PORTOFOLIO Herniai
PORTOFOLIO Herniai
Diajukan kepada :
dr. Faradilla Soraya
Disusun oleh :
dr. Zuldi Erdiansyah
Nama Wahana
Topik
Tanggal Kasus
: 04 jan 2016
Pendamping
Objektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Deskripsi
Bayi
Anak
Dewasa
Lansia
Bumil
Seorang pria Tn. R usia 70 tahun datang dengan benjolan di lipat paha kiri.
Tujuan
Tinjauan Pustaka
Cara membahas
Diskusi
DATA PASIEN
Nama
: Tn. S
Usia
: 70 tahun
Alamat
: Doro
No. RM
: 201118
Tanggal Masuk
: 04 jan 2016
Status
: Menikah
Riset
Presentasi
Kasus
Audit
Pos
Pasien tinggal berdua bersama istrinya. Pasien seorang petani namun sekarang
sudah tidak bekerja. Memiliki riwayat sering mengangkat barang berat, mencangkul saat
masih bekerja sebagai petani. Berobat di RSUD Dr. Soetrasno dengan fasilitas PBI.
Kesan sosial ekonomi: kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
VS Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 96x/menit
Respirasi
: 24x/menit
Suhu
: 370C
A. Status generalis
1 Kepala
: mesochepal, jejas (-), luka (-) rambut hitam, distribusi rambut
merata, rambut tidak mudah dicabut.
2 Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+) normal.
3 Hidung
: deviasi septum (-), discharge (-)
4 Telinga
: simetris, discharge (-), berdengung (-), darah (-)
5 Mulut
: bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, hiperemis
6 Leher
: JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar limfe (-)
7 Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
: Cembung gravid
Perkusi
: Timpani
Palpasi
Costovertebra
Inspeksi
: Deformitas (-)
Palpasi
Perkusi
10 Ekstremitas
Superior
Regio brachium
Look
Feel
Move
Kanan
Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Edema
Deformitas
Penonjolan tulang
Krepitasi
Nyeri gerak aktif.
Nyeri gerak pasif
Gerak terbatas
Regio antebrachium
Look
Feel
Move
Kiri
Kanan
Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Edema
Deformitas
Penonjolan tulang
Krepitasi
Nyeri tekan
Nyeri gerak aktif.
Nyeri gerak pasif
Gerak terbatas
Kiri
+
Kanan
Kiri
Regio manus
Look
Simetris
Feel
Move
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Edema
Deformitas
Penonjolan tulang
Krepitasi
Nyeri tekan
Nyeri gerak aktif.
Nyeri gerak pasif
Gerak terbatas
Inferior
Regio femur
Look
Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Vulnus Laceratum
Edema
Feel
Deformitas
Penonjolan tulang
Krepitasi
Nyeri tekan
Move Nyeri gerak aktif.
Nyeri gerak pasif
Gerak terbatas
Regio Cruris
Look
Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Vulnus Laceratum
Edema
Tulang
Feel
Deformitas
Penonjolan tulang
Krepitasi
Nyeri tekan
Move Nyeri gerak aktif.
Nyeri gerak pasif
Gerak terbatas
Regio pedis
Kanan
+
Kiri
+
Kanan
Kiri
+
-
Look
Feel
Move
Kanan
Simetris
Deformitas
Hematom
Vulnus ekskoriasi
Vulnus Laceratum
Edema
Deformitas
Penonjolan tulang
Krepitasi
Nyeri tekan
Nyeri gerak aktif.
Kiri
-
11 Status Lokalis :
Regio inguinalis sinistra
Inspeksi
: pasien posisi terlentang tanpa mengedan terdapat benjolan di
bawah ligamentum inguinale, berbentuk lonjong dengan ukuran 7 cm x 4
cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat
dimasukkan kedalam cavum abdomen, tidak nyeri
Auskultasi
: bising usus (+)
Transluminasi : negatif
Palpasi
Massa (+) bentuk lonjong, diameter 7cmx4cm, kenyal, mobile, nyeri (-) hiperemis(-) , transluminasi (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
HASIL
SATUAN RUJUKAN
13.2
g/dl
11.8 15.0
39.4
40.0 52.0
10.2
ribu/ul
6.0-12.0
211
juta/ul
156 408
4.1
ribu/ul
4.40 5.90
21.6
3.4
75.0
%
%
%
%
%
0.5 5.0
0.0 1.0
25.0 50.0
3.0 9.0
50-70%
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
HITUNG JENIS
Eosinofil
Basofil
Limfosit
Monosit
Netrofil Segmen
GDS
Ureum
Creatinin
CT
BT
HbsAg
102
49
1.10
133.5 L
4.01
Negatif
mg/dl
mg/dl
mmol/L
mmol/L
70 - 150
10 - 50
0.60 - 1.10
135 147
3.5 - 5.0
Negatif
Hasil Pembelajaran :
1 Definisi hernia
2 Mengetahui penegakan diagnosis hernia
3 Mengetahui penatalaksaan hernia
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
SOAP
1. Subjektif
Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat paha kiri.
Pasien mengaku benjolan sudah ada sejak 10 tahun sebelum masuk Rumah Sakit.
Awalnya benjolan dapat keluar masuk sendiri, keluar saat pasien mengedan, batuk atau
mengangkat benda berat dan dapat masuk kembali saat tiduran maupun dimasukkan
dengan tangan. Namun sejak 1 minggu SMRS, benjolan tersebut keluar terus-menerus,
tidak dapat dimasukkan dan dirasakan memberat sejak 1 hari SMRS.
Pasien mengaku batuk sudah 1 minggu, sejak batuk tersebut muncul benjolan
keluar dan tidak dapat keluar masuk sendiri. Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh mual,
muntah sebanyak 3x/hari berisi air campur makanan,dan tidak terdapat darah. Nafsu
makan pasien berkurang. Pasien juga merasakan perut terasa penuh dan tidak dapat BAB
serta buang angin selama 1 hari. Untuk mengurangi rasa sakitnya, pasien membeli obat di
apotek namun keluhan tidak berkurang. Keluhan demam, rasa nyeri, panas dan
kemerahan pada benjolan disangkal oleh pasien.
2. Objektif
Keadaan umum
: lemas
Kesadaran
: Composmentis
VS Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 100x/menit
Respirasi
: 24x/menit
Suhu
: 370C
1. Status Lokalis :
Regio inguinalis sinistra
Inspeksi
: pasien posisi terlentang tanpa mengedan terdapat benjolan di
bawah ligamentum inguinale, berbentuk lonjong dengan ukuran 7 cm x 4
cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat
dimasukkan kedalam cavum abdomen, tidak nyeri
Auskultasi
: bising usus (+)
Transluminasi : negatif
Palpasi
Massa (+) bentuk lonjong, diameter 7cmx4cm, kenyal, mobile, nyeri (-) hiperemis(-) , transluminasi (-)
melalui defek (bagian terlemah dari dinding rongga tersebut). Bagian terlemah dari
rongga dapat berupa fascia maupun muskuloaponeurotik. Hernia terdiri atas 3 bagian
yaitu: cincin, kantong dan isi hernia.
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirect yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain
hernia indirek nama lain adalah hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan miring
dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu
keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior. Sedangkan hernia inguinalis
medialis atau sering disebut sebagai hernia direct merupakan hernia yang menonjol
langsung melalui trigonum Heselbach.
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (misal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada
pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya
dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali
kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang
menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
bisa menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut. Tekanan
intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan saat miksi atau
defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites, obesitas atau
mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus : Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus
testis, yaitu masuknya testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis,
sehingga terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan
(prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi
sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui kanal. Karena testis kiri turun lebih dahulu
daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan
normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak
mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
- Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
- Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
kantong dan isi hernia
Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik (batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi hernia ke
b. Hernia irreponibilis
Jika isi kantong hernia tidak dapat keluar masuk. Ini biasanya terjadi disebabkan
oleh perlengketan isi kantong hernia pada peritoneum kantong hernia. Hernia jenis
ini biasanya dikenal dengan nama hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda
sumbatan usus.
c. Hernia inkarserata
Merupakan hernia irreponibilis yang disertai tanda-tanda obstruksi usus. Pada
hernia tipe ini, isi kantung hernia terjepit sehingga terjadi gangguan aliran pasase
usus, dimana makanan tidak bisa lewat. Operasi hernia inkarserata merupakan
operasi darurat nomer 2 setelah operasi appendicitis. Selain itu hernia inkarserata
merupakan penyebab nomer satu kasus obstruksi usus di Indonesia.
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponibilis dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera yang
terperangkap dalam kantung hernia. Pada keadaan sebenarnya, gangguan
vaskularisasi sudah mulai terjadi sejak jepitan dimulai. Gangguan terdiri dari
beberapa tingkatan, dari mulai bendungan sampai dengan nekrosis.
bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan
ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila masa teraba menyentuh
ujung jari maka hernia inguinalis lateralis. Jika menyentuh sisi jari
maka hernia inguinalis medialis.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). Bila isi hernia berupa
usus, dapat terdengar adanya bising usus pada benjolan tersebut.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu Finger test, Ziemen test dan
Thumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
Pemeriksaan Finger Test:
a. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
b. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
c. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis
4. Plan
Diagnosis : hernia
Tatalaksana Awal :
Airway : clear
Breathing : clear
Circulation :
-
Dissability : clear
Exposure : clear
Pengobatan :
IVFD RL 30 tpm
Injeksi ceftriaxone 1 gram/12 jam
Injeksi ranitidin 1 ampul/ 12 jam
Injeksi ondancetron 1 ampul extra
Pasang DC, NGT
Puasa
Rencana operasi hernioraphy
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila
usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan
operasi segera.
b. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai
sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki sperma yang mengandung
pembuluh darah testis.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dangan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus
Kegiatan
Periode
Observasi
keadaan Selama perawatan di RS
Selama perawatan di RS
Setiap kunjungan
DAFTAR PUSTAKA
Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health. (Available from
http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on May 13th 2011)
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta : Erlangga Medical
Series
Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last Updated December 2008.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May 12th
2011)
Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24 th 2011. (Available from
http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on May 12th 2011)
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal, editor Linda
Chandranata Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515
Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC