LP DM
LP DM
Tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang
baik sehingga gagal membawa glokusa masuk ke dalam sel. Disamping penyebab
diatas, DM juga biasa terjadi akibat gangguan transport glokusa di dalam sel sehingga
gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi.
5. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian
ialah :
a) Keluhan klasik
Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat dan rasa
lemah yang hebat disebabkan oleh glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke
dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain
yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot
sehingga menjadi kurus.
Banyak kencing
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat.
Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan setelah dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan yang membuat
penderita selalu merasa lapar.
b) Keluhan lain
Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan
yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia
tetap dapat melihat dengan baik.
Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Seringpula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat timbul akibat hal
yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
Gangguan ereksi
ginjal).
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal
sampai tinggi (tipe II), mengindikasikan infusiensi insulin, gangguan dalam
penggunaannya.
l)
Resistensi
insulin
dapat
berkembang
sekunder
terhadap
Makan dianjurkan seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 6070%, protein 10-15%, lemak 20-25%.
Prinsip perencanaan makanan:
Tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan (tidak
berlebih).
Menu sama dengan menu keluarga, gula dalam bumbu tidak dilarang.
Teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan (3J)
Prinsip pembagian porsi makanan sehari-hari disesuaikan dengan kebiasaan
makan dan diusahakan porsi tersebar sepanjang hari.
Disarankan porsi terbagi (3 besar dan 3 kecil):
Makan pagi-makan selingan pagi
Makan siang-makan selingan siang
Makan malam-makan selingan malam (hal ini untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia terutama bagi yang menggunakan insulin kerja panjang)
Penderita sebaiknya mengonsumsi makanan dengan karbohidrat rendah dan
lambat menjadi gula. Perbanyak mengonsumsi buah dan sayuran terutama kubis,
kacang panjang, dan paprika untuk memperbaiki fungsi pankreas. Pengaturan pola
makan membutuhkan kedisiplinan. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi
mengenai pola makan yang tepat bagi penderita DM.
b) Exercise atau latihan
Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Menurut Haznam (1991) olahraga dianjurkan karena
bertambahnya kegiatan fisik menambah reseptor insulin dalam sel target. Dengan
demikian insulin dalam tubuh bekerja lebih efektif, sehingga lebih sedikit obat anti
diabetik (OAD) diperlukan, baik yang berupa insulin maupun OHO (Obat
Hipoglikemik Oral).
Prinsip utama latihan pada DM adalah CRIPE (Continuous, Rhytmical,
Interval, Progressive dan Endurance).
Continuous : Latihan berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa henti
misalnya jogging 30 menit tanpa henti
Rhytmical : Latihan yang menggunakan otot secara berirama seperti berenang
dan bersepeda.
Interval : Dilakukan secara selang-seling misalnya jogging diselingi jalan.
Progressive : Secara bertahap ditingkatkan dari aktivitas ringan hingga sedang
dengan target denyut jantung 75-85%.
Endurance : Dimaksudkan yaitu yang sifatnya meningkatkan ketahanan seperti
cardio training.
c) Pemantauan kadar glukosa darah
d) Dengan obat-obatan
Pada prinsipnya pengendalian diabetes melitus melalui obat ada 2 yaitu :
Obat Anti Diabetes atau Obat Hipoglikemik Oral yang berfungsi untuk
merangsang kerja pankreas untuk mensekresikan insulin.
Sulfonyluria
Sulfonylurea menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi
lebih banyak insulin. Obat ini juga membantu sel-sel dalam tubuh menjadi lebih
baik dalam mengelola insulin. Beberapa jenis obat yang mengandung
sulfonylurea antara lain chlorpropamide (diabinese), tolazamide (tolinase),
acetohexamide, glipizide (glucotrol), tolbutamide (orinase), glimepiride (amaryl),
glyburide (diabeta, micronase), glibenclamide, dan gliclazide.
Meglitinida
Meglitinida juga termasuk jenis obat diebetes yang bekerja dengan
menstimulasi sel-sel beta di pankreas untuk memproduksi insulin. Yang termasuk
golongan meglitinides adalah repaglinida (prandin), nateglinida (starlix), dan
mitiglinida.
Metformin (Biguanida)
Metformin merupakan obat yang cara kerjanya terutama menurunkan
glukosa darah dengan menekan produksi glukosa yang diproduksi hati dan
mengurangi resistensi insulin. Metformin bisa digunakan sebagai monoterapi atau
dikombinsikan dengan sulfonylurea
Thiazolidinedione
Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi
memperbaiki sensitivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen tertentu yang
terlibat dalam sintesa lemak dan metabolisme karbohidrat. Thiazolidinedione
tidak menyebabkan hipoglikemia jika digunakan sebagai terapi tunggal,
meskipun mereka seringkali diberikan secara kombinasi dengan sulfonylurea,
insulin, atau metformin.
Alpha-glucosidase inhibitor
Alpha-glucosidase inhibitor termasuk di dalamnya acarbose (Precose,
Glucobay) dan miglitol (Glyset) memilki cara kerja mengurangi kadar glukosa
dengan menginterfensi penyerapan sari pati dalam usus. Acarbose cenderung
menurunkan kadar insulin setelah makan, yang merupakan keuntungan khusus
obat ini, karena kadar insulin yang tinggi setelah makan berkaitan dengan
pengingkatan risiko penyakit jantung.
e) Suntikan insulin.
Pasien yang mendapat pengobatan insulin waktu makanannya harus teratur
dan disesuaikan dengan waktu pemberian insulinnya. Makanan selingan diberikan
untuk mencegah hipoglikemia (Perkeni, 1998). Untuk pasien yang tidak bisa
mengontrol diabetes dengan diet atau pengobatan oral, kombinasi insulin dan obatobatan lain bisa sangat efektif. Insulin kadang kala dijadikan pilihan sementara,
misalnya selama kehamilan. Namun, pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2
yang memburuk, maka penggantian insulin total menjadi suatu kebutuhan. Ada
beberapa bentuk insulin yang tersedia atau tengah dalam penelitian :
NPH yang merupakan insulin standar.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan, diagnosa
yang sering muncul pada pasien dengan diabetes melitus menurut Doengoes 2000
adalah :
a) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi
insulin, anoreksia.
b) Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, poliuri,
intake inadekuat.
c) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin
d) Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e) Resiko
infeksi/penyebaran
berhubungan
dengan
perubahan
sirkulasi
dan
f.
pertumbuhan mikroorganisme
4) Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotika dan pemeriksaan laboratorium
R/penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah
Kriteria hasil : Klien dapat mengetahui tentang penyakitnya serta cara pengobatan
dan perawatan, klien dapat berprilaku sehat dan berpartisipasi dalam pengobatan
Intervensi :
1) Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan klien tentang DM
R/mengetahui sejauh mana informasi yang telah didapat klien terkait dengan
jenis penyuluhan yang akan diberikan dan metodee penyuluhan
2) Berikan penkes tentang : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat lanjut
pengobatan dan diet yang ditentukan
R/memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit DM dan
ppengaturan diet dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku
3) Libatkan keluarga dalam perawatan klien
R/keterlibatan keluarga akan memotivasi klien
4) Tanyakan hal yang belum dimengerti
R/mengevaluasi hasil penyuluhan
5) Beri reinforcement positif atas jawaban klien yang sesuai
R/meningkatkan harga diri
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC.
Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga. Jakarta : FKUI.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN MASALAH KESEHATAN DIABETES MELITUS
Disusun Oleh :
Kamila Jasmine
(1401100050)
Tingkat 3A/Kelompok 7A