Anda di halaman 1dari 4

Nama

: FAWZY PRADITIA ZUNANDA

NIM

: 2013513415

PROGDI

: S-1 MANAJEMEN/ VII

UU PERATURAN PAJAK TERKAIT DENGAN WAJIB PAJAK

Subjek pajak merupakan istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan


perpajakan di Indonesia untuk orang pribadi atau badan yang tunduk pada kewajiban untuk
melaksanakan hak dan kewajiban yang diatur dalam peraturan perpajakan di Indonesia.
Subjek Pajak menurut Undang-Undang Pajak di Indonesia
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (UU Pajak
Penghasilan), menetapkan Subjek Pajak sebagai berikut:
1. (a) orang pribadi atau (b) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;
2. badan usaha yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia;
3. bentuk usaha tetap. Bentuk usaha tetap merupakan Subjek Pajak yang perlakuan
perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan (bentuk usaha tetap adalah
bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia).
Wajib Pajak menurut Undang-Undang Pajak di Indonesia

Subjek Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Wajib Pajak dikenakan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun pajak atau bagian tahun pajak, apabila
kewajiban pajak mulai dan berakhir pada tahun pajak. Berdasarkan Undang-Undang Pajak
Penghasilan, istilah tahun pajak berarti tahun kalender. Namun, Wajib Pajak dapat
menggunakan tahun buku yang menyimpang dari tahun kalender sepanjang tahun buku
tersebut memiliki periode 12 bulan.
Subyek Pajak Dalam Negeri dan Subyek Pajak Luar Negeri
Subyek Pajak dibagi menjadi SUbyek Pajak Dalam Negeri dan Subyek Pajak Luar Negeri.
Subyek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 ayat (3) UU Pajak Penghasilan menetapkan Subyek Pajak Dalam Negeri sebagai
berikut:
1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, (i) orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau (ii) orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
2. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
3. penerimaannya

dimasukkan

dalam

anggaran

Pemerintah

Pusat

atau

Pemerintah Daerah; dan


4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara; dan
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakannya, warisan tersebut

menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak. Apabila warisan tersebut telah
dibagi, kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris. Warisan yang belum
terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai subyek pajak luar negeri yang
tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia, tidak dianggap sebagai subyek pajak pengganti karena pengenaan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dimaksud melekat pada
objeknya (penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf c UU Pajak Penghasilan).
Pasal 3 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER 43/PJ/2011 tentang
Penentuan Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri (PER-43/PJ/2011)
lebih lanjut menetapkan bahwa orang pribadi yang merupakan subjek pajak dalam negeri
menjadi wajib pajak dalam negeri, apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia dan besarnya penghasilan melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak. Menurut Pasal 3 ayat (4) PER-43/PJ/2011, badan yang merupakan subjek pajak
dalam negeri menjadi Wajib Pajak Dalam Negeri, sejak saat didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia dan menerima penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia.
Subyek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 ayat (4) UU Pajak Penghasilan menetapkan Subyek Pajak Luar Negeri sebagai
berikut: (i) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan dan (ii) badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia:
1. yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia; dan
2. Yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Menurut Pasal 2 ayat (5) UU Pajak Penghasilan, bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha
yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai