Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kebijakan

Kependudukan di Indonesia

Oleh :
Nama

: Zetry Prawira

NRP

: 5213100192

Kelas

: 46

Jurusan Sistem Informasi


Fakultas Teknologi Informasi ITS

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang kebijakan kependudukan di Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Surabaya, 5 April 2016

Penulis

Page 1 of 13

Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 1
Daftar Isi ................................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ........................................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Kebijakan Kependudukan ......................................................................................... 5
2.2 Ruang Lingkup Kebijakan Penduduk ........................................................................................... 5
2.3 Macam Macam Kebijakan Penduduk ....................................................................................... 7
2.4 Kebijakan Kependudukan di Indonesia ....................................................................................... 8
2.5 Pengaruh MEA terhadap Kependudukan Indonesia ................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................................. 11
REFERENSI ............................................................................................................................................. 12

Page 2 of 13

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika era globalisasi dan informasi belum sepenuhnya diantisipasi, Indonesia harus
menghadapi krisis ekonomi dan reformasi yang berlanjut dengan berbagai tuntutan seperti otonomi,
demokratisasi, dan perlindungan hak-hak asasi manusia. Berbagai hal itu sering terkait satu dengan
lainnya. Tuntutan seperti itupun merupakan hal yang wajar. Sayangnya, masalah-masalah besar itu
tidak bias dipecahkan segera dan serempak, bahkan fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa satu
permasalahanpun seringkali tidak dapat dipecahkan dengan memuaskan. Karenanya, masalah yang
dihadapi Indonesia sekarang sangat kompleks dan berlarut-larut.
Apakah kaitan antara perubahan-perubahan itu dengan kebijakan kependudukan? Untuk
menjawab pertanyaan ini, ada baiknya dilihat dulu lingkup permasalahan kependudukan. Pada satu
sisi, permasalahan itu berputar pada masalah pokok demografis, yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas
(kematian), dan mobilitas (migrasi).
Secara sepintas, terutama bagi orang awam, permasalahan ini tampak sederhana. Namun,
bila menyadari bahwa permasalahan kependudukan tidak mengkaji individu per individu, masalahnya
tidak pernah sederhana. Oleh karena itu, pada sisi lain, permasalahan kependudukan bias melebar ke
berbagai permasalahan sosial ekonomi lain.
Kebijakan kependuduian merupakan suatu gejala yang relativ masi mudah. Berbagai kebijakan
bidang ekonomi maupun social merupakan alternative dalam peningkatan tingkat kesejahteraan
penduduk. Kebijakan tersebut meliputi bidang antara lain : Penyediaan lapangan kerja, kesemptan
pendidikan, meningkatakan kesehatan serta usaha-usaha menambah kesejahteraan penduduk
lainnya. Berbagai hal tersebut mempengaruhi penduduk baik mengenai jumlah, komposisi dan
distribusi atau persebaran pertumbuhan serta cici-ciri penduduk lainnya.
Hal ini perlu juga di bedakan antara kebijakan yang mempengaruhi variabel variabel
kependudukan maupunyang langsung terhadap penduduk tersebut. Kebijakan yang mempengaruhi
variable kependudukan antara lain ialah memngedakan faksinasi anak-anak yang menyelamatkan
mereka dari berbagai penyakit anak yang bebahaya diantara lain : Polio, BSG, hepatitis dan lain-lain.
Terhadap hal tersebut akan menurunkan angka kematian anak sehingga akan mempengaruhi angka
kematian penduduk secar keseluruhan.
Kebijakan yang menanggapi perubahan penduduk antara lain didirikannya sekolah-sekolah
baru, baik untuk menunjang kelebihan jumlah anak sekolah atau untuk merubah jenjang dan jenis
sekolah seperti yang dibutuhkan di masyarakat.
Sedangkan kebijakan yang mempengaruhi variable kependudukan secara langsung dalm hal
ini antara lain : Pelyanan kontasepsi yang langsung mempengaruhi besarnya penurunan jumlah
penduduk akibat kelahiran ( natalitas ). Kebijakan kependudukan yang bersifat tidak langsung misalna
dengan pencabutan subsidi pada keluarga yang mempunyai anak lebih dari 2, sehingga anak ketiga (
3 ) atau dan seterusnya tidak akan mendapatkan subsidi.
Disini akan di bahas beberapa tentang kebijakan penduduk yang di lakukan pemerintah yang
bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk.

Page 3 of 13

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini akan di bahas beberapa masalah antara lain:
1.
2.
3.
4.

Ruang lingkup kebijakan penduduk Indonesia


Macam-macam kebijakan penduduk Indonesia
Kebijakan penduduk di Indonesia
Kondisi kependudukan Indonesia pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.

Mengenal tentang kebijakan penduduk.


Mengetahui macam-macam kebijakan penduduk.
Mengetahui kebijakan penduduk yang diambiil pemerintah Indonesia.
Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia seputar kondisi kependudukan di era
Masyarakat Ekonomi ASEAN.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

Mahasiswa dapat memahami maksud dan tujuan kebijakan penduduk.


Mahasiswa dapat kebijakan kebijakan kependudukan yang ada di Indonesia
Mahasiswa dapat mengenal segala hal yang berkaitan dengan kebijakan penduduk.
Mahasiswa dapat memahami pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap
keberlangsungan kebijakan dan pertumbuhan penduduk Indonesia.

Page 4 of 13

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan Kependudukan
Kebijakan Kependudukan adalah kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi besar,
komposisi, distribusi dan tingkat perkembangan penduduk. Sedangkan menurut DR. Elibu Bergman
(Harvard university) mendefinisikan kebijakan penduduk sebagai tindakan-tindakan pemerintah untuk
mencapai suatu tujuan dimana didalamnya termasuk pengaruh dan karakteristik penduduk.
Pada tahun 1965 PBB mempunyai kebijakan kependudukan yang jelas dan menjadi dasar bagi
tindakan-tindakan yang nyata, walaupun badan yang bernama The Population Commission dengan
resmi sudah dapat disahkan pada tanggal 3 oktober 1946. Selain itu, kebijakan penduduk menurut
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ialah lankgah-langkah dan program-program yang membantu
tercapainya tujuan-tujuan ekonomi,social,demografis dan tujuan-tujuan umum yang lainnya dengan
jalan mempengaruhi variable-veriabel demografi yang utama, yaitu besar dan pertumbuhan
penduduk serta perubahan dan ciri-ciri demografinya. Secara umum kebijakan penduduk harus
ditujukan untuk:
1) Melindungi kepentingan dan mengembangkan kesejahteraan penduduk itu sendiri terutama
generasi yang akan datang.
2) Memberikan kemungkinan bagi tiap-tiap orang untuk memperoleh kebebasan yang lebih
besar, guna menentukan apa yang terbaik bagi kesejahteraan diri, keluarga dan anaknya.
3) Kebijakan harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk itu sendiri.
Pemecahan masalah kependudukan dengan pengendalian kelahiran saja tidak menjamin
bahwa hasilnya secara otomatis akan meningkatkan kualitas hidup penduduk yang
bersangkutan atau generasi yang akan datang.

2.2 Ruang Lingkup Kebijakan Penduduk


Kebijakan penduduk berkaitan erat dengan dinamika kependudukan yaitu perubahanperubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi.
Pada waktu ini kebijakan mengenai fertilitas hanya di hubungkan dengan penurunan fertilitas
melalui Keluarga Berencana. Bahkan banyak orang beranggapan bahwa kebijakn penduduk identik
dengan Keluarga Berencana. Masalah yang dapat mempengaruhi fertilitas ialah nuptialitas, yaitu halhal yang berhubungan dengan perkawinan. Umur pekawinan pertama, gampang atau sukarnya
perceraian serta perkawinan ulang dapat dihubungkan dengan kebijakan kependudukan juga.
Kebijakan tentang mortalitas biasanya langsung dihubungkan dengan kesehatan, bahkan
sering dihubungkan dengan klinik,rumah sakit, dan dokter. Mortalitas mempunyai hubungan yang
erat dengan morbiditas ( tentang sakit ). Sehingga besar orng yang mati disebabkan karena sakit, dan
hanya sedikt yang meninggal karena kecelakan. Sebagian sangat kecil mati karena bunuh diri. Karena
itu mortalitas dan morbiditas harus di pahami sekaligus.
Pemerintah tidak secara eksplisit memiliki kebijaksanaan mempengaruhi mortalitas seperti
yang dilakukan untuk menurunkan angka fertilitas. Penurunan mortalitas merupakan tujuan semua
pemerintah termasuk mereka yang menginginkan untuk mengurangi rata-rata pertumbuhan
penduduk.
a. Kebijaksanaan yang Menurunkan Mortalitas
Semua kebijaksanaan pemerintah yang secara langsung berkaitan dengan penurunan
mortalitas adalah semua yang mensupport pengembangan pengetahuan medis yang berpotensi
meningkatkan umur manusia (life expectacy), usaha pemerintah yang diarahkan untuk mengurangi
menjalarnya atau datangnya penyakit tertentu, usaha untuk menjaga keselamatan dalam perjalanan,
menyediakan pelayanan kesehatan bagi para wanita hamil, serta pemerintah juga telah menurunkan
angka kematian dengan pengaturan rokok.
Page 5 of 13

b. Kebijaksanaan yang Meningkatkan Angka Mortalitas


Rasanya janggal bahwa kebijaksanaan yang meningkatkan agka mortalitas ini ada, kerena
pemerintah justru menghendaki sebaliknya. Tetapi, berbagai kebijakan pemerintah yang
mencelakakan kesehatan, meskipun secara tidak sengaja, akhirnya juga meningkatkan kematian.
Migrasi merupakan mekanisme redistribusi penduduk. Hanya dengan migrasi distribusi
penduduk dapat dipengaruhi dalam jangka relative pendek. Dalam membahas migrasi biasanya
urbanisasi dicakup pula didalamnya. Urbanisasi sebagi keadaan dan proses pemusatan penduduk di
daerah urban (perkotaan) banyak dipengaruhi oleh migrasi dari desa ke kota. Karena itu ada anggapan
seolah-olah urbanisasi hanya disebabkan migrasi dari desa ke kota, atau urbanisasi di anggap identik
dengan migrasi dari desa ke kota. Padahal urbanisasi disebabkan oleh tiga factor, yaitu pertambahan
alami,migrasi desa kota dan reklasifikasi daerah pedesaan (rural) menjadi perkotaan (urban).
a. Kebijaksanaan Emigrasi
Sejumlah negara mencoba menghambat emigrasi melalui restriksi atau hambatan hukum,
sosial, dan ekonomi. Pada konfrensi PBB di Bucharest 1974 ternyata 72 negara berusaha menghambat
emigrasi permanen. Negara-negara yang menghambat permanen emigrasi adalah RRC dan Uni Soviet.
Maroko, Tunisia, dan Angeria telah berani mendorong emigrasi sebagai bagian dari usaha untuk
memecahkan masalah pengangguran dalam negeri. Emigrasi juga disetujui pemerintah, bila terjadi
perbedaan agama dan budaya.
Di Indonesia, berdasarkan pasal 23 Undang Undang Republik Indonesia nomor 12 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, seseorang kehilangan kewarganegaraannya, jika yang
bersangkutan:
1) Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauan sendiri;
2) Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3) Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonan sendiri, sudah
berusia 18 tahun, bertempat tinggal di luar negeri;
4) Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahuludari Presiden;
5) Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing;
6) Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing;
7) Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan
untuk suatu negara asing;
8) Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara.
b. Kebijaksanaan Immigrasi
Kebijakan immigrasi biasanya berubah sebagai respons terhadap faktor-faktor demografis,
ekonomi, dan politik nasional. Negara-negara yang menginginkan jumlah immigrasi yang besar pada
suatu waktu apabila mereka memiliki tanah kosong yang tersedia untuk dihuni, tetapi mereka tidak
menginginkan immigrasi apabila tenaga kerja mereka sudah kurang mampu mengabsorpsi immigran
baru.
Di indonesia warganegara asing dapat menjadi warganegara Indonesia melalui proses
pewarganegaraan yang di atur dalam Undang Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2006, bab
III pasal 9 yang menyatakan permohonan kewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin;
2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling sinkat 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut;
Page 6 of 13

3) Sehat jasmani dan rohani;


4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang Undang dasar
negara Republik Indonesia tahun 1945;
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 tahun atau lebih;
6) Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7) Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8) Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
9) Kebijaksanaan Migrasi Internal
Program-program dan kebijaksanaan-kebijaksanaan mengenai migrasi internal memiliki
tujuan umum tertentu yaitu berkaitan dengan redistribusi penduduk. Dalam proses tersebut
pertumbuhan beberapa daerah didorong, sedangkan beberapa daerah lain dihambat. Di banyak
negara perubahan reproduksi telah menjadi faktor penting yang mendorong pertumbuhan penduduk.
Migrasi nampaknya menjadi faktor penting dalam distribusi penduduk. Kebijaksanaan yang bersifat
implisit dan eksplisit mendorong atau menghambat mobilitas penduduk dalam suatu negara telah
menjadi faktor penting yang mempengaruhi jumlah penduduk, rata-rata pertumbuhan lokal dan
regional, serta distribusi penduduk.

2.3 Macam Macam Kebijakan Penduduk


Kebijakan kependudukan dapat bersifat nasional terpadu atau sektoral. Kebijakan nasional
terpadu mencakup segala segi kehidupan dengan satu tujuan mengenai kependudukan. Semua
komponen yang mempunyai hubungan dengan kependudukan mempunyai orientasi yang
sama,sehingga merupakan satu system. Masing-masing komponen mempunyai kaitan dengan
komponen-komponen lain yang menuju pada satu sasaran yang ditentukan,misalnya penurunan
fertilitas,penurunan mortalitas atau peningkatan migrasi penduduk.
Kebijakan sektoral menyerahkan masalah kependudukan kepada satu sector. Kegiatan
sektoral dapat dikoordinasikan,tetapi dalam kenyataan koordinasi sukar di laksanakan.
Program-Program Kependudukan :
Kegiatan nyata untuk melaksanakan kebijakansanaan dengan sasaran tertentu,batas waktu
dan dana tertentu merupakan satu program. Kegiatan demikian yang bertujuan mempengaruhi atau
menanggapi aspek-aspek kependudukan merupakanprogram kependudukan antara lain:
1)

TRANSMIGRASI
Transmigrasi merupakan kebijaksanaan kependudukan mengenai migrasi. Kebijaksanaannya
adalah reditribusi penduduk melalui migrasi yang di atur oleh pemerintah. Transmigrasi yang di atur
itu hanya meliputi bagian kecil migrasi, tetapi di lakukan dengan secara sadar dan dengan tujuan yang
jelas. Sejak tahun 1972 dengan Undang-Undang No. 3 tahun 1972 yang mengatur Pokok-Pokok
penyelengaraan transmigrasi, trnsmigrasi tidak hanya mampunyai aspek kependudukan tetapi juga
aspek ekonomi, politik, social budaya dan pertahanan. Akan tetapi karena itu di jalankan dengan
mempengaruhi variabel migrasi, maka transmigrasi merupakan satu program kependudukan.
2)

KELUARGA BERENCANA
Kegiatan keluaraga berencana adalah program kependudukan. Peningkatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak yang akan menurunkan angka kematian bayi juga merupakan kebijakan
program kependudukanBagian besar penduduk dunia diam di Negara-negara sedang berkembang.
Kebijaksanaan kependudukan oleh sebagian pemerintahnya melalui program KB hasilnya sudah mulai
Page 7 of 13

Nampak. Sebagian penduduk dunia di Negara yang sedang berkembang belum banyak dijamah oleh
keluarga berencana baik melalui kebijaksanaan pemerintah maupun oleh organisasi masyarakat.

2.4 Kebijakan Kependudukan di Indonesia


Saat ini jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah sebanyak 237,6 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia
berdasarkan sensus sejak tahun 1961 sampai dengan 2000 terus meningkat walaupun jumlah
peningkatannya menurun dari 23,72 pada periode tahun 1971-1980 menjadi 21,62% pada periode
tahun 1980-1990. Adapun pada periode tahun 2000-2010 meningkat menjadi 15,17%. Dilihat dari
distibusi penduduk, persebaran penduduk di Indonesia tidak merata karena 57,5 persen penduduk
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sedangkan, kualitas sumber daya manusia masih rendah. Hal ini terlihat
dari penduduk Indonesia usia 5 tahun didominasi oleh penduduk yang tamat SD/MI/sederajat sebesar
30,55 persen.
Hasil Sensus Penduduk 2010 juga menunjukkan bahwa sebanyak 66.1 persen penduduk
Indonesia yang berasal dari kelompok umur kerja (penduduk umur 15-64 tahun). Sedangkan,
penduduk Indonesia berasal berasal dari kelompok umur muda (penduduk umur 0-14 tahun) hanya
sebanyak 28.9% dan kelompok umur tua (penduduk umur 65 tahun atau lebih) sebanyak 5%. Kondisi
seperti ini, dimana jumlah penduduk kelompok umur kerja hampir dua kali lipat penduduk kelompok
umur muda (bonus demografi), akan membuka the window of opportunity yang dapat dimanfaatkan
oleh pemerintah untuk mensejahterakan penduduknya (Adioetomo : 2005). Namun, perlu diingat
bahwa the window opportunity tersebut hanya akan terjadi apabila asumsi penurunan tingkat
fertilitas sebesar 1,86 per wanita dan mortalitas bayi sebesar 18,9 per 1.000 kelahiran pada tahun
2030 dapat tercapai (Adioetomo : 2005). Untuk itu, kebijakan kependudukan dalam hal ini upaya
pengendalian pertumbuhan penduduk menjadi sangat penting.
Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk dapat ditempuh utamanya melalui pengaturan
fertilitas, mortalitas, dan pengarahan mobilitas penduduk (UU No. 52 Tahun 2009).

Pengaturan fertilitas
Upaya ini dilakukan melalui Program Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana
(KB). KB dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil
keputusan tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah ideal anak,
jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi.
Pengaturan mortalitas
Upaya ini diprioritaskan pada penurunan angka kematian ibu hamil, penurunan angka
kematian ibu melahirkan, penurunan angka kematian pasca melahirkan, serta penurunan
angka kematian bayi dan anak.
Pengarahan mobilitas penduduk
Hal ini bertujuan untuk mecapai persebaran penduduk yang optimal, didasarkan pada
keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung alam dan lingkungan sehingga
mencapai sasaran yang terdiri atas :
a) Peningkatan taraf hidup
b) Pembangunan daerah
c) Keseimbangan penyebaran penduduk
d) Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia

Page 8 of 13

2.5 Pengaruh MEA terhadap Kependudukan Indonesia


Seperti yang masyarakat luas ketahui bahwa saat ini Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah
dimulai. Pembentukan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara dengan tujuan menaikkan daya saing
ASEAN sehingga dapat mengalahkan Cina dan India untuk dapat menarik investasi asing sudah sangat
banyak diperbincangkan oleh banyak lapisan masyarakat. Banyaknya lapangan pekerjaan dan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat di kawasan Asia Tenggara menjadi daya tarik sendiri dalam
pembahasan yang dilakukan oleh masyarakat luas. Meski demikian, Indonesia masih dilema dalam
menghadapi MEA.
Banyak pemberdayaan dan pelatihan untuk masyarakat yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Indonesia. Namun pemikiran masyarakat
hanya pada permasalahan peningkatan SDM sedangkan masalah yang dihadapi Indonesia pada era
MEA yang akan datang bukan hanya itu. Salah satu permasalahan adalah ledakan pendudukan yang
diakibatkan oleh MEA. Berdasarkan data kependudukan dunia tahun 2012, Indonesia menempati
peringkat keempat jumlah penduduk terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
Sementara itu, hasil sensus penduduk pada tahun 2010 tercatat jumlah penduduk Indonesia
mencapai 237.641.326 jiwa. Namun dengan jumlah tersebut persebaran penduduk di Indonesia tidak
merata. Sebuah provinsi memiliki lebih banyak penduduk dibanding dengan provinsi lain. Hal ini
dikarenakan keadaan alam dan sosial suatu provinsi berbeda satu dengan lain.

Sebagai contoh provinsi DKI Jakarta yang notabennya sebagai pusat administrasi negara dan pusat
perkantoran dan industri berada di provinsi tersebut jelas sangat berbeda dengan provinsi Maluku
Utara yang jauh dari pusat administrasi negara dan pusat perkantoran serta industri sehingga
kepadatan penduduk di DKI Jakarta dan Maluku Utara berbeda Jauh. Kepadatan sebuah pulau di
Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor alam dan sosial. Masyarakat lebih memilih tinggal di pulau yang
dekat dengan pusat administrasi negara dan pusat perdaganan serta kondisi alam yang mendukung
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

Page 9 of 13

Berdasarkan peta kepadatan penduduk pulau terpadat di Indonesia adalah pulau Jawa. Hal ini
dikarenakan ibu kota negara yaitu Jakarta ada di pulau Jawa. Di pulau Jawa juga menjadi pusat
administrasi dan pusat perdagangan sehingga membuat banyak orang dari luar pulau berpindah dan
bertempat tinggal di pulau Jawa. Di era MEA mendatang akan ada kebebasan bagi para pencari
pekerjaan dari seluruh negara di kawasan Asia Tenggara. Melihat dari potensi berupa lapangan
pekerjaan yang membutuhkan pekerja dengan SDM tinggi. Tidak menutup kemungkinan ketika
memasuki era MEA mendatang pelamar kerja asing banyak yang datang untuk mencari kerja dan
bertempat tinggal di Indonesia.
Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan ledakan penduduk terutama di Indonesia,
terutama pulau Jawa. Begitu juga dengan pulau-pulau lain di Indonesia yang memiliki kekayaan alam
yang melimpah akan sangat menggiurkan bagi pelamar kerja asing bahkan investor sekalipun. Jika
investor asing telah menaruh modal di Indonesia, tidak menutup kemungkinan pula investor asing
tersebut akan membawa pekerja dari negaranya sendiri untuk bekerja di perusahaannya. Hal tersebut
juga memicu ledakan penduduk yang signifikan dan berdampak pada lingkungan, sosial, ekonomi dan
aspek lainnya yang ada di Indonesia.
Kurangnya perhatian pemerintah Indonesia tentang dampak kependudukan yang disebabkan
oleh MEA dapat mengakibatkan masalah yang berkepanjangan. Saat ini pemerintah hanya fokus pada
penunjang sektor ekonomi saja seperti pengembangan perdagangan, pembangunan kawasan industri,
serta peningkatan SDM masyarakat.

Page 10 of 13

BAB III KESIMPULAN


Kebijakan Kependudukan adalah kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi besar,
komposisi, distribusi dan tingkat perkembangan penduduk. Kebijakan kependudukan dapat dilakukan
melalui tiga komponen perkembangan penduduk yaitu :
1) Kelahiran (fertilitas)
2) Kematian (mortalitas)
3) Perpindahan penduduk (migrasi).
Sedangkan mencegah pertumbuhan penduduk sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti : peningkatan migrasi keluar, peningkatan jumlah kematian atau penurunan jumlah
kelahiran. Alasan yang rasional mengapa diperlukan kebijakan kependudukan :
Salah satu fungsi pemerintah adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Ini tujuan paling
mendasar dari setiap kebijakan pembangunan.
perilaku demografi (demographic behavior) terdiri dari sejumlah tindakan individu.
Tindakan tersebut merupakan usaha untuk memaksimalkan utilitas atau kesejahteraan
individu.
Kesejahteraan masyarakat tidak selalu merupakan penjumlahan dari kesejahteraan individu.
Kelima, oleh karena itu pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk berusaha mengubah
situasi dan kondisi sehingga mempengaruhi persepsi tentang kesejahteraan individu dan pada
akhirnya kesejahteraan masyarakat sama dengan penjumlahan dari kesejahteraan individu.

Page 11 of 13

REFERENSI
http://drpriyono.blogspot.com/2012/02/macam-macam-kebijakan-kependudukan.html
http://anggelinaninny.blogspot.com/2014/01/makalah-demografi-kebijakan-kependudukan.html
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/makalah-kebijakan-kependudukan.html
https://cancer55.wordpress.com/2013/12/04/kebijakan-kependudukan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kependudukan_di_Indonesia
http://adepedia-myownworld.blogspot.com/2013/03/situasi-kependudukan-dan-kebijakan.html
http://www.kompasiana.com/zakirosyidi/ledakan-penduduk-di-era-mea-siapkah
indonesia_567e8230347b614707b7aefe
https://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010

Page 12 of 13

Anda mungkin juga menyukai