Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. TOPIK
Uji Kekerasan dengan Metode Brinell dan Rockwell.
1.2. TUJUAN
1.

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu


melakukan pengujian kekerasan logam lunak dengan Metode Brinell
dengan cara yang benar, khususnya untuk bahan-bahan sbb:
a. Alumunium
b. Kuningan
c. Tembaga
d. Beton
e. Silver Steel
f. ST 37
g. Besi Cor
h. Amutits
i. Spesial K
j. EMS 45

2. Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu


melakukan pengujian kekerasan logam dengan metode Rockwell Skala
B dan C dengan cara yang benar, khususnya untuk bahan-bahan sbb :
a. HSS
b. Bearing
c. Spesial K
d. Silver Steel
e. EMS 45
f. Amutits
g. Stoper
1.3

DASAR TEORI
Salah satu sifat mekanik bahan adalah kekerasan (Hardness). Dalam
pemahaman qualitatif kita dapat membedakan dengan mudah bahwa
tembaga dan aluminium lebih lunak daripada baja. Cara mengenali
perbedaan kekerasan ini dengan melihat mudah atau sulitnya bahan
dideformasi secara tetap.
1

Kekerasan adalah kemampuan bahan untuk menahan terjadinya


deformasi tetap. Ada tiga metode untuk mengukur kekerasan bahan, yaitu
dengan metode penekanan (penetrasi), metode pantulan, dan metode
goresan.
Untuk pengujian kekerasan logam dan paduannya, yang paling sering
digunakan adalah dengan metode penekanan. Metode penekanan meliputi:

Metode Brinell

Metode Rockwell

Metode Vickers

Metode Knoop, dll


Pengukuran kekerasan dengan Metode Brinell, Vickers, dan Knoop

menggunakan luas bekas penekanan, sedangkan Metode Rockwell


menggunakan dalamnya bekas penekanan untuk merumuskan angka
kekerasan.
Metode Brinell
a. Rumus Angka Kekerasan Brinell
Pengujian kekerasan dengan metode brinell menggunakan bola
baja yang dikeraskan sebagai penetrator dengan diameter D = 0,625 s/d
10 mm dan beban penekanan standar P = 0,977 s/d 3000 kgf, dengan
lama penekanan 15 sampai 20 detik. Angka kekerasan bahan uji adalah
beban penekanan P dibagi dengan luas permukaan lekukan bekas
penekanan berdiameter d. Secara teori angka kekerasan menurut metode
brinell ini dirumuskan sebagai berikut:
HB =

2P
P
=
D h D ( D D2 d 2 )

HB = BHN = Angka kekerasan brinell = Brinell Hardness Number


D = Diameter penetrator
d = Diameter permukaan lekukan bekas penekanan
P = Gaya penekan
F

d
Gambar 1. Prinsip pengujian kekerasan dengan Metode Brinell
2

Dalam praktek pengujian dengan metode brinell ini angka HB


diatas tidak perlu dihitung dengan rumus lagi, tetapi berdasarkan rumus
diatas harganya tinggal dibaca pada tabel yang ditempel pada mesin uji
kekerasan (tabel 1).
b. Pemilihan bahan
Untuk memilih beban P yang diperlukan digunakan hubungan :
P = C D2
Keterangan : C = 30 untuk logam baja dan besi cor.
10 untuk paduan tembaga, paduan alumunium keras.
5

untuk tembaga dan paduan alumunium.

1 1,25

untuk logam lunak: timah dan lainnya.

Contoh : Jika akan diuji baja dengan penetrator d = 2,5 mm


maka beban tekannya , P = CD2 = 30 (2,5)2 = 187,5 kg
Beban 187,5 kg ini tinggal dipilih pada beban pilihan yang tersedia
pada mesin uji kekerasan. Ketelitian ukuran dapat dipenuhi bila d/D = 0,2
sampai 0,4.
Penetrator dibuat dari bola baja yang dikeraskan. Oleh sebab itu
metode brinell hanya boleh digunakan untuk menguji kekerasan baja
yang tidak dikeraskan, besi cor dan logamlogam bukan besi. Metode
brinell kurang peka untuk permukaan uji yang tidak rata permukaannya.
Penulisan angka kekerasan brinell yang lengkap ditulis dengan
indeks dengan urutan sebagai berikut:
Contoh : 320 HB/5/250/20
Keterangan :

320 = Kekerasan menurut Brinell


5 = Diameter Penetrator, mm
250 = beban penekan, kgf
20 = waktu pembebanan, detik

Tabel 1. Angka Kekerasan Brinell untuk Diameter Penetrator


D = 2.5 mm dan 5 mm

d (mm)

D= 2,5mm
P=62,5kgf
HB

0,50
0,55
0,60
0,65
0,70

315
260
218
185
159

D=2,5mm
P=187,5kgf
HB
946
780
653
555
477 3

D=5mm
P=62,5kgf
HB

D=5mm
P=250kgf
HB

D=10mm
P=3000kgf
HB

0,70
0,80
0,85
0,90
0,95
1,00
1,05
1,10
1,15
1,20
1,25
1,30
1,35
1,40
1,45
1,50
1,55
1,60
1,65
1,70
1,75
1,80
1,85
1,90
1,95
2,00
2,05
2,10
2,15
2,20
2,25
2,30
2,35
2,40
2,45
2,50
2,55
2,60
2,65
2,70
2,75
2,80
2,85
2,90
2,95
3,00

139
121
107
95
85
76
69
62
57
52
48
43,7
40,2
37,1
34,3
31,8

415
363
321
285
255
229
207
187
170
156
143
131
121
111
103
95

79
72
65
59
54
50
46
43
40
37
35
32
30
28
26,8
25
23,8
22,5
21,3
20
19
18
17,2
16,5
15,5
15
14,2
13,5
13
12,5
12
11,5
10,9
10,5
10
9,6
9,3
8,9
8,6
8,3
7,9

315
285
260
237
218
200
185
171
159
148
138
129
121
114
107
101
95
89,7
84,9
80,4
76,3
72,4
68,8
65,5
62,4
59,5
56,8
54,3
51,9
49,6
47,5
45,5
43,7
41,9
40,2
38,6
37,1
35,7
34,3
33,1
31,8

427
380
361
342
323
304
285
266
247
228
209
190
181
171
162
152
143
138
133
128
124
119
114
109
105
100
95
90
85
81
76

Pada baja karbon dan paduan terdapat hubungan angka kekerasan


HB dan Tegangan tarik max.
Untuk :

Baja Karbon : max = 0,36 HB kg/mm2


Baja paduan : max = 0,34 HB kg/mm2

c. Angka kekerasan beberapa bahan


4

Angka kekerasan beberapa bahan seperti baja, besi cor, aluminium,


kuningan, tembaga ditunjukan seperti pada lampiran.Masing-masing
jenis bahan ini memiliki spesifikasi yang sangat beragam. Tabel pada
Lampiran-lampiran ini hanya digunakan sebagai pembanding kasar,
karena bahan uji yang digunakan untuk praktikum ini spesifikasinya
tidak jelas.
Metode Rockwell
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell dapat digunakan
untuk menguji kekerasan bahan lunak hingga bahan yang keras. Metode
Rockwell memilliki dua jenis penetrator. Penetrator bola baja yang
dikeraskan, berdiameter 1/16 s/d inci dan penetrator kerucut intan
bersudut 1200.
Penetrator bola baja biasa digunakan untuk menguji kekerasan
bahan lunak, sedangkan penetrator intan biasa digunakan untuk menguji
kekerasan bahan keras misalnya untuk menguji baja-baja yang telah
dikeraskan. Kedalaman bekas penekan pada bahan dipengaruhi oleh
tingkat kerataaan benda uji.
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell dilakukan dengan
menggunakan dua beban pada benda uji, dan diukur berdasarkan
perbedaan kedalaman penekanan dari dua beban tersebut. Beban awal
dipakai untuk menghilangkan kesalahan yang diakibatkan oleh
ketidakrataan permukaan benda uji, sedangkan beban utama digunakan
sebagai beban yang menghasilkan angka kekerasan Rockwell. Untuk
beban utama 60, 100, dan 150 kgf. Pada pengujian superficialuntuk
beban utama 15, 30, dan 45 kgf digunakan beban awal 3 kgf. Beban
utama digunakan setelah beban awal dihilangkan.
Harga kekerasan menurut metode Rockwell langsung dibaca pada
dial indicator pada mesin. Oleh sebab itu metode ini sangat praktis untuk
pengujian masal. Simbul skala kekerasan Rockwell ditulis dengan skala
huruf A s/d Z, kecuali huruf-huruf I, J, N, O, Q, T, W, Y, dan Z (lihat
tabel 2). Penulisan angka kekerasan Rockwell dinyatakan dalam misalnya
HRB untuk menyatakan angka kekerasan Rockwell dalam skala B, HRC
untuk menyatakan angka kekerasan Rockwell dalam skala C, dst.
Tabel 2. Pemilihan Penetrator Rockwell dan Beban Utama
5

Skala
A
B

Penetrator

Beban

Skala Jarum

Kerucut Intan

utama (kgf)
60

Hitam

Semenit

Hitam

tipis, baja yang dikeraskan.


Paduan tembaga, baja

Bola 1/16

100

inci
C

Kerucut Intan

Penggunaan

Kerucut Intan

baja

lunak, paduan Al., besi


150

Merah

tempa
Baja,besi cor keras, besi
tsnpa

Karbida,

100

Hitam

perlitik,

titanium,

baja yang dikeraskan


Baja tipis, baja yang
dikeraskan, medium , besi

Bola 1/8 inci

100

Merah

tempa perlitik
Besi cor, paduan Mg dan

Bola 1/16

60

Merah

Al, logam-logam bantalan


Paduan Cu dimudakan,

inci
Bola 1/16

Merah

timah, logam-logam lunak


Perunggu fospor, berilium

H
K

inci
Bola 1/8 inci
Bola 1/8 inci

Merah
Merah

tembaga, besi tempa


Al, Sn, Pb
Logam bantalan, logam-

Merah

logam-logam lunak
Logam-logam
bantalan,

Bola 1/4inci

150
60
150
60

bahan-bahan sangat lunak


kainnya
M
P

Bola 1/4inci
Bola inci

100
150

Merah
Merah

Menggunakan bola kecil


dan beban yang berat tidak
memberi

pengaruh

terhadap landasan
R
S
V

Bola inci
Bola inci
Bola inci

60
100
150

Merah
Merah
Merah

Logam bantalan, logamlogam lunak

Angka kekerasan Rockwell untuk masing-masing skala dinyatakan


dalam berbagai rumus misalnya untuk
HRB = 130 -

Dalamnyapenekanan( m)
2( m)

HRC = 100-

Dalamnyapenekanan( m)
2( m)

Berdasarkan kedua rumus diatas dan rumus lainnya, Tabel 3


dibawah ini dapat digunakan untuk menyetarakan

satu sama lain.

Kesetaraan ini kadang-kadang diperlukan jika dijumpai suatu bahan


minta diuji dalam skala tertentu, akan tetapi skala itu tidak bersedia pada
mesin uji.Dalam jumlah yang terbatas biasanya tabel ini ditempel pada
badan mesin.
Tabel 3. Kesetaraan antara HRA, HRB, HRC, dan HRD
HRA

HRB

HRC

HRD

1200, 60 kgf

1/16, 100kgf

1200, 150kgf

1200,100kgf

92,0

80

86,5

89,5

75

82,5

85,0

70

78,5

83,4

67

76,1

81,3

64

73,8

80,0

60,1

70,8

78,6

57,8

69,0

77,0

55,2

67,0

75,3

52,3

64,8

73,3

49,1

62,2

70,8

45,3

59,4

69,8

40,8

56,0

68,7

38,8

54,4

67,6

36,6

52,8

66,4

34,4

51,1

65,2

32,2

49,4

63,8

104

29,8

47,5

62,4

101

27,1

45,3

60,7

98,1

24,0

43,1

95,0

20,3

40,3

91,5

89,5
87,1
85,0
81,7
78,7
76,8
75,0
73,0
71,2
69,0
66,7
64,5
62,3
59,3
56,2
52,0
48,0
41,0
Untuk mengukur kekerasan lembaran logam yang keras dan tipis
digunakan pengujian superficial. Penetrator yang digunakan dipilih
berdasarkan Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Pemilihan penetrator untuk pengujian superficial
Simbol skala

Penetrator

Beban (kgf)

15N

Kerucut intan

15

30N

Kerucut intan

30

45N

Kerucut intan

45

15T

Bola 1/16 inci

15

30T

Bola 1/16 inci

30

45T

Bola 1/16 inci


8

45

15W

Bola 1/8 inci

15

30W

Bola 1/8 inci

30

45W

Bola 1/8 inci

45

15X

Bola 1/8 inci

15

30X

Bola 1/8 inci

30

45Y

Bola 1/8 inci

45

15Y

Bola 1/8 inci

15

30Y

Bola 1/8 inci

30

45Y

Bola 1/8 inci

45

Angka kekerasan beberapa bahan seperti baja, besi cor,


alumunium, kuningan, tembaga, ditunjukkan seperti pada Tabel 5.
Masing masing jenis bahan ini memiliki spesifikasi yang sangat
beragam. Tabel 5 hanya digunakan sebagai pembanding kasar, karena
bahan uji untuk perakitan ini spesifikasinya tidak jelas.
Tabel 5. Angka kekerasan pada bahan yang telah dikeraskan
Bahan
Silver steel.CV
Amutit
EMS 45

Average hardness in HRC after tempering AT


100 C 1200 C 3000 C 4000 C 5000 C 6000 C 7000 C
0

64
64
58

62
62
54

57
58
48

51
52
-

BAB II
DAFTAR ALAT DAN BAHAN

2.1. METODE BRINELL


2.1.1 Alat alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
1. Alat uji kekerasan GNEHM OM-150 dan perlengkapannya.
2. Mesin poles untuk memoles permukaan benda uji dan kikir
2.1.2 Bahan uji
Bahan uji yang digunakan dalam praktikum ini berupa:

2.1.3

Tembaga

5 Besi Beton

Aluminium

6 Special K

Kuningan

7 Amutits

ST 37

8 EMS 45

Langkah Kerja
Benda

kerja

sebelum

diuji

kekerasannya

harus

diratakan

permukaannya terlebih dahulu dengan amplas lalu dipoles agar


permukaannya

cukup mengkilap. Untuk permukaan yang lengkung /

bagian silindris perlu diratakan secukupnya dengan kikir terlebih dahulu.


Langkah kerjanya sebagai berikut :
1)

Pasang landasan benda uji pada dudukannya. Landasan rata untuk


benda uji yang rata, Landasan V untuk benda yang akan diuji pada
bagian yang lengkung.
10

2)

Pasang lensa pembesar dengan membuka tutup pada bagian atas


mesin. Tutup lagi setelah kaca pembesar dipasang.

3)

Posisikan tuas pada posisi 1.

4)

Pasang penetratot bola baja pada pemegangnya, lalu masukkan


pemegang itu pada dudukannya dengan mengencangkan baut
dengan kunci L

5)

Gerakkan tuas pada posisi 2

6)

Pilih beban utama dngan cara memutar pengatur beban


berdasarkan tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6. Pemilihan beban dan diameter penetrator berdasarkan bahan uji.


Beban P (kgf)
untuk Diameter

Kekerasan

D (mm)
D = 5 D = 2,5
187,5
250
62,5

HB

62,5

140-450
50-315
12-80

Pemilihan beban terhadap bahan uji

Baja, Besi cor


Besi cor, Logam bukan besi dengan
pengerasan
Bahan-bahan sangat lunak

7)

Jepit benda uji dengan cara memutar roda pengatur landasan.

8)

Hubungkan kabel listrik dengan jaringan, dan nyalakan lampu.

9)

Gerakkan tuas ke posisi 3 dengan secara perlahan-lahan sebagai


pembebanan awal.

10)

Gerakkan tuas ke posisi 4 secara perlahan-lahan sebagai beban


utama. Jarum pada peraga akan bergerak. Tunggulah hingga jarum
berhenti lagi (+- 10 detik)

11)

Gerakkan tuas ke posisi 3,2,1 secara bertahap dan perlahan-lahan.

12)

Amati bekas lekukan pada peraga. Fokus bayangan dapat ditepat


dengan

mengendorkan

roda

pengatur

landasan

.Kurangi

pencahayaan lingkungan disekitar mesin jika bayangan sulit


diamati.
13)

Ukurlah diameter lekukan dengan mistar yang sesuai dengan lensa


pembesar yang digunakan.
11

14)

Bacalah harga kekerasan pada table yang tersedia pada lembar


kerja atau pada badan mesin.

15)

Lakukan pengujian minimum 3x dengan cara mengeser benda uji.


Masukkan data pengujian pada lembar data hasil percobaan dan
dirata-rata.

16)

Data hasil percobaan harus dilaporkan pada pembimbing


praktikum pada akhir praktikum.

17)

Pada akhir praktikum harus mengembalikan semua peralatan


dalam keadaan bersih dan lengkap disaksikan oleh pembimbing
praktikum atau laboran.

2.2 METODE ROCKWELL


2.2.1 Alat yang digunakan
Alat uji kekerasan GNEHM OM-150 dan perlengkapannya.
Mesin poles untuk memoles permukaan benda uji dan kikir
2.2.2

Bahan uji
Bahan uji yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. HSS
b. Amutits dikeraskan
c. EMS 45
d. Spesial K
e. Silver Steel

2.2.3

Langkah Kerja
Sebelum dilakukan pengujian, mesin harus dikalibrasi dengan
sampel yang tersedia. Pada mesin ini sampel kalibrasi memiliki angka
kekerasan sebesar 59 HRC. Jika saat sampel kalibrasi ini diuji
menghasilkan

harga

yang

berbeda

dari

59

HRC,

maka

mengalibrasinya dapat dilakukan dengan langkah sebgai berikut:


1. Menambah atau mengurangi hasil bacaan untuk setiap benda uji.
12

cara

2. Mengatur baut dudukan meja mesin, lalu mengujinya dengan sampel


kalibrasi hingga diperoleh angka 59 HRC tepat. Cara ini tidak
disarankan untuk praktikan karenaselain lama, sampel kalibrasi
menjadi banyak luka.
Langkah Kerja :
1.

Pilih pada permukaan yang rata untuk bagian yang akan ditekan
dengan penetrator

2.

Pasang landasan benda uji pada dudukannya. Landasan rata untuk


benda uji yang rata, landasan V untuk benda uji yang akan pada
bagian lengkung .

3.

Gerakkan tuas pada posisi 1

4.

Pasang penetrator (bola baja berdiameter 1/16 atau kerucut intan


1200) pada pemegangnya, lalu masukkan pemegang itu pada
dudukannya dengan mengencangkan baut dengan kunci L.

5.

Pilih beban utama dengan cara memutar pengatur beban


berdasarkan Tabel 1

6.

Gerakkan tuas ke posisi 2. Pada posisi 2 ini jarum indikator telah


berputar .

7.

Jepit benda uji dengan cara memutar roda pengatur roda landasan.

8.

Gerakkan tuas ke posisi 3 secara perlahan-lahan sebagai


pembebanan awal.

9.

Atur jarum petunjuk pada dial indicator pada posisi 0 untuk


menghilangkan beban awal sesuai dengan metode yang digunakan.
Pada mesin ini hanya tersedia metode Rockwell B dan C.

10. Gerakkan tuas ke posisi 4 secara perlahan-lahan sebagai beban


utama. Jarum pada peraga akan bergerak. Tunggulah hinggajarum
berhenti lagi (+- 10 detik).
11. Gerakkan tuas pada posisi 3 perlahan-lahan.
12. Bacalah angka kekerasannya pada angka yang ditunjuk oleh jarum
penunjuk.
13. Kembalikan tuas ke posisi 2, 1 secara perlahan-lahan.
14. Lakukan pengujian minimum 3x dengan cara menggeser benda uji.
Masukkan data pengujian pada lembar data hasil percobaan dan
dirata-rata.
15. Data hasil percobaan harus dilaporkan pada pembimbing
praktikum pada akhir praktikum.

13

16. Pada akhir praktikum praktikan harus mengembalikan semua


peralatan dalam keadaan bersih dan lengkap disaksikan oleh
pembimbing praktikum atau laboran.
2.3 KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja selama bekerja dengan mesin uji kekerasan ini perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Permukaan benda kerja harus rata dan sejajar dengan landasan.
2. Benda kerja harus terjepit dengan pengencangan yang cukup.
3. Pemindahan posisi tuas dilakukan secara bertahap dan perlahanlahan.
4. Benda kerja yang berat, besar atau panjang perlu diberi penyangga.
5. Permukaan benda uji yang terletak pada bidang miring perlu
disangga dengan meja sinus.
6. Selama pengujian tidak boleh terjadi goncangan.
7. Hindarkan layar kaca (milik skala Brinell) dari goresan atau
benturan.
BAB III
ANALISA HASIL PERCOBAAN
3.1

METODE BRINELL
1. Bahan

= St 37

Beban, P (kgf)

= 187.5

Diameter Penetrator, D (mm) = 2,5mm


Waktu Penekanan, (detik)

= 15dt

No

Angka Kekerasan, HB

167,3

173,6

170,4

2. Bahan

Angka kekerasan rata-rata

170,4

= Kuningan

Beban, P (kgf)

= 250

Diameter penetrator

= 5mm
14

Waktu Penekanan, (detik)

No

= 15dt

Angka Kekerasan, HB

107

114

114

Angka kekerasan rata-rata

11,67

3. Bahan

= Alumunium

Beban, P (kgf)

= 250

Diameter Penetrator, D (mm) = 5mm


Waktu Penekanan, (detik)

No

= 15dt

Angka Kekerasan, HB

59,5

56,8

56,8

Angka kekerasan rata-rata

57,7

4. Bahan

= Tembaga

Beban, P (kgf)

= 250

Diameter Penetrator, D (mm) = 5mm


Waktu Penekanan, (detik)
No

3.2

= 15 dt

Angka Kekerasan, HB

148

84,9

84,9

Angka kekerasan rata-rata

105,93

METODE ROCWELL
1. Nama Bahan

= HSS (dikeraskan)
15

Jenis Penetrator

= Kerucut Intan

Beban P ( kgf )

= 150

Waktu Penekanan ( dt )

= 20dt

No. Uji

Angka Kekerasan, HRC

68

67

69

2. Nama Bahan

68

= Silver Steel (dikersakan)

Jenis Penetrator

= Kerucut Intan

Beban P ( kgf )

= 150

Waktu Penekanan ( dt )

= 20

No. Uji

3.3

Angka Kekerasan rata - rata

Angka Kekerasan, HRC

66

67

66.5

Angka Kekerasan rata - rata

66.5

TABEL KEKERASAN
Dari Tabel Kekerasan yang ada di Laboratorium Uji Kekerasan POLINES,
kami dapatkan beberapa data kekerasan bahan yang dapat kami gunakan
sebagai pembanding dari data kekerasan yang kami dapat dari hasil
percobaan. Berikut tabel perbandingannya :

Tabel kekerasan Metode Rockwell


Jenis Bahan

Angka Kekerasan rata-rata,

Angka Kekerasan HRC ( mnr

Silver Steel

HRC (hasil pengujian )


66.5

tabel kekerasan )
64 67

(dikeraskan)
HSS

108

67 70

(dikeraskan)
Tabel kesetaraan antara HRA,HRB,HRC dan HRD
16

Jenis bahan
HSS(dikeraskan)
SS(dikeraskan)

HRC(hasil pengujian) HRB


68
66.5
-

HRA
HRD
83.4 85 76.1 78.5
81.3 83.4 73.8 76.1

Tabel kekerasan Metode Brinnel


Jenis Bahan
Kuningan
Tembaga
Alumunium
ST 37

3.4

Angka Kekerasan rata-rata,

Angka Kekerasan HB ( mnr

HB (hasil pengujian )
111.6
105.93
57.7
174.6

tabel kekerasan )
114
107
56.8
187

ANALISA DATA
Terjadinya perbedaan antara harga kekerasan logam dari pengujian dengan
harga kekerasan logam yang sudah di standarisasi disebabkan karena
beberapa hal, antara lain:
1. Tiap bahan diuji tiga kali atau lebih dari sekali.
2. Pada pengujian pertama beban yang ditunjukkan oleh mesin uji
kekerasan kadang tidak sesuai karena alat penguji baru melakukan
penyesuaian.
3. Pada pengujian beberapa bahan, jarum pada skala masih bergerak terus
karena penetrator yang digunakan tidak sesuai sehingga nilai
kekerasan yang terbaca tidak sesuai.
4. Faktor usia dari mesin uji kekerasan logam.

17

BAB IV
PENUTUP

4.1

KESIMPULAN
Penetrator dari intan (Rockwell) hanya cocok untuk pengujian bahanbahan yang keras atau sudah dikeraskan.berdasarkan uji kekerasan yang di
lakukan pada metode Rockwell dengan menggunakan 2 bahan uji yaitu
HSS dan SS maka dapat di simpulkan bahwasanya HSS mempunyai tingkat
kekerasan yang lebih tinggi daripada SS,oleh karena itu HSS dapat
digunakan sebagai bahan alat potong sedangkan SS tidak.
Penetrator bola baja (Brinell) digunakan sebagai pengujian bahanbahan

yang

lunak.pengujian

menggunakan

bahan

uji

yaitu:kuningan,tembaga,ST 37,alumunium dapat disimpulkan bahwasanya


diantara 4 bahan tersebut yang mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi
adalah ST 37 dan yang terendah adalah Alumunium.

18

4.2

SARAN
1. Sebelum benda kerja diuji sebaiknya dipoles dulu agar mendapatkan
permukaan yang rata dan halus
2. Utamakan keselamatan kerja baik pada mesin maupun penguji sendiri.

3. Bacalah angka kekerasan pada skala Brinell dengan teliti dan seksama
di setiap pengujian.
4. Setiap pengujian usahakan tidak terjadi goncangan pada mesin.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, H E. 1982. The Testing of Engineering Materials. McGraw Hill


Inc: Auckland
Niemann, G. 1986. Elemen Mesin Jilid I. Erlangga: Jakarta
Surdia, Tata. 1992. Pengetahuan Bahan Teknik. PT Pradnya Paramita:
Jakarta
Surdia, Tata, Kenji Chijiwa. 2000. Teknik Pengecoran Logam. PT
Pradnya Paramita: Jakarta

19

20

Anda mungkin juga menyukai