Anda di halaman 1dari 4

Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru, merupakan salah satu cara untuk melakukan standardisasi


terhadap keahlian dan kompetensi guru. Melalui sertifikasi, aspek proses dalam
pendidikan dan pembelajaran bisa terstandardisasi. Setiap guru profesional bisa
mengolah aspek input dalam pendidikan dan pembelajaran menjadi suatu output
tertentu, seperti yang diharapkan
1. Kompetensi Guru
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan disebutkan bahwa sertifikasi bagi guru
dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi. Kompetensi dalam bentuk
penilaian portofolio atau penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan
kompetensi guru, yang mencangkup 10 komponen, yaitu : (1) kualifikasi
akademik, (2) pendidikan dan latihan, (3) pengalaman mengajar, (4)
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atas dan
pengawasan, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8)
keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang
pendidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang
pendidikan.
a) Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogis mencangkup kemampuan yang berkenaan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. Secara perinci masing-masing elemen kompetensi
pedagogis ini dapat diperinci lagi menjadi subkompetensi dan indikator
esensialnya, yaitu memahami peserta didik, merancang pembelajaran,
melakukan pembelajaran secara umum, dan mengembangan peserta didik.
b) Kompetensi Profesional
Kompetensi professional menyangkut kemampuan yang berhubungan
dengan penugasan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam yang meliputi penguasaan substansi isi materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi
kurikulum. Kompetensi ini meliputi beberapa subkompetensi dengan

indikator esensial berupa menguasai subsansi keilmuan dan menguasai


langkah penelitian.
c) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesam pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
d) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian menunjuk pada kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
2. Permasalahan Sertifikasi
Peserta sertifikasi guru yang tidak lulus bukan semata karena faktor
internal guru itu sendiri, tetapi juga bisa dikarenakan oleh faktor lai seperti
kelembagaan sertifikasi dan asesor.
a) Faktor Guru
Jika dipahami dari sisi faktor guru terdapat beberapa permasalahan yang
ditemukan dalam kaitannya dengan sertifikasi guru, yaitu
1) Kualifikasi Srata (S-1) dan Diploma IV (D-IV). Persoalan yang
dihadapi guru, terutama guru senior adalah pengalaman selama ini
yang dimilikinya, katakanlah telah mengajar 30 tahun lebih, belum
cukup dipandang kompeten secara procedural formal, karena dia
belum S-1 dan D-IV sehingga dia tidak dapat merasakan nikmatnya
menjadi seorang guru yang berpredikat professional.
2) Keilmuan. Ketika beberapa mata pelajaran baru diusulkan menjadi
pelajaran inti dari suatu tingkatan pendidikan pada masa lalu, misalnya
mata pelajaran sosiologi, karena tidak ada guru yang berlatarbelakang
kualifikasi pendidikan S-1 sosiologi, maka guru yang memiliki jam
mengajarkannya kurang dibolehkan mengajar sosiologi
3) Pendidikan dan Pelatihan

Kegiatan pendidikan dan pelatihan dilakukan di kota, oleh sebab itu


informasi kegiatan ini akan diperoleh lebih cepat oleh para guru yang
berada di kota dibandingkan guru yang berada di desa. Informasi yang
diterima guru di desa sering telat sehingga saat ingin mengikuti,
pendaftarannya ditutup.
4) Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah. Forum ilmiah juga cenderung bias
kota, sebab kegiatan ini diselenggarakan di kota. Kesempatan guru
yang berada di desa sangat kurang pula.
5) Kewajiban Mengajar 24 jam. Ada dua persoalan yang mengakibatkan
seorang guru tidak dapat mengajar 24 seperti yang diamanatkan oleh
peraturan perundangan yaitu satu, jumlah guru suatu bidang studi lebih
banyak dibandingkan jumlah jam jam mengajar yang tersedia. Dua,
jumlah jam mengajar tidak mencukupi 24 jam, meskipun gurunya
hanya seperti seperti guru pendidikan bahasa jerman. Kenyataan ini
memunculkan ketidakjujuran guru dalam melaporkan jumlah jam
mengajar.
b) Faktor Kelembagaan Sertifikasi
Kelembagaan sertifikasi berkaitan dengan segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyelenggaraan dan tata kelola dari sertifikasi seperti organisasi
dan pengorganisasian. Berikut beberapa permasalahan yang berkaitan
dengan faktor ini.
1. Penyelenggaraan. Permasalahan penyelenggaraan meliputi data belum
final dari LPMP, SK asesor baru belum diterima, nomor peserta tidak
sesuai dengan kode bidang studi dan sebagainya.
2. Koordinasi. Terdapat kesulitan koordinasi antara berbagai pihak
terkait antara lain, LPTK, LPMP, KSG, Dinas Pendidikan. Beberapa
salah koordinasi antara lain keterlambatan distribusi portofolio dan
keterlambatan data peserta.
3. Pendanaan. Kompensasi dalam bentuk honor belum dapat diterima
segera setelah selsesai pekerjaan yang mereka lakukan.
c) Faktor Asesor

Latar belakang pendidikan yang dimiliki asesor tidak sesuai persyaratan yang
dimiliki di mana salah satu pendidikan harus dalam bidang pendidikan.
Ketidakmampuan untuk menyamakan persepsi penilaian yang terlalu timpang
antar-asesor.
d) Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
Apabila peserta sertifikasi tidak lulus penilaian portofolio maka akan
mengikuti pendidikan dan pelatihan. Guru memandang hal ini sebagai
aspirin, mereka mendapatkan pelatihan berkaitan semua kompetensi bukan
kompetensi yang dinilai kurang saja.
e) Kelulusan dan Profesinalitas
Meskipun tealah lulus sertifikasi guru, namun sebagian guru yang lulus ini
belum menunjukkan kemampuan pedagogic dan professional pada saat
meraka melaksanakan proses pembelajaran dan pendidikan di ruang kelas.

Anda mungkin juga menyukai