3314100101
3314100019
AKBAR WICAKSONO
3314100071
3314100103
CHERYKO ADIMAS R
3314100105
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tragedi semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur, sudah memasuki tahun
keenam. Tragedi di Sidoarjo yang terjadi sejak Mei 2006 ini diakibatkan oleh
semburan lumpur yang oleh berbagai kalangan ahli geologi disebut sebagai erupsi
lumpur volkano. Semburan lumpur volkano terbesar di dunia saat ini diperkirakan
dipicu oleh blowout sumur gas yang saat itu sedang dilakukan pemboran, walaupun
hal ini disangkal oleh perusahaan minyak terkait yang menyatakan bahwa
kejadiannya disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di sekitarnya. Pada
puncaknya, erupsi telah memuntahkan lumpur hingga180,000 m tiap harinya.
Hingga akhir tahun 2011 rata-rata semburan lumpur masih sekitar 10,000m tiap
harinya. Diperkirakan semburan lumpur masih akan berlanjut hingga 25 sampai 30
tahun mendatang.
Saat ini, semburan lumpur telah menggenangi lebih dari 600 hektar lahan yang
meliputi enam wilayah desa, persawahan, dan kebun-kebun tebu. Di beberapa lokasi,
ketinggian lumpur mencapai 6 m. Banjir lumpur ini telah menenggelamkan 1.810
rumah, 18 sekolah, 2 kantor pemerintah, 20 pabrik, dan 15 mesjid. Diperkirakan
sebanyak 3.000 kepala keluarga atau sekitar 10.000 orang telah dipindahkan dari
lokasi bencana. Tidak dapat disangkal lagi bahwa bencana lumpur ini telah
menimbulkan dampak negatif yang sangat besar terhadap lingkungan hidup,
infrastruktur, maupun ekonomi regional.
Berbagai upaya telah di lakukan untuk menghentikan semburan lumpur ini.
Upaya awal untuk menghentikan semburan lumpur ini adalah dengan teknik
pengeboran terarah ke sumur pemboran (drilling relief well). Namun upaya ini
nampaknya banyak mengalami kendala dan pada akhirnya dihentikan sama sekali
tanpa ada alasan yang jelas.
Upaya berikutnya adalah dengan menjatuhkan bola-bola beton kedalam mulut
lumpur volkano, dengan harapan upaya ini dapat mengurangi semburan lumpur
hingga 70%. Upaya ini pun pada akhirnya gagal. Berbagai usulan kemudian
bermunculan, misalnya yang diajukan oleh pemerintah Jepang untuk membangun
double-cover dam untuk membendung lumpur sedemikian rupa hingga volumenya
cukup untuk menahan aliran lumpur di bawahnya. Akan tetapi banyak kalangan ahli
memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menutup aliran lumpur justru akan
menimbulkan masalah yang lebih besar.
Sambil menunggu berhentinya semburan lumpur tersebut, mungkin perlu
dipikirkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mereklamasi lahan yang
telah tercemar oleh lumpur ini. Menurut hasil pemantauan dari penelitian-penelitian
yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan, lumpur mengandung garam
(sebagaimana air tanah dalam), minyak, fenol, dan logam-logam berat berbahaya.
Keberadaan logam berat di dalam lumpur ini memang masih diperdebatkan, namun
hasil yang diperoleh dari beberapa lembaga riset menunjukkan bahwa di beberapa
lokasi kadar logam berat telah melebihi ambang batas.
TINJAUAN MASALAH
A. LANDASAN TEORI
Limbah lumpur minyak bumi (oil sludge) merupakan kotoran minyak yang
terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak yang tidak
dapat digunakan kembali dalam proses produksi. Kandungan terbesar dalam oil
sludge adalah petroleum hydrocarbon, yang dapat diolah dengan proses bioremediasi.
Bioremediasi pada pencemaran minyak bumi dapat dilakukan dengan menambahkan
mikroba non-indigenous yang berpotensi tinggi mendegradasi hidrokarbon
(bioaugmentation) atau dengan penambahan nutrien untuk meningkatkan kemampuan
mikroba indigenous (biostimulation). Proses bioremediasi tersebut dapat dilakukan
secara pengomposan. Penambahan kompos tersebut, selain sebagai sumber inokulan
juga sumber nutrient dalam tanah, yang akan mempercepat terjadinya degradasi bahan
pencemar hidrokarbon. Selain itu laju biodegradasi dalam proses remediasi tanah
tercemar dapat ditingkatkan dengan penambahan bulking agents, yakni bahan
belerang dalam enzim sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus
karboksilat (COOH) dan amina (NH2 ) juga berikatan dengan logam berat, salah
satunya Cu, terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi
melalui dinding sel (Manahan, 1994).
PEMBAHASAN
Parameter
Lab.
(Mg/L)
0,045
0,045
5,097
0,05
0,004
0,02
0,017
Arsenic, As
5
Barium, Ba
100
Boron, B
500
Lead, Pb
5
Mercury, Hg
0.2
Cyanide, CN
20
2,4,6
2
Trichlorophenol
Tabel 3.1 Uji TCLP beberapa parameter kimia yang dilakukan oleh Laboratorium
Biolingkungan
pencucian tanah (soil washing) yang jenis larutannya ditentukan oleh kontaminan
yang akandihilangkan.
Proses pencucian dilakukan dalam beberapa waktu sebagaimana langkah
pencucian pada mesin cuci otomatis. Langkah berikutnya adalah pemisahan antara
tanah yang sudah dicuci dan larutan pencucinya.
Unit proses dari sistim pencucian dan pemisahanakan berbeda dari satu proses
komersial dengan proses komersial lainnya. Unit proses yang digunakan pada proses
cuci lahan pada dasarnya berasal dariunit-unit proses yang biasa digunakan pada
industry pertambangan mineral. Unit proses ini diperlukan untuk dapat memisahkan
tigafasa zat, yaitu tanah, air, dan kontaminan. Tanah berada di lapisan bawah yang
dapat dipisahkan dan dikembalikan ke lahan semula. Kontaminan, terutama
kontaminan organik, akan terpisah oleh proses pencucian dan dapat ditampung di
dalam drum, sementara air pencuci dapat diresirkulasi kembali.
Air pencuci yang sudah tidak layak digunakan kembali dapat dialirkan ke
tempat pengolahan limbah cair untuk diolah lebih lanjut sebelum dibuang
kelingkungan.
Larutan-larutan Pencuci pada Remediasi Cuci Lahan
Berbagai larutan pencuci dapat digunakan pada proses cuci lahan. Jenis
larutan pencuci akan sangat tergantung pada kontaminan di dalam tanah yang akan
dihilangkan. Pada umumnya larutan pencuci ini adalah larutan berbasis air.
1. Larutan Pencuci Garam
Garam mudah larut di dalam air sehingga reklamasi lahan yang tercemar
dengan kadar garam yang tinggi cukup memerlukan air saja sebagai larutan
pencucinya. Namun tidak demikian halnya bila tanah mengandung kadar natrium
(sodium) yang tinggi. Kandungan sodium yang tinggi harus terlebih dulu digantikan
dengan kation lain, misalnya dengan Gypsum (CaSO4 2H2O) kemudian baru dicuci.
Cuci lahan terhadap tanah dengan kandungan garam yang tinggi dapat juga dipercepat
dengan menggunakan teknik pencucian dengan bantuan getaran ultra sonik. Dengan
menggunakan bantuan getaran ultra sonik ini, proses pencucian dapat dipercepat
dalam waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan proses pencucian
konvensional.
2. Larutan Pencuci Minyak dan Organik Lainnya
Minyak dan kontaminan organik mempunyai sifat tidak larut di dalam air
melainkan mudah larut di dalam pelarut organik. Akan tetapi pelarut organik,
misalnya kerosin atau petroleum eter, tidak pernah dipakai sebagai larutan pencuci
pada remediasi cuci lahan karena pelarut ini justru akan mengotori tanah.
Sebagaimana mencuci baju yang terkena minyak dengan larutan deterjen atau sabun,
maka dalam remediasi cuci lahan digunakan pula "deterjen" yaitu zat-zat yang bersifat
aktif permukaan (surfaktan). Berbagai surfaktan, baik yang sintetis maupun yang
berasal dari mikroorganisme (biosurfaktan) sudah banyak diproduksi untuk keperluan
cuci lahan.
ini, selain dari penanggulangan dampak sosial yang telah dilakukan, maka dapat
ditindak lanjuti dengan rencana kegiatan reklamasi lahan yang tercemar.
Langkah-langkah ini, misalnya;dimulai dengan melakukan analisis kimia
fisika yang lebih rinci pada lahan-lahan penduduk yang terkenadampak.
Pada tahap berikutnya, setelah diketahui komposisi zat-zat berbahayanya
maka perlu diadakan studi atau penelitian teknik-teknik remediasi yang mungkin
dapat diterapkan pada lahan yang tercemarini.
Reklamasi lahan yang tercemar lumpur ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya adalah dengan teknik remediasi cuci lahan (soil washing). Teknik
soil washing telah banyak dilakukan di Negara-negara Eropa, Amerika Utara, dan
Jepang untuk membersihkan lahan-lahan yang tercemar baik oleh kontaminan organik
maupun anorganik secara cepat.
.
IV.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2011, Sidoarjo mud fl ow, Wikipedia,the free encyclopedia,
http://en.wikipedia. org/wiki/Sidoarjo_mud_flow#
Anonymous, 2012, Harian Kompas, Selasa 29 Mei2012, Jl. Palmerah Selatan, 26-28,
Jakarta 10270. Online: www.kompas.com.
Bambang Catur Nusantara, 2008, Direktur WalhiJawa Timur, Koran TEMPO/ Senin,
04 Agustus 2008,Berita Utama-Jatim.
Maryadi, 2006, Parameter Bahan Kimia LumpurPorong di Bawah Baku Mutu,
http://www. detiknews.com/index.php/detik.read/ta
McMi c h a e l , H, 2 0 0 9 , THE LAP INDOMUDFLOW DISASTER:
ENVIRONMENTAL,INFRASTRUCTURE AND ECONOMIC IMPACT,
Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 45, No.1, pp: 7383
Pohl, C., 2007, LAPINDO BRANTAS AND THEMUD VOLCANO SIDOARJO,
INDONESIA, ABackground paper prepared for Friends of the Earth
International and Friends of the Earth Europe, A copyof the license can be
found under
http://commons.wikimedia.org/wiki/Commons:GNU_Free_Documentation_Li
cense.
Warrence, N.J., Pearson, K.E., and Bauder, J.W.,2003, The Basics of Salinity and
Sodicity Effects onSoil Physical Properties, Montana State University(MSU),
Extension Water Quality Program, Bozeman,MT 59717-3120,
www.waterquality.montana.edu /docs/publications.shtml
Juniawan,A.,B.Rumhayati, BambangIsmuyanto. 2013. Karakteristik Lumpur Lapindo
Dan Fluktuasi Logam Berat Pb Dan Cu Pada Sungai Porong Dan Aloo.
Universitas Brawijaya. Jurnal Sains dan Terapan Kimia, Vol.7, No. 1 (Januari
2013), 50-59.
Desrina,R.2011.Perbandingan Biaya pada Teknik-Teknik Remediasi Tanah Tercemar
Minyak Bumi. LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK Dan GAS BUMI R.
DESRINA VOL. 45. NO. 3, DESEMBER 2011: 183 - 194