Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jamur
Jamur adalah makhluk hidup yang dapat berupa uniseluler maupun multiseluler.
Bentuk dari jamur menyerupai tumbuhan, yang tidak dapat bergerak bebas
layaknya hewan, yang menetap dalam satu tempat saja. Jamur juga tidak
mempunyai klorofil, sehingga ia disebut sebagai makhluk heterotrof (makhluk
yang memperoleh sumber karbonnya dari senyawa organik). Disebabkan
tergolong jenis heterotrof, maka jamur bersifat saprofit yaitu mengambil makanan
dari sisa makhluk hidup lain (Hadioetomo, 1993).
2.2 Morfologi Jamur
Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan
semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun
dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Struktur tubuh
jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada
pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya
mencapai satu meter, contohnya jamur kayu (Campbell, 2003).

Gambar 2.1 Struktur Tubuh Jamur

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai
pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria dan kadangkala inti
sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta
atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur
II-1

yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang


merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat (Campbell, 2003).
2.3 Cara Makan Jamur
Cara jamur memperoleh nutrisi menjadi dasar pengelompokan jamur menjadi
jamur saproba (pengurai), jamur parasit, dan jamur simbiosis mutualisme. Adapun
pembagiannya sebagai berikut (Buckle,1987):
1. Jamur Saproba (Pengurai)
Jamur saproba mendapatkan nutrisi dengan cara menguraikan organisme yang
sudah mati atau bahan organik lainnya. Jamur saproba dapat tumbuh pada
tumpukan sampah organik yang basah, bahan makanan, batang pohon yang
tumbang, tumpukan kertas basah, pakaian, sepatu dan tas kulit, dan lain-lain.
Jamur saproba mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem, yaitu
sebagai pengurai (dekomposer) sisa-sisa organisme untuk mengembalikan
unsur hara ke dalam tanah.
2. Jamur Parasit
Jamur parisit menyerap nutrisi dari tubuh organisme lain yang ditumpangi
(inang). Jamur parasit menyebabkan penyakit atau bersifat patogen bagi inang
yang ditumpanginya. Contohnya jamur penyebab panu yang tumbuh di kulit
dan penyebab ketombe di kulit kepala, Pneumonia carinii (khamir yang
menginfeksi paru-paru penderita AIDS), dan jamur Arthrobotrys yang menjadi
parasit cacing Nematoda.
3. Jamur Simbiosis Mutualisme
Jamur simbiosis mutualisme mendapatkan nutrisi dari organisme hidup lain,
tetapi

mampu

memberikan

keuntungan

bagi

organisme

pasangan

simbiosisnya. Contohnya, lichen (lumut kerak). Lichen bukanlah lumut,


melainkan gabungan dan ganggang hijau dengan jamur.

II-2

2.4 Klasifikasi Jamur


Jamur dibagi menjadi 6 divisi, yaitu (Volk,1993):
1. Myxomycotina (Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana. Mempunyai 2 fase
hidup, yaitu Fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amuba,
disebut plasmodium dan fase tubuh buah. Reproduksi Myxomycota secara
vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang disebut Myxoflagelata.
Contoh spesies : Physarum polycephalum.
2. Oomycotina
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan
mengandung banyak inti. Reproduksi jamur ini terdiri dari dua cara, yaitu:
a. Vegetatif: yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat dengan
sporangium dan konidia;
b. Generatif: bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang
selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
Contoh spesies:
a. Saprolegnia sp: hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga darat maupun
serangga air;
b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.
3. Zygomycotina
Tubuh multiseluler. Habitat umumnya di darat sebagai saprofit. Hifa tidak
bersekat. Contoh spesies dari jamur ini diantaranya yaitu Mucor mucedo yang
biasa hidup di kotoran ternak dan roti dan Rhizopus oligosporus yaitu jamur
yang biasa hidup pada tempe. Reproduksinya terdiri dari dua cara, yaitu:
a. Vegetatif: dengan spora;
b. Generatif:

dengan

menghasilkan

konyugasi

zigospora

yang

hifa

(+)

nantinya

dengan

hlifa

akan

tumbuh

(-)

akan

menjadi

individu baru.
4. Ascomycotina
Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Ascomycotina,
multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak. Hidupnya ada yang parasit,
saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes
(Lumut kerak). Reproduksi terdiri dari dua cara, yaitu secara vegetatif pada
II-3

jamur uniseluler membentuk tunas-tunas dan yang multiseluler membentuk


spora dari konidia. Kemudian secara generatif membentuk askus yang
menghasilkan askospora.
Contoh spesies:
a. Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi. Berguna untuk
membuat bir, roti maupun alcohol, mampu mengubah glukosa menjadi
alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi;
b. Neurospora sitophila: jamur oncom;
c. Peniciliium nojajum dan Penicillium chrysogenum penghasil antibiotika
penisilin;
d. Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti berguna untuk
mengharumkan keju;
e. Aspergillus oryzae untuk membuat sake dan kecap;
f. Aspergillus wentii untuk membuat kecap;
g. Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin hidup pada biji-bijian,
flatoksin salah satu penyebab kanker hati;
h. Claviceps purpurea hidup sebagai parasit padabakal buah Gramineae.
5. Basidiomycotina
Ciri

khasnya

alat

repoduksi

generatifnya

berupa

basidium

sebagai

badan penghasil spora. Kebanyakan anggota spesies berukuran makroskopik.


Contoh spesies:
a. Volvariella

volvacea: jamur

merang,

dapat dimakan

dan sudah

dibudidayakan;
b. Auricularia polytricha: jamur kuping, dapat dimakan dan sudah
dibudidayakan;
c. Exobasidium vexans: parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar
daun teh atau blister blight;
d. Amanita muscaria dan Amanita phalloides : jamur beracun, habitat di
daerah subtropics;
e. Ustilago maydis: jamur api, parasit pada jagung;
f. Puccinia graminis: jamur karat, parasit pada gandum.
6. Deuteromycotin
Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian
karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara
generatif. Contohnya jamur oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya
dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya
yang berupa askus namanya diganti menjadi Neurospora sitophila dimasukkan
ke dalam Ascomycotina. Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis)

II-4

disebabkan oleh jamur dari golongan ini, misalnya: Epidermophyton


fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp, Trichophyton sp,
penyebab penyakit kurap.
2.5 Faktor Pertumbuhan Jamur
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah (Buckle,1987):
1. Kelembaban;
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah. Rasio aktifitas
air ini disebut juga kelembaban ember. Ketersediaan air di lingkungan sekitar
jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk
cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan yang
kering atau muncul di atas permukaan substrat;
2. Suhu;
Suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk tumbuh berkisar 30C sampai
40C dan optimalnya pada suhu 20C sampai 30C.
3. Intensitas Cahaya;
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap
pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun
proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang
memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam
sporakarp dapat respon berbeda terhadap cahaya.
4. pH
Jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran pH 4-9, dan
optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi
pertumbuhan

meskipun

tidak

langsung

tetapi

berpengaruh

terhadap

ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan


sel.
2.6 Peranan Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang
merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi
berbagai jenis antara lain sebagai berikut (Hadioetomo, 1993):

II-5

1. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein


tinggi;
2. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam
pembuatan tempe dan oncom;
3. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri
4. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik;
5. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai
peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut (Hadioetomo, 1993):
1.

Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah

2.
3.
4.
5.

semai;
Phythophthora infestan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang;
Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air;
Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian;
Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru
manusia;

6. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.


2.7 Metode Penanaman Jamur
Untuk bias menumbuhkan jamur, berikut beberapa cara yang bias dilakukan
(Hadioetomo, 1993):
1. Menyiapkan kumbung
Kumbung atau rumah jamur adalah tempat untuk merawat baglog dan
menumbuhkan jamur. Kumbung biasanya berupa sebuah bangunan, yang diisi
rak-rak untuk meletakkan baglog. Bangunan tersebut harus memiliki
kemampuan untuk menjaga suhu dan kelembaban.
Kumbung biasanya dibuat dari bambu atau kayu. Dinding kumbung bisa
dibuat dari gedek atau papan. Atapnya dari genteng atau sirap. Jangan
menggunakan atap asbes atau seng, karena atap tersebut akan mendatangkan
panas. Sedangkan bagian lantainya sebaiknya tidak diplester. Agar air yang
digunakan untuk menyiram jamur bisa meresap.
Di dalam kumbung dilengkapi dengan rak berupa kisi-kisi yang dibuat
bertingkat. Rak tersebut berfungsi untuk menyusun baglog. Rangka rak bisa
dibuat dari bambu atau kayu. Rak diletakkan berjajar. Antara rak satu dengan
yang lain dipisahkan oleh lorong untuk perawatan.
Ukuran ketinggian ruang antar rak sebaiknya tidak kurang dari 40 cm, rak bisa
dibuat 2-3 tingkat. Lebar rak 40 cm dan panjang setiap ruas rak 1 meter. Setiap
II-6

ruas rak sebesar ini bisa memuat 70-80 baglog. Keperluan rak disesuaikan
dengan jumlah baglog yang akan dibudidayakan.
Sebelum baglog dimasukkan kedalam kumbung, sebaiknya lakukan persiapan
terlebih dahulu. Berikut langkah-langkahnya:
a. Bersihkan kumbung dan rak-rak untuk menyimpan baglog dari kotoran;
b. Lakukan pengapuran dan penyemprotan dengan fungisida di bagian dalam
kumbung. Diamkan selama 2 hari, sebelum baglog dimasukkan ke dalam
kumbung.
c. Setelah bau obat hilang, masukkan baglog yang sudah siap untuk
ditumbuhkan. Seluruh permukaannya sudah tertutupi serabut putih.
2. Menyiapkan baglog
Baglog merupakan media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram. Bahan
utama baglog adalah serbuk gergaji, karena jamur tiram termasuk jamur kayu.
Baglog dibungkus plastik berbentuk silinder, dimana salah satu ujungnya
diberi lubang. Pada lubang tersebut jamur tiram akan tumbuh menyembul
keluar.
3. Cara merawat baglog
Terdapat dua cara menyusun baglog dalam rak, yakni diletakkan secara
vertikal dimana lubang baglog menghadap ke atas. Dan secara horizontal,
lubang baglog menghadap ke samping.
Kedua cara ini memiliki kelebihan masing. Baglog yang disusun secara
horizontal lebih aman dari siraman air. Bila penyiraman berlebihan, air tidak
akan masuk ke dalam baglog. Selain itu, untuk melakukan pemanenan lebih
mudah. Hanya saja, penyusunan horizontal lebih menyita ruang.

II-7

Anda mungkin juga menyukai