Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

Hari/Tanggal

: Senin/ 16 Maret 2015

Peralatan Industri

Golongan
Dosen

: P2
: Ir. Ade Iskandar

Asisten : 1. Fadila

(F34110025)

2. Nur Kholiq

(F34110105)

3. Aji Wibowo

(F34110111)

EVAPORATOR DAN HEAT EXCHANGER


Oleh:
Farah Putri Listyaningrum

(F34130052)

Puji Hernawan

(F34130051)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem pendingin pada berbagai unsur seperti cair, padat dan gas hingga saat
ini berkembang dengan cepat sesuai kebutuhan yang diinginkan. Penggunaan sistem
pendingin umumnya dipakai untuk mengawetkan makanan pada jangka
penyimpanan yang mampu memperpanjang umur simpan. Namun seiring
perkembangan teknologi, saat ini sistem pendingin digunakan pula untuk
pengondisian udara sebagai kebutuhan khusus manusia. Sistem pendingin tersebut
direalisasikan menjadi suatu alat yang mampu menghasilkan suhu rendah
sebagaimana dikatakan sebagai siklus refrigerasi sesuai kebutuhan seperti AC.
Perkembangan teknologi yang menerapkan siklus refrigerasi sangat
berpengaruh terhadap kondisi lingkungan saat ini pada bidang dan tempatnya
masing-masing. Pengoperasian alat tersebut pada kondisi dan tempatnya
diklasifikasikan menjadi refrigerasi untuk rumah tangga, refrigerasi untuk industri,
air conditioning dan refrigerasi komersial. Sejalan dengan kebutuhan dan

perkembangannya, variasi aplikasi refrigerasi maupun air conditioning terus


bertambah berdasar evaluasi fungsinya.
Selain itu, dalam sebuah industri juga sangat dibutuhkan alat yang
memungkinkan terjadinya proses perpindahan panas, baik yang digunakan sebagai
pemanas ataupun pendingin. Alat yang dapat digunakan sebagai perpindahan panas
adalah heat exchanger. Sehingga pengetahuan mengenai heat exchanger dan air
conditioner juga menjadi hal yang penting, mengenai bagian-bagian alat serta
fungsinya, jenis-jenis heat exchanger dan air conditioner, prinsip kerja heat dan air
conditioner exchanger, dan penggunaannya dalam suatu industri.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tentang alat penukar
panas (heat exchanger), prinsip kerja, jenis-jenis alat penukar panas, manfaat dan
aplikasi alat penukar panas dalam industri. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan
untuk mengetahui prinsip kerja dari salah satu alat pindah panas yaitu Air
Conditioner beserta komponen dan fungsinya, zat refrigeran yang terkandung
didalamnya, serta contoh alatlain yang menggunakan prinsip alat pindah panas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
[Terlampir]
Pembahasan
Menurut Incropera et al (1981), secara umum pengertian alat penukar panas atau heat
exchanger (HE) adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas
(super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang
sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya
maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Efektivitas suatu heat exchanger didefinisikan
sebagai perbandingan antara perpindahan panas yang diharapkan (nyata) dengan perpindahan
panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut.

Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas
dari dua fluida pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan
secara langsung ataupun tidak langsung. Transfer panas yang dilakukan secara
kontak langsung, panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui
permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer
panas yang terjadi yaitu melalui interface / penghubung antara kedua fluida.Contoh :
aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat
bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida. Secara kontak tak
langsung, perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding
pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir. Perpindahan panas
dapatterjadisecara konveksi, konduksi, dan radiasi. Konveksi yaitu perpindahan
panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat
tersebut secara fisik. Konduksi yaitu perpindahan panas antara molekul-molekul
yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang
panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam
keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada
molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan
memberikan panas. Kemudian radiasi merupakan perpindahan panas tanpa melalui
media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke
tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin) dengan pancaran gelombang
elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika
terserap oleh benda yang lain (Fox et al 1998).
Menurut Artono (2002), heat exchanger memiliki beberapa jenis, diantanya
sebagai berikut. Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger), dalam
jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik
dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang annular dan
cairan lainnya dalam pipa. Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa
logam standart yang di kedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan
kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua
mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar
panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi
yang tinggi.
Pillow plate heat exchanger, yaitu sebuah pelat penukar bantal umumnya
digunakan dalam industri susu untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung
ekspansi tank massal stainless steel.Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan
di hampir daerah seluruh permukaan tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa
dilas ke bagian luar tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari
logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal dari logam. Pelat tipis dilas dalam
pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin garis las. Setelah pengelasan
ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan logam
tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang untuk cairan penukar panas
mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik bantal membengkak
terbentuk dari logam.
Dynamic scraped surface heat exchanger, ini terutama digunakan untuk
pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas produk, proses kristalisasi,
penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai karena
terus menerus menggores permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan

mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.


Adiabatic wheel heat exchanger, jenis penukar panas menggunakan intermediate
cairan atau toko yang solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain
dari penukar panas akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri
dari roda besar dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan
penukar panas cairan. Phase-change heat exchanger, Selain memanas atau
pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar panas dapat digunakan baik
untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan sebagai
kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan. Pada pabrik kimia
dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk untuk menara
distilasi sering penukar panas.
Penukar panas cangkang dan buluh (shell and tube heat exchanger), Jenis ini
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri perminyakan. Alat ini
terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu
bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida mengalir
didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih
didalam shell. Menurut Stoecker et al (1982), penukar panas cangkang dan buluh
memiliki beberapa macam yaitu Fixed Tube Sheet merupakan jenis shell and tube
heat exchanger yang terdiri dari tube-bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan
kedua tube sheet menyatu dengan shell. Kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan
pada penggantian tube dan pembersihan shell. Floating Tube Sheet merupakan Heat
exchanger yang dirancang dengan salah satu tipe tube sheetnya mengambang,
sehingga tube-bundle dapat bergerak di dalam shell jika terjadi pemuaian atau
penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini banyak digunakan dalam industri migas
karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan fix tube sheet, karena tubebundlenya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada operasi dengan perbedaan
temperatur antara shell dan tube side di atas 200oF. Selanjutnya adalah U tube/U
bundle, jenis ini hanya mempunyai 1 buah tube sheet, dimana tube dibuat berbentuk
U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet sehingga biaya yang dibutuhkan
paling murah di antara Shell and Tube Heat exchanger yang lain. Tube bundle dapat
dikeluarkan dari shellnya setelah channel headnya dilepas. Tipe ini juga dapat
digunakan pada tekanan tinggi dan beda temperatur yang tinggi. Masalah yang sering
terjadi pada heat exchanger ini adalah terjadinya erosi pada bagian dalam bengkokan
tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan di dalam tube, untuk itu
fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida yang tidak mengandung
partikel-partikel padat
Industri pengolahan makanan, menggunakan energi sebagai bahan baku
utamauntuk menjalankan proses produksinya. Salah satu energi yang selalu ada pada
setiapproses produksi, adalah energi panas. Pemanasan dan pendinginan bahan-bahan
pertanian (atau bahan-bahan makanan) merupakan satu aspek penting untuk
mencegahaktivitas mikrobial dan degradasi enzim. Heat transfer atau transfer panas,
merupakan salah satu proses dalam pengolahan makanan yang memanfaatkan heat exchanger.
Selain itu, heat exchanger shell and tube, merupakan heat exchanger yang
banyak dimanfaatkan untuk industri bahan-bahan kimia. Menggunakan prinsip kerja
menukar ataumengalirkan panas dari satu fluida dengan temperatur lebih tinggi ke
fluida lain yangtemperaturnya lebih rendah.
Sejak menggulirnya isu global akan menipisnya cadangan energi fosil di
dunia dewasa ini, mendorong pengguna energi terutama yang mengkomsumsi energi

dalam skala besar untuk mengantisipasinya dengan membenahi system thermalnya.


Perkembangan industri terutama pada bidang teknologi banyak dibutuhkan suatu alat
untuk memindahkan sejumlah energi panas dari sistem ke lingkungan atau antara
bagian-bagian yang berbeda di dalam sistem. Heat Exchanger adalah peralatan yang
digunakan untuk melakukan proses pertukaran kalor antara dua fluida, baik cair
( panas atau dingin ) maupun gas, dimana fluida ini mempunyai temperatur berbeda.
Heat Exchanger banyak digunakan di berbagai industri tenaga atau industri lainnya
dikarenakan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain konstruksi sederhana dan
kokoh, biaya yang digunakan relatif murah, dan kemampuan untuk bekerja pada
tekanan dan temperatur yang tinggi dan tidak membutuhkan tempat yang luas (Wafi
2011).
Prinsip kerja penyegaran udara atau yang biasa disebut sebagai AC (Air
Conditioner) menggunakan prinsip atau siklus refrigerasi sebagai siklus perputaran
kerja utama dari kinerja penyegaran udara. Siklus refrigerasi itu sendiri merupakan
unsur dari udara yang didinginkan oleh suatu penyegar atau lebih sering disebut juga
sebagai refrigerant atau freon. Kinerja siklus refrigerasi tersebut diawali dari freon
yang ditekan menggunakan alat peniup angin atau kompresor hingga tercapai
tertentu dan suhu yang dihasilkan pun meningkat atau naik. Setelah itu, udara
tersebut disegarkan oleh udara lingkungan sampai mencair (Arismunandar dan Saito
2002).
Menurut literatur, proses kerja tersebut akan terus berjalan secara berulangulang yang setelah itu menjadi suatu siklus yang dinamakan siklus penyegaran udara.
Tentunya siklus tersebut mampu mengambil kalor pada udara untuk mengubahnya
menjadi rendah keluar ruangan. Namun, secara garis besar penyerapan panas
dioperasikan oleh evaporator, pemompaan panas dioperasikan oleh kompresor,
pelepasan panas dioperasikan oleh kondensor sekaligus proses ekspansi dan proses
tersebut berkaitan erat dengan temperatur didih dan temperatur kondensasi
refrigerant (Arismunandar dan Saito 2002).
Berdasarkan uraian diatas atau prinsip kerja penyegaran udara, maka terdapat
juga komponen beserta fungsinya yang saling berhubungan satu sama lain untuk
menjalankan proses siklus refrigerasi. Komponen-komponen tersebut beserta
fungsinya secara beruntun antara lain sakelar terdiri dari tombol putar yang
digunakan untuk mematikan dan menghidupkan kompresor, serta menentukan
kecepatan putaran blower evaporator. Kompresor digunakan untuk mensirkulasi
refrigran di dalam sistem dengan menghisap uap freon dan memampatkannya
sehingga suhunya meningkat. Kondensor berfungsi untuk menyerap panas dari
refrigran yang dikompresikan oleh kompresor. Extra fan berfungsi untuk
mendinginkan freon di dalam kondensator agar suhu froen tidak melebihi 70 derajat
(Althouse et al 2004).
Pipa refrigerant, pipa penyalur udara yang tahan terhadap berbagai zat
beserta suhu dan tekanannya. Receiver dryer berfungsi untuk wadah penampungan
refrigrant sekaligus menghilangkan kelembaban dengan menyerap uap air yang
terkandung di dalamnya. Katup ekspansi, untuk mengijeksikan refrigrant yang telah
terfiltrasi di receiver dryer ke dalam evaporator. Blower berfungsi untuk
mensirkulasi udara ke evaporator. Evaporator berfungsi mengambil panas zat
pendingin agar menjadi lebih dingin serta merubahnya menjadi gas (Althouse et al
2004).

Setelah mengetahui prinsip dan komponen penyegar udara (AC), maka perlu
diketahui pula peralatan yang dibuat dengan menggunakan prinsip pindah panas
dalam kehidupan sehari-hari. Selain AC terdapat pula kulkas, dispenser dan setrika.
Hanya saja dari peralatan tersebut terdapat perbedaan berdasarkan fungsi dan bahkan
perlakuan suhu yang diberikan, namun prinsip pindah panasnya sama. Untuk AC dan
kulkas secara umum prinsip kerja dan fungsinya telah dijelaskan sebelumnya sebagai
alat yang mengalami siklus refrigerasi dengan komponen refrigrantnya.
Dispenser yang bertipe tiga air bersuhu beda keluarannya berfungsi memberi
perlakuan panas maupun dingin pada air, sehingga air yang bersuhu standar akan
berubah suhunya menjadi panas pada tabung pengubah panas air akibat perpindahan
kalor oleh listrik. Sedangkan keluaran air dingin yaitu air akan menjadi dingin pada
tabung yang telah disusun dengan dilengkapi refrigerant tertentu sebagai sumber
dingin yang mampu mengubah suhu air menjadi dingin pada salurannya. Selanjutnya
setrika, yaitu alat penghasil panas melalui logam penghantar panas yang sumber
energinya berasal dari listrik atau perubahan fisik dari listrik ke kalor (Tipler 2004).
Penelaahan lanjut terhadap peralatan tersebut, tentunya terdapat pengaruh zat
atau senyawa kimia yang dilibatkan sebagai indikator pengubahnya, khususnya pada
alat penyegar udara atau AC. AC sendiri memfungsikan refrigerant sebagai fluida
yang mampu mensirkulasikan udara lingkungan menjadi bersuhu rendah dan
mengabaikan panas bersuhu tinggi dengan membuangnya pula ke arah lingkungan
yang berbeda. Hal itu bukan hanya karena prinsip fluida pada refrigerant tersebut,
akan tetapi disebabkan pula oleh zat atau senyawa kimia pada refrigerant tersebut.
Zat refrigerant yang umum digunakan yaitu freon atau CFC (Chloro Fluoro
Carbon/R22) (Arora 2001).
Freon atau CFC digunakan sebagai refrigerant karena sifat dan
karakteristiknya memenuhi sistem dalam proses siklus refrigerasi seperti memiliki
termal yang baik, stabil, kompatibel terhadap bahan komponen atau tak berpindah,
tidak beracun dan tidak mudah terbakar oleh sumber api. Akan tetapi karakteristik
CFC yang berdampak buruk yaitu dapat menyebabkan kerusakan ozon atau biasa
disebut sebagai Ozone Depleting Subtance (ODS) akibat reaksi senyawanya, yakni
gas CFC dapat melepas dua atom khlorin (Cl) ke udara yang jika terkena sinar
ultraviolet akan cepat terurai, sehingga bereaksi dengan ozon (O3) untuk mengurangi
satu atom oksigen hingga membentuk khlorin monoksida dan oksigen. Hal tersebut
tentunya terbukti bahwa lapisan ozon akan rusak jika ribuan reaksi tersebut terus
terjadi (Calm et al 1999)

PENUTUP
Simpulan
Heat exchanger (HE) adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap
lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Prinsip kerja dari alat
penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda di
mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Heat

exchanger memiliki beberapa jenis diantaranya double pipe heat exchange, pillow
plate heat exchanger, dynamic scraped surface heat exchanger, phase-change heat
exchanger, shell and tube heat exchanger.
Prinsip kerja penyegaran udara atau yang biasa disebut sebagai AC (Air
Conditioner) menggunakan prinsip atau siklus refrigerasi sebagai siklus perputaran
kerja utama dari kinerja penyegaran udara. AC terdiri dari beberapa komponen yaitu
sakelar, extra fan, blower, recevier dryer dan refrigerant. Zat refrigerant yang umum
digunakan yaitu freon atau CFC (Chloro Fluoro Carbon/R22).

Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan ditempat yang lebih efisien, bukan di tempat
terbuka yang kurang kondusif. Selain itu, praktikum dilakukan dengan menggunakan
miniatur atau contoh asli dari peralatan yang sedang dibahas.

DAFTAR PUSTAKA
Althouse A D, Turnquist C H, Bracciano A F. 2004. Modern Refrigeration and
Air Conditioning 18 th Edition. New York (ID) : The Goodheart-Willcox
Company, Inc.
Arismunandar W dan Saito H. 2002. Penyegaran Udara. Jakarta (ID) : PT Pradnya
Paramita.
Arora C P. 2001. Refrigeration and Air Conditioning. Singapore (SG) : McGraw-Hill
inc.
Artono K R. 2002. Perpindahan Kalor. Jakarta (ID) : Salemba Teknika.

Calm J M, Wuebbles D J, and Jain A K. 1999. Impacts on global ozone and climate
from use and emission of 2,2-Dichloro- 1,1,1-Trifluoroethane (HCFC-123).
Journal of Climatic Change. Vol (1) 42 : 439 - 74.
Fox, Robert W. and Alan T. 1998. Introduction to Fluid Mechanics 5th edition. New
York (US) : John Wiley and Son Inc.
Incropera F P dan Dewitt D P. 1981. Fundamental of Heat and Mass Transfer. New
York (US) : John Wiley & Sons Inc
Stoecker W F dan Jerold J W. 1982. Refrigeran dan Pengkondisian Udara. Jakarta
(ID) : Erlangga.
Tipler . 2004. Suhu dan Kalor. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Wafi A . 2011. Rancang Bangun Heat Exchanger Shell and Tube Single Phase.
Semarang (ID) : Universitas Dipongoro.

Anda mungkin juga menyukai