: Yolanda Handayani
NIM
: I1A113059
:7
ANALISIS JURNAL
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan pada Anak
Usia 1-4 Tahun, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi
Cacing pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri,
Kabupaten Minahasa, Hubungan Antara Higiene Perorangan dengan Infestasi
Cacing Usus pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 119 Manado
PENDAHULUAN
Definisi dari kecacingan adalah penyakit infeksi yang prevalensinya
sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah
atau Soil Transmitted Helminth (STH). Penyebab utama kecacingan adalah STH
yang terdiri dari, Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Anclyostoma
dudenale, dan Trichuris trichiura. Berdasarkan Depkes RI, 2006, cacingan dapat
menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan, gangguan gizi, kecerdasan serta
produktivitas yang tentu saja mempengaruhi kualitas sumber daya manusia
Indonesia.
Menurut Komang (dalam Dachi, 2005), secara umum faktor-faktor yang
mempengaruh kecacingan, antara lain kondisi iklim yang sesuai untuk
pertumbuhannya, kondisi sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang
buruk serta keadaan sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Oleh karena
itu, sanitasi lingkungan yang tidak memadai dapat menjadi sumber penularan
cacing pada tubuh manusia (Mardiana dan Djarismawati, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu didapatkan bahwa penelitian infeksi
kecacingan yang berbeda-beda dengan faktor-faktor risiko yang signifikan juga.
Didapatkan pula data dari Dinas Kesehatan yang menggambarkan jumlah kasus
kecacingan di seluruh Puskesmas Kota Semarang pada tahun 2008 sebanyak 397
kasus dan pada tahun 2009 menurun menjadi 124 kasus, tanpa distribusi tempat
yang signifikan. Didapat pula hasil uji pendahuluan dari salah satu jurnal yang
dilakukan pada 30 anak balita di satu Posyandu masing-masing RW, Kecamatan
Genuk, Kelurahan Karangroto, Kota Semarang menunjukkan bahwa 13% anak
balita terinfeksi Cacing Usus.
METODE
Dalam keiga jurnal tersebut, penelitian yang dilakukan bersifat
Observasional
dan disajikan sesuai dengan tujuan. Sehingga, metode yang digunakan adalah
survey dan wawancara dengan alat bantu kuesioner dan pemeriksaan laboratorium
dengan pendekatan cross sectional, yaitu menganalisis hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat pada waktu yang sama.
HASIL
1. Analisis Unvariat, mencakup umur, jenis kelamin, kebiasaan mencuci
tangan, kebiasaan memakai alas kaki, kebrsihan kuku, kebiasaan bermain
di tanah, kepemilikkan jamban, jenis lantai rumah, dan ketersediaan air
bersih;
2. Analisis Bivariat, terdiri dari Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan
dengan Infestasi yang Cacing, Hubungan antara Kebiasaan Memakai Alas
Kaki dengan Infestasi Cacing, Hubungan antara Kebersihan Kuku dengan
Infestasi Cacing, Hubungan antara Kebiasaan Bermain ditanah dengan
Infestasi Cacing, Hubungan antara Kepemilikkan Jamban dengan Infestasi
Cacing, Hubungan antara Lantai Rumah dengan Infestasi Cacing, dan
Hubungan antara Ketersediaan Air Bersih dengan Infestasi Cacing; serta
3. Proporsi Infestasi Cacing, Proporsi Infestasi Cacing Berdasarkan Jenisnya,
dan Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi Cacing.
PEMBAHASAN
Cacing,
Hubungan antara Kebiasaan Memakai Alas Kaki dengan Infestasi Cacing,
Hubungan antara Kebersihan Kuku dengan Infestasi Cacing,
Hubungan antara Kebiasaan Bermain ditanah dengan Infestasi Cacing,
Hubungan antara Kepemilikkan Jamban dengan Infestasi Cacing,
Hubungan antara Lantai Rumah dengan Infestasi Cacing, dan
Hubungan antara Ketersediaan Air Bersih dengan Infestasi Cacing.
Berdasarkan hasil penelitian dari salah satu jurnal yang diperoleh dapat