Asma Anak
Asma Anak
Diajukan kepada :
dr. Faradilla Soraya
Disusun oleh :
dr. Egi Mahendra
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
Egi Mahendra
Judul
Wahana
Pekalongan,
September 2016
Dokter Pendamping
Nama Wahana
Topik
Tanggal Kasus
Pendamping
Objektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Deskripsi
Bayi
Anak
Dewasa
Lansia
Bumil
Tinjauan Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Riset
Presentasi
Kasus
Audit
Pos
BAB I
DATA PASIEN
1. IDENTITAS
1.1. IdentitasPenderita
Nama penderita
Umur
Jenis kelamin
No. CM
Bangsal
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar
: An. A
: 2 tahun 5 bulan
: Perempuan
: XX.XX.XX
: Flamboyan
: 12/08/16
: 15/08/16
2.3.
Penderita pernah sakit seperti ini sebelumnya pada 2 bulan yang lalu
dan dibawa berobat ke bidan.
2.4.
2.5.
JKN PBI. Disekitar penderita tidak ada yang sakit seperti ini.
Kesan : Riwayat sosial ekonomi baik
2.5.
Riwayat Gizi
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 1,5 tahun. Sejak usia 5 bulan pasien
SD
1.30
3,40
1,5
Tanda Vital
Nadi
: 80 x / menit, irama regular, isi cukup, equalitas sama pada
Suhu
Frekuensi Nafas
PemeriksaanFisik
Keadaan umum
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
keempat ekstremitas.
: 36,8 C (aksila)
: 38 x / menit
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
Pinggang
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
bising (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Datar
: Supel, nyeri tekan (-) , turgor normal, massa (-), hepar dan
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Ekstremitas
Pemeriksaan
Akraldingin
Oedem
Capillary refill
Sianosis
Superior
-/-/<2
-/-
Inferior
-/-/<2
-/-
TBC
6. DIAGNOSIS SEMENTARA
- Asma Bronchiale
- Status gizi baik
7. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Menghindari factor pencetus
Medikamentosa
- O2 Nasal 2 ltr/mnt
- Infus D5% 12 tetes/menit
- Inj cefotaxime 3 x 300mg
- Inj dexametason 3 x 1/2 amp iv
- Extra nebule 2 x
: Flexotid 1/3 resp
Ventolin 1/3 resp
8. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan spirometri
b. Pemeriksaan analisa gas darah
c. Pemeriksaan foto thoraks (AP)
9. PROGNOSIS
Qua ad vitam
Qua ad sanam
Qua ad fungsional
= dubia ad bonam
= dubia ad bonam
= ad bonam
10. EDUKASI
Meminum obat yang teratur dan sesuai anjuran
Menghindari faktor alergi atau pencetus seperti debu dan kelelahan
Segera beristirahat yang cukup setelah melakukan aktivitas yang berat
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
Segera pergi kepelayanan kesehatan jika terjadi kekambuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit Asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa Yunani yang
mengandung arti sulit bernapas.
Asma Adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan
ini bersifat sementara.
Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004, asma adalah mengiberulang
dan/atau batuk persisten (menetap) dengan karakteristik sebagai berikut:
musiman,
ada riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada
anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi. Di Indonesia, prevalensi asma pada anak
berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14 tahun sebesar 5,2% (Kartasasmita,
2002).
Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003),
prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah
anak 4,2 juta), dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta).
Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki.
C. ETIOLOGI
Etiologi asma bronkial belum diketahui dengan jelas. Tiap serangan biasanya
didahului dengan faktor pencetus.
Faktor genetik
o Hiperreaktivitas.
o Atopi/Alergi bronkus.
o Faktor yang memodifikasi penyakit genetik.
o Jenis Kelamin.
o Ras/Etnik.
Faktor pencetus
10
digolongkan menjadi faktor pencetus dari luar tubuh dan dalam tubuh. Yang termasuk
faktor pencetus dari dalam tubuh yaitu infeksi saluran nafas, kecemasan, stres psikis,
aktivitas, olahraga, maupun emosi berlebihan. Faktor pencetus dari luar tubuh yaitu debu
(debu rumah), serbuk bunga, bulu binatang, zat makanan, minuman, obat tertentu, zat
warna, bau-bauan, bahan kimi, polusi udara, serta perubahan cuaca atau suhu
Infeksi virus
Infesi virus merupakan faktor pencetus yang panting untuk timbulnya serangan asma.
Hal ini disebabkan oleh kerusakan sel mukosa atau seeara tidak langsung sebagai akibat
berbagai reaksi karena terlepasnya mediator kimia.
Alergen makanan
Pada anak yang agak besar serangan asma jarang sekali dicetuskan oleh alergen
makanan.Alergen makanan sebagai faktor peneetus hanya penting pada masa bayi.
Sensitivitas terhadap makanan seringkali menghilang dengan bertambahnya umur.
Alergen hirup
Tungau debu rumah yang terdapat dalam debu rumah merupakan alergen hidup yang
terpenting.Penghindarannya agak sulit oleh karena perlu usaha yang terus menerus dan
memerlukan ketekunan.Oleh karena seorang anak menghabiskan sebagian besar
waktunya di kamar tidur, maka harus diusahakan agar kamar tidur dapat bebas dari debu
rumah.Sekarang di Indonesia sudah dipasarkan obat yang dapat membunuh tungau debu
rumah. Alergen lain yang penting juga adalah bulu binatang. Bilamana ada seorang anak
menderita asma maka sebaiknya dianjurkan untuk tidak memelihara anjing atau kucing di
dalam rumah.
Bahan iritan
Oleh karena dasar utama dari penyakit asma adalah reaksi hiperreaktivitas bronkus,
maka semua bahan iritan baik yang bersifat spesidik (alergen) maupun yang bersifat tidak
11
spesifik dapat meneetuskan serangan asma. Bahan iritan tersebut dapat berupa asal obat
nyamuk, asap rokok, obat semprot rambut, minyak wangi, bau bahan-bahan kimia, air
dingin/es, udara dingin dll. Di antara semua bahan yang bersifat iritan aspesifik tersebut
yang paling berbahaya adalah asap rokok. Terdapat bukti yang jelas bahwa asap rokok
dapat menurunkan fungsi paru. Jadi penghindaran terhadap asap rokok adalah sangat
penting
Olah raga
Latihan olah raga yang terlalu berat dapat menimbulkan serangan asma pada sebagian
besar penderita, sedangkan latihan jasmani sangat diperlukan oleh anak asma untuk
menambah kepercayaannya pada diri sendiri dan juga untuk meningkatkan daya tahan
tubuhnya terhadap rangsangan yang dapat mencetuskan serangan asma. Latihan senam
pernafasan misalnya, selain bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan tubuh seeara
umum, juga mempunyai tujuan khusus yakni memperkuat otot-otot pernafasan dan
mengatur irama pernafasan sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan fungsi paru.
Pada dasarnya anak asma tidak dilarang untuk melakukan olah raga apapun, baik yang
bersifat hobi maupun yang bersifat kompetitif.Semua kegiatan olah raga tersebut dapat
dilakukan di luar serangan dan disesuaikan dengan kekuatan dan ketahanan masingmasing anak. Latihan olah raga hams dilakukan secara teratur, dan sedikit demi sedikit
porsinya dapat ditingkatkan. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya asthma maka
sebaiknya melakukan pemanasan dulu sebelum melakukan latihan fisik yang berat dan
kalau perlu memakai obat sebelumnya. Latihan olah raga yang terbaik adalah berenang,
karena olah raga ini dapat meningkatkan ketahanan safaf otonom dan juga dapat
memperkuat otot-otot pernafasan
Faktor emosi
Gangguan emosi dapat mengakibatkan terjadinya bronkokonstriksi, hal ini diduga
12
Dengan mengacu pada GINA 2004, Pedoman Nasional Asma Anak Indonesia tahun 2004
membagi klasifikasiderajat penyakit asma menjadi :
-
Umumnya serangan dicetuskan oleh infeksi virus pada saluran nafas bagian atas dengan
gejala pilek, demam ringan dan sakit tenggorokan. Gejala yang timbul lebih menonjol
pada malam hari. Mengi dapat berlangsung selama 3 - 4 hari tetapi batuk-batuknya dapat
sampai 10 - 14 hari. ()bat yang di berikan : beta 2 agonis atau ephedrine per oral atau
kalau perlu dapat dikombinasi dengan teofilin oral. Pada serangan yang agak berat dapat
ditambahkan kortikosteroid per oral untuk jangka pendek. Bentuk serangan asma pada
13
anak sebagian besar (70 - 74%) adalah bentuk yang tingan ini. Setelah serangan dapat
diatasi, sebaiknya pengobatan tetap diteruskan selama 10 - 14 hari setelah bebas serangan
untuk menekan hiperreaktivitas bronkus yang mungkin Malt terjadi.
-
Serangan biasanya didahului oleh infeksi virus akut pada saluran nafas bagian atas. Pada
anak di atas usia 5 tahun dapat terjadi serangan dengan penyebab yang lain; biasanya
orang tua menghubungkannya dengan perubahan cuaca, alergen/iritan, perubahan cuaca,
kegiatan jasmani yang berlebihan atau emosi/ stress. Umumnya gejala memburuk pada
malam hari dengan batuk dan mengi sehingga mengganggu tidumya. Asma jenis ini
merupakan 20 - 25% bentuk serangan asma pada anak. Pada serangan asma jenis ini
pengobatan profilaksis sudah harus dimulai. Pada seorang anak yang diketahui kalau
menderita serangan infeksi virus akut pada saluran napas atas terjadi serangan asma,
maka setiap kali ia mendapat serangan infeksi harus diberikan bronkhodilator selama
paling sedikit 14 hari dikombinasi dengan kortikosteroid jangka pendek (kurang dari
5hari). Pada seorang anak yang berdasarkan anemnesa dapat diduga faktor pencetusnya
selain dicoba untuk dihindari, juga diberikan profilaksis bilamana temyata faktor pencetus
tersebut sulit dihindari. Misal seorang anak yang pada anamnesa kalau melakukan olah
raga terjadi serangan, sebelum dan sesudah latihan dapat diberikan agonis beta - 2
aerosol, teofilin oral atau natrium kromolin aerosol. Bilamana serangan akutnya sudah
teratasi, tetap diberikan obat profilaksis natrium kromolin aerosol dan/atau kortikosteroid
aerosol dan/atau ketotifen. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM pengobatan
ketotifen dengan dosis 2 x 1/2 mg pada anak kurang dari 3 tahun dan 2 x 1 mg untuk anak
lebih 3 tahun selama 3 sampai 6 bulan memberikan basil yang cukup baik.
-
Asma persisten.
Biasanya kasus ini sangat jarang hanya merupakan 1 - 3% dari kasus asma anak. Kasus
asma berat ini biasanya serangannya dimulai pada usia kurang dari 3 tahun, bahkan 25%
kasus mendapat serangan sebelum usia 6 bulan. Pada golongan ini hampir setiap hari
selalu ditemukan mengi dan pada malam hari disertai gangguan batuk.Aktivitas fisik
sering menimbulkan serangan sehingga anak tidak dapat melakukan kegiatan
olahraga.Biasanya terdapat riwayat atopi dalam keluarga.Sewaktu-waktu dapat terjadi
serangan sesak berat sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit. Kelompok ini
memerlukan obat kombinasi anti inflamasi dan bronkhodilator untuk jangka pan jang.
Dapat diberikan antara 6 bulan sampai 2 tahun.Diusahakan obat-obat diberikan secara
14
aerosol.Kalau tidak dapat, diberikan kombinasi obat oral dan obat aerosol dengan
proporsi obat oral seminimal mungkin.Kasus yang berat ini sebaiknya ditangani oleh
seorang dokter ahli (konsultan).
Klasifikasi asma lain berdasarkan derajat serangan yaitu
15
E. PATOFISIOLOGI
Obstruksi Saluran Respiratori
16
Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos bronkial yang
diprovokasimediator agonis yang dikeluarkan oleh sel inflamasi seperti histamin, triptase,
prostaglandinD2, dan leukotrien C4 yang dikeluarkan oleh sel mast, neuropeptidase yang
dikeluarkan olehsaraf aferen lokal dan asetilkolin yang berasal dari saraf eferen post
ganglionik. Akibat yangditimbulkan dari kontraksi otot polos saluran nafas adalah
hiperplasia kronik dari otot polos, pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks pada
saluran nafas. Namun,dapat juga timbul pada keadaan dimana saluran nafas dipenuhi sekret yang
banyak, tebal dan lengket pengendapan protein plasma yang keluar dari mikrovaskularisasi bronkial dan
debrisseluler .
Secara garis besar, semua gangguan fungsi pada asma ditimbulkan oleh penyempitan
saluran respiratori, yang mempengaruhi seluruh struktur pohon trakeobronkial. Salah
satumekanisme adaptasi terhadap penyempitan saluran nafas adalah kecenderungan
untuk bernafas dengan hiperventilasi untuk mendapatkan volume yang lebih besar, yang
kemudiandapat menimbulkan hiperinflasi toraks. Perubahan ini meningkatkan kerja
pernafasan agar tetap dapat mengalirkan udara pernafasan melalui jalur yang sempit
dengan rendahnyacompliancepada kedua paru.
Inflasi toraks berlebihan mengakibatkan otot diafragma dan interkostal, secara mekanik,
mengalami kesulitan bekerja sehingga kerjanya menjadi tidak optimal . Peningkatan
usaha bernafas dan penurunan kerja otot menyebabkan timbulnyakelelahan dan gagal nafas
Hiperaktivitas Saluran Respiratori
Mekanisme
terhadap
reaktivitas
yang
berlebihan
bronkus
yang
menyebabkan penyempitan saluran napas sampai saat ini tidak diketahui, namun dapat
berhubungan dengan perubahan otot polos saluran nafas yang terjadi sekunder serta
berpengaruh terhadapkontraktilitas ataupun fenotipnya. Sebagai tambahan, inflamasi pada
dinding saluran nafasyang terjadi akibat kontraksi otot polos tersebut. Saluran respiratori
dikatakan hiperreaktif atau hiperresponsif jika pada pemberianhistamin dan metakolin dengan
konsentrasi kurang 8g% didapatkan penurunanForced Expiration Volume(FEV1) 20% yang
merupakan kharakteristik asma, dan juga dapatdijumpai pada penyakit yang lainnya
sepertiChronic Obstruction Pulmonary Disease(COPD), fibrosis kistik dan rhinitis alergi.
Stimulus seperti olahraga, udara dingin, ataupunadenosin, tidak memiliki pengaruh
langsung terhadap otot polos saluran nafas (tidak sepertihistamin dan metakolin). Stimulus
17
tersebut akan merangsang sel mast, ujung serabut dan sellain yang terdapat disaluran nafas untuk
mengeluarkan mediatornya.
Otot polos saluran respiratori
Pada penderita asma ditemukan pemendekan dari panjang otot bronkus. Kelainan
inidisebabkan oleh perubahan pada aparatus kontraktil pada bagian elastisitas jaringan
otot polos atau pada matriks ektraselularnya. Peningkatan kontraktilitas otot pada pasien
asma berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemendekan otot. Sebagai tambahan,
terdapat bukti bahwa perubahan pda struktur filamen kontraktilitas atau plastisitas dari sel
otot polosdapat menjadi etiologi hiperaktivitas saluran nafas yang terjadi secara
kronik .Peran dari pergerakan aliran udara pernafasan dapat diketahui melalui
hipotesis pertubed equilibrium, yang mengatakan bahwa otot polos saluran nafas mengalami
kekakuan bila dalam waktu yang lama tidak direnggangkan sampai pada tahap akhir, yang
merupakanfase terlambat, dan menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menetap
atau persisten.Kekakuan dari daya kontraksi, yang timbul sekunder terhadap inflamasi
saluran nafas,kemudian menyebabkan timbulnya edema adventsial dan lepasnya ikatan
dari tekanan rekoilelastis.Mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast, seperti
triptase dan proteinkationik eosinofil, dikatakan dapat meningkatkan respon otot polos
untuk berkontraksi, samaseperti mediator inflamasi yang lainnya seperti histamin.
Keadaan inflamasi ini dapatmemberikan efek ke otot polos secara langsung ataupun
sekunder terhadap geometri saluran nafas.
Hipersekresi mukus
Hiperplasia kelenjar submukosa dan sel goblet sering kali ditemukan pada
salurannafas pasien asma dan penampakanremodeling saluran nafas merupakan
karakteristik asmakronis. Obstruksi yang luas akibat penumpukan mukus saluran nafas hampir selalu
ditemukan pada asma yang fatal dan menjadi penyebab ostruksi saluran nafas yang persisiten
padaserangan asma berat yang tidak mengalami perbaikan dengan bronkodilator .Sekresi mukus pada
saluran nafas pasien asma tidak hanya berupa peningkatanvolume saja tetapi juga perbedaan pada
viskoelastisitas. Penebalan dan perlengketan darisekret tidak hanya sekedar penambahan
produksi musin saja tetapi terdapat juga penumpukansel epitel, pengendapan albumin
yang bersal datri mikrovaskularisasi bronkial, eosinofil, danDNA yang berasal dari sel
inflamasi yang mengalami lisis.Hipersekresi mukus merefleksikan dua mekanisme patofisiologi yaitu
mekanismeterhadap sekresi sel yang mengalami metaplasia dan hiperplasia dan
18
F. PATOGENESIS
Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel dan ditandai
olehserangan
batuk,
mengi
dan
dispnea
pada
individu
dengan
jalan
nafas
hiperreaktif.Tidak semua asma memiliki dasar alergi, dan tidak semua orang dengan
penyakit atopik mengidapasma. Asma mungkin bermula pada semua usia tetapi paling
sering muncul pertama kalidalam 5 tahun pertama kehidupan. Mereka yang asmanya muncul dalam
2 dekade pertamakehidupan lebih besar kemungkinannya mengidap asma yang diperantarai
oleh IgE danmemiliki penyakit atopi terkait lainnya, terutama rinitis alergika dan
dermatitis atopik.Langkah pertama terbentuknya respon imun adalah aktivasi limfosit T
oleh antigenyang dipresentasikan oleh sel-sel aksesori, yaitu suatu proses yang melibatkan
molekulMajor Histocompability Complexatau MHC (MHC kelas II pada sel T CD4+dan
MHC kelas I padasel T CD8+). Sel dendritik merupakan Antigen Precenting Cells(APC)
utama pada saluranrespiratori.Sel dendritik terbentuk dari prekursornya di dalam sumsum
tulang, lalumembentuk jaringan yang luas dan sel-selnya saling berhubungan di dalam
19
Hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran respiratori serta sel goblet dan
kelenjar submukosa terjadi pada bronkus pasien asma, terutama yang kronik dan berat.
Secarakeseluruhan, saluran respiratori pasien asma, memperlihatkan perubahan struktur
saluranrespiratori yang bervariasi dan dapat menyebabkan penebalan dinding saluran
respiratori Remodeling juga merupakan hal penting pada patogenesis hiperaktivitas
saluran respiratoriyang non spesifik, terutama pada pasien yang sembuh dalam waktu lama (lebih dari
1-2tahun) atau yang tidak sembuh sempurna setelah terapi inhalasi kortikosteroid.Gejala
asma, yaitu batuk sesak dengan mengi merupakan akibat dari obstruksi bronkus yang
didasari oleh inflamsai kronik dan hiperaktivitas bronkus. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel
mast intralumen, makrofag alveolar, nervusvagus dan mungkin juga epitel saluran nafas.
20
Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan
oleh sel mast dan makrofag akanmembuat epitel jalan nafas lebih permeabel dan
memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa sehingga memperbesar reaksi yang terjadi
Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan seranganasma, melalui sel
efektor sekunder seperti eusinofil, netrofil, trombosit dan limfosit. Sel-sel inflamasi ini
juga
mengeluarkan
mediator
yang
kuat
seperti
leukotrien,
tromboksan,
sangat
terbatas
dan
perlu
segera
dilakukan
pengobatan.
Meskipin telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh
sempurna, Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan
21
H. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
ANAMNESIS
Ditemukan keluhan : mengi, batuk-batuk, dan sesak napas. Ada juga yang hanya
mengeluh batuk berulang saja, sesak napas saja atau batuk-batuk tanpa dahak disertai
sesak napas.
Berapa frekuensi dan lamanya serangan asma yang sudah pernah dialami
PEMERIKSAAN FISIK
Saat serangan asma :
Asma ringan wheezing saat ekspirasi, asma berat wheezing saat inspirasi dan
ekspirasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
22
spirometri
Pemeriksaan laboratorium
Darah
: eosinofilia
Sputum
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan EKG
Melihat seberapa jauh pengaruh asma bronkial pada jantung.
DIAGNOSIS BANDING
GER, OSAS
rinosinobronkitis
fibrosis kistik
benda asing
Bronkiolitis, Bonkitis
23
Pneumoni
TBC paru
I. PENATALAKSANAAN
Sasaran terapi pada pasien asma dengan menggunakan kortikosteroid inhalasi yaitu
peradangan saluran nafas dan gejala asma. Terapi asma disini bertujuan untuk
menghambat atau mengurangi peradangan saluran pernafasan serta mencegah dan atau
mengontrol gejala asma, sehingga gejala asma berkurang/ hilang dan pasien tetap dapat
bernafas dengan baik.
Strategi terapi asma dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi non farmakologi (tanpa
menggunakan obat) dan terapi farmakologi (dengan obat).
Untuk terapi non farmakologi, dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur, misalnya
saja renang. Sebagian orang berpendapat bahwa dengan berenang, gejala sesak nafas akan
semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin karena dengan berenang, pasien dituntut untuk
menarik nafas panjang-panjang, yang berfungsi untuk latihan pernafasan, sehingga otototot pernafasan menjadi lebih kuat. Selain itu, lama kelamaan pasien akan terbiasa dengan
udara dingin sehingga mengurangi timbulnya gejala asma. Namun hendaknya olah raga
ini dilakukan secara bertahap dan dengan melihat kondisi pasien.
Selain itu dapat diberikan penjelasan kepada pasien agar menghindari atau menjauhkan diri
dari faktor-faktor yang diketahui dapat menyebabkan timbulnya asma, serta penanganan yang
harus dilakukan jika serangan asma terjadi.
Terapi Suportif
Pengobatan suportif pada serangan asma diperlukan.Pada keadaan tertentu, misalnya terjadi
komplikasi berupa dehidrasi, asidosis metabolik, atau atelektasis, diperlukan tindakan untuk
mengatasinya. Pada keadaan khusus, misalnya adanya gangguan secara psikologis, maka
peran psikolog atau psikiater anak sangat diperlukan karena stres merupakan salah satu faktor
pencetus serangan asma
Terapi Farmakologi
24
Pemberian obat pada asma dapat melalui berbagai macam cara, yaitu parenteral (melalui
infus), per oral (tablet diminum), atau per inhalasi. Pemberian per inhalasi adalah
pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui hirupan.Pada asma,
penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada
pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis
lainnya.
25
J. PENCEGAHAN
Di samping itu, setiap keluarga yang memiliki anak dengan asma haruslah melakukan
pengendalian lingkungan, antara lain: menghindarkan anak dari asap rokok; tidak
memelihara binatang berbulu seperti anjing, burung, kucing; memperbaiki ventilasi
ruangan; mengurangi kelembaban kamar untuk anak yang sensitif terhadap debu
rumah dan tungau.
Langkah preventif lainnya adalah pencegahan secara primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer (prenatal) dilakukan pada ibu hamil yang memiliki riwayat atopi
(alergi) pada dirinya, keluarga, anak sebelumnya, atau pada suami. Pencegahan
primer bertujuan mencegah terjadinya sensitisasi pada janin intrauterin (saat berada di
dalam kandungan) dan dilakukan saat janin masih berada di dalam kandungan dan
menyusu. Ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui hruslah menghindari faktor
pemicu (inducer) seperti: asap rokok atau makanan yang alergenik.
Pencegahan tersier bertujuan mencegah terjadinya serangan asma pada anak yang
sudah menderita asma. Pencegahan berupa penghindaran pencetus maupun pemberian
obat-obat pengendali (controller).
K. KOMPLIKASI
26
Pneumotorak
Pneumoni
Atelektasis
DAFTAR PUSTAKA
Behrman dan Vaughan (eds), Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Bagian 3, EGC, Jakarta
Rahajo, N.N. Supriyatno, B. Setyanto, D.B. (eds), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak ;
Respirologi Anak, 1st ed, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta
Garna, H., 2002, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, 2nd, Bagian/SMF Ilmu
Keshatan Anak FKUP/RSHS Bandung, Bandung.
Nataprawira,H.M, 2007, Peran Asthma Control Test (ACT) dalam Tatalaksana Mutakhir
Asma Anak; www.idai.or.id/saripediatri/fulltext.asp?q=454
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, 2nd ed, EGC, Jakarta
Pusponegoro, H. D. Dkk (eds), Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, 1 st ed, Ikatan
Dokter Anak Indonesia, Jakarta
27