Anda di halaman 1dari 14

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TERHADAP

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, BAHAN TERLARANG, DAN


PSIKOTROPIKA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Narkotika, Bahan Terlarang dan Psikotropika
Yang dibina oleh Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Si

Oleh
-

Anggraeni Dwi .P.


Hana Naqiyya Nada
Ira Khusnul Romadhoni

(130351615580)
(130351615578)
(130351615595)

Kelompok 9
Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
APRIL 2016

Upaya Pencegahan Dan Penanganan Terhadap Penyalahgunaan Narkotika,


Bahan Terlarang, Dan Psikotropika
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Akhir-akhir ini Narkoba marak dijadikan sebagai bahan komoditas yang
sangat luas peredarannya diIndonesia. Bahkan sudah menyentuh kepada
semua aspek atau lini dikalangan pranata sosial di Indonesia, dari lingkungan
masyarakat kecil sampai lingkungan masyarakat kelas atas. Dahulu peredaran
narkoba hanya sebatas kepada golongan kelas atas saja atau hanya orangorang yang mampu dan mempunyai materi cukup bahkan berlebihan yang
bisa mengonsumsi narkoba, namun sekarang bahkan anak-anak Taman
Kanak-Kanak pun sudah dijejali oleh narkoba. Itulah yang terjadi pada
fenomena saat ini di Indonesia. Ini semua bukanlah hanya tanggung jawab
dari para penegak hukum ataupun pemerintah saja, tetapi tanggung jawab
bersama, terlebih lagi kepada orang tua yang memang sudah gagal dalam
mendidik anaknya masing-masing sehingga anak-anak tersebut sampai
terpengaruh oleh lingkungan untuk mengonsumsi narkoba, meskipun dalam
hal ini yang bersangkutan tidak mengetahui jenis-jenis mana yang disebut
sebagai narkoba ataupun mana yang bukan narkoba.
Untuk mengatasi permasalahan narkoba yang semakin menunjukkan
intensitas dan keeksistensiannya, Pemerintah Indonesia melalui Dewan
Perwakilanan Rakyat (DPR) membuat dan mengesahkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut,
Pemerintah membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN),
dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu
Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang kemudian berubah nama
menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN). Untuk propinsi dan kabupaten
dalam menangani permasalahan narkoba, maka dibentuklah Badan Narkotika
Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten (BNK). Penyuluhanpenyuluhan dan sosialisasi dari badan narkotika ini kiat digencarkan dalam
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba

yang mengancam kehidupan orang banyak. Oleh permasalahan tersebut,


penulis menyususn makalah ini dengan judul Upaya Pencegahan Dan
Penanganan Terhadap Penyalahgunaan Narkotika, Bahan Terlarang, Dan
Psikotropika
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa saja

upaya

yang

dilakukan

untuk

pencegahan

penyalahgunaan Narkoba dan psikotropika?


1.2.2. Apa saja upaya yang dilakukan untuk penanganan terhadap
penyalahgunaan narkotika, bahan terlarang, dan psikotropika?
1.3. Tujuan
1.3.1. Dapat menjelaskan upaya yang dilakukan untuk pencegahan
penyalahgunaan Narkoba dan psikotropika
1.3.2. Dapat menjelaskan upaya yang dilakukan untuk penanganan
terhadap penyalahgunaan narkotika, bahan terlarang, dan
psikotropika
2. Pembahasan
2.1 Upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba dan Psikotropika
Upaya pencegahan terhadap narkotika, bahan terlarang,

dan

psikotropika menurut Badan Narkotika Nasional (Anonim, 2013) ada 7


langkah pencegahan untuk menghindarkan seseorang dari pemakaian dan
penyalahgunaan zat-zat berbahaya, yaitu:
1) Menanamkan pemahaman hidup sehat anak usia dini
Bagi orang tua harus menanamkan perilaku hidup sehat kepada
anak-anak sejak dini dengan menjelaskan asupan makanan/minuman apa
yang baik bagi tubuh mereka dan asupan makanan/minuman apa yang
berbahaya bagi tubuh mereka. Perilaku hidup sehat diajarkan sedari anak
masih kecil, sedini mungkin karena akan melekat pada diri anak tersebut
hingga dewasa. Karena apa saja yang ia pelajari sewaktu kecil akan
melekat selamanya di memori otaknya. Menanamkan kesadaran hidup
sehat seperti dengan berolah raga secara rutin.
2) Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kita
Memberikan pemahaman sedini mungkin kepada anak-anak akan
adanya racun di alam sekeliling kita seperti, racun pada tumbuh-tumbuhan
seperti jamur dan tumbuhan lainnya yang beracun, racun pada gigitan ular,
sengatan ubur-ubur, dan binatang lainnya yang berbisa, juga racun yang

secara sengaja maupun tak sengaja diproduksi oleh manusia, seperti polusi
asap dari knalpot mobil, asap dan limbah beracun dari pabrik-pabrik, asap
rokok, dlsb. Akan sangat bermanfaat dan dapat menyelamatkan anak-anak
dari penggunaan zat-zat berbahaya.
Dengan mendidik anak-anak untuk sadar bahwa zat-zat yang
sangat berbahaya bagi tubuh mereka (bagi kelangsungan hidup meraka)
ada di sekitarnya dan setiap zat yang membahayakan kesehatan mereka
harus dijauhi atau terkadang dimusnahkan. Jadi bila suatu saat ia akan
berhadapan dengan narkoba (biasanya ditawarkan oleh lingkungan temanteman terdekatnya), maka kita harapkan menolak untuk mengkonsumsi
narkoba atau zat yang asing yang dapat membahayakan kesehatan dan
hidupnya.
3) Memberikan informasi yang akurat dan jelas
Memberikan informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya dari
setiap jenis narkoba merupakan kewajiban bila ingin membentengi/
menyelamatkan anak-anak (atau pun orang lainnya) dari bahaya narkoba.
Hampir dapat dipastikan jika seorang sudah mendapatkan informasi
mengenai narkoba yang akurat dan jelas, daya tarik narkoba yang seindah
apapun akan lansung amblas, sirna, dibandingkan dengan dasyatnya
dampak kerusakan yang akan diakibatkan oleh zat-zat narkoba itu kepada
penggunannya.
Tanpa informasi yang akurat dan jelas, seseorang belum tentu
menyadari narkoba yang ditawari temannya itu berbahaya bagi
kehidupannya. Tetapi bila ia mendapat informasi yang akurat dan jelas
mengenai bahaya narkoba, pasti ia akan menolaknya. Sepertihalnya
dampak bila menggunakannya, dampaknya bagi organ-organ tubuh
mereka serta dampak dari segi hukumnya bila tertangkap memiliki,
menggunakan atau mengedarkan narkoba; Penyakit yang dapat diderita
sebagai akibat pemakaian narkoba (infeksi klep kanan jantung, kerusakan
hati atau cirrhosis, HIV/AIDS, dan lainnya)
4) Bekerja sama dengan tempat pendidikan (sekolah atau universitas)
Bekerjasama dengan sekolah ataupun universitas dimana tempat
menuntut ilmu, untuk merancang program pemantauan, pencegahan, dan
juga program penanggulangan narkoba secara holistic yang spesifik

dengan pusat-pusat pendidikan tersebut (yang sebetulnya hanya berbeda


sedikit saja dari satu sekolah ke sekolah yang lainnya). Kerjasama yang
terkoordinir dengan baik yang melibatkan setiap sendi dalam kehidupan di
sekolah ataupun kampus seperti: Dosen, guru-guru, guru BK (bimbingan
konseling), Osis, Satpam/security, penjaga kantin, dan karyawan lainnya di
lingkungan

sekolah/kampus

(yang

sering

mendapatkan

para

siswa/mahasiswanya memakai narkoba di WC/toilet), dan yang lainnya.


5) Tanggap lingkungan
Orang tua selalu tanggap lingkungan di rumah tempat tinngal,
dimana anak-anak mereka tumbuh. Orang tua harus selalu sadar akan
perubahan-perubahan kecil dari perilaku sang anak. Perubahan-perubahan
masa puber dan peralihan anak menjadi remaja, remaja menjadi dewasa,
tidak sama dengan perubahan perilaku seorang anak yang mulai terekspos
pada narkoba, atau yang sudah kecanduan narkoba.
6) Bekerja sama dengan lingkungan rumah
Bekerjasama dengan lingkungan rumah tempat tinggal seperti
dengan ketua RT, RW, dsb. Menjalin hubungan yang baik dengan para
tetangga selalu mendatangkan kenyamanan dan keamanan bagi para
warga. Dengan membuat sistem pemantauan keamanan bersama tetangga
lainnya yang juga melibatkan ketua RT untuk memantau keamanan umum
dan memantau bila ada seseorang yang disinyalir menggunakan narkoba di
pemukiman akan terdeteksi dan dapat tertanggulangi dengan cepat dan
baik.
7) Hubungan interpersonal yang baik
Hubungan interpersonal yang baik dengan keluarga akan mudah
melihat gejala-gejala awal pemakaian narkoba pada seseorang dalam
keluarga. Kedekatan hubungan batin dengan orang tua akan membuat anak
merasa nyaman dan aman, menjadi benteng bagi keselamatan dalam
mengarungi kehidupan.
Bila orang tua sering ribut, cekcok, maka itu bisa memengaruhi
sang anak secara psikologis. Kegalauan ini bisa memancingnya untuk
mencoba narkoba dengan berbagai macam alasan yang dicarinya sendiri.
Misalnya supaya diperhatikan, sikap masa bodoh terhadap hidupnya,

untuk mengatasi kemarahan, ketidaksenangan, atau kesedihan yang timbul


dari melihat orang tua mereka yang selalu bertengkar.
Pencegahan yang ditujukkan kepada kelompok masyarakat disebut juga
preventif. Pencegahan ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu ;
1) Kelompok masyarakat primer yaitu masyarakat sehat yang belum pernah
tahu tentang narkoba agar tahu bahayanya dan tindakan menyalahgunakan.
2) Kelompok masyarakat sekunder yaitu terhadap masyarakat yang cobacoba menyalahgunakan narkoba agar berhenti tidak memakai.
3) Kelompok masyarakat tersier yaitu terhadap masyarakat yang sudah
ketergantungan agar segera merehabilitasi dirinya dan kembali kepada
kehidupan yang normal ke tengah-tengah masyarakat atau kepada
keluarganya.
Kegiatan-kegiatan yang digunakan dalam pencegahan preventif ini
diantaranya :
1) Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
Biasanya dilakukan dengan pemberian informasi satu arah dari
pembicara tentang bahaya pemakaian narkoba dan tanpa tanya jawab.
Kampanye anti penyalahgunaan narkoba dapat juga dilakukan melalui
spanduk, poster, brosur dan baliho. Misi dari kampanye ini adalah sebagai
pesan untuk melawan penyalahgunaan narkoba, tanpa penjelasan yang
mendalam

atau

ilmiah

tentang

narkoba.

Kegiatan

ini

hanya

memperluaskan informasi bahaya penyalahgunaan narkoba dimulai dari


lingkungan keluarga, RT/RW, kelurahan, kecamatan, Kabupaten/kota,
provinsi dan nasional serta dapat melalui instalasi-instalasi pemerintah dan
swasta.
2) Penyuluhan seluk beluk narkoba
Penyuluhan bersifat dialog

dengan

tanya

jawab.

Bentuk

penyuluhan dapat berupa seminar, ceramah, dan lain-lain. Tujuannya


adalah

untuk

mendalami

berbagai masalah tentang narkoba sehingga

masyarakat benar-benar tahu dan karenanya tidak tertarik untuk


menyalahgunakan narkoba. Pada penyuluhan ada dialog atau tanya jawab
tentang narkoba lebih mendalam. Materi disampaikan oleh tenaga
profesional - dokter, psikolog, polisi, ahli hukum, sosiolog - sesuai dengan

tema penyuluhan. Penyuluhan tentang narkoba ditinjau lebih mendalam


dari masing-masing aspek sehingga lebih menarik daripada kampanye.
3) Pengawasan jalur peredaran obat baik yang resmi maupun tidak
resmi
Tujuannya

adalah

agar

narkoba

dan

bahan

baku

pembuatan (precursor) tidak beredar sembarangan. Ini dapat dilaksankan


dengan bekerjasama dengan instalasi terkait antaranya polisi, Dinas
Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM), bea cukai,dll.
4) Mengajak instalasi terkait yang berkompeten untuk berkontribusi
melakukan pengawasan peredaran dan penyelundupan narkoba atau
precursor melalui bandara, pelabuhan, terminal, dan stasiun kereta api
baik penumpang dan barang-barang dikirim melalui Expedisi/Cargo dalam
rangka upaya pencegahan.
5) Pengawasan pada tempat-tempat hiburan malam, hotel dan wisata.
2.2 Upaya Penanganan Terhadap Penyalahgunaan Narkotika, Bahan
Terlarang, Dan Psikotropika
2.2.1 Upaya Represif
Represif

(penindakan),

yaitu

menindak

dan

memberantas

penyalahgunaan narkoba dengan cara melakukan penindakan terhadap


orang yang diduga menggunakan, meyimpan, menjual narkotika, melalui
jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat
keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Langkah represif inilah yang
dilakukan Polisi untuk menjauhkan masyarakat dari ancaman faktual yang
telah terjadi dengan memberikan tindakan tegas dan konsisten sehingga
dapat membuat jera para pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada
pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri.
Program ini merupakan instansi pernerintah yang berkewajiban
mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang
tergolong narkoba. Selain mengendalikan produksi dan distribusi, program
represif berupa penindakan juga dilakukan terhadap pemakai sebagai
pelanggar Undang Undang tentang narkoba. Instansi yang bertanggung

jawab terhadap distribusi, produksi, penyimpanan, dan penyalahgunaan


narkoba adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM).


Departemen Kesehatan.
Direktorat bea dan cukai.
Direktorat Jenderal Imigrasi.
Kepolisian Republik Indonesia
Kejaksaan Agung / Kejaksaan Tinggi / Kejaksaan Negeri
Mahkamah Agung (Pengadilan Tinggi / Pengadilan Negeri).
Menurut Ricardo (2010) menyebutkan bahwa upaya represif dimulai

ketika polisi mendapatkan informasi mengenai terjadinya tindak kejahatan.


Sumber informasi tersebut bisa berasal dari laporan masyarakat, media
masa, diketahui langsung oleh aparat, maupun data yang diberikan oleh
intelijen kepolisian. Setelah memperoleh informasi, Satuan Narkoba Polres
tentu tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan penegakan
hukum. Namun petugas di lapangan diperintahkan untuk mencari kebenaran
informasi tersebut. Dengan demikian, jika terjadi kesalahan informasi, polisi
tidak akan menyia-nyiakan terlalu banyak waktu, dana, dan sumber daya
manusia tanpa hasil. Menurut Saputro (2014), adapun teknik penyelidikan
untuk mengetahui kebenaran informasi bisa dilakukan dengan beragam cara,
yakni pengamatan, wawancara, surveillance (pembuntutan), dan undercover
(penyamaran).
1) Pengamatan (observasi).
Dengan adanya informasi tersebut kemudian dilakukan observasi. Dari
observasi tersebut dapat diketahui kondisi suatu tempat dan orangorang yang ada di tempat tersebut. Proses observasi diawali dari
pengamatan

secara

umum

untuk

mendapatkan

gambaran

umum/menyeluruh mengenai bagian-bagian/hal-hal yang istimewa


secara terperinci atau khusus. Setelah dilakukan obeservasi awal
kemudian dilanjutkan dengan obeservasi orang, observasi benda,
obseravasi tempat dan obeservasi kejadian.
2) Surveillance (pembuntutan).
Surveillance (pembututan) adalah kegiatan

pembututan

secara

sistematis terhadap orang, tempat dan benda. Biasanya surveillance


dilakukan

terhadap

orang,

sedangkan

pembuntutan

terhadap

tempat/benda dilakukan karena ada hubungannya dengan orang yang


diamati. Tujuan dari dilakukannya pembututan ini adalah untuk
memperoleh bukti kejahatan, selain itu juga untuk melindungi petugas
reserse (undercover agent) yang sedang melakukan penyamaran serta
menguatkan kesaksian.
3) Undercover Buy (Pembelian Terselubung).
Sebelum dilakukan penangkapan dengan cara pembelian terselubung
biasanya dilakukan terlebih dahulu penyusupan agen (Undercover
agent). Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan pelaku tindak
pidana dalam tindak pidana narkotika tidak dapat dilakukan dengan
cara yang terbuka sehingga perlu penyamaran. Untuk mengurangi
penyimpangan maka ada pengaturan bahwa pelaksanaan pembelian
terselubung ini harus sesuai dengan surat perintah tertulis dari atasan.
Hal ini berguna untuk menghindari penyidik yang melakukan
penyimpangan yang mengatasnamakan diskresi dalam pelaksanaan
pembelian terselubung ini.
Berdasarkan penjelasan Moore dan Trojanowics, strategi operasional
ini bisa disebut sebagai proactive policing, dimana polisi mulai
memanfaatkan informasi masyarakat. Setelah informasi yang diterima tadi
diyakini kebenarannya, barulah Satuan Narkoba Polres bergerak melakukan
penangkapan.
Badan di luar kepolisian juga dilibatkan dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkoba. Salah satunya adalah Badan Narkotika Nasional
(BNN), yang di dalam UU No. 35 Tahun 2009 mendapat porsi kewenangan
sangat besar. Menurut Tanwil (2010), tindakan represif yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1) Penegakan hukum secara tegas, konsisten sesuai dengan undangundang sehingga menimbulkan efek jera.
2) Memutuskan peredaran gelap Narkoba, memutuskan jaringan dan
sindikat Narkoba dengan cara menghentikan Pasokan dan Permintaan.
3) Mengungkap latar belakang sampai keakar-akarnya dengan cara
melakukan kerja sama antar BNP, BNN, Mabes Polri, dan Interpol
yang mempunyai akses ke Luar Negeri untuk mengawasi lalu lintas

penyelundupan/ perdagangan ilegal Narkoba dari Luar Negara ke


Indonesia atau sebaliknya.
2.2.2 Treatment (rehabilitasi)
Program ini adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga para
pemakai narkoba yang sudah menjalani program pengobatan, dengan tujuan
agar tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh
bekas pemakaian narkoba. Oleh sebab itu pengobatan pemakai narkoba agar
dilanjutkan dengan pemulihan (rehabilitasi) karena setelah sembuh, masih
banyak masalah lain yang akan timbul dimana penyelesaiannya tidak mudah.
Ada tahapan-tahapan yang akan dilalui pasien yang baru masuk hingga
akhirnya dinyatakan sembuh total. Tiga tahapan yang dimaksud adalah tahapan
Healing, Revolution dan Transformation.
Tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba :
1.) Healing (penyembuhan) = Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi),
tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh
dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan
obat tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita.
Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringannya gejala
putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian
guna mendeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.
2.) Revolution (perubahan) = Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini
pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun
tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di bawah BNN adalah tempat
rehabilitasi di daerah Lido (Kampus Unitra), Baddoka (Makassar), dan
Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program
diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps (dua belas
langkah, pendekatan keagamaan, dan lain-lain.
3.) Transformation (penjelmaan) = Tahap bina lanjut (after care), tahap
ini pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan bakat untuk
mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat kembali ke sekolah atau tempat
kerja namun tetap berada di bawah pengawasan.

Untuk setiap tahap rehabilitasi diperlukan pengawasan dan evaluasi


secara terus menerus terhadap proses pulihan seorang pecandu. Dalam
penanganan pecandu narkoba, di Indonesia terdapat beberapa metode terapi
dan rehabilitasi yang digunakan yaitu :
1.) Cold turkey, artinya seorang pecandu langsung menghentikan
penggunaan narkoba/zat adiktif. Metode ini merupakan metode tertua,
dengan mengurung pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obatobatan. Setelah gejala putus obat hilang, pecandu dikeluarkan dan
diikutsertakan dalam sesi konseling (rehabilitasi nonmedis). Metode ini
banyak digunakan oleh beberapa panti rehabilitasi dengan pendekatan
keagamaan dalam fase detoksifikasinya.
2.) Metode alternatif. Metode alternative ini menggunakan pengobatan
sesuai dengan adat atau sesuai dengan agama yang dianut.
3.) Terapi substitusi opioda, hanya digunakan untuk pasien-pasien
ketergantungan heroin (opioda). Untuk pengguna opioda hard core addict
(pengguna opioda yang telah bertahun-tahun menggunakan opioda
suntikan), pecandu biasanya mengalami kekambuhan kronis sehingga perlu
berulang kali menjalani terapi ketergantungan. Kebutuhan heroin (narkotika
ilegal) diganti (substitusi) dengan narkotika legal. Beberapa obat yang
sering digunakan adalah kodein, bufrenorphin, metadone, dan nalrekson.
Obat-obatan ini digunakan sebagai obat detoksifikasi, dan diberikan dalam
dosis yang sesuai dengan kebutuhan pecandu, kemudian secara bertahap
dosisnya diturunkan. Keempat obat di atas telah banyak beredar di
Indonesia dan perlu adanya kontrol penggunaan untuk menghindari adanya
penyimpangan/penyalahgunaan obat-obatan ini yang akan berdampak fatal.
4.) Therapeutic community (TC), metode ini mulai digunakan pada akhir
1950 di Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar
mampu kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani
kehidupan yang produktif. Program TC, merupakan program yang disebut
Drug Free Self Help Program. Program ini mempunyai sembilan elemen
yaitu partisipasi aktif, feedback dari keanggotaan, role modelling, format
kolektif untuk perubahan pribadi, sharing norma dan nilai-nilai, struktur &

sistem, komunikasi terbuka, hubungan kelompok dan penggunaan


terminologi unik. Aktivitas dalam TC akan menolong peserta belajar
mengenal dirinya melalui lima area pengembangan kepribadian, yaitu
manajemen perilaku, emosi/psikologis, intelektual & spiritual, vocasional
dan pendidikan, keterampilan untuk bertahan bersih dari narkoba.
5.) Metode 12 steps, di Amerika Serikat, jika seseorang kedapatan mabuk
atau menyalahgunakan narkoba, pengadilan akan memberikan hukuman
untuk mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang mengikuti program ini
dimotivasi untuk mengimplementasikan ke 12 langkah ini dalam kehidupan
sehari-hari.
Guna mengobati para korban tersebut, BNN melaksanakan beberapa
kegiatan antara lain yaitu :
1. Kerjasama dengan beberapa rumah sakit salah satunya yaitu RS Dr
Sutomo, Badan Narkotika Nasional dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota
se-Jawa Timur guna mengobati para korban.
2. Kerja sama dengan keluarga pengguna narkoba karena perhatian keluarga
maupun masyarakat lingkungannya setelah rehabilitasi dan pembinaan
lanjut sangat dibutuhkan karena :
a. Perlu dukungan, perhatian dan keterlibatan orang tua.
b. Perawatan perlu kemauan yang keras oleh penderita untuk sembuh
(niat dari diri sendiri untuk ingin sembuh).
c. Perawatan perlu dana yang cukup untuk beli obat-obatan dan perlu
waktu yang cukup, dan perlu fasilitas yang memadai.
d. Perawatan perlu seorang dokter ahli, psikiater, psikolog dan seorang
yang ahli dalam perawatan korban narkoba.
3. Kerja sama dengan LSM untuk pendataan korban narkoba untuk
kebutuhan penelitian dan pengembangan.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba dan Psikotropika. 7
langkah pencegahan untuk menghindarkan seseorang dari pemakaian dan
penyalahgunaan zat-zat berbahaya, yaitu:
1) Menanamkan pemahaman hidup sehat anak usia dini
2) Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kita

3)
4)
5)
6)
7)

Memberikan informasi yang akurat dan jelas


Bekerja sama dengan tempat pendidikan (sekolah atau universitas)
Tanggap lingkungan
Bekerja sama dengan lingkungan rumah
Hubungan interpersonal yang baik
Kegiatan-kegiatan yang digunakan dalam pencegahan preventif ini

diantaranya :
1)
2)
3)
4)
5)

Kampanye anti penyalahgunaan narkoba


Penyuluhan seluk beluk narkoba
Pengawasan jalur peredaran obat baik yang resmi maupun tidak resmi
Mengajak instalasi terkait yang berkompeten
Pengawasan pada tempat-tempat hiburan malam, hotel dan wisata.
Upaya Penanganan Terhadap Penyalahgunaan Narkotika, Bahan

Terlarang, Dan Psikotropika. Upaya Represif (Penindakan). Dalam teknik


penyelidikan untuk mengetahui kebenaran informasi bisa dilakukan dengan
beragam cara, yakni pengamatan, wawancara, surveillance (pembuntutan),
dan undercover (penyamaran).
Tindakan represif yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Penegakan hukum sesuai dengan undang-undang.
2) Menghentikan Pasokan dan Permintaan.
3) Mengungkap latar belakang sampai keakar-akarnya.
Treatment (rehabilitasi). Ada 3 tahapan yang akan dilalui pasien yang
baru masuk hingga akhirnya dinyatakan sembuh total, yaitu tahapan
Healing, Revolution dan Transformation. Dalam penanganan pecandu
narkoba, di Indonesia terdapat beberapa metode terapi dan rehabilitasi yang
digunakan yaitu :
1.) Cold turkey,
2.) Metode alternative,
3.) Terapi substitusi opioda,
4.) Therapeutic community (TC)
5.) Metode 12 steps
Guna mengobati para korban tersebut, BNN melaksanakan beberapa
kegiatan yaitu menjalin kerja sama dengan pihak rumah sakit, BNP, Polri,
Lingkungan keluarga dan sekitar pengguna Narkoba serta LSM setempat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. 7 Langkah Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. (Online),
(http://www.bnn.go.id/portal/konten/detail/deputi-pencegahan/tips/10787/7langkah-pencegahan-penyalahgunaan-narkoba) diakses pada tanggal 3 April
2016.
Ricardo, Paul. 2010. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Oleh
Kepolisian (Studi Kasus Satuan Narkoba Polres Metro Bekasi). (Online),
(http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/1105/1013) diakses pada
tanggal 29 Maret 2016.
Saputro, Tanggung Priyanggo Tri. 2014. Kajian Yuridis Penyidikan Tindak
Pidana Narkotika Melalui Teknik Pembelian Terselubung Oleh Penyidik
Polri Berdasarkan Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
(Online), (http://eprints.ums.ac.id/31962/7/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf)
diakses pada tanggal 3 April 2016.
Tawil, Madjid. 2010. Penyalahgunaan Narkoba dan Upaya Penanggulangannya.
Surabaya: Badan Narkotika Propinsi Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai