LOGGING
DISUSUN OLEH:
RIRIN TRI MURNIATI
D1101131020
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2015
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang......................................................................3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................4
1.3. Tujuan masalah ....................................................................4
Bab 2
Pembahasan
2.1. Pengertian Logging ............................................................. 5
2.2. Konsep Dasar Logging........................................................ 6
2.2.1
2.2.2
Penutup
3.1. Kesimpulan ....................................................................... 15
3.2. Saran ................................................................................. 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Logging?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar logging?
TUJUAN MASALAH
Agar dapat mempelajari, memahami dan mendalami materi
tentang Logging lebih dalam lagi, sehingga dapat diterapkan atau
diaplikasikan dalam dunia tambang dengan tepat.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Logging
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari
formasi dan lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus.
Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data
properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai
frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur,
pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi,
pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal
berisi alat pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam
sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman yang
diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool
ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal
(gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet,
partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal
tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam
formasi dan juga material dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian
ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu
dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel
logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh
seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi
data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh
geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk
pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk
tahap produksi nanti.
Radioaktif rendah
Batu gamping murni, dolomite dan batu pasir. Batu
gamping dan dolomite yang berwarna gelap lebih tinggi
radioaktifnya daripada yang berwarna terang.
Radioaktif menengah
Arkosa, pelapukan granit, batu lanau, batu gamping
lempunagn dan napal. Batu yang berwarna gelap lebih
tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.
AnhidritSalt
Batubara
Radioaktif
rendah
(32,5 60 API)
Radioaktif
menengah
(60 100 API)
Radioaktif
sangat
tinggi
(>100 API)
BatupasirBatug
amping
Dolomit
ArkoseBatuan
granit
Lempungan
Pasiran
gamping
Batuan
serpihAbu
vulkanik
bentonit
Log Densitas
Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri
explorasi minyak sebagai alat bantu interpretasi porositas.
Kemudian dalam explorasi batubara malah dikembangkan
menjadi unsur utama dalam identifikasi ketebalan bahkan
qualitas seam batubara. Dimana rapat masa batubara sangat
khas yang hampir hanya setengah kali rapat masa batuan lain
pada umumnya. Lebih extrem lagi dalam aplikasinya pada
idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir
linier dengan kandungan abu sehingga pemakaian log ini
akan memberikan gambaran khas bagi tiap daerah dengan
karakteristik lingkungan pengendapannya.
Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan
dengan mengukur sinar g yang ditembakan dari sumber
melewati dan dipantulkan formasi batuan kemudian direkam
kembali oleh dua detector yang ditempatkan dalam satu
probe dengan jarak satu sama lain diatur sedemikan rupa.
Kedua detector short dan long space diamankan dari
pengaruh sinar g yang datang langsung dari sumber radiasi.
Sehingga yang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang
telah melewati formasi saja. Dalam hal ini efek pemendaran
sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek pemendaran
Compton.
Sinar gamma dari sumber radioaktif dipancar oleh
tumbukan dengan elektron di dalam lapisan tanah dan energi
sinar gamma akan hilang kepada elektron untuk setiap
tumbukan (efek compton). Densitas elektron di dalam
material sebanding dengan densitas curahan atau massa (bulk
or mass density) material.
Sandstone
2,650
2,684
Limestone
2,710
2,710
Dolomites
2,870
2,876
Anhidrid
2,960
2,977
Antrasite coal
1,400-1,800
1,355-1,796
Bituminous coal
1,200-1,500
1,173-1,514
2.3
Well logging
Well logging adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
apakah suatu sumur layak atau tidak untuk dieksploitasi atau tidak.
Karenanya, well logging harus mampu menjawab pertanyaanpertanyaan berikut:
keberadaaan reservoir
lokasi (kedalaman) reservoir
ketebalan reservoir
litologi reservoir
sifat-sifat fisik reservoir (porositas, homogenitas, dll)
distribusi lateral dan vertikal dari reservoir
jenis fluida yang ada di dalam reservoir
saturasi fluida dan sifat-sifat fisisnya (salinitas, suhu, tekanan,
dll).
Data logging yang didapatkan tidak selalu dapat diulang
kembali, sehingga harus mempunyai kualitas yang tinggi, karena
merupakan salah satu metoda yang paling tepat dalam evaluasi
formasi.
Faktor koreksi yang patut disimak dengan teliti adalah
masalah hubungan antara kecepatan jumlah pendaran g dengan rapat
masa yang lebih ruwet dan banyak ketergantungan pada hal lain :
a.
Faktor ketergantungan yang utama antara lain pada jarak
antara sumber radiasi dengan detector. Untuk jarak SSD yang
hanya sekitar 15 cm, hubungan kecepatan jumlah (tembakan
g perdetik) terhadap rapat masa menjadi linier bagi medium
yang punya rapat masa berkisar antara 1 sampai 3 gram per
cc. Sementara LSD yang jarak antara sumber radiasi dengan
detector adalah sekitar 48 cm, hubungan kecepatan jumlah
terhadap rapat masa menjadi logaritmik.
b.
Kedalaman (daya tembus) radiasi dalam formasi juga
dikendalikan oleh jarak antara sumber radiasi dengan
detector. Untuk SSD penembusan dari sekitar 60% radiasi,
hanya dapat menembus tidak lebih dalam dari 4 cm dari kulit
probe sedangkan untuk LSD dapat menembus sedalam
sekitar 8 cm. Ini berarti bahwa untuk SSD akan sangat
terpengaruh oleh keadaan dinding lobang sumur dibanding
LSD.
c.
Hal lain yang mempengaruhi adalah efek dari kolimasi
sumber radiasi. Dimana dengan merapatkan sumber radiasi
(yang dipasang pada ujung bawah probe) pada dinding sumur
akan dapat mengeliminir degradasi oleh jega udara/air antara
sumber dengan formasi, tetapi dapat menambah degradasi
terhadap resolusi vertical akibat posisi probe yang menjadi
tidak betul-betul pertikal dan akan mengakibatkan penurunan
daya tembus radiasi g dalam formasi.
Logging-While-Drilling (LWD)
Logging-While-Drilling
(LWD)
adalah
pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada
saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor.
Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur
pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah
lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa
grafik log di atas kertas. LWD berguna untuk
memberi informasi formasi (resistivitas, porositas,
sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.
2.3.2
Mud logging
Mud
logging
adalah
pekerjaan
mengumpulkan, menganalisis dan merekam semua
informasi dari partikel solid, cairan dan gas yang
terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat
2.4
adalah untuk
pemboran dan
Operasional Logging
a. Logging unit dan personil harus siap di sekitar lobang bor
setidaknya setengah jam menjelang pemboran selesai.
b. Petugas logging harus dilengkapi/memakai film badge yang
sudah dikalibrasi di instansi yang terkait, atau ada dosimeter
yang selalu dibawa dalam kegiatan logging (bisa cukup
dosimeter saku).
c. Sumber radiasi selalu jauh dari kerumunan manusia.
d. Detektor senantiasa dikalibrasi bila geologist memandang perlu
kalibrasi.
e. Saat probe menjelang dimasukan ke lobang sumur, jendela
sumber radiasi senantiasa menghadap ke tempat yang tidak ada
manusia
f. Walaupun pendaran radiasi sangat kecil, tetapi tidak dibenarkan
meremehkan efek dari radiasi. Hal yang harus diingat bahwa
bagi manusia ambang maksimal yang dibolehkan terkena radiasi
hanya 5,000 miliram pertahun. Sehingga meminimalkan terkena
radiasi harus diusahakan sebisa mungkin.
g. Setelah juru bor menyatakan proses pemboran selesai sesuai
permintaan geologist, maka segera probe masuk ke lobang bor.
h. Peralatan bor baru boleh pindah ke lokasi berikutnya setelah
probe berhasil mencapai dasar sumur atau sudah mencapai
kedalaman yang diinginkan oleh geologist.
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
3.2
SARAN
Saran untuk para pembaca agar dapat mempelajari dan
memahami materi Teknik Eksplorasi ini khususnya pada bab
pembahasan yaitu tentang Logging lebih dalam lagi dikarenakan
ilmu ini sangatlah penting didalam dunia kerja khususnya dibidang
pertambangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://adungrahma.blogspot.com/2012/05/instrumentasi-perekaman-lubangbor.html
https://shantamaria.wordpress.com/2013/05/29/interpretasi-data-logginggeofisika-di-daerah-tambang-batubara/
http://halimtramun.blogspot.com/2012/09/logging-mengapa-pengerjaanlogging.html
http://alfhadlyblog.blogspot.com/2013/04/metode-logging-geofisika.html