Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FISIKA ZAT PADAT

PAPER
SUPERKONDUKTOR TIPE 1

Pembimbing :
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

Disusun oleh :
DWI ANGGARA KUSUMA DEWI
K2312016
PENDIDIKAN FISIKA 2013A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
SUPERKONDUKTOR TIPE 1

1. Sejarah Singkat Superkonduktor

Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh fisikawan Belanda Kamerlingh


Onnes (1853-1926). Ia mendinginkan air raksa di helium cair yang bersuhu 4 K, dan
hasilnya, resistansi air raksa tersebut hilang dan ia mendapatkan hadiah Nobel Fisika
tahun 1913 untuk penelitiannya ini. Kemudian pada 1933, dua orang peneliti Jerman,
Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa bahan superkonduktor
akan menolak medan magnet. Sifat menolak magnet ini disebut dengan
diamagnetisme. Ke-diamagnetik-an superkonduktor tersebut sangat kuat dan dapat
membuat magnet melayang di atas bahan superkonduktor. Efek ini sering disebut
sebagai Meissner Effect.
Beberapa tahun berikutnya, beberapa bahan superkonduktor ditemukan.
Contohnya adalah niobium-nitrida, yang memiliki sifat superkonduktivitas pada suhu
16 K (1941). Lalu di tahun 1962, ilmuwan di Westinghouse mengembangkan kabel
superkonduktor komersial pertama yang berbahan aloy niobium dan titanium. Lalu, di
tahun 1957, tiga orang fisikawan Amerika mengembangkan teori tentang
superkonduktor. Fisikawan tersebut adalah John Bardeen, Leon N. Cooper, dan J.
Robert Schrieffer. Teori tersebut menjelaskan tentang superkonduktivitas pada suhu
hampir nol mutlak untuk unsur-unsur dan aloy. Teori superkonduktor tersebut lebih
dikenal dengan nama BCS Theory. Singkatan BCS diambil dari huruf depan nama
belakang masing-masing fisikawan. Kemudian, teori ini membuat ketiga ilmuwan
tersebut memenangkan Nobel Fisika pada tahun 1972.

2. Superkonduktor
Superkonduktor adalah unsur atau aloy metal yang jika didinginkan sampai
mendekati suhu nol mutlak (0 K), menjadi hilang tahanannya. Pada prinsipnya,
superkonduktor dapat mengalirkan arus listrik tanpa kehilangan energi. Namun secara
praktek, superkonduktor ideal sangat sulit untuk dihasilkan.
Superkonduktivitas suatu bahan bukanlah hal yang baru. Sifat ini diamati
untuk yang pertama kalinya pada tahun 1911 oleh fisikawan Belanda H.K. Onnes,
yaitu ketika ia menemukan bahwa air raksa murni yang didinginkan dengan helium
cair ( suhu 4,2 K ) kehilangan seluruh resistansi listriknya. Sejak itu harapan untuk
menciptakan alat-alat listrik yang ekonomis terbuka lebar-lebar. Bayangkan, dengan
resistansinya yang nol itu superkonduktor dapat menghantarkan arus listrik tanpa

kehilangan daya sedikitpun, kawat superkonduktor tidak akan menjadi panas dengan
lewatnya arus listrik.
Kendala terbesar yang masih menghadang terapan superkonduktor dalam
peralatan praktis sehari-hari adalah bahwa superkonduktivitas bahan barulah muncul
pada suhu yang C! Dengan demikian niat penghematan pemakaian dayaamat rendah,
jauh di bawah 0 listrik masih harus bersaing dengan biaya pendinginan yang harus
dilakukan. Oleh sebab itulah para ahli sampai sekarang terus berlomba-lomba
menemukan bahan superkonduktor yang dapat beroperasi pada suhu tinggi, kalau bisa
ya pada suhu kamar. Dari uraian di atas superkonduktor dapat diartikan sebagai suatu
material yang tidak memiliki hambatan pada suhu tertentu yang dinamakan dengan
suhu kritik.

Gambar 1. Grafik hubungan antara resistivitas terhadap Suhu

a. Sifat Kelistrikan Superkonduktor


Bahan logam tersusun dari kisi-kisi dan basis serta elektron bebas.
Ketika medan listrik diberikan pada bahan, elektron akan mendapat
percepatan. Medan listrik akan menghamburkan elektron ke segala arah dan
menumbuk atom-atom pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya hambatan
listrik pada logam konduktor.

Gambar 2. Keadaan normal Atom Kisi


Pada bahan superkonduktor terjadi juga interaksi antara elektron
dengan inti atom. Namun elektron dapat melewati inti tanpa mengalami
hambatan dari atom kisi. Efek ini dapat dijelaskan oleh Teori BCS. Ketika
elektron melewati kisi, inti yang bermuatan positif menarik elektron yang
bermuatan negatif dan mengakibatkan elektron bergetar.

Gambar 3. Keadaan Superkonduktor Atom Kisi pada logam


Jika ada dua buah elektron yang melewati kisi, elektron kedua akan
mendekati elektron pertama karena gaya tarik dari inti atom-atom kisi lebih
besar. Gaya ini melebihi gaya tolak-menolak antar elektron sehingga kedua
elektron bergerak berpasangan.
Pasangan ini disebut Cooper Pairs. Efek ini dapat dijelaskan dengan
istilah Phonons. Ketika elektron pertama pada Cooper Pairs melewati inti
atom kisi. Elektron yang mendekati inti atom kisi akan bergetar dan
memancarkan Phonon. Sedangkan elektron lainnya menyerap Phonon.
Pertukaran Phonon ini mengakibatkan gaya tarik menarik antar elektron.

Pasangan elektron ini akan melalu kisi tanpa gangguan dengan kata lain tanpa
hambatan.

b. Sifat Kemagnetan Superkonduktor


Sifat lain dari superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme sempurna.
Jika sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak
akan ada medan magnet dalam superkonduktor. Hal ini terjadi karena
superkonduktor menghasilkan medan magnet dalam bahan yang berlawanan
arah dengan medan magnet luar yang diberikan yang sama dapat diamati jika
medan magnet diberikan pada bahan dalam suhu normal kemudian
didinginkan sampai menjadi superkonduktor. Pada suhu kritis, medan magnet
akan ditolak. Efek ini dinamakan Efek Meissner.

c. Sifat Quantum Superkonduktor


Teori dasar Quantum untuk superkonduktor dirumuskan melalui
tulisan Bardeen, Cooper dan Schriefer pada tahun 1957. Teori dinamakan teori
BCS. Fungsi gelombang BCS menyusun pasangan partikel dan . Ini adalah
bentuk lain dari pasangan partikel yang mungkin dengan Teori BCS. Teori
BCS menjelaskan bahwa :

1) Interaksi tarik menarik antara elektron dapat menyebabkan keadaan


dasar terpisah dengan keadaan tereksitasi oleh energi gap.
2) Interaksi antara elektron, elektron dan kisi menyebabkan adanyaenergi
gap yang diamati. Mekanisme interaksi yang tidak langsung ini terjadi
ketika satu elektron berinteraksi dengan kisi dan merusaknya. Elektron
kedua memanfaatkan keuntungan dari deformasi kisi. Kedua elektron
ini beronteraksi melalui deformasi kisi.

3. Efek Meissner
Sifat kemagnetan superkonduktor diamati oleh Meissner dan Ochsenfeld pada
tahun

1933,

ternyata

superkonduktor

berkelakuan

seperti

bahan

diamagnetiksempurna, ia menolak medan magnet sehingga ia pun dapat mengambang


di atas sebuah magnet tetap. Jadi kerentanan magnetnya (susceptibility) c = -1,
bandingkan dengan konduktor biasa yang c = -10-5. Fenomena ini disebut efek
Meissner yang tersohor itu. Jadi satu keunggulan lagi bagi superkonduktor terhadap
konduktor biasa. Ia tidak saja menjadi perisai terhadap medan listrik, tapi juga
terhadap medan magnet, artinya medan listik dan magnet sama dengan nol di dalam
bahan superkonduktor. Tetapi pada tahun 1935 London bersaudara melalui penelitian
sifat elektrodinamik superkonduktor mendapatkan bahwa intensitas medan magnet
masih dapat menembus bahan superkonduktor walaupun hanya sebatas permukaan
saja, ordenya hanya beberapa ratus angstrom. Sifat rembesan ini dinyatakan oleh
parameter l yang disebut kedalaman

rembesan London. Medan magnet ternyata

berkurang secara eksponensial terhadap kedalaman sesuai dengannya.

Bo adalah medan di luar dan x adalah kedalamannya. membesar dengan naiknya


suhu, di Tc harga tak berhingga besar, sehingga medan magnet mampu menerobos
ke seluruh bagian bahan tersebut atau dengan perkataan lain sifat superkonduktor
telah hilang digantikan dengan keadaan normalnya.
Teori London ini juga memberikan kesimpulan bahwa dalam bahan
supekonduktor arus listrik akan mengalir di bagian permukaannya saja. Hal ini
berbeda dengan arus listrik dalam konduktor biasa yang mengalir secara merata di
seluruh bagian konduktor. Perbandingan watak magnetik pada keadaan normal,
superkonduktor tipe I dan tipe II adalah seperti pada gambar.

Pada tipe II terdapat daerah peralihan yaitu antara Hcl dan Hc , pada saat itu
struktur bahan terjadi dari daerah normal yang berupa silinder-silinder kecil, disebut
fluksoid karena bias diterobos fluks magnet, yang dikelilingi sepenuhnya oleh daerah
superkonduktor.
Efek meissner adalah fenomena yang sejauh ini, hanya berlaku di
superkonduktor dimana eksternal medan magnet itu hanya dapat menembus
superkonduktor untuk jarak yang sangat pendek, tidak seperti konduktor-konduktor
yang biasa. Jarak ini, dinamakan London Penetration Depth, mempunyai inisial
lambda () dan untuk kebanyakan superkonduktor, jarak ini berukur sekitar 100 nm.
Dari penjelasan diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa semakin dalam
eksternal medan magnet mencoba untuk menembus superkonduktor, kekuatan
medan magnet tersebut akan berkurang secara eksponensial. Jadi, apakah bukti bahwa
Meissner Effect ini benar-benar ada? Salah satunya adalah, kita bisa menaruh magnet
diatas superkonduktor dan magnet itu akan melayang (kalau magnet itu tidak
melayang, itu menunjukkan bahwa medan dari magnet tersebut menembus
superkonduktor). Tentu saja kalau magnet itu terlalu berat, gaya gravitasi dari magnet
tersebut akan lebih besar dan magnet itu tidak melayang. Jadi kerentanan magnetnya
(susceptibility) c = -1, bandingkan dengan konduktor biasa yang c = -10-5.
Fenomena ini disebut efek Meissner yang tersohor itu. Jadi satu keunggulan
lagi bagi superkonduktor terhadap konduktor biasa. Ia tidak saja menjadi perisai
terhadap medan listrik, tapi juga terhadap medan magnet, artinya medan listik dan
magnet sama dengan nol di dalam bahan superkonduktor. Tetapi pada tahun 1935
London

bersaudara

melalui

penelitian

sifat

elektrodinamik

superkonduktor

mendapatkan bahwa intensitas medan magnet masih dapat menembus bahan


superkonduktor walaupun hanya sebatas permukaan saja, ordenya hanya beberapa
ratus angstrom. Sifat rembesan ini dinyatakan oleh parameter l yang disebut
kedalaman rembesan London. Medan magnet ternyata berkurang secara eksponensial
terhadap kedalaman sesuai dengannya. Bo adalah medan di luar dan x adalah
kedalamannya. l membesar dengan naiknya suhu, di Tc harga l tak berhingga besar,
sehingga medan magnet mampu menerobos ke seluruh bagian bahan tersebut atau
dengan perkataan lain sifat superkonduktor telah hilang digantikan dengan keadaan
normalnya.
Teori London ini juga memberikan kesimpulan bahwa dalam bahan
supekonduktor arus listrik akan mengalir di bagian permukaannya saja. Hal ini
berbeda dengan arus listrik dalam konduktor biasa yang mengalir secara merata di
seluruh bagian konduktor. Perbandingan watak magnetik pada keadaan normal,

superkonduktor tipe I dan tipe II Tetapi, fenomena ini tidak akan terjadi kalau medan
magnet disekitar superkonduktor itu terlalu besar dan superkonduktor ini akan
menjadi konduktor biasa. Karena ini, superkonduktor bisa dibedakan menjadi dua
kategori. Katergori pertama, medan magnet akan dapat menembus superkonduktor
jika eksternal medan magnet ini mencapai nilai tertentu yang dinamakan, critical
field. Bukan hanya itu, superkonduktor ini akan mempunyai hambatan setelah ini.
Tetapi, untuk superkonduktor dari kategori kedua, yang biasanya merupakan
material-material kompleks seperti Vanadium, Niobium ataupun Technetium, mereka
mempunyai dua critical field. Setelah kekuatan eksternal medan magnet telah
mencapai critical field yang pertama, medan magnet akan dapat menembus
superkonduktor itu meskipun superkonduktor itu tidak mempunyai hambatan sama
sekali. Setelah medan magnet ini mencapai critical field yang kedua, barulah
superkonduktor ini mempunyai hambatan. Efek Meissner ini sangat kuat sehingga
sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet
ini juga tidak boleh terlalu besar. Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek
Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan sifat superkonduktivitasnya.

4. Superkonduktor Tipe 1
Berdasarkan medan magnet kritisnya, bahan superkonduktor dibagi menjadi
dua tipe, yaitu : superkonduktor tipe I dan superkonduktor tipe II. Superkonduktor

tipe I hanya mempunyai satu harga medan magnet kritis (Hc). Jika medan magnet luar
yang dikenakan pada superkonduktor berharga lebih kecil dari Hc, maka terjadi efek
Meissner sempurna dan jika lebih besar dari Hc, maka fluks magnet luar akan
menerobos

masuk

ke

dalam

bahan

superkonduktor

sehingga

fenomena

superkonduktivitas menghilang.
Peristiwa efek Meissner sempurna dimaksudkan sebagai keadaan di mana
superkonduktor akan menolak seluruh fluks magnet luar yang mengenainya sehingga
induksi magnet di dalam superkonduktor berharga nol atau suseptibilitasnya berharga
-1.
Hal ini menunjukkan bahwa superkonduktor bisa berlaku sebagai bahan
diamagnetik sempurna. Superkonduktor tipe II mempunyai dua harga medan magnet
kritis, yaitu Hc1 atau medan kritis rendah dan Hc2 atau medan kritis tinggi.
Superkonduktor tipe II akan bersifat sama dengan superkonduktor tipe I ketika medan
magnet luar berharga lebih kecil dari Hc1. Jika medan magnet luar berharga antara
Hc1 dan Hc2, maka sebagian fluks magnet akan menerobos ke dalam bahan
superkonduktor, sehingga superkonduktor dikatakan berada dalam keadaan campuran
(mixed state). Selanjutnya, bahan akan kehilangan sifat superkonduktifnya ketika
medan magnet luar berharga lebih besar dari Hc2. Pada keadaan campuran, fluks
magnet yang menerobos superkonduktor terkuantisasi berbentuk seperti barisan
tabung-tabung kecil. Tiap tabung yang biasa disebut vorteks tersebut membawa fluks
magnet sebesar 2,067 x 10-15 weber
Superkonduktor tipe I dan superkonduktor tipe II. Superkonduktor tipe I
menurut

teori BCS (Bardeen, Cooper, dan Schrieffer) dijelaskan menggunakan

pasangan

elektron (yang sering disebut pasangan Cooper). Pasangan elektron

bergerak sepanjang terowongan penarik yang dibentuk ion-ion logam yang bermuatan
positif. Akibat dari pembentukan pasangan dan tarikan ini arus listrik akan bergerak
dengan merata dan akan terjadi superkonduktivitas. Superkonduktor yang
berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor tipe I yang secara fisik ditandai
dengan efek Meissner, yakni gejala penolakan medan magnet luar (asalkan kuat
medannya tidak terlalu tinggi) oleh superkonduktor. Bila kuat medan melebihi batas
kritis, gejala superkonduktivitasnya akan menghilang. Maka pada superkonduktor tipe
I akan terus-menerus menolak medan magnet yang diberikan hingga mencapai medan
magnet kritis (Kusmahetiningsih, 2011).
Superkonduktor tipe 1 terdiri dari logam dan metaloid yang menunjukkan
beberapa sifat konduktivitas di suhu ruangan. Superkonduktor tipe 1 ini
membutuhkan suhu yang sangat dingin agar menjadi superkonduktif. Saat menjadi

superkonduktif, tipe 1 ini akan menghasilkan sifat diamagnetik yang kuat. Di bawah
ini adalah beberapa nama superkonduktor tipe 1.

Timbal (Pb) (menjadi superkonduktif di suhu 7,196 K)

Lantanum (La) (menjadi superkonduktif di suhu 4,88 K)

Tantalum (Ta) (menjadi superkonduktif di suhu 4,47 K)

Air raksa (Hg) (menjadi superkonduktif di suhu 4,15 K)

Timah (Sn) (menjadi superkonduktif di suhu 3,72 K)

Indium (In) (menjadi superkonduktif di suhu 3,41 K)

Paladium (Pd) (menjadi superkonduktif di suhu 3,3 K)

Krom (Cr) (menjadi superkonduktif di suhu 3 K)

Aluminium (Al) (menjadi superkonduktif di suhu 1,175 K)

Seng (Zn) (menjadi superkonduktif di suhu 0,85 K)

Platina (Pt) (menjadi superkonduktif di suhu 0,0019 K)

Akibat dari adanya pembentukan pasangan dan tarikan ini arus listrik akan
bergerak dengan merata dan superkonduktivitas akan terjadi. Superkonduktor yang
berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor jenis pertama yang secara fisik
ditandai dengan efek Meissner, yakni gejala penolakan medan magnet luar (asalkan
kuat medannya tidak terlalu tinggi) oleh superkonduktor. Bila kuat medannya
melebihi batas kritis, gejala superkonduktivitasnya akan menghilang. Maka pada
superkonduktor tipe I akan terus menerus menolak medan magnet yang diberikan
hingga mencapai medan magnet kritis. Kemudian dengan tiba-tiba bahan akan
berubah kembali ke keadaan normal.

Gambar 4. Grafik Magnetisasi terhadap Medan magnet

Tipe1 pada kategori superkonduktor sebagian besar terdiri atas batangbatang rel dan metaloid yang menunjukkan adanya konduktivitas pada suhu kamar.
Mereka memerlukan suhu yang sangat dingin untuk memperlambat getaran
molekul sehingga cukup untuk memindahkan elektron seperti yang diungkapkan
dalam BCS teori. BCS teori menyatakan bahwa elektron bekerja sama "Cooper pair"
untuk saling menolong dalam melewati rintangan molekul- seperti dalam lomba
balap mobil dimana mereka saling drafting satu sama lain agar dapat melaju lebih
cepat. Ilmuwan menyebut proses ini penggabungan phonon-mediated karena bunyi
yang dihasilkan oleh fleksibilitas kisi-kisi kristal.

Tipe1 superkonduktor, yang ditandai sebagai superkonduktor lembut,


ditemukan pertamakali dan memerlukan temperatur yang rendah (dingin) untuk
menjadi superconductive. Mereka memperlihatkan suatu transisi yang sangat tajam
bagi superconducting status dan diamagnetisme sempurna (kemampuan untuk
menolak suatu medan magnet sepenuhnya). Di bawah adalah daftar tipe1
superkonduktor yang sampai saat ini sudah dikenal, kolom kedua adalah temperatur
transisi yang kritis (Tc). Kolom ketiga memberi struktur kisi-kisi padat yang
memproduksi Tc.
Lead (Pb)
Lanthanum (La)

7.196 K
4.88 K

FCC
HEX

Tantalum (Ta)
Mercury (Hg)
Tin (Sn)
Indium (In)
Palladium (Pd)*
Chromium (Cr)*
Thallium (Tl)
Rhenium (Re)
Protactinium (Pa)
Thorium (Th)
Aluminum (Al)
Gallium (Ga)
Molybdenum (Mo)
Zinc (Zn)
Osmium (Os)
Zirconium (Zr)

4.47 K
4.15 K
3.72 K
3.41 K
3.3 K
3K
2.38 K
1.697 K
1.40 K
1.38 K
1.175 K
1.083 K
0.915 K
0.85 K
0.66 K
0.61 K

BCC
RHL
TET
TET
(see note 1)
(see note 1)
HEX
HEX
TET
FCC
FCC
ORC
BCC
HEX
HEX
HEX

Americium (Am)
Cadmium (Cd)
Ruthenium (Ru)
Titanium (Ti)
Uranium (U)
Hafnium (Hf)
Iridium (Ir)
Beryllium (Be)
Tungsten (W)
Platinum (Pt)*
Rhodium (Rh)

0.60 K
0.517 K
0.49 K
0.40 K
0.20 K
0.128 K
0.1125 K
0.023 K (SRM 768)
0.0154 K
0.0019 K
0.000325 K

HEX
HEX
HEX
HEX
ORC
HEX
FCC
HEX
BCC
(see note 1)
FCC

Banyak unsur-unsur tambahan dapat dimasukkan ke dalam suatu keadaan


superkonduktive dengan aplikasi tekanan tinggi. Sebagai contoh, fosfor nampak
seperti tipe1 unsur dengan Tc yang paling tinggi. Tetapi fosfor memerlukan
tekanan sekitar 2.5. Mbar untuk menjangkau Tc dengan nilai 14-22 K. Di atas daftar
adalah untuk unsur-unsur pada keadaan normal dengan tekanan udara normal.
Lihat daftar susunan unsur kimia untuk
berhubungan

dengan

unsur

dikenal

Vanadium yang secara teknis tipe2).

semua

superkonduktor

yang

(mencakup Niobium, Technetium, dan

DAFTAR PUSTAKA
Tinkham, Michael (2004). Introduction to Superconductivity (2nd ed.). Dover
Books on Physics. ISBN 0-486-43503-2.
Tipler,

Paul; Llewellyn, Ralph (2002). Modern Physics (4th ed.). W. H.


Freeman.
ISBN
https://www.scribd.com/doc/68296246/2-BUKU-SUPERKONDUKTOR#download
http://dokumen.tips/documents/bahan-dan-jenis-superkonduktor.html
eprints.uns.ac.id/23915/3/M0211023_bab2.pdf
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/.../9C.SUPERKONDUKTOR.pdf
file.upi.edu/Direktori/.../JUR.../9.Superkonduktor_(Kuliah).pdf

Anda mungkin juga menyukai