LUSIANA ALAWIYAH
ABSTRAK
LUSIANA ALAWIYAH. Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.)
Lam) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol.
Dibimbing oleh ANNA P. ROSWIEM dan EMAN KUSTAMAN.
Rumput mutiara merupakan rumput liar yang digunakan sebagai obat tradisional
dan diduga berpotensi sebagai antihepatotoksik. Penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan potensi antihepatotoksik tanaman rumput mutiara. Tanaman rumput
mutiara diekstraksi dengan pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi diperoleh nilai rendemen
sebesar 30.06%. Ekstrak kasar rumput mutiara diidentifikasi dengan uji fitokimia,
mempunyai senyawa metabolit sekunder di antaranya alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, dan steroid.
Ekstrak kasar rumput mutiara tersebut diujikan pada hewan coba tikus putih
galur Spraque-Dawley yang menderita gangguan fungsi hati. Pemberian ekstrak etanol
rumput mutiara dosis 400 dan 800 mg/kgBB terhadap penurunan kadar SGPT dan
SGOT tidak berbeda nyata (P < 0.05) baik pada kelompok yang dihentikan pemberian
parasetamolnya pada minggu keempat maupun yang terus dipapar parasetamol. Dosis
400 mg/kgBB ekstrak etanol 70% rumput mutiara sudah mampu menurunkan kadar
SGPT dan SGOT tikus setingkat hepatitis kronis pada manusia, yaitu kadar SGPT dan
SGOT 4-5 kali dari keadaan normalnya.
ABSTRACT
LUSIANA ALAWIYAH. Ethanol Extract of Pearl Grass (Hedyotis corymbosa (L.)
Lam) as Antihepatotoxic on White Rat which is Induced by Paracetamol. Under the
direction of ANNA P. ROSWIEM and EMAN KUSTAMAN.
Pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lam) is well-recognized as traditional
medicine and predicted having antihepatotoxic potency. This research is conducted to
prove that pearl grass have antihepatotoxic effect. Pearl grass was extracted with
ethanol solution 70 % and rendemen value is 30.16%. The identification of
phytochemical test of crude extract of pearl grass, its has secondary metabolite
compound such as alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, and steroid.
Crude extract of pearl grass was induced to white rat Spraque-Dawley that have
liver disease. Ethanol extract 70 % of pearl grass with dose 400 mg/kgBW and 800
mg/kgBW can be able to decrease SGPT and SGOT level but have not any significant
differences (P < 0.05) between group which was stopped to be induced with
paracetamol in 4th week and group which was continuing to be induced with
paracetamol. The conclusion is ethanol extract 70 % of pearl grass with dose 400
mg/kgBW and 800 mg/kgBW is able to decrease SGPT and SGOT level of white rat
which have SGPT and SGOT level 4-5 times from normal condition.
LUSIANA ALAWIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada Program Studi Biokimia
Judul skripsi
Nama
NIP
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
.
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini ialah khasiat dari tanaman rumput mutiara sebagai
antihepatotoksik, dengan judul Ekstrak Etanol Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa
(L.) Lam.) sebagai Antihepatotoksik pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Agustus 2007 di Laboratorium
Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Anna P Roswiem, M.S selaku
pembimbing utama, Ir. Eman Kustaman selaku pembimbing kedua. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada seluruh staf Laboratorium Biokimia, dan semua teman-teman
di Biokimia. Ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada
keluarga besar dan suamiku yang telah memberikan dukungan moril, materil, doa dan
kasih sayangnya.
Penulis menyadari dalam penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 15 Juli 1985 sebagai anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Ade Juandi dan Euis Herawati.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Sukabumi dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang
(PL) di PT Biofarma Persero Bandung selama periode bulan Juli sampai Agustus 2006,
dan menyusun laporan berjudul Proses Produksi Plasma Antitetanus. Selain itu, penulis
juga pernah aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu Organisasi
kemahasiswaan daerah, dan ketua departemen keilmuan serta ketua subbidang Biokimia
Industri dan Fermentasi pada Commmunity of Reasearch and Education in
Biochemistry (CREBs) periode 2005/2006.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) .............................
Organ Hati dan Fungsinya ..................................................................
Parasetamol ........................................................................................
SGOT dan SGPT ................................................................................
1
2
2
3
4
4
4
4
5
5
5
PEMBAHASAN
Ekstraksi .............................................................................................
Uji Fitokimia ......................................................................................
Hepatotoksik Parasetamol ....................................................................
Uji Antihepatotoksik ..........................................................................
Bobot Badan .......................................................................................
5
6
6
7
8
SIMPULAN ....................................................................................................
SARAN ............................................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
berkembangnya
penggunaan tanaman obat dalam kesehatan
dengan semboyan back to nature,
keingintahuan masyarakat terhadap khasiat
dan manfaat tanaman obatpun semakin
berkembang. Saat ini masyarakat mulai
menyadari bahwa pemakaian bahan kimia
sering menimbulkan efek samping, sehingga
lebih memilih menggunakan bahan alami
yang berasal dari tumbuhan. Obat tradisional
dan tanaman obat banyak digunakan
masyarakat menengah ke bawah terutama
dalam upaya preventif, promotif dan
rehabilitasi.
Senyawa fitokimia sebagai senyawa
kimia yang terkandung dalam tanaman
mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kesehatan
termasuk
fungsinya
dalam
pencegahan terhadap berbagai penyakit
degeneratif dan penyakit infeksi. Beberapa
senyawa fitokimia yang diketahui mempunyai
fungsi fisiologis adalah karotenoid, fitosterol,
saponin, glikosinolat, polifenol, inhibitor
protease, monoterpen, fitoestrogen, turunan
senyawa flavonoid, sulfida, alkaloid, dan
asam fitat.
Penyakit hati atau yang lebih dikenal
sebagai hepatitis merupakan suatu proses
peradangan pada jaringan hati. Penyebab
timbulnya kerusakan fungsi hati ini dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, aflatoksin,
konsumsi alkohol yang berkepanjangan serta
obat-obatan. Hati merupakan organ yang
sangat penting dan memiliki aneka fungsi
dalam proses metabolisme sehingga organ ini
sering terpajan zat kimia. Zat kimia tersebut
akan mengalami detoksikasi dan inaktivasi
sehingga menjadi tidak berbahaya bagi tubuh.
Kerusakan hati karena obat dan zat kimia
dapat terjadi jika cadangan daya tahan hati
berkurang dan kemampuan regenerasi sel hati
hilang dan selanjutnya akan mengalami
kerusakan permanen sehingga dapat fatal.
Berbagai upaya pengobatan gangguan
fungsi hati secara klinis telah dilakukan,
namun cara ini membutuhkan pengeluaran
biaya yang mahal dan menyebabkan efek
samping yang merugikan. Oleh karena itu,
penelitian mulai dialihkan pada pengobatan
tradisional yang dapat dijangkau masyarakat.
Secara tradisional. Banyak jenis tumbuhan
yang
digunakan
karena
aktivitas
antihepatotoksiknya sebagai obat peradangan
hati, salah satunya adalah rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa (L.). Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.)
Lam.)
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa
(L.) Lam. ) mempunyai nama sinonim, yaitu
Oldenlandia corymbosa, Linn. Rumput ini
juga mempunyai beberapa nama lokal,
diantaranya rumput siku-siku, bunga telor
belungkas (Indonesia); daun mutiara, rumput
mutiara (Jakarta), katepan, urek-urek polo
(Jawa), pengka (Makasar), Shui xian cao
(China). Rumput mutiara diklasifikasikan ke
dalam
kingdom
Plantae,
subkingdom
Tracheobionta, superdivisi Spermatophyta,
divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida,
subkelas Asterdae, ordo Rubiales, famili
Rubiaceae, genus Oldenlandia L, spesies
CH3
OH
(LDH)
L-laktat
+ NAD+
Enzim GOT mengkatalisis pemindahan
gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto
dari -ketoglutarat membentuk glutamat dan
oksalat. Selanjutnya oksaloasetat diubah
menjadi malat. Reaksi tersebut dikatalisis oleh
enzim malat dehidrogenase (MDH) yang
(MDH)
L-malat
+ NAD+
minggu ke-empat, ke-lima, ke-enam dan ketujuh. Darah tikus diambil melalui pembuluh
vena ekor, dan ditampung dalam tabung
sentrifus kemudian disentrifus pada kecepatan
3000 rpm selama 15 menit untuk
mendapatkan serumnya (serum berada di
bagian atas), serum berwarna kuning muda
bening. Setelah itu dilakukan analisis kadar
SGPT dan SGOT.
Prosedur analisis SGPT dan SGOT
mengikuti
metode
dari
International
Federation of Clinical Chemystry (IFCC).
Penentuan kadar GPT dan GOT caranya sama
hanya berbeda jenis reagen yang digunakan.
Metode analisis GPT dan GOT adalah serum
darah tikus diambil sebanyak 100 L
dicampur dengan reagen GPT sebanyak 1000
L, setelah itu campuran disimpan di
penangas air suhu 37 0C kemudian
absorbannya dibaca dengan menggunakan
fotometer UV pada panjang gelombang 340
nm. Pembacaan dilakukan pada menit ke-1, 2
dan 3. Kadar GPT dicari dengan rumus
A/menit x 1745. Kadar GOT dicari dengan
cara yang sama seperti GPT tetapi
menggunakan reagen GOT.
Analisis Data Statistik
Analisis data terhadap kadar enzim SGPT
dan SGOT menggunakan analisis ragam
(ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL)
pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf
0,05 dan kemudian dilanjutkan dengan uji
duncan untuk melihat perbedaan pengaruh
perlakuan antar kelompok percobaan. Data
kadar
SGPT
dan
SGOT
dianalisis
menggunakan program SAS.
Ekstraksi
Sebelum ekstraksi dilakukan perlu
dilakukan beberapa perlakuan khusus.
Tanaman rumput mutiara yang baru dipetik
dikeringudarakan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan untuk mematikan enzim guna
mencegah terjadinya oksidasi enzimatik atau
hidrolisis senyawaan yang akan diisolasi.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah
maserasi.
Maserasi
digunakan
untuk
mengekstrak sampel yang relatif tidak tahan
panas. Teknik ini digunakan karena relatif
sederhana tapi menghasilkan produk yang
baik (Meloan 1999, diacu dalam Wulandari
2005). Maserasi ini dilakukan dengan
merendam serbuk kering rumput mutiara
Hepatotoksik Parasetamol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada minggu ke-0 (sebelum perlakuan) kadar
SGPT tikus kelompok B, E, dan D tidak
berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok A,
sedangkan kelompok F dan C berbeda nyata
dengan kelompok A tetapi tidak berbeda nyata
dengan kelompok B. Hasil yang tidak berbeda
nyata ini disebabkan oleh kondisi fisioligis
hewan coba yang tidak seragam, lingkungan
juga bisa mempengaruhi fisiologis hewan
coba tersebut, ada beberapa tikus yang terlihat
sangat agresif, ada tikus yang membuangbuang pakan yang diberikan, serta ada tikus
yang terlihat lemah. Walaupun demikian
kadar SGPT tikus masih dalam keadaan
normal, hal ini sesuai dengan kisaran kadar
SGPT tikus normal menurut Girindra (1989),
yaitu sebesar 17 U/L30.2 U/L. Kelompok C
dan F kadar rata-rata kadar SGPTnya berada
diluar kisaran normal, yaitu 31.257 U/L dan
32.476 U/L. Namun hal ini masih bisa
dianggap normal karena nilai kadar tersebut
tidak begitu jauh dari kisaran normal kadar
SGPT tikus menurut Girindra (1989). Kadar
SGOT tikus pada minggu ke-0 (sebelum
perlakuan) menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata setiap antar kelompok. Kadar
SGOTnya tersebut berada dalam keadaan
normal dan sesuai dengan kisaran kadar
SGOT tikus normal menurut Girindra (1989),
yaitu 45.7-80.8 U/L.
210
170
SGPT kelompok A
SGPT kelompok B
SGPT kelompok C
SGPT kelompok D
SGPT kelompok E
SGPT kelompok F
130
90
50
10
0
m inggu ke-
190
SGOT kelompok A
SGOT kelompok B
SGOT kelompok C
SGOT kelompok D
SGOT kelompok E
SGOT kelompok F
160
130
100
70
40
10
0
minggu ke-
9
210
200
bobot (gram)
190
kelompok
kelompok
kelompok
kelompok
kelompok
kelompok
180
170
160
150
A
B
C
D
E
F
140
130
0
14
21
28
35
42
49
56
DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana, Nur MA. 1989. Teknik
Spektroskopi dalam Analisis Biologi.
Bogor: Pusat Antar Universitas IPB.
hari
10
Gan S. 1980 Farmakologi dan Terapi. Ed ke2. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia.
11
12
LAMPIRAN
13
Uji fitokimia
uji
flavonoid
dan
senyawa
fenolik
uji
alkaloid
kelompok I
(kontrol)
uji
tanin
kelompok
II
uji
uji steriod
saponin dan terpenoid
kelompok
III
kelompok
IV
kelompok
V
kelompok
VI
14
Filtrat
Rotavapor 50 C
Oven 40 C
Ekstrak kasar
Rendemen (%)
100 g
30.16 g
30.16
100 g
29.74 g
29.74
100 g
30.29 g
30.29
Contoh perhitungan:
Bobot ekstrak
x 100%
bobot simplisia
= 30.16 x 100% = 30.16%
100
Rendemen (%) =
15
1 mL
Misalkan untuk bobot badan tikus 200 g: 120 mg/kgBB x 0.2 kg = 24 mg/BB
Larutan stok dibuat untuk dosis 400 mg/kgBB: 240 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 mL akuades,
sehingga dalam 1 mL mengandung 24 mg ekstrak rumput mutiara
Untuk dosis 800 mg/kgBB: 800 mg/kgBB x 0.3 = 240 mg/kgBB
Misalkan untuk bobot badan tikus 200 g: 240 mg/kgBB x 0.2 kg = 48 mg/BB
Larutan stok dibuat untuk dosis 800 mg/kgBB: 480 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 mL akuades,
sehingga dalam 1 mL mengandung 48 mg ekstrak rumput mutiara
Jadi untuk bobot tikus badan 200 g dicekok larutan ekstrak dosis 400 maupun 800 mg/kgBB
sebanyak 1 mL
Untuk bobot badan yang lain dikonversikan terhadap bobot badan 200 g, misalnya untuk bobot badan
150 g: 150 g x 1 mL 0.75 mL
200 g
Prosedur analisis kadar GPT dan GOT mengikuti metode dari International Federation of
Clinical Chemystry (IFCC) dengan rumus A /menit x 1745.
Contoh perhitungan kadar SGPT:
Nilai absorbans menit ke-0 = 0.970
menit ke-1 = 0.849
menit ke-2 = 0.790
menit ke-3 = 0.735
A /menit = 0.235/3 = 0.0783333
Kadar SGPT = 0.078 x 1745 = 136.691 U/L
16
152.23
181.72
146.11
155.78
184.98
164.16
148.64
182.14
140.73
168.99
187.36
165.57
163.67
214.57
161.78
203.79
221.03
192.96
165.16
221.16
171.65
206.02
225.44
197.88
165.31
215.17
168.68
208.59
224.15
196.38
42
49
192.06
216.06
173.85
212.19
226.55
204.14
180.51
220.70
179.25
216.02
227.63
204.822
156.07
170.19
115.12
168.26
187.57
159.44
158.13
172.09
118.05
170.72
186.42
161.08
177.96
191.84
123.55
196.05
222.11
182.30
187.47
189.92
mati
192.72
215.49
196.40
187.15
191.44
mati
192.25
212.56
195.85
42
49
183.50
189.48
mati
193.93
207.31
193.55
177.00
185.58
mati
191.52
198.11
188.05
155.78
180.43
146.19
145.52
151.36
155.85
158.31
174.65
156.21
144.84
148.04
156.41
182.86
204.12
162.24
160.05
162.06
174.26
160.17
203.10
mati
147.80
168.67
169.93
164.38
204.54
mati
151.53
177.26
174.43
42
49
169.10
200.26
mati
157.87
179.52
176.50
182.28
210.55
mati
167.96
188.43
187.30
167.45
156.24
162.76
171.52
152.47
162.08
153.89
162.39
161.40
145.10
151.01
154.76
187.21
162.92
175.90
177.27
170.74
174.80
191.55
155.78
173.50
mati
170.57
172.85
194.16
169.45
177.87
mati
165.60
176.77
42
49
199.46
172.21
187.63
mati
171.84
182.78
208.85
180.90
196.45
Mati
180.83
191.76
17
Lanjutan Lampiran 6
Kelompok E perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 4 minggu, minggu ke
5 diinduksi ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgBB
Kelompok
E
No Tikus
E1
E2
E3
E4
E5
rataan
150.57
161.62
135.40
158.91
175.77
156.45
148.41
132.18
mati
154.81
170.13
151.38
172.01
158.91
mati
179.93
189.49
175.08
173.81
160.70
mati
177.37
191.37
175.81
178.48
160.28
mati
181.71
195.21
178.92
42
49
189.64
163.32
mati
190.32
201.75
186.26
193.36
168.07
mati
199.27
209.48
192.55
0
145.68
158.49
172.22
147.16
168.34
158.37
7
130.81
139.55
158.85
140.30
156.97
145.29
42
170.08
176.52
mati
167.90
188.09
175.65
49
171.58
186.62
mati
170.96
200.33
182.37
7
64.565
58.167
73.290
60.493
48.278
60.958
9.136
7
209.520
198.340
mati
193.695
188.460
197.503
8.970
18
Lanjutan Lampiran 7
Kelompok C perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 7 minggu, minggu ke 5 diinduksi
ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgBB
Kelompok C
Kadar SGPT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
7
C1
29.682
128.548
111.680
95.975
88.9905
C2
31.428
149.488
121.568
105.863
91.321
C3
34.920
mati
mati
mati
mati
C4
33.174
122.150
114.006
87.831
72.708
C5
27.083
144.835
111.098
85.505
76.198
Rataan
31.257
136.255
114.588
93.793
82.304
SD
3.042
13.001
4.819
9.213
9.226
Kelompok D perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 7 minggu, minggu ke 5 diinduksi
ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgBB
Kelompok D
Kadar SGPT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
7
D1
16.266
104.118
98.883
83.760
79.106
D2
22.103
133.783
112.843
94.811
86.668
D3
24.430
126.803
122.731
118.078
91.321
D4
23.266
mati
mati
mati
mati
D5
28.501
114.588
104.118
92.485
86.086
Rataan
22.913
119.823
109.643
97.283
85.795
SD
4.429
13.135
10.453
14.656
5.037
Kelompok E perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 4 minggu, minggu
ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgBB
Kelompok E
Kadar SGPT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
E1
23.166
115.170
103.536
100.628
E2
27.649
238.483
102.373
68.055
E3
22.397
mati
mati
mati
E4
18.224
117.496
105.863
86.086
E5
27.485
214.053
109.353
73.870
Rataan
23.784
171.300
105.281
82.159
SD
3.932
64.256
3.078
14.424
ke 5 diinduksi
7
93.067
62.820
mati
73.290
50.605
69.946
17.987
Kelompok F perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 4 minggu, minggu ke 5 diinduksi
ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgBB
Kelompok F
Kadar SGPT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
7
F1
33.178
190.205
143.090
86.086
70.963
F2
27.936
139.600
116.333
82.015
73.871
F3
36.666
mati
mati
mati
mati
F4
34.920
221.033
209.400
93.648
84.341
F5
29.682
175.663
133.783
98.883
94.811
Rataan
32.476
181.625
150.651
90.158
80.996
SD
3.621
33.804
40.705
7.554
10.854
19
7
78.570
75.078
103.014
99.552
83.808
88.004
12.573
7
203.583
246.626
mati
195.440
222.778
217.107
22.773
Kelompok C perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 7 minggu, minggu ke 5 diinduksi
ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgBB
Kelompok C
Kadar SGOT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
7
C1
52.350
175.081
174.500
148.907
136.188
C2
58.748
130.293
162.285
129.712
120.474
C3
82.597
mati
mati
mati
mati
C4
79.683
136.110
165.775
127.967
122.220
C5
57.585
168.101
171.591
133.201
125.712
Rataan
66.192
152.396
168.539
134.947
126.148
SD
13.894
22.472
5.525
9.557
7.038
Kelompok D perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 7 minggu, minggu ke 5 diinduksi
ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgBB
Kelompok D
Kadar SGOT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
7
D1
50.023
198.930
199.511
169.846
158.886
D2
52.931
130.875
175.081
141.926
137.936
D3
51.187
178.571
182.643
151.815
130.950
D4
45.370
mati
mati
mati
mati
D5
62.820
201.838
162.285
152.978
132.696
Rataan
52.466
177.553
179.880
154.141
140.117
SD
4.629
32.795
15.552
11.584
12.859
20
Lanjutan Lampiran 8
Kelompok E perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 4 minggu, minggu ke 5 diinduksi
ekstrak rumput mutiara 400 mg/kgBB
Kelompok E
Kadar SGOT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
7
E1
66.310
240.228
153.560
120.405
117.496
E2
58.166
141.345
169.846
130.875
128.548
E3
41.880
mati
mati
mati
mati
E4
66.449
111.098
162.285
148.325
137.273
E5
75.616
270.475
222.778
172.173
136.691
Rataan
61.684
190.786
177.117
142.944
130.002
SD
12.676
76.571
31.159
22.634
9.239
Kelompok F perlakuan induksi parasetamol 250 mg/kgBB selama 4 minggu, minggu ke 5 diinduksi
ekstrak rumput mutiara 800 mg/kgBB
Kelompok F
Kadar SGOT tikus minggu ke- ( U/L)
No Tikus
0
4
5
6
7
F1
47.696
230.921
198.493
133.783
122.150
F2
68.636
192.531
190.786
140.763
134.946
F3
55.258
mati
mati
mati
Mati
F4
50.605
203.583
231.503
182.061
170.428
F5
48.278
188.460
172.755
194.858
166.356
Rataan
54.095
203.874
198.493
162.860
148.470
SD
8.656
19.130
24.572
30.145
23.648
Lampiran 9 Hasil analisis ragam dan anova SGPT dengan program SAS
B
B
B
B
32.476
31.257
28.162
24.666
23.784
22.913
5
5
5
5
5
5
F
C
B
A
E
D
21
Lanjutan Lampiran 9
B
B
C
C
C
D
181.63
171.30
136.26
124.07
119.82
36.96
4
4
4
5
4
5
F
E
C
B
D
A
Mean
152.88
150.65
114.59
109.64
105.28
67.82
N
5
4
4
4
4
5
perlakuan
B
F
C
D
E
A
6
31.62
22
Lanjutan Lampiran 9
6
21.50
Mean
164.757
97.284
93.794
90.158
82.160
76.082
N
4
4
4
4
4
5
Perlakuan
B
D
C
F
E
A
Mean
197.504
85.795
82.304
80.997
69.946
60.959
N
4
4
4
4
4
5
Perlakuan
B
D
C
F
E
A
17.64
23
Lampiran 10 Hasil analisis ragam dan anova SGOT dengan program SAS
Mean
Std Dev
5
5
5
5
5
5
65.0384000
55.1418000
66.1926000
52.4662000
61.6842000
54.0946000
10.3251024
12.2386691
13.8944742
6.4299854
12.6765577
8.6567609
6
58.08
24
Lanjutan Lampiran 10
6
34.98
Mean
Perlakuan
198.38
179.88
177.12
171.98
168.54
89.81
4
4
4
4
4
5
F
D
E
B
C
A
grouping
C
C
C
D
Mean
192.56
162.87
154.14
142.94
134.95
85.48
N
4
4
4
4
4
5
perlakuan
B
F
D
E
C
A
6
28.16
25
Lanjutan Lampiran 10
Mean
217.11
148.47
140.12
130.00
126.15
88.00
N
4
4
4
4
4
5
Perlakuan
B
F
D
E
C
A
6
25.78
26
saponin
Alkaloid
Flavonoid
tanin