PENDAHULUAN
1.1
diberikan wewenang oleh raja untuk menjadi tuan tanah pada daerah-daerah
tertentu. Pada daerah tersebut, sang bangsawan dapat memanfaatkan tanah yang
dikuasainya dengan imbalan pajak/upeti yang dikembalikan kepada kerajaan.
Sistem tersebut menyerupai royalti, seperti layaknya bentuk Franchise saat ini.
Di Amerika Serikat sendiri, Franchise mengalami booming pada tahun 6070an setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2. Pada saat itu, banyak terjadi praktek
penipuan bisnis yang mengaku sebagai Franchise, salah satunya dengan cara
menjual sistem bisnis Franchise yang ternyata belum teruji keberhasilannya di
lapangan. Selain itu, orang yang memiliki Franchise (Franchisor) pun lebih
fokus untuk menjual Franchise milik mereka dibandingkan membangung dan
menyempurnakan sistem bisnis Franchise. Banyak investor baru yang gagal oleh
modus seperti ini, hal ini menjadi salah satu pendorong terbentuknya IFA
(International Franchise Association) pada tahun 1960.
Salah satu tujuan didirikannya IFA adalah untuk menciptakan iklim
industri bisnis Franchise yang dapat dipercaya, oleh karenanya IFA menciptakan
kode etik Franchise sebagai pedoman bagi anggota-anggotanya. Walau begitu,
kode etik Franchise masih perlu didukung oleh perangkat hukum agar dapat
memastikan tiap-tiap pihak dalam industri ini terlindungi. Pada tahun 1978,
Federal Trade Commission (FTC) mengeluarkan peraturan yang mewajibkan
setiap Franchisor yang akan memberikan penawaran peluang waralaba kepada
publik untuk memiliki UFOC (Uniform Franchise Offering Circular). UFOC
adalah dokumen yang berisi informasi lengkap mengenai peluang bisnis
Franchise yang ditawarkan, seperti sejarah bisnis, pengelola, hal yang berkaitan
dengan hukum, prakiraan investasi, deskripsi konsep bisnis, dan salinan dari
perjanjian Franchise. Selain itu daftar nama, alamat dan nomor telepon dari
pemilik Franchise adalah informasi yang diwajibkan. UFOC bertujuan untuk
menyampaikan informasi yang cukup mengenai perusahaan untuk membantu
calon investor (Franchisee) dalam mengambil keputusan
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.
Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya
sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur,
namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar waralaba dapat
berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu
teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun
franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki
kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan
Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai
pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
(PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang
waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang
Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian
hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:
Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba
sangat dikenal di dunia dalam bidang makanan cepat saji. Hingga saat ini restoran
KFC tealh berkembang di Indonesia dan cukup menarik minat investor atas
keuntungan yang ditawarkannya. Hal ini disebabkan konsumen yang begitu
antusias atas produk yang ditawarkan oleh KFC, sehingga dapat memperoleh laba
yang tinggi.
Indonesia cukup ketat. Pesaing tidak hanya datang dari luar negeri tetapi dari
dalam negeri juga dengan menawarkan jenis-jenis produk yang menarik, tempat
yang nyaman dan strategis, serta pelayanan yang dapat memuas konsumen. Oleh
karena itu, KFC memerlukan strategi khusus menghadapi para kompetitornya.
kegiatannya.
Suatu
pengendalian
diperlukan
untuk
dapat
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraian diatas, maka dapat
1.3
Tujuan Penelitian
Dari penelitian ini penulis bermaksud untuk memperoleh data dan
informasi yang cukup untuk memperoleh gambaran atas permasalahan yang telah
dikemukakan diatas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah :
1.4
Kegunaan Penelitian
Dengan maksud dan tujuan seperti yang telah diuraikan diatas, maka
1) Perusahaan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi manajemen perusahaan serta
memberikan gambaran dan menambah kepercayaan konsumen
khususnya dan kepada masyarakat luas pada umumnya mengenai
kualitas manajemen di perusahaan untuk memuaskan konsumennya.
2) Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang
peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengelolaan aktiva
tetap.
3) Pihak Lainnya
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya
dan bahan referensi tambahan dalam penelititan di bidang lainnya.
1.5
Kerangka Pemikiran
Perusahaan mengharapkan setiap kegiatan pada perusahaan berjalan
dengan semestinya, yaitu sesuai dengan rencana serta tercapainya efektivitas dan
efisiensi. Akan tetapi, untuk mencapai itu semua kemungkinan besar terdapat
masalah-masalah yang timbul baik berasal dari dalam maupun dari luar
lingkungan perusahaan itu sendiri, sehingga tujuan dari perusahaan tersebut akan
mendapat hambatan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah yang
timbul serta untuk mencapai tujuan perusahaan, maka perlu adanya pengendalian
internl yang dapat mengawasi jalannya setiap kegiatan dari perusahaan.
Jika suatu goal, objective, program dapat tercapai dalam batas waktu
yang ditargetkan, tanpa memperdulikan biaya yang dikeluarkan, maka hal
tersebut disebut efektif.
tetap
berlangsung
secara
efektif
dan
efisien
agar
dapat
dipertanggungjawabkan.
Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Hardi Susanto Silitonga, NPM
01.03.227 di Universitas Widyatama pada tahun 2008 dengan judul:
Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Objek Penelitian
10
Berdasarkan
uraian
kerangka
pemikiran
tersebut,
penulis
dapat
1.6
Metodologi Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
diteliti. Data primer diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan berupa
wawancara, kuesioner dan observasi.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
yang diteliti. Data sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian
kepustakaan.
11
1.7
bagi penelitian dilakukan pada KFC di Bandung Timur. Waktu penelitian dimulai
dari bulan Desember 2009 sampai dengan April 2010.