Anda di halaman 1dari 4

I.

I.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Daerah pantai yang sering disebut sebagai wilayah pesisir merupakan wilayah yang

saling mempengaruhi antara lingkungan daratan dan lingkungan lautan, yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
Sedangkan kearah laut dibatasi oleh pengaruh proses alami terhadap lingkungan di darat
seperti sedimentasi dan aliran air tawar yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat
seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri et al, 1996). Karena itu wilayah
pesisir sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan baik yang berasal dari darat
maupun dari laut. Salah satu perubahan dari kondisi lingkungan yang mengancam
keberadaan wilayah pesisir adalah adanya kenaikan muka air laut yang merupakan isu
utama yang sering dibahas belakangan ini.
Kota Semarang yang merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah secara topografi Kota
Semarang terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan. Daerah pantai
merupakan kawasan di bagian Utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dengan
kemiringan antara 0% sampai 2%, daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian
Tengah, dengan kemiringan antara 2 15 %, daerah perbukitan merupakan kawasan di
bagian Selatan dengan kemiringan antara 15 40% dan beberapa kawasan dengan
kemiringan diatas 40% (Bappeda Kota Semarang, 2000).
Saat ini daerah pesisir Semarang sering terjadi banjir saat air laut pasang. Banjir atau
genangan yang dikenal dengan nama rob tersebut menggenangi daerah-daerah yang lebih
rendah dari muka air laut pada saat pasang tertinggi atau High Highest Water Level
(HHWL). Berdasarkan kondisi di lapangan, dari tahun ke tahun banjir rob bertambah
tinggi dan cakupanya semakin luas. Buktinya dahulu rob hanya terjadi di Semarang Utara
atau daerah sekitar pantai Semarang kini telah meluas hingga Stasiun Kereta Api Tawang
dan Pasar Johar (Astuti, 2001).

Untuk mengetahui serta melihat dampak kenaikan muka laut yang akan terjadi dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara spasial. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografi yang memanfaatkan data spasial
untuk membangun model (spasial) sesuai dengan kondisi sebenarnya. Selanjutnya dengan
model DEM nantinya akan diberikan formula untuk skenario daerah rawan genangan rob
yang dipengaruhi oleh kenaikan muka laut saja dan DEM yang dipengaruhi kenaikan muka
laut ditambah penurunan permukaan tanah. Data DEM dibuat dari titik tinggi yang
diinterpolasikan. Pemilihan pembuatan model disini untuk menggambarkan kondisi
topografi semarang secara spasial dan temporal karena model merupakan prototipe atau
tiruan keadaan alam yang sebenarnya.
Pada penelitian ini dibuat simulasi model atau predikisi genangan rob terjauh sampai
tahun 2020 yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah,
dengan batasan penelitian yaitu dari Semarang Barat hingga Semarang Timur.
I.2.

Pendekatan masalah
Kondisi topografi Semarang cenderung landai dengan kemiringan 0 2 % dengan
sebagian besar wilayahnya hampir sama tingginya dengan permukaan laut bahkan di
beberapa tempat berada di bawahnya (BAPPEDA, 2002). Apabila kondisi muka laut laut
terus bertambah dan daratan menurun secara berkala, maka akan menyebabkan
tergenangnya suatu daerah, hal ini akan menjadi masalah baru bagi kota Semarang selain
banjir kiriman. Banjir air pasang merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh kenaikan
muka air laut secara global. Adanya pasang naik dan pasang surut akan mempengaruhi
kondisi genangan yang terjadi. Banyak opini muncul mengenai penyebab banjir rob
tersebut. Salah satunya adalah kenaikan muka laut rata-rata atau mean sea level akibat
global warming. Fenomena pemanasan global yang disebabkan kontribusi rumah kaca
berlebih ini memberikan dampak yang cukup serius bagi iklim dunia.
Kondisi rob di Semarang diperparah dengan adanya penurunan permukaan tanah di
Semarang. Menurut sejumlah pakar penurunan permukaan tanah (land subsidence) juga
mempunyai andil dalam perluasan genangan rob tersebut. Penurunan permukaan tanah
merupakan fenomena alami karena adanya konsolidasi tanah akibat pematangan lapisan
tanah yang masih muda di Semarang bawah. Apabila kondisi ini terus berlangsung (sea

level rise dan land subsidence) dikhawatirkan genangan rob akan semakin meluas. Dampak
lanjutan yang akan ditimbulkan menurut sejumlah pakar adalah meningkatnya laju erosi,
perubahan kondisi ekosistem pantai, mundurnya garis pantai, meningkatnya kerusakan
bangunan di dekat pantai dan terganggunya aktivitas penduduk di daerah pemukiman,
pertambakan dan perindustrian.Dengan alasan tersebut diatas maka dirasa sangatlah
penting dilakukan penelitian ini dimana dapat diketahui seberapa luas daerah yang akan
tergenang rob dari tahun 2013 sampai tahun 2020 baik yang disebabkan oleh kenaikan
muka laut atau pun penurunan muka tanah, sehingga dapat disusun suatu rencana untuk
menanggulangi atau mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh rob tersebut.
I.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini untuk membangun model data spasial yang dapat
memberikan ilustrasi dampak kenaikan muka air laut dan penurunan tanah terhadap
perubahan luas genangan rob terjauh yang terbentuk pada tahun 2013-2020.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi daerah rawan penambahan
genangan hingga tahun 2020 serta dapat digunakan untuk membantu dalam memutuskan
rencana pembangunan kedepan Kota Semarang secara umum, dan dapat digunakan sebagai
masukan terhadap upaya mitigasi terhadap genangan.

I.4.

Batasan Masalah
Pada penelitian ini diterapkan penyederhanaan dan asumsi terhadap model daerah
genangan, diantaranya adalah :
a.

Data pasang surut yang digunakan untuk menghitung tren perubahan adalah data
perekaman pasang surut selama 5 tahun (2008-2013). Untuk kemudian rata-rata
perubahan tersebut tambahkan dengan data sekunder pasang surut dari tahun 1985
untuk mendapatkan data pasang surut dalam rentang waktu yang panjang (23
tahun).

b.

Data land subsidence yang adalah hasil pengukuran tahun 2011 yang digunakan
untuk menggambarkan kondisi penurunan saat ini (2013). Besar penurunan yang
terjadi dianggap konstan, meskipun pada kondisi nyata penurunan akan mengalami

titik jenuh setelah sekian lama menurun, tanah yang mengalami penurunan akan
termampatkan dan akhirnya menjadi stabil.
c.

Genangan terjauh yang terbentuk dianggap hanya karena adanya pasang tertinggi
dan kenaikan muka laut, serta tidak menghitung pengaruh hidrologi alamiah dari
kawasan tergenang.

1.5

Lokasi dan Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Semarang pada bulan September Nopember 2013 dengan batasan wilayah Kota Semarang Barat Semarang Timur dan
wilayah genangan rob terjauh yang tergenang pada saat ini.

Anda mungkin juga menyukai