Sudden Death
Sudden Death
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan tidak dapat dijelaskan
ditemukan pada sebagian besar kasus pada praktek kedokteran forensik. Kematian
mendadak yang tidak dijelaskan sering tercatat sebagai kematian karena sebab
yang alami. Para ahli percaya bahwa kebanyakan dari kematian ini dikarenakan
Sudden Death Syndrome (sindroma kematian mendadak) atau Sudden
Cardiac Death (kematian jantung mendadak).1
Penyebab kematian mendadak akibat penyakit
dapat
diklasifikasikan
ditemukan 227 kasus adalah terdiri dari laki-laki (9,2%) dan 50 adalah perempuan
(2%) pada kasus kematian mendadak, sedangkan pada tahun 1991 dari 2557 kasus
diperiksa 228 laki-laki (8,9%) dan 54 perempuan (2,1%).1
Oleh karena penyebabnya yang wajar, maka apabila kematian tersebut
didahului oleh keluahan, gejala serta terdapat saksi (apalagi jika saksinya adalah
dokter) biasanya tidak akan menjadi masalah kedokteran forensik. Namun apabila
kematian tersebut terjadi tanpa riwayat penyakit dan tanpa saksi, maka dapat
menimbulkan kecurigaan bagi penyidik, apakah terkait unsur pidana di
dalamnya.2 Disinilah peran pemeriksaan forensik berupa autopsi akan sangat
penting guna menjawab permasalahan di atas. Maka dari itu penulis tertarik untuk
mengetahui hal-hal yang terkait dengan kematian mendadak.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diharapkan agar dokter, penyidik dan
Manfaat
Dari makalah ini diharapkan kepada pembaca setelah membaca makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai hal-hal apa saja yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kematian langsung sampai kematian yang terjadi dalam 24 jam setelah onset
gejala. Yang tidak termasuk dalam definisi kematian mendadak adalah kejadian
seperti pembunuhan, bunuh diri, trauma kecelakaan, dan terpajan toksin yang
mematikan. Kematian mendadak dapat disebabkan oleh beragam penyakit,
termasuk penyakit jantung, embolus paru, rupture aneurisma aorta, gangguan
sistem saraf pusat, dan infeksi. Sebagian besar kematian mendadak di dunia Barat
disebabkan oleh penyakit jantung.3
2.2
1) Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor
fisik dan emosi, mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat aktivitas
fisik, dimana cara mati dapat lebih mudah diterangkan atau kematian
tersebut terjadi selama perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter
(attendaned physician).4
2) Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan
seringnya diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut meninggal
tidak dalam perawatan atau pengobatan dokter (unattendaned physician),
1)
Sistem Kardiovaskular
a)
Infark Miokard
Istilah infark miokardium menunjukkan terbentuknya suatu daerah
Perikarditis akut yang tampak secara klinis terjadi pada hampir 15%
pasien dengan MI dalam 2 sampai 4 hari setelah infark transmural. Penyulit
ini dapat menyebabkan efusi perikardium.5
Sistem Respirasi
a)
Edema Paru
Penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang intertisial dan
TBC
10
11
12
Tumor Otak
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua
13
yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor
yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular
primer.
Peningkatan ICP (intracaranial pressure) dapat disebabkan oleh
beberapa faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema
sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan
tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak
ruang yang relative tetap pada ruang tengkorak yang kaku.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat
salah satu penyebab. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berharihari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila
tekanan intrakranial timbul cepat. Peningkatan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan
mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga. Kompresi medula oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gagal napas.4
b) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral non traumatik umumnya disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi (hipertensi, eklamsia), juga
14
(trombolisis,antikoagulasi,
diatesis
hemoragik),
nekrosis
15
Sistem Hematopoietik
a) Leukimia
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti
biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel
tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.3
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi
ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
16
Sistem Gastrointestinal
a) Varises Oesofagus
Varises oesofagus dapat timbul akibat penyumbatan aliran vena portal
yang menyebabkan hipertensi portal, paling sering ditemukan pada sirosis
hepatis apapun penyebabnya. Vena ini terletak submukosa dan dapat pecah
mengakibatkan hematemesis yang masif sehingga menyebabkan kematian.
Adanya asites dan perubahan yang menyertai pada sfingter oesofagus
bagian
bawah
dapat
menyebabkan
refluks
Sistem Urogenital
a) Gagal Ginjal Kronik (Sindrom Uremik)
oesofagus
dan
dapat
17
18
pemeriksaan dari luar. Pada jenazah yang meninggal dunia akibat asfiksia
akan dapat ditemukan tanda-tanda umum sebagai berikut :
19
b) Pemeriksaan Dalam
Infark Miokard
Pada autopsi dapat dikenali beberapa bentuk infark miokard, yaitu :
Pada 12-18 atau bahkan 24 jam pertama, tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Tanda pertama yang dapat ditemukan adalah oedem
pada otot yang terlihat pucat karena tekanan serabut otot pada
pembuluh darah.
Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga, daerah
tersebut menjadi berwarna kuning disertai pecahnya miosit yang
menyebabkan lapisan tampak merah. Hal ini akan memberikan
gambaran trigoid seperti belang pada macan.
Setelah beberapa hari, infark menjadi lebih lembut dan rapuh, disebut
myomalacia cordis. Pada fase ini, 2 atau 3 hari kedepan akan terjadi
ruptur dan masuk ke kandung pericardial.
20
Satu atau dua bulan selanjutnya, fibrosis akan mengganti otot yang
mati dan menjadi jaringan parut.3
Gambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase dapat terlihat
secara mikroskopis. Gambaran infark tersebut antara lain :
Perubahan
tersebut
diantaranya
oedema
intersisial,
Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat dan tidak
merata.7
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan parenkim paling sering terjadi di ganglia basal, terutama di
regio putamen dan kapsula eksterna, diikuti oleh thalamus, substansia
21
ditemukan
kedua
ginjal
mengalami
kontraksi
simetris
dan
22
Varises oesofagus
Untuk mendiagnosa varices oesofagus perlu pemeriksaan terhadap :
darah arteri
Mukosa esofagus bagian dalam terlihat pelebaran pembuluh vena
(seperti hemoroid).5
c) Pemeriksaan Laboratorium
Creatine Kinase (CK)
Creatine Kinase adalah
enzim
yang
bertanggung
jawab
untuk memindahkan fosfat dari ATP ke keratin. Terdiri dari subunit M dan
atau B yang membentuk CK-MM, CKMB dan CK-BB isoenzim. Total CK
tidak spesifik sebagai penanda jantung. Namun, isoenzim MB (disebut juga
CK-2) ditemukan pada 40% aktivitas otot jantung dan 2% pada aktivitas
otot dan jaringan lainnya. Sebagai pemeriksaan klinik, MB dapat memiliki
nilai sensitive dan spesifik pada saat yang bersamaan untuk penanda MCI.
MB umumnya abnormal 3-4 jam setelah serangan, memuncak 10-24 jam
dan normal setelah 72 jam.3
Bagaimanapun, peningkatan serum MB mungkin terjadi juga pada
orang dengan kerusakan otot skeletal seperti pada distrofia otot atau crash
injury dan juga pada orang-orang dengan gagal ginjal. Di beberapa kasus,
indeks CK (CKMB dibagi CK total) dapat berarti non miokardial yaitu pada
nilai dibawah 4%. Penilaian CKMB dilakukan dengan elektroforesis atau
immunoassay dimana immunoassay memberikan sensitifitas dan presisi
yang lebih baik.3
Mioglobin
23
Mioglobin
ditemukan
pada
otot
lurik
dan
jantung.
pada landasan :
Undang-undang R.I nomor 36 Tahun 2009
Pasal 119
(1) Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan
dapat dilakukan bedah mayat klinis di rumah sakit.
(2) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk menegakkan diagnosis dan/atau menyimpulkan penyebab
kematian.
24
(3) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
atas persetujuan tertulis keluarga terdekat pasien.
(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat
penyakit
yang
25
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kematian mendadak merupakan kematian yang terjadi setelah 24 jam dari
26
Saran
Sebaiknya pada kasus kematian mendadak yang terjadi di Rumah Sakit agar
27
DAFTAR PUSTAKA
Jason Payne James, Richard Jones, Steven B Karch, Manlove J. Simpson's
Forensic Medicine. 13 ed. London: Hodder-Arnold; 2011.
Arif Budiyanto, Wibisana Widiatmaka, Siswandi Sudiono, T Winardi Abdul
Mun'im, Sidhi, Swasti Hertian, et al. Ilmu Kedokteran Forensik . Jakarta:
Univeritas Indonesia; 1997.
Kumar, Cotran, Robbins. Buku Ajar Patologi Edisi 7 volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
Sylvia A. Price, Lorraine M.Wilson. Patofisiologi, Konsep Klinis, Prosesproses Penyakit Edisi 6 volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
Pekka Saukko, Knight B. Forensic Pathology. 3 ed. London: Hodder
Arnold; 1996.
Fahmi,
Arif
Hakim.
Sudden
Death.
http://
Arif
Hakim
Fahmi.wordpress.com/2011/11/17 /sudden-death/.
Henry, J. B.Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods .20
th ed. Philadelphia: W. B. Saunders. 2001.