Anda di halaman 1dari 3

Bersabar dalam Ujian, Bersyukur dalam

Kenikmatan
oleh Tim Kajian Dakwah Al Hikmah
alhikmah.ac.id Ada banyak perspektif atau pun sudut pandang yang bisa dikemukakan dalam
melihat banyaknya bencana atau musibah yang terjadi di negeri ini. Namun, sebagai Muslim
tentu kita harus meyakini bahwa semua bencana yang menjadi musibah ini adalah bagian dari
ketetapan Allah Taala.
Dengan demikian, maka tidak ada respon atau pun reaksi terbaik dari terjadinya musibah yang
menimbulkan kesulitan dan kesusahan dalam kehidupan ini melainkan semakin menguatkan
iman dalam hati bahwa Allah benar-benar Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Di sisi lain, manusia mesti menyadari bahwa perkembangan ilmu dan teknologi yang dimilikinya
sama sekali tidak ada apa-apanya dengan kekuatan ilmu yang ada di sisi Allah Taala. Sungguh
tak pantas manusia menepuk dada kemudian ingkar kepada Allah. Untuk itu, sudah seharusnya
umat Islam menjadikan terjadinya bencana ini sebagai jalan terbaik untuk kembali kepada Allah
Taala.
Bagaimana tidak, Gunung Kelud yang bisa dikatakan baru batuk saja sudah mampu menebar
debu vulkanik yang cukup berbahaya bagi kesehatan tubuh hingga ke wilayah-wilayah yang
sangat jauh, bahkan mampu melumpuhkan aktivitas penerbangan di beberapa bandar udara. Hal
ini menunjukkan bahwa kuasa Allah sangat luar biasa.
Memulai Lembaran Ihsan
Tentu ada kesedihan, duka dan penderitaan dari terjadinya musibah dan bencana yang terjadi di
beberapa wilayah di negeri ini. Tetapi, kita mesti meyakini bahwa apa pun keputusan Allah,
termasuk letusan gunung adalah suatu keputusan penting yang tentu memberikan banyak
manfaat bagi kehidupan manusia.
Satu sisi misalnya, mungkin ada kehilangan harta benda yang cukup banyak akibat bencana yang
terjadi. Tetapi, betapa jiwa kita melihat dan merasakan sendiri bahwa ternyata Allah benar-benar
Maha Kuasa.
Kemudian, dari bencana tersebut terlihat bagaimana rasa persaudaraan dan kepedulian sesama
umat di negeri ini sangat tinggi. Betapa tidak, berbagai kelompok dari umat ini datang
berbondong-bondong memberikan segenap daya dan kemampuan untuk membantu meringankan
beban mereka yang langsung terkena dampak bencana.
Dari sedikit fakta ini kita dapat memahami bahwa ternyata bencana atau musibah pada
kenyataannya juga mendatangkan rahmat Allah Taala yang tidak sedikit. Bayangkan, betapa

susahnya iman itu tumbuh dalam hati dan mengakar kuat dalam kondisi biasa-biasa saja. Dengan
musibah, mereka yang mau berpikir dan merenung, tentu akan semakin meningkat kualitas
keimanannya.
Demikian pula halnya dengna persaudaraan. Persaudaraan itu adalah nikmat dari Allah yang
sangat berharga. Dalam kehidupan biasa-biasa saja, mungkin sangat sulit rasa persaudaraan dan
kepedulian dihidupkan. Tetapi, dengan adanya bencana, banyak hati tergerak untuk bahumembahu saling peduli.
Jadi, bencana yang mendatangkan duka, di sisi lain ternyata memberikan anugerah besar yang
menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dalam buku Dywan Imam Syafii yang ditalif, Taliq wa Takhrij oleh Syaikh Muhammad bin
Abdurrahman, Imam Syafii berkata, Duka itu merupakan permulaan munculnya ihsan, dan
takdir mendominasi segalanya. Yang terjadi adalah apa-apa yang tertulis di Lauhul Mahfudz.
Nantikanlah kesejateraan beserta penyebab-penyebabnya. Bersikap patuhlah selama engkau
masih memiliki nyawa.
Allah akan Mengganti
Pernyataan Imam Syafii tersebut sangat patut untuk kita renungkan. Karena secara ilahiyah itu
bersinggungan kuat dengan apa yang Allah firmankan di dalam Al-Quran.




Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At Taghaabun [64]: 11).
Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menjelaskan bahwa siapa saja yang ditimpa musibah kemudian dia
menyadari bahwa hal itu terjadi atas qadha dan takdir Allah, lalu dia bersabar dan mengharapkan
balasan pahala atas kesabarannya, serta menerima keputusan yang telah ditetapkan oleh Allah
terhadap dirinya, maka Allah akan memberikan petunjuk ke dalam hatinya dan akan
menggantikan apa yang telah hilang dari dirinya di dunia dengan petunjuk dan keyakinan di
dalam hatinya.
Lanjut Ibn Katsir, kadangkala Allah akan mengganti sesuatu yang diambil dari hamba-Nya
dengan sesuatu yang sama nilainya. Kadangkala Allah akan menggantinya dengan ganti yang
lebih baik.
Menurut Ali bin Abi Thalhah, ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa Allah akan memberi
petunjuk di dalam hatinya untuk benar-benar yakin, sehingga dia mengetahui bahwa apa yang
menimpanya itu tidaklah untuk menyalahkannya.
Pesan Nabi

Dengan demikian maka tidak patut seorang Muslim berduka berlarut-larut dengan terus meratapi
apa yang dianggapnya menyusahkan. Juga tidak pantas seorang Muslim melihat kejadian ini
hanya sebagai suatu kebetulan. Karena pandangan seperti itu tidak memberi manfaat positif apa
pun selain akan menambah kerasnya hati dan akal kita sendiri, sehingga sulit menerima
kebenaran.
Sikap terbaik adalah dengan mengembalikan itu semua kepada Allah, sehingga setiap kejadian
akan mendorong kita untuk semakin yakin akan kekuasaan Allah Taala.
Dengan keyakinan yang kuat, maka setiap Muslim akan menjadi manusia-manusia ajaib seperti
yang disampaikan oleh Rasulullah.
Sungguh menakjubkan keadaan orang Mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan
baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia bersabar,
maka yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapat ksesenangan, dia bersyukur, maka
yang demikian itu adalah lebih baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik siapa
pun kecuali orang Mukmin. (HR. Bukhari Muslim).
Dengan demikian, mari kita jadikan terjadinya bencana atau musibah di negeri ini sebagai media
terbaik kita untuk tetap istiqomah dalam keimanan dan ketakwaan dengan terus mengasah
kemampuan diri untuk selalu bersabar dalam ujian dan bersyukur dalam kenikmatan.

Anda mungkin juga menyukai