Anda di halaman 1dari 8

Mahmud

Nim 213191
Tugas bp. Assowie
Kelas A.7

Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari
semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah
SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran
Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran
Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang
yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang
belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam
(umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di
Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah
SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan
agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan
mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan
beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak
bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam
dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti
kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah
Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya
menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat
dihindarkan lagi
Artinya: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas. (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu
tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi
bertujuan untuk:

Membela diri, kehormatan, dan harta.


Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.

Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang
merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga
terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :

1. Perang Mutah
Peperangan Mutah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat
kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa
pahlawan gugur melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat
kenyataanyang tidak berimbang ini, Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil
alih komando dan memerintahkan pasukan untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah
menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh
Jazirah Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam.
Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata
menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak
orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.
2. Perang Tabuk
Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab,
Syria, yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung
Bani Ghassan dan Bani Lachmides.
Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan
diri siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat
besarnya pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat.
Dengan demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang
Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti:
1. Perang Badar
2. Perang Uhud
3. Perang Khandaq
C. Hijrah Nabi Muhammad saw Ke Yatsrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi saw
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena: pada tahun 621 M telah
dating 13 orang penduduk Yatsrib menemuiNabi saw di bukit Akabah. pada tahun
berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku
Aus dan Khazraj
2.

Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya sbb:
Merea sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib.
Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib.

3.

Rencana pembunuhan Nabi saw: Setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemudah
tangguh. Mengepung rumah Nabi saw dan akan membunuhnya saat fajar.

D. Substansi dan strategi dakwah rasululluah saw. Periode madinah.


Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah kaum muslimin,
dan selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera didirikan oleh Nabi, dengan
dirubah namanya Madinah, yang semula bernama Yastrib.
A. Pembinaan Masjid
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah SAW.
setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan
manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah
umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada Allah SWT. Pembinaan masjid dimulakan
dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai mirbad dan
meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan.
Malah,

Rasulullah

SAW.

sendiri

yang

meletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disemen dengan tanah liat
sehingga menjadi binaan konkrit.
B. Mengukuhkan Persaudaraan
Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini diasaskan
kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan
ini membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka
tanpa membeda bedakan pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api
persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu bakar
dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan
Muaz bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu
seterusnya sehingga tiap tipa orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan kaum
Muhajirin.
C. Pembentukan Piagam Madinah
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi
daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga
kepentingan semua pihak. Rasulullah SAW. telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali
sebagai Piagam Madinah untuk membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan
termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain.
Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti

tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain
itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mesti berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah.
Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan Islam.
Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun
serta disegani oleh musuh-musuh Islam.
D. Strategi Ketenteraan
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan
perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni
oleh pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara
tindakan strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya
peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam perang Badar,
Rasulullah SAW. telah mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu
Waqqash dan Zubair Ibn Awwam untuk bersiap-sedia menghadapi perang.
Rasulullah SAW. turut membacakan ayat-ayat al-Quran untuk menggerunkan hati
musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud:
Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan
yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan
yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir. (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam menyusun
strategi peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW. setuju dengan pandangan
Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini
membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam semua peperangan dengan pihak musuh.
E. Hubungan Luar
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap dakwah. Ini
terbukti melalui tindakan Rasulullah SAW. menghantar para dutanya ke negara-negara luar
untuk menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuk Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas
pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di
negeri Cina hingga saat ini. para sahabat yang pernah menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah
Kalibi kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar
bin Abu Talib kepada Raja Habsyah.

Memelihara dan mempertahankan masyarakat islam dalam upaya menciptakan


suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang di bina itu dapat terpelihara dan
bertahan.
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi
yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh
nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a)

Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai


wewenang penuh terhadap anggits golongannya.

b)

Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu
untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila
ada serangan dari luar

c)

Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu
diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Quran dan sunah).

d)

Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh
Nabi Muhammad SAW.

E. Respon masyarakat Madinah terhadap dakwah Rasulullah


Sejak Nabi Muhammad saw. tinggal menetap di Madinah, beliau terus berusaha
menyebarkan ajaran Islam kepada semua penduduk di kota tersebut, termasuk kepada
penduduk Yahudi, Nasrani, dan penyembah berhala. Hal ini dilakukan Nabi Muhammad saw.
selain karena kewajiban yang harus dilaksanakannya, juga karena ia melihat mayoritas
masyarakat Madinah menyambut dengan baik saat beliau dan umat Islam tiba di kota
tersebut.
Setiap saat beliau selalu berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa mengenal lelah dan
tidak mengenal takut, apalagi putus asa. Dakwah yang dilakukannya itu mendapat sambutan
beragam, ada yang menerima dan kemudian masuk Islam dan ada pula yang menolak secara
diam-diam, misalnya orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan kehadiran Nabi
Muhammad saw. dan orang Islam. Penolakan ini mereka lakukan secara diam-diam karena
tidak berani berterus terang untuk menentang Nabi dan umat Islam yang mayoritas tersebut.
Masyarakat Madinah menyambut baik kedatangan Nabi dan umat Islam di Madinah,
terutama kabilah Aus dan Khazraj. Kedua suku Arab tersebut sejak awal telah menyatakan
kesetiaannya kepada Nabi dan bersedia membantu beliau dalam menyebarkan ajaran Islam
kepada masyarakat Madinah. Hal ini dapat dilihat dari perjanjian Aqabah yang mereka

lakukan, baik perjanjian Setelah menerima ajaran Islam, kedua suku yang suka berperang ini
akhirnya bersatu di bawah panji Islam. Mereka bersama-sama Rasulullah saw. dan umat
Islam lainnya berjuang menegakkan syariat Islam. Mereka rela berkorban nyawa dan harta
demi syiar Islam.
Sementara kelompok masyarakat Yahudi Madinah sejak awal memang sudah kurang
peduli dengan kedatangan Nabi Muhammad saw. dan umat Islam, karena mereka menduga
posisi mereka akan tergeser. Pada awalnya orang Yahudi menerima apa yang terjadi karena
untuk alasan keamanan dan politik. Namun sekutu mereka, yaitu Aus dan Khazraj telah
memeluk Islam. Kedua suku ini tidak membutuhkan lagi bantuan masyarakat Yahudi, karena
telah mendapatkan pimpinan yang ideal buat mereka, yaitu Muhammad saw. Dari sinilah
muncul benih-benih permusuhan antara umat Islam dan Yahudi di Madinah. Mereka mulai
membujuk orang-orang Arab Aus dan Khazraj yang telah masuk Islam untuk kembali ke
agama lama mereka dan mereka kembali bersatu untuk menyerang ajaran-ajaran Islam
dengan maksud menghalangi penyebaran Islam ke masyarakat lain.
Dalam suasana seperti itu, seorang rabbi Yahudi dari Bani Qainuqa bernama Husein bin
Sallam, masuk Islam. Secara diam-diam ia datang menemui Nabi Muhammad saw. dan
menyatakan ikrarnya untuk masuk Islam. Kemudian Nabi Muhammad saw. memberi nama
baru untuk dirinya, yaitu Abdullah. Karena ia adalah seorang rabbi terkemuka dan
berpengaruh di sukunya maka Nabi menyembunyikan rabbi tersebut di rumah Nabi
Muhammad saw. Hal ini dilakukan untuk melindungi dirinya dari serangan kaumnya.
Untuk mengetahui apakah ia benar-benar seorang rabbi berpengaruh, Nabi Muhammad
saw. mengutus orang guna menyelidiki kebenaran tersebut. Hasilnya, ia adalah benar-benar
seorang rabbi yang disegani dan dihormati. Setelah mereka menyatakan bagaimana mereka
memandang tinggi derajat sang rabbi, barulah Husein bin Sallam keluar. Ia mengajak
kaumnya menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw., karena itu adalah ajaran yang
benar yang sesuai dengan kitab Taurat yang mereka yakini. Ia menyatakan bahwa dirinya
beserta keluarga telah menjadi pengikut setia Nabi Muhammad saw. Namun, permintaan sang
rabbi itu ditolak.
Setelah kejadian itu, mulai terjadi perdebatan sengit antara Nabi Muhammad saw. dengan
para pemimpin agama Yahudi. Mereka tidak hanya menyerang Nabi Muhammad saw., tetapi
juga para sahabat, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar. Mereka mulai menyusun
kekuatan untuk melemahkan umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai