Anda di halaman 1dari 3

Onkz Document 2010

Barisan Dakwah Harus Solid


Oleh: DR. Amir Faishol Fath

(4 )













Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Dalam Al Quran ada satu surah namanya Ash Shaf artinya barisan yang kokoh. Dalam shalat berjamaah
disyaratkan barisan shaf harus lurus. Karena ketidak lurusan shaf akan menyebabkan hati bercerai-berai.
Dalam ayat di atas kita temukan kata shaffa yang artinya barisan pasukan umat Islam harus lurus dan
kokoh, kaannahum bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang kuat, tidak tergoyahkan).
Amal Yang Paling Dicintai Allah
Imam Al Qurthuby meriwayatkan bahwa ayat di atas turun ketika para sahabat bertanya: law nalam
ayyul amaali ahabbu ilallahhi laamilnaahu (seandainya kami tahu amal yang paling Allah cintai
niscaya kami akan melakukannya) lalu turunlah ayat di atas.
Benar ayat ini berkenaan dengan masalah barisan perang, tetapi pada dasarnya semua barisan sama. Baik
itu barisan dalam shalat maupun barisan dalam dakwan apalagi dalam perang, itu harus solid. Karena itu
Rasulullag saw. selalu mengingatkan sebelum shalat agar barisam shaf diluruskan. Bahkan Rasulullah
saw. tidak pernah memulai shalatnya sampai semua barisan shaf benar-benar rapi. Perhatikan betapa
makna soliditas barisan ini benar-benar sangat penting, sebagai cerminan ketaatan bagi orang-orang yang
beriman.
Dari firman Allah di atas: innallaaha yuhibu nampak bahwa Allah benar-benar sangat mencitai barisan
yang solid. Artinya sekalipun seseorang banyak melakukan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat dan
haji, tetapi jika dalam akhlaknya seahari-hari merusak persatuan umat Islam, itu semua tidak akan
membuat Allah cinta kepadanya. Perhatikan Allah mengkaitkan cinta-Nya dengan soliditas barisan.
Bahwa untuk meraih cinta Allah seorang hamba harus bersatu dengan saudaranya. Tidak boleh saling
menjatuhkan, menjelekkan hanya karena perbedaan fikih atau jamaah, apalagi saling membunuh.
Karenanya kita menemukan contoh-contoh yang sangat mengagumkan dari tradisi para ulama, bahwa
mereka sekalipun berbeda mazhab fikih, mereka saling menghormati di antara mereka.
Imam Ahmad mengatakan: Aku tidak akan menjelekkan orang-orang yang mengatakan bahwa
menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu sekalipun itu sependapat dengan aku.
Imam Syafiie tidak membaca qunut ketika menjadi imam di tengah masyarakat yang bermadzhab
Hanafi. Ketika di tanya mengapa ia tidak membaca qunut, padahal baginya sunnah muakkadah dalam
shalat subuh, Imam Syafii menjawab, Aku menghormati pendapat Imam Abu Hanifah.
Perhatikan, betapa para ulama benar-benar memahami bahwa perbedaan fikih tidak boleh menyebabkan
lahirnya fanatisme buta, bahkan harus saling menghormati antar satu dengan lain. Ini antara berbagai
madzhab, bahwa solidaritas keumatan itu harus ditegakkan, apalalagi dalam satu jamaah atau organisasi
dakwah yang jelas-jelas semuanya berbuat untuk menegakkan ajaran Allah swt.
Mengapa soliditas barisan ini termasuk amal yang paling dicintai Allah?

Onkz Document 2010


Pertama, bahwa dari soliditas akan lahir kekompakan.
Dari kekompakan akan lahir sinergi yang berkesinambungan. Bukankah kita hidup di alam ini karena
sinergi yang utuh antar seluruh unsur yang Allah ciptakan di dalamnya. Dalam ilmu biologi itu di kenal
dengan ekosistem. Perhatikan bahwa semua proses dalam hidup kita sehari-harti sangat membutuhkan
soliditas. Dalam tubuh kita, kita temukan bahwa semua organ bekerjasama dengan solid, sehingga kita
merasakan nikmatnya. Sungguh tidak terbayang apa yang akan kita rasakan jika masing-masing organ
dalam tubuh kita bekerja sendiri-sendiri dan bercerai-berai. Berdasarkan ini nampak bahwa soliditas itu
fitrah. Dan kita semua tidak akan pernah menghindarinya. Sekali menghindar kita pasti akan menderita,
bahkan itu akan menyebabkan malapetaka bagi kemanusiaan. Karena itu menegakkan soliditas dalam
usaha apa saja -apalagi dalam usaha dakwah- adalah suatu keniscayaan. Maka sungguh berdosa ketika
seseorang mengaku beriman kepada Allah, sementara dalam menegakkan ajaran-Nya tidak solid, apalagi
saling membunuh antar sesamanya.
Kedua, soliditas barisan adalah bagian dari iman.
Perhatikan ayat sebelumnya, Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk berfirman: limaa
taquuluuna maa laa tafaluun artinya (wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa
yang tidak kalian lakukan). Maksudnya mengapa kalian mengaku beriman jika kalian tidak mau bersatu
dalam barisan yang kokoh. Ini menarik untuk kita tekankan. Sebab fenomena perpecahan di kalangan
umat Islam kini di anggap biasa. Padahal menurut ayat di atas menegakkan persatuan yang solid adalah
ciri utama keimanan. Dengan kata lain bahwa tidak ada artinya iman yang dimiliki seseorang jika
kemudian saling bemusuhan sesama mumin. Bahkan dalam surah Al Hujurat:10 Allah berfirman:
innamal muminuuna ikhawatun, kata innama dalam pandangan ulama tafsir lilhashr maksudnya
identifikasi. Artinya bahwa seorang yang beriman identik dengan persaudaraan. Maksudnya tidak pantas
seseorang mengaku beriman jika kemudian tidak bersaudara antara satu dengan lainnya. Sama dengan
ayat di atas, bahwa tidak pantas seseorang mengatakan bahwa dirinya beriman jika dalam prakteknya
tidak bersatu dalam barisan yang kokoh.
Ketiga, bahwa tidak solid dalam barisan dakwah adalah perbuatan dosa.
Perhatikan Allah berfirman pada ayat sebelumnya: Amat dibenci oleh Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan. Lalu Allah menegaskan bahwa sangat suka kepada orang-orang yang
berjuang di jalan-Nya dengan barisan yang solid. Artinya bahwa syarat untuk mendapatkan cinta Allah,
bukan hanya semata berjuang di jalan-Nya, tetapi juga harus bersatu dalam satu barisan yang solid. Ini
pemahaman yang banyak orang Islam salah pahami, sehingga mereka tidak mau bersatu dengan umat
Islam lainnya. Padahal shalatnya masih sama, kiblatnya juga masih sama, Allah yang disembah pun juga
masih sama. Akibatnya mereka mudah di adu domba. Tidak sedikit dari nyawa orang Islam yang
melayang hanya karena perang saudara.
Bagai Satu Bangunan Yang Kokoh
Pada ayat berikutnya Allah berfirman: kaannahum bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang
kokoh). Apa artinya:
Pertama, bahwa masing-masing bahan bangunan itu berkualitas baik.
Tidak mungkin bangunan itu tegak kokoh jika batu batanya rapuh atau kualitas pasir dan semennya tidak
baik. Bagitu juga dalam dakwah, bahwa masing-masing individu harus mempunyai iman dan keikhlasan
yang benar-benar berkualitas. Di sini peran tarbiyah dan pembinaan harus dioptimalkan.

Onkz Document 2010


Kedua, bahwa bahan-bahan bangunan itu bukan hanya baik secara individual melainkan harus bisa
disinergikan dengan bahan-bahan lainnya.
Artinya bahwa kualitas masing-masing aktifis dakwah hendaknya bukan hanya baik secara individu,
melainkan ia mampu bersinergi dengan orang lain. Itulah rahasia mengapa Allah mengumpamakan
dengan bangunan. Bahwa seorang muslim tidak cukup hanya menjadi sholeh sendirian, melainkan ia
harus bersinergi untuk membuat orang lain beramal shaleh. Dalam rangka ini sangat dibutuhkan soliditas
barisan dakwah.
Ketiga, bahwa bangunan dikatakan kokoh bila bertahan lama, dan tidak mengalami kerapuhan di tengah
musim apapun panas atau hujan.
Begitu juga barisan dakwah dikatakan solid bila ia tetap utuh, tidak terpengaruh dengan rayuan dan
godaan apapun. Pun juga tetap istiqamah memegang prinsip sekalipun situasi dan kondisi memaksanya
harus berubah. Ia tidak pernah bubar barisan sebelum ada komando bubar barisan. Itulah rahasia mengapa
Allah swt. mengumpamakan dengan bangunan yang kokoh. Karena bangunan akan melindungi dan bisa
memberikan rasa aman kepada penghuninya bila ia kokoh dan solid. Wallahu alam bishshawab.

Anda mungkin juga menyukai