Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia.


Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting
ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini mengawal
metabolisma (pengeluaran tenaga) manusia. Kerusakan atau kelainan pada
kelenjar tiroid akan menyebabkan terganggunya sekresi hormon-hormon tiroid
(T3 & T4), yang dimana dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan
kelainan bagi manusia. Kerusakan atau kelainan pada kelenjar tiroid disebabkan
oleh beberapa faktor. Untuk kasus hipotiroid, kelainan kelenjar tiroid disebabkan
oleh defisiensi yodium, sedangkan untuk kasus hipertiroid disebabkan oleh
adanya hiperplasia kelenjar tiroid sehingga sel-sel hiperplasia aktif mensekresikan
hormon tiroid, dan kadar hormon tiroid dalam darah meningkat.(1)
Untuk menilai fungsi tiroid dewasa ini tersedia berbagai metode
pemeriksaan in vitro yang dapat menentukan kadar hormon tiroid T4 (tiroksin)
dan T3 (Thyroid Stimulating Hormon) konvensional atau sensitive. Metode
penentuannya dapat berupa metode isotopic seperti RIA (radioimmunoassay) dan
IRMA (immunoradiometric assay), atau metode non-isotopik seperti ELISA
(enzyme linked immunosorbent assay), ICMA (immunochemiluminescent assay),
FPIA (fluorescence polarizationimmunnosay), dan lain-lain. Secara tidak langsung
fungsi tiroid dapat ditentukan pula melalui pemeriksaan isotopik yaitu uji tangkap
iodium (iodine uptake test) yang menggambarkan kinetik iodium intratiroid.
Apabila pada pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu modul, makapembesaran
ini disebut struma nodosa. Struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme disebut struma nodosa non- toksik. Pada setiap orang dapat
dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama masa
pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi atau
stress lain. Pada masa-masa tersebut dapat ditemukan adanya hiperplasi dan
involusi kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar
tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran

darah di daerah tersebut sehingga terjadi iskemia. Pada struma nodosa yang
berlangsung lama, dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis,
nekrosis, kalsifikasi, pembentukan kista, dan pendarahan kedalam kista tersebut.
(2)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia, terdiri
dari dua lobus jaringan endokrin yang bergabung di tengah membentuk istmus
sehingga bentuknya seperti kupu-kupu. Kelenjar tiroid memproduksi hormon
tiroid yang berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh seperti metabolisme
karbohidrat, lemak, kardiovaskular, otot, dan pembentukan panas. Hormon yang
terpenting ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). (3)
Kelenjar thyroid terletak di leher depan sejajar vertebra cervicalis 5 sampai
thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus.
Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apex di atas sejauh linea oblique
lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah pada cincin trachea 5. Bagian
atas dari lobus ini dikenal sebagai pole atas dari kelenjar tiroid, dan bagian bawah
disebut sebagai pole bawah. (4)
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil
yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel
dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah
muda yang disebut koloid. Sebagian besar komponen dari koloid adalah
glikoprotein yang dikenal dengan thyroglobulin (Tg). Thyroglobulin berperan
dalam sintesis dari hormon tiroid. Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis
hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid,
triglobulin, merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya
disimpan. Dua hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar
tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan berhubungan
dengan membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon
yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut
berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium. (3,4)

Gambar 1. Kelenjar Tiroid


B. Hormon Tiroid
Regulasi sekresi hormon tiroid berawal saat hipotalamus menstimulasi
thyrotropin releasing hormone (TSH) untuk menstimulasi pituitari anterior untuk
mensekresikan hormon tiroid. Bahan utama yang diperlukan dalam sintesis
hormon tiroid adalah tyrosine dan iodine. Tyrosine merupakan asam amino yang
disintesis oleh tubuh sedangkan iodine merupakan komponen yang didapatkan
dari luar tubuh. (3,4)
Fungsi dari hormon tiroid diantaranya adalah: (3,4)
1. Pertumbuhan
Hormon tiroid

akan

menstimulasi

Growth

Hormone

(GH) dan

meningkatkan produksi Insulin-like Growth Factor (IGF-I) di hati


sehingga akan meningkatkan efek GH dan IGF-I dalam sintesis protein
dan pertumbuhan skeletal
2. Metabolisme lemak dan kolesterol
Peningkatan jumlah hormon tiroid dapat menurunkan level sirkulasi
kolesterol karena adanya peningkatan pembentukan reseptor LDL di hati
3. Metabolisme karbohidrat
Hormon tiroid berperan dalam ambilan glukosa yang cepat oleh sel-sel,
meningkatkan glukolisis dan glukoneogenesis, meningkatkan absorbsi
pada traktus gastrointestinal dan meningkatkan sekresi insulin dengan cara
meningkatkan metabolisme karbohidrat

4. Kebutuhan akan vitamin

Peningkatan jumlah hormon tiroid akan meningkatkan metabolik dan


meningkatkan

jumlah

enzim-enzim

dalam

tubuh

sehingga

akan

meningkatkan kebutuhan akan vitamin.


5. Meningkatkan basal metabolic rate (BMR) dan produksi panas
Basal metabolic rate adalah jumlah minimum energi yang dihasilkan oleh
bagian dalam tubuh. Hormon tiroid akan meningkatkan metabolisme
hampir di seluruh sel tubuh sehingga akan meningkatkan BMR hingga 60100% di atas normal. Meningkatnya aktivitas metabolik juga akan
meningkatkan produksi panas. Hal ini disebabkan oleh peningkatan BMR
yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen hampir di seluruh aktivitas
metabolik di jaringan, energi yang tidak digunakan akan diubah menjadi
energi panas, energi yang digunakan pun akan diubah menjadi panas oleh
tubuh.
6. Berat badan
Peningkatan hormon tiroid akan meningkatkan tingkat metabolisme dan
akan meningkatkan ekskresi dari nitrogen. Jika asupan makanan tidak
memadai, cadangan lemak dan protein akan dikatabolisme oleh tubuh
sehingga akan terjadi penurunan berat badan
7. Sistem kardiovaskular
Hormon tiroid yang meningkat akan meningkatkan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi jantung sehingga akan meningkatkan cardiac output.
Selain itu peningkatan hormon tiroid juga meningkatkan metabolisme dan
produksi panas, sehingga untuk mengeliminasi panas yang berlebih akan
terjadi vasodilatasi dan peningkatan natrium dan air sehingga volume
darah meningkat dan cardiac output meningkat
8. Otot
Peningkatan hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan katabolisme
protein sehingga otot menjadi lebih lemah.
9. Respirasi
Peningkatan metabolisme akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan
produksi karbondioksida sehingga akan nafas akan semakin dalam
C. Kelainan Kelenjar Tiroid
1. Hipotiroid
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar
untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Defisiensi ataupun

resistensi perifer pada hormone tiroid menimbulkan keadan hipometaboik


terhadap hipotiroidisme. Apabila kekurangan hormone timbul pada anak-anak
dapat menimbulkan kretinisme. Pada anak yang sudah agak besar atau pada umur
dewasa dapat menimbulkan miksedema, disebut demikian karena adanya
edematous, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan
mukopolisakarid hidrofilik pada jaringan ikat diseluruh tubuh. (5)

Gambar 2. Hipotiroid
Kurang aktifnya kelenjar hipotiroid memang tidak langsung berakibat fatal
namun perkembangan fisik dan kecerdasan bayi bisa terhambat. Kelenjar ini
memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengatur metabolisme atau
penggunaan energi oleh tubuh. Hipotiroid terjadi jika kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Akibatnya proses
metabolisme pun melambat dan kerja berbagai sistem tubuh termasuk otak
terganggu. (5)
Gejala hipotiroid diantaranya adalah: (6)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Intoleransi dingin
Kretinism (pada anak-anak)
Hiperlipidemia
Myxedema
Lethargy
Konstipasi
Penurunan heart rate
Berat badan meningkat
Penurunan respiratory rate
Penegakan Diagnosis. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan

darah untuk mengetahui kadar hormon. Dua macam test, yakni pengukuran kadar
6

TSH dan T4 (khususnya T4 bebas). Peningkatan kadar TSH dan menurunnya


kadar T4 bebas menunjukkan hipotiroid. (7)
Tatalaksana. Penatalaksanaan pada pasien hipotiroid diantaranya adalah
pasien dengan gejala hipotiroid yang nyata dan disertai dengan penurunan T4
bebas dan peningkatan TSH memerlukan terapi Levotiroksin (T4).

Dosis umumnya 1,6 mg/kgBB/hari (total 100-150 mg/hari)


Kadar TSH diukur 2 bulan dihitung dari awal mulai terapi
Levotiroksin -> waktu paruh panjang (+ 7 hari)
2. Hipertiroid
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan

sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon


tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya
produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. (5)

Gambar 3. Hipertiroid
Hipertiroid dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran
kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan Tendah karena umpan balik negatif dari
HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan
HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. (5,6)
Manifestasi klinis pada penderita hipertiroid: (7)

Peningkatan frekuensi denyut jantung.

Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas


Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,

intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.


Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik).
Peningkatan frekuensi buang air besar.
Gondok, yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
Gangguan reproduksi.
Cepat letih.
Haid sedikit dan tidak tetap.
Pembesaran kelenjar tiroid.
Mata melotot (exoptalmus).
Penegakan Diagnosa. Diagnosis hipertiroid dapat ditegakkan dengan

pengukuran kadar TSH dan hormon tiroid dalam darah. Pada keadaan hipertiroid
akan terjadi peningkatan hormon tiroid dan penurunan TSH. Prosedur yang dapat
dilakukan adalah radioimmunoassay. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan
antibodi TPO, TSI, dan anti Tg. Pemeriksaan yang paling disarankan adalah
pengecekan kadar TSI. (4)
Pemeriksaan klinis
-

Inspeksi. Inspeksi dari sisi depan leher, ditandai tiroid yang membesar
dilihat secara keseluruhan dari dua sisi trakea di bawah kartilago cricoids:
Pembesaran nodular dengan satu atau kedua lobus dapat terlihat; Jika

terlihat; Apakah simetris atau ireguler?


Palpasi. Raba kelenjar tiroid dari depan leher: Raba lobus kiri dan kanan
secara bimanual, troid lunak biasanya hanya terlihat tapi tidak teraba,
tiroid jarang lunak kecuali ada tiroiditis inflamatoris akut.
Tatalaksana. Terapi untuk hipertiroid diantaranya adalah pemberian obat

anti tiroid seperti tiosinat dan profiltiourasil (PTU), radioaktif iodine, pembedahan
dan terapi tambahan seperti beta bloker untuk mengontrol takikardi, hipertensi,
dan fibrilasi atrium. (6,7)
3. Goiter
Pembesaran tiroid, atau goiter, adalah manifestasi paling umum dari
kelainan kel.tiroid. Terjadinya goiter multinodular dan diffuse menggambarkan
adanya kelainan sintesis dari hormon tiroid, paling sering disebabkan oleh
defisiensi iodin dari diet. Kerusakan sintesis hormon tiroid menyebabkan

peningkatan serum TSH sebagai kompensasi, sehingga terjadi hipertropi dan


hiperplasi dari sel folikel tiroid, dan akhirnya pembesaran kelenjar tiroid itu
sendiri. Peningkatan kompensatori pada massa fungsional kelenjar cukup untuk
mengatasi defisiensi hormon, mempertahankan status metabolik eutiroid pada
mayoritas orang yang menderita kelainan ini. Jika kelainan yang mendasarinya
parah (contohnya defek biosintesis kongenital), respon kompensatori bisa jadi
tidak cukup untuk mengatasi kerusakan sintesis hormon sehingga menyebabkan
terjadinya hipotiroidisme goitrous. Derajat pembesaran kel.tiroid proporsional
terhadap level dan durasi defisiensi hormon tiroid. (5)

Gambar 3. Goiter

4. Neoplasma Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid dapat menjadi berbagai neoplasma, mulai dari adenoma
jinak, berbatas jelas, hingga karsinoma anaplastik yang aggresif. Dari sudut
pandang klinis, kemungkinan terjadinya tumor adalah kekhawatiran mayor pada
pasien yang menderita nodul tiroid. Karsinoma kel.tiroid, sebaliknya, jarang
terjadi, hanya sekitar 1% dari nodul tiroid soliter. Beberapa kriteria klinis
menunjukkan ciri-ciri dari nodul tirod: (6,7)

Nodul soliter, umumnya, lebih mungkin menjadi neoplastik daripada nodul

multipel
Nodul pada pasien muda, lebih mungkin menjadi neoplastik daripada

pasien yang lebih tua


Nodul pada lelaki, lebih mungkin menjadi neoplastik daripada wanita
Riwayat perawatan radiasi pada daerah kepala dan leher dikaitkan dengan
meningkatnya insidensi dari keganasan tiroid

Nodul yang menerima iodine radioaktif pada studi imaging (hot nodules)
lebih mungkin jinak daripada ganas, karena menggambarkan sel yang
terdiferensiasi dengan baik.

D. Pengaruh Kelainan Tiroid pada Perumbuhan Gigi


Pada kedaan hipotiroid, sekresi dari hormone tiroid kurang sehingga
mengganggu proses-proses yang ada dalam tubuh seperti metabolism tubuh, serta
pengaturan energy juga tergangg sehingga pada anak dapat menyebabkan
penurunan IQ, serta perlambatan perkembangan dan pertumbuhan. Di dalam
sebuah jurnal juga disebutkan Laura dkk, bahwasanya pada hipotiroid terjadi
perlambatan terjadinya erupsi gigi decidui pada anak. Ini berkaitan dengan proses
metabolism tubuh yang menjadi lambat akibat kurangnya salah satu hormone
pertumbuhan yaitu tiroid. Sehingga pada anak yang hipotiroid, pertumbuhan
giginya akan lambat, pada anak normal gigi tumbuh biasanya 6 bulan, sedangkan
pada anak hipotiroid bisa lebih lambat, begitu juga dengan erupsi giginya dan efek
lain dari hipotiroid yaitu terjadinya macroglosia dan micrognathia. (8)
Pada keadaan hipertiroid, sekresi dari hormone tiroid yang terlalu
berlebihan, sehingga proses metabolism maupun proses pengaturan energy juga
tinggi. Pada anak hipertiroid berbeda dengan hipotiroid dalam pertumbuhan
giginya. Menurut Laura dkk, pada anak yang hipertiroid pertumbuhan serta erupsi
gigi terjadi lebih cepat dari biasanya akibat pelepasan hormone tiroid yang
berlebihan di dalam tubuh sehingga merangsang metabolism serta produksi
energy yang berlebih. Pada anak normal erupsi gigi terjadi pada usia 5 sampai
dengan 15 tahun. Pada anak yang mengalami hipertiroid erupsi giginya menjadi
lebih cepat, sehingga terlihat gambaran gigi biasanya anak gingsul (tidak teratur
dan berdempet satu dengan yang lain) akibat pertumbuhan gigi permanen yang
lebih dahulu sebelum gigi decidui lepas atau akarnya mati. Dan pada hipertiroid
meningkatkan terciptanya caries pada gigi, sehingga menyebabkan gigi cepat
rusak. Serta efek lain pada mulut yaitu osteoporosis pada maxilla dan mandibular,
sindrom mulut terbakar, dan meningkatkan penyakit periodontal gigi seperti
gingivitis dan periodontitis yang merusak jaringan pendukung gigi seperti gusi
dan penghubung gigi dengan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. (8)

10

Table 2. Perbedaan hipotiroid dan hipertiroid pada bagian mulut

E. Penanganan Pasien Dental dengan Kelaianan Kelenjar Tiroid


1. Hipertiroid
Pasien dengan hipertiroid memerlukan perhatian khusus

dalam

penanganan dental pada pasien dengan hipertiroid antara lain: (9,10)


Hemostasis. Penderita hipertiroid memerlukan perhatian khusus terutama
dalam hemostasi karena durasi perdarahan pada pasien hipertiroid lebih
lama. Hal ini dikarenakan meningkatnya deyut jantung yang menyebabkan

peningkatan tekanan darah.


Obat profiltiourasil (PTU) yang digunakan oleh penderita hipertirioid
memiliki

efek

anti

vitamin

sehingga

dapat

menyebabkan

hipoprotrombinemia dan perdarahan


Penggunaan analgetik seperti aspirin dikontraindikasikan untuk penderita
hipertiroid karena dapat mempengaruhi ikatan protein dari T3 dan T4,

meningkatkan protein bebasnya dan memperburuk tirotoksikosis


Pemberian analgetik NSAID harus dengan hati-hati terutama pada pasien

yang juga mengkonsumsi beta bloker


Penggunaan epineprin dikontraindikasikan pada pasien dengan hipertiroid

yang tidak terkontrol


Adanya risiko krisi tirotoksis yang disebabkan oleh kecemasan, stress pada
saat pembedahan memerlukan posisi duduk semi supine
Langkah-langkah yang diperhatikan untuk penanganan dental pada pasien

hipertiroid diantaranya adalah: (9,10)


1. Sebelum perawatan
- Tentukan jenis kondisi tiroid
- Apakah disertai adanya penyakit kardiovaskular?
Jika Iya, tentukan status kardiovaskular
- Apakah menunjukkan adanya gejala penyakit tiroid?
Jika iya lakukan konsultasi dengan dokter

11

Dapatkan batas minimum TSH, lama terapi dan monitoring medis


Dapatkan batas minimum hitung darah lengkap. Beri perhatian terhadap

obat yang dapat menyebabkan leukopenia dan anemia (PTU)


Buat modifikasi perawatan yang tepat jika pasien menjalani terapi

antikoagulan
- Periksa tekanan darat dan denyut nadi
2. Selama perawatan
- Pemeriksaan rongga mulut meliputi kelenjar saliva dan manifestasi
-

rongga mulut
Monitor vital sign selama prosedur:
Jika pasien euthyroid -> tidak ada kontraindikasi terhadap anastesi lokal
disertai epinefrin
Jika pasien menjalani terapi non selektif b blocker -> hati-hati terhadap

anastesi lokal dengan epinefrin


Jika hipertiroid tidak terkontrol -> hindari penggunaan epinefrin
- Minimalisir stres
- Hentikan perawatan jika menunjukkan adanya gejala penyakit tiroid
3. Setelah perawatan
- Kontrol nyeri
- Gunakan pencegahan dengan NSAID pada pasien, hindari penggunaan
-

aspirin
Lanjutkan terapi pada penyakit tiroid seperti yang ditentukan

2. Hipotiroid
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dental pada pasien
hipotiroid diantaranya adalah: (9,10)

Infeksi. Pada hipotiroid akan terjadi penurunan aktivitas metabolisme


dalam fibroblas, sehingga penyembuhan luka terlambat. Hal itu
menyebabkan peningkatan risiko infeksi karena paparan jangka panjang

terhadap organisme patogen pada jaringan yang tidak sembuh


Penyakit kardiovaskular. Pada hipotiroid akan terjadi penurunan aktivitas
metabolisme yang akan menyebabkan peningkatan LDL (low-density
lipoprotein). Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan arteriosklerosis
sehingga pasien mungkin memerlukan antibiotik profilaksis.

12

BAB III
A. Simpulan
1. Kelenjar tiroid ialah organ yang memproduksi hormon tiroid dan berperan
dalam berbagai macam metabolisme tubuh.
2. Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang, akibatnya proses
metabolisme pun melambat.
3. Hipertiroid adalah keadaan yang dapat timbul spontan atau adanya sejenis
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya
produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar.
4. Pada kedaan hipotiroid, pertumbuhan gigi akan terlambat, begitu juga dengan
erupsi giginya dan efek lain dari hipotiroid yaitu terjadinya macroglosia dan
micrognathia.
5. Pada keadaan hipertiroid, pertumbuhan serta erupsi gigi terjadi lebih cepat,
dan meningkatkan terciptanya caries pada gigi, gingivitis serta periodontitis
yang menyebabkan gigi dan jaringan pendukungnya cepat.
6. Pada pasien yang mengalami kelainan tiroid perlu penanganan khusus
sebelum, selama dan setelah perawatan dental.
B. Saran
Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih menginterpretasikan
isi dari makalah, agar berbagai ilmu dan informasi yang ada dapat lebih
bermanfaat dan dapat memajukan ilmu kedokteran gigi.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Silvia A, Wilson, Lorainne M. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit vol 1 dan 2. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2006.
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi VI.
Jakarta. EGC. 2011.
3. Alia N.U. Aspek Fisiologi Kelenjar Tiroid. Medicinesia Metabolik
Endokrin. 2011.
4. Ganong W. Kelenjar Tiroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.
Jakarta: McGraw-Hill & EGC; 2003.
5. Price SA. Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006
6. Scully. C, Kalantzis A. Oxford Handbook of Dental Patient Care, Second
edition. London. Oxford University Press; 2005. Page 210
7. Sherwood L Human Physiology 7 th Ed. Department of Physiology and
Pharmacology School of Medicine West Virginia University, 2010. Pg
691- 697
8. Sholu C, Manis B. Oral manifestation of thyroid disorder and its
management. Indian J Endocrinol Metab 2011, 15(2):113-116
9. Fabue LC, Soriano YJ, Perez GS. Dental management of patients with
endocrine disorders. J Clin Exp Dent. 2010;2(4):e196-203.
10. James W. Little, Donald Falace, Craig Miller, Nelson L. Rhodus. Dental

Management of the Medically Compromised Patient, Eight edition.


Missouri. Elsevier; 2012. Page 266.

14

Anda mungkin juga menyukai