NIM
: 4113110018
Pada Hari Sabtu, tanggal 26 November 2011, sekitar pukul 16.20 WITA telah
terjadi keruntuhan Jembatan Mahakam II yang terletak di Tenggarong, Kabupaten
Kutai
Kartanegara,
Propinsi
Kalimantan
Timur.
Runtuhnya
jembatan
ini
analisis
UGM
menemukan
indikasi
perawatan
jembatan
maupun
perawatan perangkat tersebut, beban yang didukung hanger dilimpahkan ke hangerhanger terdekat secara mendadak. Karena tidak mampu menyangga beban baru,
hanger terdekat putus secara tiba-tiba, menimbulkan hentakan yang bersifat efek
domino yang berakibat memutus sistem sambungan berikutnya. Kurang baiknya
perawatan jembatan yang menyebabkan konstruksi alat penggantung kabel vertikal
tidak berfungsi dengan baik dan tidak terdeteksi kemungkinan adanya kerusakan
dini. Serta kesalahan prosedur dalam pelaksanaan perawatan konstruksi atau
kesalahan dalam menyusun standar operasional dan perawatan konstruksi yang
direncanakan.
Jika teknisi perawatan mengklaim komponen kabel utama, hanger, rangka/truss
jembatan, pylon, fondasi, dan angkur blok teramati masih berfungsi baik, satusatunya komponen vital yang diduga kuat mengawali atau memicu terjadinya
keruntuhan adalah sistem sambungan antara kabel utama dengan hanger.
Penyebab lain jembatan ambruk akibat mur-baut sistem sambungan tak terdeteksi
selama masa perawatan rutin. Faktor kesulitan medan, menurut dia, menjadi alasan
seperti pengamatan mur-baut sistem sambungan sangat sulit karena petugas harus
memanjat kabel utama, sementara di bawahnya sungai dalam dan deras arus.
Masalah mur-baut menjadi bagian dari faktor alam seperti kelelahan bahan
sebagai efek dari beban cyclic tiupan angin, beban lalin, faktor korosi air hujan dan
air laut yang mengandung asam dan garam. Tetapi masalah penuaan bahan
bangunan terkait teknis pada masa perencanaan pembangunan jembatan yang
diduga tidak menekankan diemensi stress ratio atau rasio tegangan dengan
tegangan geser (mur-buat sambungan,dll) maksimum bahan.
Tim UGM menyarankan jembatan lama dimuseumkan, diganti jembatan baru.
Disarankan jembatan baru menerapkan model 'cable stayed', seperti jembatan
Suramadu, bukan jembatan gantung seperti jembatan yang runtuh. Risiko
menggunakan jembatan gantung lebih tinggi dibandingkan jembatan cable stayed.
Keunggulannya dari segi manajemen perawatan. Jembatang gantung harus
memanjat kabel-kabel, sementara jembatan model cable stayed perawatan dari
badan jalan dan bawahnya.