Kgf/mm2, quenching air tersirkulasi dengan katup tertutup sebesar 58,3
diterapkan pada logam untuk memperoleh
Kgf/mm2, dan quenching tanpa air tersirkulasi sebesar 57 Kgf/mm 2. Terjadi kenaikan
sifat-sifat yang diinginkan seperti keras.
kekerasan dua kali lipat dari specimen standard yaitu sebesar 31,7 Kgf/mm 2. Sedangkan
Proses perlakuan panas terdiri dari beberapa
pada metode jominy dengan katup terbuka penuh 40,8 Kgf/mm 2, jominy dengan katup
tahap, yaitu proses pemanasan logam,
tertutup 38,6 Kgf/mm2, jominy dengan katup tertutup 37,2 Kgf/mm 2. Kemampu
holding time, dan proses pendinginan
(quenching).
Pada
proses
quenching
terjadi
perpindahan panas dari spesimen baja
kelarutan pendingin yang ditandai dengan
terjadinya
pembentukan
gelembunggelembung udara yang kemudian berlanjut
dengan terbentuknya selubung udara pada
permukaan spesimen tersebut. Adanya
selubung udara ini dapat membuat laju
pendinginan menjadi lebih kecil dari pada
laju pendinginan kritis. Turunnya laju
pendinginan ini dapat menyebabkan tidak
tercapainya pembentukan fasa
tersirkulasi
1.2
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan nilai kekerasan dan struktur
mikro baja AISI 1045 akibat dari perbedaan
media quenching air tersirkulasi dan metode
jominy, kemudian memahami fenomena
perubahan kekerasan dan struktur mikro
pada baja AISI 1045.
mempersingkat
waktu
terbentuknya
selubung udara atau meningkatkan laju
pendinginan,
maka
diperlukan
suatu
1.4
2.
3.
4.
5.
6.
Spesimen
yang
digunakan
merupakan baja karbon sedang AISI
1045.
Medium quenching yang digunakan
adalah air tanah.
Analisa hasil proses quenching dan
jominy dengan
menggunakan uji
kekerasan metode Rokcwell C.
Perpindahan panas dari benda ke
medium air diabaikan.
Hanya melakukan analisa struktur
mikro dan uji kekerasan setelah
melakukan heat treatment dengan
pendinginan
water
circulation
quenching dan metode jommny.
Pengujian struktur mikro hanya
dilakukan diarea ujung spesimen
yang terkena semperotan air.
2.2
DIAGRAM KESEIMBANGAN
Fe-Fe3C
Diagram keseimbangan atau diagram
fasa adalah sejumlah data mengenai
perubahan fasa dari berbagai system
paduan yang telah dikumpulkan dan dicatat
dalam bentuk diagram. Salah satu diagram
fasa
idealnya
akan
menggambarkan
hubungan
antara
fasa,
komposisi,
temperatur pada kondisi keseimbangan.
Secara garis besar sistem paduan
besi-karbon dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu baja dan besi tuang (cast iron). Dari
gambar 2.1 tampak bahwa baja tidak
mengandung struktur eutektik, karenanya
dapat dimengerti mengapa sifatnya berbeda
sama sekali dengan besi tuang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
BATASAN MASALAH
BAJA KARBON
2
Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk
mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang
lebih tinggi.
Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium,
misalnya :
1
2
3
4
Hardening
Martempering
Austempering
Surface
Hardening
(Carburizing,
Nitriding,
Cyaniding,
Flame
hardening, Induction hardening).
HARDENING
Hardening
dilakukan
untuk
memperoleh sifat tahan aus yang tinggi,
kekuatan dan fatigue limit/ strength yang
lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai
tergantung pada kadar karbon dalam baja
dan kekerasan yang terjadi akan tergantung
pada temperatur pemanasan (temperatur
austenitising), holding time dan waktu
pendinginan yang dilakukan serta seberapa
tebal bagian penampang yang menjadi
keras banyak tergantung pada hardenability.
Seperti terlihat pada gambar 2.2.
b. Menghaluskan butir
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Memperbaiki machineability.
Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium,
misalnya :
1
2
3
4
5
6
Diagram
diatas
menggambarkan
tahapan-tahapan
transpormasi
untuk
menghasilkan berbagai variasi struktur
mikro yang terbentuk. Disini, diasumsikan
bahwa 13 % perlit, bainit dan martensit
terbentuk dari perlakuan pendinginan yang
KEMAMPUKERASANBAJA
(HARDENABILITY)
Hardenability adalah kemampuan
logam atau paduan untuk membentuk
martensit pada pendinginan yang lambat.
Kemampuan logam atau paduan melalui
proses
pengerasan
secara
keseluruhan.Mengapa keseluruhan? Bagian
tengah benda yang seharusnya mengalami
pendinginan lambat juga harus bersifat
keras.
3
Diagram
tersebut
memberikan
perkiraan dari struktur mikro yang terbentuk
mempengaruhi
KURVA HARDENABILITY
rendah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
PROSEDUR PENGUJIAN
Spesimen uji
yang
digunakan
dalam penelitian ini berupa silinder pejal
dengan panjang 100 cm dan diameternya 65
mm. Spesimen uji dibubut datar sepanjang
95 dengan diameter 25,4mm, kemudian
spesimen uji dipanaskan didalam furnace
pada temperatur dengan waktu penahanan
20 menit yang dimaksudkan supaya
menghasilkan struktur mikro austenit yang
homogen.
Urutan penelitian ditunjukkan pada gambar
3.1
Adapun
jumlah
spesimen
yang
digunakan adalah sebanyak 8 spesimen
dengan
pengkodean
sesuai
perlakuan
masing-masing. Seperti terlihat pada tabel
3.1.
Tabel 3.1
Perlakuan.
Pengkodean
Material
Sesuai
NILAI
KEKERASAN
QUENCHING
AIR
TERSIRKULASI
BAB IV
DATA DAN ANALISA PENGUJIAN
1
Komposisi Kimia Baja
Setiap baja maupun material lainnya
memiliki sifat yang berbeda-beda sesuai
dengan komposisi unsur kimia yang
dikandung dan perlakuan yang telah dialami
oleh baja tersebut. Berdasarkan pengujian
komposisi unsur kimia dari baja AISI 1045
dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Kandungan Unsur Kimia Pada AISI
1045
Dari
hasil
pengamatan
yang
dilakukan
terhadap
Baja
AISI
1045
didapatkan photo struktur mikro dengan
pembesaran 100x. Berikut ini adalah hasil
photo struktur mikro baja AISI 1045 yang
dibedakan perlakuan pada proses masingmasing.
KESIMPULAN
Semakin cepat pendinginan maka nilai
kekerasan yang dihasilkan semakin
tinggi.
Nilai kekerasan dengan menggunakan
metode quenching air tersirkulasi lebih
baik dari pada tanpa tersirkulasi. Itu
kersena pembentukan struktur martensit
yang lebih sempurna dari pada proses
quenching tanpa air tersirkulasi.
Terjadi perubahan struktur pada specimen
uji hal ini dapat dibuktikan dengan
naiknya kekerasan specimen uji, selain
itu juga dapat dibuktikan dengan
diagram CCT.
DAFTAR PUSTAKA
10
3
4
5
6
7
8
9
10
11