Onkz Document
pilihan, ibarat minuman jus yang dipilah dan diperas dari buah yang segar yang
diistilahkan dalam bahasa Arab Ashir.
Secara redaksional, bentuk nakirah (indifinitive) pada lafaz khusr menunjukkan
besarnya kerugian yang akan diderita oleh setiap manusia dan juga untuk
menghinakan manusia yang menderita kerugian tesebut, karena kerugian itu
meliputi kebinasaan diri dan usianya. Atau bentuk nakirah juga menunjukkan
umumnya kerugian tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Al-Alusi bahwa kerugian
yang disebut oleh ayat bersifat umum mencakup segala jenis kerugian; duniawi
maupun ukhrawi. Seperti kerugian dalam perniagaan, kerja-kerja manusia maupun
pemanfaatan usia yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt. Apalagi
bahwa pernyataan Allah tentang kerugian setiap manusia dalam ayat ini diperkuat
dengan dua huruf takid (penegasan), yaitu Inna yg berarti sesungguhnya dan La yg
berarti benar-benar.
Keumuman ayat kedua dapat difahami dari lafadz insan yang didampingi oleh alif
dan lam yang menunjukkan makna yang umum. Meskipun ada yang berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan manusia pada ayat ini adalah segolongan orang
kafir seperti Al-Ash bin Wail, Al-Walid bin Al-Mughirah dan Al-Aswad bin Abdul
Muthalib bin Al-Asad, namun tetap umumnya lafadz lebih kuat daripada khususnya
ayat yang terbatas pada mereka yang telah menerima kerugian. Sehingga siapapun
tanpa terkecuali tidak akan bisa terlepas dari kerugian melainkan jika ia berpegang
teguh dengan ajaran yang terkandung pada ayat terakhir surah ini, yaitu iman, amal
shalih dan saling menasehati untuk menepati kebenaran serta saling menasehati
dalam kesabaran.
Iman dan amal shalih yang menjadi syarat pertama keluar dari kerugian merupakan
dua hal yang saling terkait, ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Artinya tidak berguna dan akan mati iman seseorang tanpa amal shalih, begitu
sebaliknya sia-sialah amal shalih yang tidak berlandaskan iman. Dari iman berasal
setiap cabang kebaikan dan dengannya terkait setiap buah kebaikan. Oleh karena
itu, Al-Quran dengan tegas menghancurkan nilai seluruh amal perbuatan, selagi
amal perbuatan itu tidak didasarkan pada iman yang menjadi pendorong dan
penghubung dengan Sang Maha Wujud. Dan orang-orang yg kafir, amal perbuatan
mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yg datar, yg disangka air oleh orang
yg dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tdk mendapatinya suatu apapun.(ANNur: 39). Secara impelementatif, Iman adalah gerak dan amal, pembangunan dan
pemakmuran menuju Allah. Ia bukan sesuatu yang pasif, layu dan bersembunyi di
hati nurani. Juga bukan sekedar kumpulan niat yang baik yang tidak tercermin dalam
bentuk perbuatan & gerak.
Ayat yang terakhir dan terpanjang dalam surah ini merupakan gambaran kepedulian
seorang mukmin dengan saudaranya tentang kebaikan. Saling berpesan dalam
kebenaran tentu sangat diperlukan, karena melaksanakan kebenaran itu butuh
bantuan orang lain. Saling berpesan berarti mengingatkan, memberi dukungan,
memotivasi dan menyadarkan. Dan seseorang tidak akan mungkin mampu
melaksanakan kebenaran dan kebaikan yang sempurna secara personal, tanpa
keterlibatan orang lain. Demikian juga saling berpesan dengan kesabaran sangat
2
Onkz Document
diperlukan karena akan bisa meningkatkan kemampuan, semangat dan perasaan
kebersamaan. Apalagi dalam meyakini, menjalankan dan menyeru kebenaran tadi
bisa jadi akan menghadapi hambatan, rintangan dan tantangan dalam beragam
bentuknya. Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan, Kesabaran adalah setengah dari
(realisasi) iman seseorang. Disinilah urgensi kepedulian seorang mukmin dengan
suadaranya dalam dua hal yang saling berkaitan; kebenaran dan kesabaran.
Yang menarik untuk dicermati mengenai tafsir surah ini adalah pendapat Al-Wahidi
dalam kitab tafsirnya Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz. Beliau mengemukakan secara
spesifik contoh mereka yang telah mendapat kerugian dan keberuntungan
berdasarkan urutan dalam mushaf. Abu jahal merupakan representasi dari orang
yang merugi. Abu Bakar merupakan sosok yang sesuai dengan implementasi iman.
Umar bin Khattab mewakili orang-orang yang beramal shalih. Utsman bin Affan
merupakan contoh nyata dari mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan
Ali bin Abi Thalib identik dengan golongan yang saling menasehati dalam kesabaran.
Lebih lanjut As-Syanqithi dalam tafsir Adhwaul Bayan mengemukakan Mafhum
mukhalafah dari setiap ajaran dalam surah ini; mafhum mukhalafah dari
keberuntungan adalah kerugian, yaitu tdk beriman (kafir), tidak beramal atau
beramal buruk, tidak berpesan dengan kebenaran atau berpesan tetapi dengan
kebatilan serta tidak berpesan dengan kesabaran atau senantiasa berkeluh kesah.
Sungguh setiap kita mendambakan kesuksesan, keberuntungan dan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat kelak. Tidak ada jalan dan manhaj lain melainkan mengamalkan
kandungan surah ini secara totalitas seperti yang pernah dicontohkan oleh para
sahabat Rasulullah saw. Disebutkan bahwa tidaklah dua orang sahabat Rasulullah
bertemu, melainkan salah seorang dari keduanya akan membacakan surah ini
sebelum berpisah, kemudian saling mengucapkan salam dan saling berjanji serta
berkomitmen untuk tetap berpegang teguh dengan iman dan beramal shalih, saling
berjanji untuk senantiasa berpesan dengan kebenaran dan dengan kesabaran
dalam menjalani kehidupan mereka.