Anda di halaman 1dari 8

Judul Buku

: Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi

Penulis

: Muhammad Zainuri

Editor Buku

: Nanang T. Puspito, Marcella Elwina S., Indah Sri Utari,


Yusuf Kurniadi

Penerbit

: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Bagian Hukum Kepegawaian

Kota dan Tahun : Jakarta, 2011


ISBN Buku

: ISBN: 978-602-9290-15-8

Tebal Halaman : xii + 154 hlm.; 21 x 29.7


Pengulas

: Ratna Dewi, NIM: 251222810, Prodi: Pendidikan Fisika,


FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh

A. Synospsi (Ringkasan Buku/Abstrak)


Permasalahan korupsi di Indonesia sudah sampai pada taraf menimbulkan
skeptisime semua kalangan, termasuk mahasiswa. Maka dari itu mendesain mata
kuliah baru Anti-korupsi agar menjadi sebuah pembelajaran yang menarik, tidak
monoton dan efektif bukan hal mudah. Materi tentu penting untuk memperkuat
aspek kognitif, namun pemilihan metode pembelajaran yang kreatif merupakan
kunci bagi keberhasilan mengoptimalkan intelektual, sifat kritis dan etika
integritas mahasiswa. Dosen sendiri harus menjadi komunikator, fasilitator dan
motivator yang baik bagi mahasiswa. Peran pimpinan perguruan tinggi juga
diperlukan untuk menciptakan kampus sebagai land of integrity yang mendukung
efektifitas pendidikan Anti-korupsi itu sendiri.

B. Ulasan Isi Singkat


Dalam dunia akademis khususnya perguruan tinggi, lahirnya sebuah
matakuliah baru akan memerlukan penempatan ranah keilmuan yang tepat.
Demikian pula halnya dengan matakuliah Anti-korupsi. Dari pengalaman
beberapa universitas yang telah menyelenggarakan matakuliah ini, selalu muncul
pertanyaan, diskusi hingga perdebatan mengenai berada di ranah keilmuan
manakah matakuliah Anti-korupsi. Perdebatan biasanya berlangsung di antara
beberapa bidang keilmuan, dan berujung pada kesulitan untuk memperoleh titik
temu, oleh karena setiap keilmuan cenderung mempertahankan perspektifnya
masing-masing.
Sebuah topik yang diangkat dalam sebuah matakuliah atau bahkan
menjadi penamaan dari sebuah matakuliah tidak selalu berasal dari keilmuan itu
sendiri, namun sangat mungkin lahir sebagai respon atas perkembangan fenomena
yang terjadi. Begitu pula matakuliah Anti-korupsi yang bisa dikatakan lahir dari
adanya fenomena semakin parahnya disintegritas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, yang diindikasikan oleh terjadinya berbagai tindak korupsi yang tiada
henti, sehingga memerlukan upaya-upaya sistematis dalam membasminya.
Dampak korupsi yang telah terbukti melemahkan sumber daya, meresahkan
kehidupan sosial, menggerogoti potensi negara-bangsa dan bahkan sudah menjadi
masalah internasional, harus didiseminasikan kepada seluruh masyarakat melalui
pendidikan; sehingga diharapkan akan menumbuhkan tekad bersama untuk
menghentikan korupsi dimasa mendatang.

Korupsi dan anti-korupsi itu sendiri merupakan sebuah fenomena yang


kompleks, bisa dilihat dari berbagai perspektif yang pada hakikatnya saling
melengkapi seperti sebuah puzzle. Kepingan-kepingan perspektif tersebut
kemudian dieksplorasi dalam bermacam matakuliah. Berikut adalah beberapa
pengalaman praktik yang sudah terjadi di Indonesia:
1. Perspektif hukum memandang bahwa korupsi merupakan kejahatan (crime),
koruptor adalah penjahat dan oleh karenanya yang harus dilakukan oleh
pemerintah adalah menindak para koruptor dengan jerat-jerat hukum serta
memberantas korupsi dengan memperkuat perangkat hukum seperti undangundang dan aparat hukum. Perspektif ini kemudian melahirkan matakuliah
semacam Hukum Pidana Korupsi pada sejumlah Fakultas Hukum.
2. Perspektif politik memandang bahwa korupsi cenderung terjadi di ranah
politik, khususnya korupsi besar (grand corruption) dilakukan oleh para
politisi yang menyalahgunakan kekuasaan mereka dalam birokrasi. Perspektif
ini kemudian melahirkan matakuliah semacam Korupsi Birokrasi atau
Korupsi Politik pada sejumlah fakultas Ilmu Politik.
3. Perspektif sosiologi memandang bahwa korupsi adalah sebuah masalah
sosial, masalah institusional dan masalah struktural. Korupsi terjadi di semua
sektor dan dilakukan oleh sebagian besar lapisan masyarakat, maka dianggap
sebagai penyakit sosial. Perspektif ini kemudian melahirkan antara lain
matakuliah Sosiologi Korupsi di sejumlah program studi Sosiologi atau
Fakultas Ilmu Sosial.
4. Perspektif agama memandang bahwa korupsi terjadi sebagai dampak dari
lemahnya nilai-nilai agama dalam diri individu, dan oleh karenanya upaya
yang harus dilakukan adalah memperkokoh internalisasi nilai-nilai

keagamaan dalam diri individu dan masyarakat untuk mencegah tindak


korupsi kecil (petty corruption), apalagi korupsi besar (grand corruption).
Perspektif ini kemudian melahirkan antara lain matakuliah Korupsi dan
Agama pada sejumlah Fakultas Falsafah dan Agama.
5. Beberapa perspektif lain yang menggarisbawahi fenomena korupsi dari sudut
pandang tertentu dapat menjadi fokus dari sebuah matakuliah.
C. Metodologi yang digunakan oleh Penulis
Berikut adalah beberapa metode pembelajaran yang bisa diterapkan dalam
matakuliah Anti-korupsi. Setiap metode pada dasarnya harus memberikan aspek
problem-based learning bagi mahasiswa, bahkan membawa pada problem solving
terhadap setiap masalah yang dibahas.
Keempat pendekatan diatas dapat dilakukan oleh pihak manapun baik dari
sektor pemerintah, sektor swasta, organisasi maupun unit-unit masyarakat lainnya.
Selama ini tiga pendekatan pertama yaitu pendekatan hukum, pendekatan bisnis
dan pendekatan pasar lebih banyak diterapkan karena dianggap paling tepat untuk
menangani kasus-kasus korupsi yang sudah terjadi dan mencegah korupsi
selanjutnya. Tetapi di Indonesia misalnya, meskipun Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan aparat pemerintah sudah berhasil menuntaskan berbagai kasus
korupsi besar, berbagai instansi sudah melakukan upaya hukum dan lingkungan
kerja yang lebih berintegritas, kenyataannya masih saja banyak terjadi kasuskasus korupsi. Lebih memprihatinkan adalah begitu mudahnya korupsi skala kecil
(petty corruption) dilakukan oleh individu-individu di dalam masyarakat, karena
sesungguhnya korupsi besar berasal dari korupsi kecil.

D. Keunggulan Buku
Buku ini sangat bagus untuk mahasiswa dan juga masyarakat sebagai
contoh yang baik untuk melawan korupsi di Indonesia dan juga terdapat suatu
gerakan jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan
yang terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah
peran mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat
diharapkan.

E. Kelemahan Buku
Tidak menjelaskan bahwa korupsi dapat diatasi dengan judul buku yang
telah diterbitkan, dan hanya fokus kepada mahasiswa yang harus memberantas
korupsi.

F. Kerangka Buku
1. Bagian I Model Pembelajaran Mata Kuliah Anti-Korupsi
2. Bagian Ii Pengertian Korupsi
3. Bagian Iii Faktor Penyebab Korupsi

G. Tinjauan Bahasa
Buku ini banyak mengandung sejarah, Idealnya perilaku anti-korupsi
mahasiswa yang disasar adalah konsistensi anti-korupsi ditengah realitas
lingkungan eksternal yang masih sangat korup. Konsistensi ini diharapkan

selanjutnya meningkat menjadi keberanian mahasiswa menjadi garda depan dalam


mengajak masyarakat untuk melakukan zero-tolerance terhadap tindak korupsi.

H. Kesalahan Cetak
Kondisi perekonomian dunia yang mengalami resesi dan hampir melanda
semua negara termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, memaksa
negara-negara

tersebut

untuk

melakukan

hutang

untuk

mendorong

perekonomiannya yang sedang melambat karena resesi dan menutup biaya


anggaran yang defisit, atau untuk membangun infrastruktur penting. Bagaimana
dengan hutang Indonesia?
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri
yang semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat Jenderal Pengelolaan
Hutang, Kementerian Keuangan RI, disebutkan bahwa total hutang pemerintah
per 31 Mei 2011 mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56
trilliun, sebuah angka yang fantastis.
Hutang tersebut terbagi atas dua sumber, yaitu pinjaman sebesar US$69,03
miliar (pinjaman luar negeri US$68,97 miliar) dan Surat Berharga Negara (SBN)
sebesar US$132,05 miliar. Berdasarkan jenis mata uang, utang sebesar US$201,1
miliar tersebut terbagi atas Rp956 triliun, US$42,4 miliar, 2.679,5 miliar Yen dan
5,3 miliar Euro.
Posisi utang pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2009,
jumlah utang yang dibukukan pemerintah sebesar US$169,22 miliar (Rp1.590,66
triliun). Tahun 2010, jumlahnya kembali naik hingga mencapai US$186,50 miliar

(Rp1.676,85 triliun). Posisi utang pemerintah saat ini juga naik dari posisi per
April 2011 yang sebesar US$197,97 miliar. Jika menggunakan PDB Indonesia
yang sebesar Rp6.422,9 triliun, maka rasio utang Indonesia tercatat sebesar 26%.
Sementara untuk utang swasta, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan
jumlah nilai utang pihak swasta naik pesat dari US$73,606 miliar pada 2009 ke
posisi US$84,722 miliar pada kuartal I 2011 atau setara 15,1%. Secara year on
year (yoy) saja, pinjaman luar negeri swasta telah meningkat 12,6% atau naik dari
US$75,207 pada kuartal I 2010.

I. Kritik dan Saran


Setelah pembaca membaca isi buku tersebut, sedikit saran ataupun kritikan
dari pembaca, yaitu dalam pemberantasan korupsi sebaiknya bukan hanya
mahasiswa yang berperan aktif dalam memberantas nya, tetapi juga masyarakat di
lingkungan sekitar ikut berpartisifasi dalam menegakkan pemberantasan korupsi.

J. Penutup Resensi
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

31

Tahun

1999

tentang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan


atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000 tentang
Tata Pelaksanaan Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai