Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TEKNIK EKSPLORASI

LOGGING

DISUSUN OLEH:
RIRIN TRI MURNIATI

D1101131020

DOSEN MATA KULIAH :


BUDI PURWOKO, ST, MT

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2015
KATA PENGANTAR

Dengan menghaturkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Saya menyadari akan kemampuan intelektual saya yang sangat
terbatas, sehingga dalam penyusunan laporan ini membutuhkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Budi Purwoko,ST.MT selaku
dosen mata kuliah Teknik Eksplorasi.
Tentunya dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, untuk itu saya mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat konstruktif, demi perbaikan makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak. Terutama bagi yang ingin lebih memahami tentang ilmu Teknik
Eksplorasi khususnya mengenai tentang Logging.

Pontianak, 10 Mei 2015


Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................1


Daftar isi ........................................................................................................2
Bab 1

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang......................................................................3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................4
1.3. Tujuan masalah ....................................................................4

Bab 2

Pembahasan
2.1. Pengertian Logging ............................................................. 5
2.2. Konsep Dasar Logging........................................................ 6
2.2.1

Log Sinar Gamma ..................................................... 7

2.2.2

Log Densitas ............................................................. 9

2.3. Well logging ..................................................................... 11


2.3.1

Logging-While-Drilling (LWD) ............................. 12

2.3.2 Mud logging ............................................................ 13


2.4 Operasional Logging ........................................................ 13
Bab 3

Penutup
3.1. Kesimpulan ....................................................................... 15
3.2. Saran ................................................................................. 15

Daftar Pustaka ............................................................................................. 16

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran


fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Loging sumur
(well logging) juga dikenal dengan borehole logging adalah cara
untuk mendapatkan rekaman log yang detail mengenai formasi
geologi yang terpenetrasi dalam lubang bor. Log dapat berupa
pengamatan visual sampel yang diambil dari lubang bor (geological
log), atau dalam pengukuran fisika yang dieroleh dari respon piranti
instrumen yang di pasang didalam sumur (geohysical log). Well
loging dapat digunakan dalam bidang eksplorasi minyak dan gas,
batubara, air bawah tanah dan geoteknik.
Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur
menggunakan instrumen yang ditempatkan pada ujung kabel
wireline dalam lubang bor. Sensor yang terletak diujung kabel
wireline akan mendeteksi keadaan dalm sumur. Loging sumur
dilakukan setelah drill string dikeluarkan dari sumur. Terdapat dua
kabel yang terkoneksi dengan permukaan, kedalaman sumur
direkam ketika sensor turun dan diangkat kembali untuk memulai
pendeteksian. Subset kecil dari data pengukuran dapat
ditransmisikan ke permukaan real time menggunakan pressure
pulses dalamwells mud fluid colomn. Data telemetri dari dalam tanah
mempunyai bandwidth yang kecil kurang dari 100bit per detik,
sehingga informasi dapat didapat real time dengan bandwidth yang
kecil.

1.2

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Logging?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar logging?

3. Apa yang dimaksud dengan well logging?


4. Apa yang dimaksud dengan operasional logging?
1.3

TUJUAN MASALAH
Agar dapat mempelajari, memahami dan mendalami materi
tentang Logging lebih dalam lagi, sehingga dapat diterapkan atau
diaplikasikan dalam dunia tambang dengan tepat.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Logging
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari
formasi dan lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus.
Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data
properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai
frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur,
pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi,
pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal
berisi alat pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam
sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman yang
diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool
ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal
(gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet,
partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal
tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam
formasi dan juga material dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian
ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu
dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel
logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh
seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi
data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh
geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk
pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk
tahap produksi nanti.

Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging


yang dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di
dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur
pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian
komputer, hasilnya juga berupa grafik log di atas kertas. LWD

berguna untuk memberi informasi formasi (resistivitas, porositas,


sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat pemboran.

Mud logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis


dan merekam semua informasi dari partikel solid, cairan dan gas
yang terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat pemboran.
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui berbagai parameter
pemboran dan formasi sumur yang sedang dibor
2.2

Konsep Dasar Logging


Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi maka hadirlah survey geofisika tahanan jenis yang
merupakan suatu metode yang dapat memberikan gambaran susunan
dan kedalaman lapisan batuan dengan mengukur sifat kelistrikan
batuan. Loke (1999) mengungkapkan bahwa survey geofisika
tahanan jenis dapat menghasilkan informasi perubahan variasi harga
resistivitas baik arah lateral maupun arah vertical. Metode ini
memberikan injeksi listrik ke dalam bumi, dari injeksi tersebut maka
akan mengakibatkan medan potensial sehingga yang terukur adalah
besarnya kuat arus (I) dan potensial (V), dengan menggunakan
survey ini maka dapat memudahkan para geologist dalam melakukan
interpretasi keberadaan cebakan-cebakan batubara dengan biaya
eksplorasi yang relatif murah.
Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak
hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk
memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan
kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang
menyertai penambahan batubara. Dan juga mengkompensasi
berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan

pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan


penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan
batubara termasuk parting dan lain-lain.
2.2.1 Log Sinar Gamma
Log Sinar Gamma adalah log yang digunakan untuk
mengukur tingkat radioaktivitas suatu batuan. Radioaktivitas
tersebut disebabkan karena adanya unsur Uraniun, Thorium,
Kalium pada batuan. Ketiga elemen ini secara terus menerus
memancarkan gamma ray yang memiliki energi radiasi yang
tinggi. Kekuatan radiasi sinar gamma yang paling kuat
dipancarkan oleh mudstone dan yang paling lemah
dipancarkan batubara. Terutama yang dari mudstone laut
menunjukan nilai yang ekstra tinggi, sedangkan radiasi dari
lapisan sandstone lebih tinggi disbanding batubara. Log sinar
gamma dikombinasikan dengan log utama, seperti log
densitas, netron dan gelombang bunyi, digunakan untuk
memastikan batas antara lapisan penting, seperti antara
lapisan batubara dengan langit-langit atau lantai.
Skala log gamma ray dalam satuan API unit (APIU).
Log gamma ray biasanya ditampilkan pada kolom pertama,
bersama sama dengan kurva SP dan Kaliper. Skala log
gamma ray dari kiri ke kanan biasanya 0 100 atau 0 150
API. Walaupun terdapat juga suatu kasus dengan nilai
gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.
Log
gamma
ray
sangat
efektif
dalam
menentukan zona permeable, dengan dasar bahwa elemen
radioaktif banyak terkonsentrasi pada shale yang
impermeable, dan hanya sedikit pada batuan yang permeable.
Pada formasi yang impermeable kurva gamma ray akan
menyimpang ke kanan, dan pada formasi yang permeable
kurva gamma ray akan menyimpang ke kiri. Log gamma ray
memiliki jangkauan pengukuran 6 12 in. Dengan ketebalan
pengukuran sekitar 3 ft.
Pengukuran dilakukan dengan jalan memasukkan alat
detektor ke dalam lubang bor. Oleh karena sinar gamma
dapat menembus logam dan semen, maka logging gamma ray
dapat dilakukan pada lubang bor yang telah dipasang casing
ataupun telah dilakukan cementing. Walaupun terjadi
atenuasi sinar gamma karena casing dan semen, akan tetapi
energinya masih cukup kuat untuk mengukur sifat radiasi
gamma pada formasi batuan disampingnya. Formasi yang
mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan
radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan di terima oleh
detektor dan di catat di permukaan.
Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang
berpengaruh pada bacaan gamma ray dilakukan gamma ray

spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya energy dan


intensitas setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda.
Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan
dengan batuan non-shale yang memungkinkan untuk
memiliki unsur radioaktif, seperti mineralisasi uranium pada
sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin
terdapat pada coal dan dolomite.
Beberapa jenis batuan dapat dikenal dari variasi
kandungan fraksi lempungnya, misalnya batu lempung
hamper seluruh terdiri dari mineral lempung, batu pasir
kwarsa sangat sedikit mengandung mineral lempung, batu
lanau cukup banyak mengandung mineral lempung dan
sebagainya. Oleh karena itu respo gamma dapat digunakan
untuk menafsirkan jenis litologinya. Beberapa contoh batuan
sesuai sifat radioaktifnya adalah sebagai berikut:
Radioaktifnya sangat rendah
Anhidrid, garam, batubara dan nodule silica. Silica
yang berlapis mengandung radioaktif lebih tinggi dari
berbentuk nodule.

Radioaktif rendah
Batu gamping murni, dolomite dan batu pasir. Batu
gamping dan dolomite yang berwarna gelap lebih tinggi
radioaktifnya daripada yang berwarna terang.
Radioaktif menengah
Arkosa, pelapukan granit, batu lanau, batu gamping
lempunagn dan napal. Batu yang berwarna gelap lebih
tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.

Radioaktif sangat tinggi


Serpih, batu lempung dan abu gunung api.
Tabel 3.1. Karakteristik Respon Sinar Gamma
Radioaktif
sangat rendah
(0 32,5 API)

AnhidritSalt
Batubara

Radioaktif
rendah
(32,5 60 API)

Radioaktif
menengah
(60 100 API)

Radioaktif
sangat
tinggi
(>100 API)

BatupasirBatug
amping
Dolomit

ArkoseBatuan
granit
Lempungan
Pasiran
gamping

Batuan
serpihAbu
vulkanik
bentonit

Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan


batas litologi adalah dengan cara mengambil sepertiga antara
respon maksimal dan respon minimal. Cara ini merupakan
aturan yang ditara-ratakan untuk mendapat ketelitian batas

litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk lapisan


batubara yang tidak banyak mengandung lapisan pemisah
(parting) di dalamnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat
mengkorelasi respon gamma dari beberapa lubang bor adalah
panjang probe selama pengukuran harus tetap dan kecepatan
penaikan probe ari dalam lubang harus tetap. Selain itu perlu
pula ditinjau pengarh chasing walaupun kecil akan tetap ada.
Sebelum bekerja dengan alat pngukur radiasi gamma
harus diadakan kalibrasi alat tersebut terhadap sumber radiasi
sinar gamma yang telah diketahui dan pembacaannya
disesuaikan dengan selang waktu ynag sesuai. Apabila selang
waktu tersebut terlalu cepat respon cenderung menjadi rata
dan kurang peka terhadap perubahan litologi yang kecil.
Sebaliknya apabila selang waktu tersebut terlalu lambat
perbedaan yang kecil terekam pada respon sehingga
perbedaan besar sukar terlihat.
2.2.2

Log Densitas
Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri
explorasi minyak sebagai alat bantu interpretasi porositas.
Kemudian dalam explorasi batubara malah dikembangkan
menjadi unsur utama dalam identifikasi ketebalan bahkan
qualitas seam batubara. Dimana rapat masa batubara sangat
khas yang hampir hanya setengah kali rapat masa batuan lain
pada umumnya. Lebih extrem lagi dalam aplikasinya pada
idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir
linier dengan kandungan abu sehingga pemakaian log ini
akan memberikan gambaran khas bagi tiap daerah dengan
karakteristik lingkungan pengendapannya.
Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan
dengan mengukur sinar g yang ditembakan dari sumber
melewati dan dipantulkan formasi batuan kemudian direkam
kembali oleh dua detector yang ditempatkan dalam satu
probe dengan jarak satu sama lain diatur sedemikan rupa.
Kedua detector short dan long space diamankan dari
pengaruh sinar g yang datang langsung dari sumber radiasi.
Sehingga yang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang
telah melewati formasi saja. Dalam hal ini efek pemendaran
sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek pemendaran
Compton.
Sinar gamma dari sumber radioaktif dipancar oleh
tumbukan dengan elektron di dalam lapisan tanah dan energi
sinar gamma akan hilang kepada elektron untuk setiap
tumbukan (efek compton). Densitas elektron di dalam
material sebanding dengan densitas curahan atau massa (bulk
or mass density) material.

Logging densitas dilakukan untuk mengukur densitas


batuan disepanjang lubang bor. Densitas yang diukur adalah
densitas keseluruhan dari matriks batuan dan fluida yang
terdapat pada pori. Prinsip kerja alatnya adalah dengan emisi
sumber radioaktif. Semakin padat batuan semakin sulit sinar
radioaktif tersebut ter-emisi dan semakin sedikit emisi
radioaktif yang terhitung oleh penerima (counter).
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan
yang ditembus oleh lubang bor sehingga berhubungan
dengan porositas batuan. Besar kecilnya density juga
dipengaruhi oleh kekompakan batuan dengan derajat
kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan
maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada
batuan yang sangat kompak, harga porositasnya mendekati
harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik.
Log density adalah kurva yang menunjukkan besarnya
densitas bulk density (rb) dari batuan yang ditembus oleh
lubang bor. Log densitas digunakan untuk mengukur densitas
semu formasi menggunakan sumber radioaktif yang
ditembakkan ke formasi dengan sinar gammayang tinggi dan
mengukur jumlah sinar gamma rendah yang kembali ke
detektor.
Karakteristik masing-masing batuan pada log densitas
adalah sebagai berikut:
Batubara mempunyai densitas yang rendah (1,20 1,80
gr/cc)
Konglomerat mempunyai densitas menegah (2,25 gr/cc)
Mudstone, batupasir, batugamping mempunyai densitas
menengah sampai tinggi (2,65 2,71 gr/cc)
Batuan vulkanik basa dan batuan vulkanik non basa
mempunyai densitas tinggi (2,7 2,85 gr/cc)
Tabel 3.2. Nilai Rapat Massa Batuan
Jenis batuan

Rapat massa sebenarnya


(gr/cc)

Rapat massa saat logging


(gr/cc)

Sandstone

2,650

2,684

Limestone

2,710

2,710

Dolomites

2,870

2,876

Anhidrid

2,960

2,977

Antrasite coal

1,400-1,800

1,355-1,796

Bituminous coal

1,200-1,500

1,173-1,514

2.3

Well logging
Well logging adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
apakah suatu sumur layak atau tidak untuk dieksploitasi atau tidak.
Karenanya, well logging harus mampu menjawab pertanyaanpertanyaan berikut:
keberadaaan reservoir
lokasi (kedalaman) reservoir
ketebalan reservoir
litologi reservoir
sifat-sifat fisik reservoir (porositas, homogenitas, dll)
distribusi lateral dan vertikal dari reservoir
jenis fluida yang ada di dalam reservoir
saturasi fluida dan sifat-sifat fisisnya (salinitas, suhu, tekanan,
dll).
Data logging yang didapatkan tidak selalu dapat diulang
kembali, sehingga harus mempunyai kualitas yang tinggi, karena
merupakan salah satu metoda yang paling tepat dalam evaluasi
formasi.
Faktor koreksi yang patut disimak dengan teliti adalah
masalah hubungan antara kecepatan jumlah pendaran g dengan rapat
masa yang lebih ruwet dan banyak ketergantungan pada hal lain :
a.
Faktor ketergantungan yang utama antara lain pada jarak
antara sumber radiasi dengan detector. Untuk jarak SSD yang
hanya sekitar 15 cm, hubungan kecepatan jumlah (tembakan
g perdetik) terhadap rapat masa menjadi linier bagi medium
yang punya rapat masa berkisar antara 1 sampai 3 gram per
cc. Sementara LSD yang jarak antara sumber radiasi dengan
detector adalah sekitar 48 cm, hubungan kecepatan jumlah
terhadap rapat masa menjadi logaritmik.
b.
Kedalaman (daya tembus) radiasi dalam formasi juga
dikendalikan oleh jarak antara sumber radiasi dengan
detector. Untuk SSD penembusan dari sekitar 60% radiasi,
hanya dapat menembus tidak lebih dalam dari 4 cm dari kulit
probe sedangkan untuk LSD dapat menembus sedalam
sekitar 8 cm. Ini berarti bahwa untuk SSD akan sangat
terpengaruh oleh keadaan dinding lobang sumur dibanding
LSD.
c.
Hal lain yang mempengaruhi adalah efek dari kolimasi
sumber radiasi. Dimana dengan merapatkan sumber radiasi
(yang dipasang pada ujung bawah probe) pada dinding sumur
akan dapat mengeliminir degradasi oleh jega udara/air antara
sumber dengan formasi, tetapi dapat menambah degradasi
terhadap resolusi vertical akibat posisi probe yang menjadi
tidak betul-betul pertikal dan akan mengakibatkan penurunan
daya tembus radiasi g dalam formasi.

Dalam pemakaian radiasi g untuk pengukuran rapat


masa ini dipakai radiasi yang memendar ke depan. Untuk
memfokuskannya radiasi yang dimanfaatkan adalah yang
keluar dari sumber melalui jendela yang disediakan dengan
ukuran yang juga telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar
log hanya mengukur rapat masa medium (formasi batuan)
antara sumber radiasi dengan detector
2.3.1

Logging-While-Drilling (LWD)
Logging-While-Drilling
(LWD)
adalah
pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada
saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor.
Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur
pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah
lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa
grafik log di atas kertas. LWD berguna untuk
memberi informasi formasi (resistivitas, porositas,
sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.

2.3.2

Mud logging
Mud
logging
adalah
pekerjaan
mengumpulkan, menganalisis dan merekam semua
informasi dari partikel solid, cairan dan gas yang
terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat

pemboran. Tujuan utamanya


mengetahui berbagai parameter
formasi sumur yang sedang dibor.

2.4

adalah untuk
pemboran dan

Operasional Logging
a. Logging unit dan personil harus siap di sekitar lobang bor
setidaknya setengah jam menjelang pemboran selesai.
b. Petugas logging harus dilengkapi/memakai film badge yang
sudah dikalibrasi di instansi yang terkait, atau ada dosimeter
yang selalu dibawa dalam kegiatan logging (bisa cukup
dosimeter saku).
c. Sumber radiasi selalu jauh dari kerumunan manusia.
d. Detektor senantiasa dikalibrasi bila geologist memandang perlu
kalibrasi.
e. Saat probe menjelang dimasukan ke lobang sumur, jendela
sumber radiasi senantiasa menghadap ke tempat yang tidak ada
manusia
f. Walaupun pendaran radiasi sangat kecil, tetapi tidak dibenarkan
meremehkan efek dari radiasi. Hal yang harus diingat bahwa
bagi manusia ambang maksimal yang dibolehkan terkena radiasi
hanya 5,000 miliram pertahun. Sehingga meminimalkan terkena
radiasi harus diusahakan sebisa mungkin.
g. Setelah juru bor menyatakan proses pemboran selesai sesuai
permintaan geologist, maka segera probe masuk ke lobang bor.
h. Peralatan bor baru boleh pindah ke lokasi berikutnya setelah
probe berhasil mencapai dasar sumur atau sudah mencapai
kedalaman yang diinginkan oleh geologist.

i. Log yang diperlukan adalah double gamma density, natural


gamma dan kaliper.
j. Untuk LSD (quality log) dibuat scala 1 : 100 sementara untuk
SSD (thickness log) dibuat scale 1 : 20 atau 1 : 25. Pembedaan
scala harus didasarkan pada perbedaan kecepatan perekaman.
Dimana untuk LSD sekitar 6 meter permenit sementara untuk
detail scale sekitar 2 meter permenit. Atau hal ini bisa
dibicarakan dengan logging engineer.
k. Setelah perekaman selesai dan ujung probe sudah sampai ke
permukaan, segera sumber radiasi dimasukkan kembali ke
container dan diamankan dengan jarak aman.
l. Sumber radiasi disimpan di camp jauh dari tempat manusia
berada. Sebaiknya disimpan dalam lobang tanah yang digali
husus sehingga mudah mengeluarkan dan menyimpan. Posisi
lobang ini tetap harus jauh dari tempat orang-orang berada.

BAB 3
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN

Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi


dan lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus.

3.2

Konsep dasar logging ada 2, yaitu:


a. Log Sinar Gamma
b. Log Densitas
Log Sinar Gamma adalah log yang digunakan untuk mengukur
tingkat radioaktivitas suatu batuan. Radioaktivitas tersebut
disebabkan karena adanya unsur Uraniun, Thorium, Kalium pada
batuan.
Log Densitas dipakai dalam industri explorasi minyak sebagai
alat bantu interpretasi porositas.
Well logging adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
apakah suatu sumur layak atau tidak untuk dieksploitasi atau
tidak.
Well logging terdiri dari:
a. Logging-While-Drilling (LWD)
b. Mud logging
Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang
dilakukan bersamaan pada saat membor.
Mud logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis dan
merekam semua informasi dari partikel solid, cairan dan gas
yang terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat pemboran.

SARAN
Saran untuk para pembaca agar dapat mempelajari dan
memahami materi Teknik Eksplorasi ini khususnya pada bab
pembahasan yaitu tentang Logging lebih dalam lagi dikarenakan
ilmu ini sangatlah penting didalam dunia kerja khususnya dibidang
pertambangan.

DAFTAR PUSTAKA
http://adungrahma.blogspot.com/2012/05/instrumentasi-perekaman-lubangbor.html

https://shantamaria.wordpress.com/2013/05/29/interpretasi-data-logginggeofisika-di-daerah-tambang-batubara/
http://halimtramun.blogspot.com/2012/09/logging-mengapa-pengerjaanlogging.html
http://alfhadlyblog.blogspot.com/2013/04/metode-logging-geofisika.html

Anda mungkin juga menyukai