METODE PENELITIAN
3.1
3.2
3.2.1
Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat, dengan
pertimbangan merupakan
Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-September tahun 2014
3.3
Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive,
yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu
memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu pelaksanaan
program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan pencegahan komplikasi DM di
55
Universitas Sumatera Utara
wilayah puskesmas terkait, berjumlah 6 informan yang terdiri dari, 1 informan kepala
puskesmas, 1 informan petugas puskesmas terkait, 1 informan kader posbindu, 1
informan tokoh masyarakat dan 2 informan dari masyarakat (penderita DM dan
bukan penderita DM).
3.4
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data Dinas Kesehatan Kota Medan, data
Puskesmas Glugur Darat dan instansi yang terkait dengan penelitian ini dan referensi
buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan penatalaksanaan DM
dengan posbindu.
3.5
Triangulasi
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi data, yaitu
dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan (a) membandingkan data hasil
pengamatan dengan wawancara, (b)membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang
dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain dan (e) membandingkan hasil wawancara dengan
isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah
berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan (Moelong dan Bardiansyah
dalam Syafrina Ulfah, 2007).
3.6
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
58
Universitas Sumatera Utara
Jenis Kelamin
Perempuan
Jumlah (Jiwa)
94.544
%
64 %
2.
Laki-laki
52.524
36%
147.086
100 %
Jumlah
4.1.5
Distribusi Penduduk
Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2014
Glugur Darat
GOL
III / D
IV / B
III / D
III / D
III / D
III / C
III / B
III / B
III / D
III / D
III / D
III / D
III / D
III / D
III / D
III / D
III / C
III / C
III / C
III / C
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Marince Sianipar
Ara Parlinggoman
Ns. Marintan P, S.kep
Marintan
Saur Sinambela
Hotmelia Damanik
Sapinah
Mangara Hamonangan
Krismala Sari, AMAK
M. Yuzar
Fiska Indryati
Rona Elisi Marcia S
Esthi Wulandari
Delima Sinaga, AMK
Dini Indriani
Ulina Ginting
Doan Nizwan
Rizky Amalia
III / C
III / B
III / C
III / C
III / B
III / C
III / B
III / B
II / D
III / A
II / C
II / C
II / C
II / C
II / C
II / C
Delima Sinaga
Perempuan
2.
Perempuan
3.
Suparniati
Perempuan
4.
Sri Widyawati
Perempuan
5.
Perempuan
6.
Djuriatna
Perempuan
Umur
Jabatan
(Tahun)
Perawat petugas program
47
Posbindu PTM
Dokter penanggung jawab
36
program Posbindu PTM
Peserta DM Posbindu
64
PTM
42
Peserta Posbindu PTM
Kepala Puskesmas Glugur
53
Darat
Bidan
penggerak
61
masyarakat
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan pada penelitian ini
ialah enam informan yang terdiri dari satu informan perawat petugas Posbindu PTM
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat
yang berusia 47 tahun, satu informan seorang dokter penanggung jawab program
Posbindu PTM di puskesmas Glugur Darat yang berusia 36 tahun, dua informan
masyarakat peserta Posbindu PTM yang terdiri dari peserta dengan riwayat DM dan
non DM yang masing-masing berusia 64 tahun dan 42 tahun, satu informan kepala
Puskesmas Glugur Darat yang berusia 53 tahun dan satu informan tokoh penggerak
masyarakat yaitu bidan setempat yang berusia 61 tahun.
Datang
Senam pagi
Sarapan
Penyuluhan Kesehatan
Pendaftaran di
loket
Wawancara dan
Pemeriksaan oleh Dokter
Pemeriksaan
Gula Darah
Pulang
Gambar 4.1
Pengambilan
Obat
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Seperti kegiatan ini kan, yang ini dari senamnya, ada lagi dari
program dari BPJS yang prolanis itu terus mungkin tadi ada dari
kader kita tadi datang? Banyak ya. Jadi ada dari kader, ya yang kita
harapkan yang seperti itu dulu. Kalo dari BPJS nya sendiri, artinya
yang dari pegawainya, kalo pagi kan memang kerja, mungkin dari
yang mandiri. Mandiri pun belum apa kali ya, banyak sekali.
Mungkin pagi itu yang agak susah.
Posbindu itu isinya apa coba? Itu ngumpulkannya kalo kamu mau
buat penyuluhan musti ada apa ya, saya juga gak bisa ngumpulin
orang. Senangnya waktu wirit, saya suka bilang ibu-ibu jangan lupa
selasa kita ada posyandu lansia. Kita ngomong tapi kan gak semua
suka. Kita hanya hanya ngomong aja, klo gak datang ya gak apa-apa.
bersama dan pemeriksaan PTM gratis di puskesmas pada hari Jumat. Selain dari
puskesmas, masyarakat juga diinformasikan melalui acara perwiritan para ibu di
lingkungan tersebut.
4.4.2
terdiri dari beberapa alat pemeriksaan termasuk lembar balik. Persiapan lain yang
dilakukan ialah menyampaikan kepada masyarakat melalui posyandu mengenai
pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat untuk mengumpulkan
peserta di hari pelaksanaan.
4.4.3
dokter satu petugas aja itu kan masih kurang. Tapi saya tetap
meminta kepada dinas kalau ada pelatihan itu saya tetap dimasukkan,
artinya baik dokter maupun petugasnya harus ada tiga orang. Karena
disini kan ada sepuluh belum cukup yang pernah dapet pelatihan itu
juga dia megang programnya bukan itu aja. Jadi biasa di puskesmas
itu satu petugas itu tugasnya rangkap, bukan hanya rangkap dua,
rangkap tiga bisa gitu. Jadi kalau ditanya, yang kaminya yang
kekurangan tenaga gitu. Dan saya juga sudah ngajukan itu tenagatenaga itu, gitu.
Berdasarkan pernyataan informan di atas menunjukkan bahwa pelayanan
petugas pelaksana Posbindu PTM sudah dianggap baik bagi peserta. Petugas
pelaksana Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat merupakan penanggung jawab
program Posbindu PTM itu sendiri karena kader khusus Posbindu PTM masih belum
ada sedangkan untuk Posbindu PTM yang dilaksanakan di posyandu lansia, kader
posyandu lansia tersebut yang diberdayakan.
4.4.4
Informan 3
Informan 6
Udah cukup.
Sarananya klo posbindu itu, kita dapat dari Dinas, kalau kita juga
dibantu dengan dana BOK. Jadi kalo kegiatan misalnya ada kita kasih
snack atau segala macem dapet dana dari BOK dan sekarang kan kita
kerjasama dengan BPJS.
Lengkap. Semua ada. Jadi kalau mau periksa yang berlebihan seperti
kolesterol, apa namanya, terus, apa yang kita kelebihan lemak, asam
urat itu bayar memang tapi kalo ini apa pemeriksaan gula sebulan
sekali gak bayar.
Mikir-mikir saya, apa infaknya di dunia ini, sebentar lagi sudah mau
pergi. Jadi obat-obat itu semua dari kita. KGD stik nya juga dari saya.
InsyaAllah gratis, cuma obatnya yang generik. Kalau umpamanya
dapat KGD nya segini ya yang biasa itulah saya kasih, klo diabetes
yang memang sudah pasien saya, sudah bertahun ya paling banter,
metformin, saya siapin memang. Diabetes paling banyak.
4.4.7
Tabel 4.11
Informan 6
bagaimana PTM ini. Jadi jangan petugas program saja yang tau, tapi
harus seluruh puskesmas, itulah yang tiap apanya kita harus
menggiatkan mereka. Mungkin dengan adanya posyandu atau
posbindu ini menjadi tantangan mereka.
Kalau yang dari eksternalnya, ya karena yang saya bilang
ketidakcukupannya itu, kita harus cari inilah, mitra.. tapi mitra ini
pun saya cari kelihatannya belum sinkron terus sama saya gitu kan
untuk membantu gitu, kemaren mereka mengatakan insyaAllah bulan
Oktober ini ayo kita rutinkan aja dokter. Jadi ya tantangannya untuk
kelengkapan perlengkapannya pemeriksaan itu.
Kalau lansia InsyaAllah banyak. Paling banter sikit, tiga limaan. Tapi
datangnya ya gak serentak sih, karena mereka juga kerja. Kita gak
mau Ko lama? Iya bude, saya nyapu dulu ini dulu, ala
macemlah..Wes sini-sini cepet, udah mau tutup nih.Ya pokoknya kita
insyaAllah berbuat baik. Tapi belum tentu baik diterima orang. Yang
penting niatnya. Pasien-pasien itu ada yang rajin, ada bapak-bapak,
ada ibu-ibu, macem-macem. Cuma obatnya paling banter tiga hari,
karena kan saya suruh lanjutkan ke puskesmas. Klo pegel-pegel linu
ya dikasi amfelinol, antacid, kasi PCT, nanti kalo habis ke puskesmas
ya bu. Pasien ini kan gini, kalau baik dia, gak kan mau ke puskesmas.
Kan pake biaya juga, paling banter sepuluh ribu naik becak.
salah satu tantangan lainnya ialah belum semua petugas puskesmas mengerti
mengenai program Posbindu PTM ini.
4.4.8 Pernyataan Informan tentang Strategi Pelaksanaan Posbindu PTM di
Puskesmas Glugur Darat.
Tabel 4.12
Informan 6
Berdasarkan
pernyataan
informan,
strategi
yang
dilakukan
dalam
4.5
di
Tensimeter
Peakflowmeter
Alat
Ukur
Kadar
Alkohol
Pernafasan
Tes amfetamin Urin
Leaflet/Brosur
Buku panduan
Buku Pencatatan
Formulir Rujukan
KMS FR-PTM
Kamar Khusus
Proses
Output
lainnya.
Penderita DM melakukan
pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko DM melalui program
Posbindu
Informan
datang secara
rutin
setiap
minggu.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Masukan (Input)
Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program Posbindu
PTM dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan Posbindu PTM.
5.1.1 Tenaga Kesehatan
Puskesmas Glugur Darat memiliki tenaga kesehatan khusus yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaan program Posbindu PTM di wilayah kerja puskesmas.
Penanggung jawab terdiri dari tiga orang yaitu, seorang dokter, seorang perawat dan
seorang bidan yang menjalankan program Posbindu PTM. Dalam pelaksanaanya
jumlah petugas sendiri belum efektif untuk menjalankan program tersebut.
Disamping setiap penanggung jawab merupakan penanggung jawab di program lain,
pelaksanaan pelatihan pun belum dilaksanakan secara intensif dan berkala. Pelatihan
baru dilakukan satu kali untuk para dokter.
Hal lain yang menyebabkan kurang efektifnya tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab atas berjalannya pelaksanaan program tersebut adalah masih
belum adanya kader khusus Posbindu PTM yang siap dan telah memperoleh
pelatihan khusus untuk pelaksanaan Posbindu PTM. Keberhasilan pelayanan
bergantung pada peran serta aktif atau keterlibatan masyarakat dan perorangan yang
terkait. Tim kesehaan memegang peranan penting dalam pelayanan ini tetapi untuk
mencapai sukses ia tidak dapat bekerja sendiri. Untuk mencapai tujuannya, sebuah
tim kesehatan harus dapat mendorong, merangsang, dan mendukung peran serta
masyarakat, yakni membantu masyarakat untuk mempercayainya sepenuhnya semua
77
Universitas Sumatera Utara
usaha dan sumber daya mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
mereka. Satu hal penting agar masyarakat bertanggung jawab atas kesehatannya
adalah menunjuk pekerja perawatan kesehatan primer yang berasal dari masyarakat
itu sendiri, dan kemudian menjadi kewajiban bagi tim kesehatan dari pusat kesehatan
untuk melatih dan mendukung para pekerja ini (WHO, 1999). Oleh karena itu, selain
penanggung jawab program Posbindu PTM, peran penggerak masyarakat itu sendiri
sangat diperhitungkan.
Puskesmas Glugur Darat memiliki salah seorang masyarakat yang menjadi
penggerak masyarakat di lingkungannya yaitu melalui program posyandu lansia yang
sebelumnya telah berjalan di kelurahan Gaharu. Seorang bidan masyarakat setempat
yang kini telah berhasil melaksanakan program Posbindu PTM secara rutin setiap
hari Selasa dilakukan dua kali setiap minggunya dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat. Pentingnya pelatihan berdasarkan hasil penelitian Yoga (2011)
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai risiko 4
kali untuk berhasil dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan yang
berpengetahuan kurang dan secara statistik bermakna.
Tenaga kesehatan yang bertugas memiliki pelayanan yang baik kepada
peserta posbindu PTM sehingga menarik peserta untuk datang kembali dan leluasa
untuk berkonsultasi. Selain adanya pemantauan dari petugas puskesmas, petugas juga
dibantu oleh seorang masyarakat yang dengan sukarela menjadi penggerak kegiatan
Posbindu PTM yang berawal dari kegiatan Posyandu Lansia.
Jika kita lihat kembali berdasarkan konsep Posbindu PTM yang telah
ditetapkan bahwa Posbindu PTM merupakan salah satu program pemberdayaan
masyarakat dalam mencegah penyakit tidak menular, salah satunya adalah diabetes
melitus. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa peran tenaga kesehatan
masih mendominasi dalam pelaksanan Posbindu PTM di Puskesmas GlugurDarat
dibandingkan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan program tersebut.
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi
dini dan pemantauan faktor resiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin, dan periodik (Kemenkes, 2012). Pelaksana Posbindu PTM di Puskesmas
Glugur Darat perlu dioptimalkan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan
pelaksanaan pelatihan kepada masyarakat dalam menghasilkan output yang lebih
baik.
5.1.2 Dana
Dana pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat diperoleh
melalui dana bantuan operasional kesehatan (BOK), dana masyarakat setempat dan
mitra. Puskesmas Glugur Darat memiliki cara khusus dalam mencari dana untuk
mendukung berjalannya program posbindu PTM tersebut. Puskesmas Glugur Darat
berperan aktif dalam mencari mitra yang bersedia memberikan dukungan dana
terhadap berjalannya program tersebut. Puskesmas Glugur Darat juga membuat
pelaporan secara berkala sehingga mitra mau menjadi donatur dalam jangka waktu
yang lebih lama. Puskesmas Glugur Darat tidak bergantung kepada dana yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan namun lebih memilih proaktif dan
mandiri dalam pendanaan.
Dalam pelaksanaannya, dana BOK digunakan untuk mengadakan konsumsi
saat acara, dana dari mitra, seperti BPJS digunakan untuk pengadaan instruktur dan
dana dari masyarakat, salah satunya ialah untuk mendukung pencegahan PTM,
seperti untuk mengadakan obat-obatan dan peralatan yang diperlukan. Pihak swasta
dapat menyelenggarkan posbindu PTM di lingkungan kerja sendiri maupun dapat
berperan serta dalam posbindu PTM di wilayah sekitarnya dalam bentuk kemitraan
melalui CSR (Corporate Social Responsibility)/Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Kemenkes RI, 2012).
Puskesmas Glugur Darat berusaha mencari sumber dana dengan upaya-upaya
yang mampu menarik kepercayaan dari mitra kerja juga mendukung peningkatan
inovasi sumber daya manusia di Puskesmas Glugur Darat. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa oganisasi yang inovatif secara aktif melatih dan mengembangkan
anggota mereka untuk tetap kreatif. Organisasi tersebut menawarkan keamaanan
pekerjaan yang tinggi sehingga para pekerja tidak khawatir akan diberhentikan
apabila melakukan kesalahan-kesalahan, dan organisasi ini mendorong setiap
individu untuk menjadi juara dalam perubahan. Saat pertama kali ketika sebuah ide
dikembangkan, juara perubahan secara aktif dan antusias mempromosikan ideidenya, mengembangkan dukungan, mengatasi rintangan, dan menjamin bahwa
inovasi tersebut dapat diterapkan (Robbins, 2002).
5.1.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan
Dalam mendukung pelaksanaan posbindu PTM, Puskesmas Glugur Darat
memiliki satu paket posbindu PTM kit yang dapat dipergunakan oleh petugas
puskesmas saat posbindu PTM berlangsung. Peralatan yang tersedia masih terbatas
untuk pelaksanaan posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat sehingga belum bisa
mendukung pelaksanaan di luar puskesmas.
Sarana, prasarana, dan peralatan yang tersedia ialah ruang khusus untuk
pemeriksaan yang dilengkapi dengan perlengkapan meja dan kursi, alat timbang
badan dan pengukur tinggi badan, alat analisa lemak tubuh, buku pencatatan, tensi
meter, alat ukur gula darah, leaflet, lembar timbale balik, alat IVA dan penunjang
kesehatan lainnya. Pada pelaksanaan posbindu PTM, belum ditemukan KMS FRPTM sebagai alat pencatatan dan masih menggunakan kartu berobat puskesmas.
Namun, petugas puskesmas pelaksana posbindu PTM sendiri melakukan pencatatan
di buku hasil rekap pelaksanaan posbindu PTM sehingga diketahui peserta yang
memiliki faktor resiko maupun sudah terdeteksi menderita penyakit DM.
5.2 Proses
5.2.1 Pelaksanaan Posbindu PTM dalam Mencegah DM
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5
meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama. Proses kegiatan posbindu PTM ialah, sebelum pemeriksaan
dilakukan senam bersama, bersepeda, ceramah agama, demo makanan sehat, dll
bekerjasama dengan yayasan, LSM, Majelis Talim, Gereja setempat, dll. Sambil
menunggu giliran pemeriksaan, kader melakukan penyuluhan kelompok serta
memberikan lembar wawancara untuk diisi. Kemudian pemeriksaan satu per satu,
pasien melakukan registrasi pemberian nomor kode/urut yang sama serta pencatatan
ulang hasil KMS FR-PTM ke buku pencatatan oleh kader. Setelah itu dilakukan
wawancara, pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar perut, Analisa Lemak Tubuh.
Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol total dan trigliserida, IVA, dan
PTM masih belum maksimal. Alur posbindu PTM masih belum memiliki alur khusus
agar peserta dapat ditindaklanjuti secara maksimal. Alur yang ada masih belum
mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan Posbindu PTM di
Puskesmas Glugur Darat.
5.2.2 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan oleh puskesmas setiap bulannya melalui pencatatan dan
pelaporan. Selain itu, dilakukan monitoring dan evaluasi setiap enam bulan sekali
atau satu tahun sekali dengan membuat laporan yang kemudian dibahas dan
ditindaklanjuti kekurangannya. Laporan tertulis (written report) merupakan suatu
pertanggungjawaban kepada atasan mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya,
sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan atasan kepadanya. Kesukaran
dari pemberian pertanggungjawaban seperti ini adalah tidak dapat menggambarkan
semua kejadian dari aktivitas seluruhnya. Keuntungan laporan tertulis ialah dapat
diambil manfaatnya oleh banyak pihak,yakni oleh pimpinan guna pengawasan dan
pihak lain, yaitu untuk penyusunan rencana berikutnya (Manullang, 2009).
Peran dokter yang turun ke lapangan juga turun membantu dalam pemantauan
pelaksanaan program Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat. Dalam
pengawasan, tidak ada yang dapat menggantikan kunjungan pengawas atau pemimpin
tim kepada para pekerja kesehatan di tempat kerja mereka. Kunjungan memberikan
kesempatan yang baik untuk pertukaran pendapat dan pelatihan sambil bertugas. Hal
ini memberi kesempatan kepada pengawas untuk mendengarkan para pekerja
kesehatan, mengenai berbagai masalah dan gagasan mereka untuk memajukan
pekerjaan mereka sendiri, dan menilai ulang derajat kesadaran mereka akan tujuan
dan sasaran program kesehatan (WHO, 1999). Perlunya kunjungan berkala sebagai
salah satu cara monitoring dan evaluasi berjalannya program Posbindu merupakan hal
penting, disamping untuk menjaga dari penyimpangan-penyimpangan, hal ini juga
mendorong petugas untuk lebih baik dalam menjalankan tugasnya sehingga tujuan
tercapai.
5.3 Output
Luaran yang diharapkan ialah penderita DM melakukan pencegahan dan
penemuan dini faktor risiko DM melalui Posbindu PTM. Melalui penelitian ini
diperoleh bahwa Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat merupakan salah satu
pelayanan kesehatan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai pelayanan kesehatan
promotif dan preventif penyakit tidak menular, terutama penyakit diabetes melitus.
Adanya kunjungan secara berkala ke posbindu dan mengikuti kegiatan senam secara
rutin menunjukkan peran aktif masyarakat untuk menjaga kesehatannya dan sebagai
wujud adanya kesadaran akan memperoleh manfaat dari pelaksanaan posbindu PTM.
Selain itu, edukasi yang diberikan di posbindu PTM juga mampu memberikan
pemahaman gaya hidup yang sehat kepada masyarakat kemudian ia mampu menjadi
penyampai edukasi kepada masyarakat lain disekitarnya sehingga masyarakat sehat
dapat terwujud.
Selain masyarakat yang datang secara rutin untuk mengikuti posbindu PTM,
petugas juga mampu mengevaluasi jumlah kasus yang ada di wilayah kerjanya serta
melakukan tindakan-tindakan pencegahan terhadap masyarakat agar yang memiliki
faktor resiko tidak menjadi DM dan yang telah menderita DM tidak mengalami
komplikasi. Dalam hal ini, belum semua peserta mendapatkan output dari program
ini. Masih banyak peserta yang belum datang mengunjungi posbindu PTM secara
rutin dikarenakan waktu pelaksanaan dilakukan pagi hari sedangkan mayoritas
masyarakat bekerja. Peserta yang hadir masih lebih banyak dihadiri oleh lanjut usia
(lansia) karena berawal dari posyandu lansia, padahal Posbindu PTM tidak terbatas
untuk lansia, namun usia 15 tahun ke atas. Maka untuk memperoleh output yang
maksimal perlu adanya posbindu PTM di berbagai tempat umum strategis lainnya
seperti sekolah, tempat bekerja dan lain-lain.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Glugur Darat tentang
pelaksanaan program Posbindu PTM dalam deteksi dini dan mencegah diabetes
melitus dapat disimpulkan bahwa:
1. Program Posbindu PTM merupakan salah satu kebijakan Kemenkes RI yang
dilaksanakan oleh Puskesmas Glugur Darat sebagai upaya preventif dan
promotif terhadap penyakit tidak menular, terutama yang menjadi prioritas
adalah diabetes melitus.
2. Pelaksana Posbindu PTM masih belum sesuai dengan konsep Posbindu PTM,
karena masih dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Glugur Darat dan
alur pelaksanaan masih sama dengan pasien berobat puskesmas sehingga alur
lima meja masih belum berjalan. Pemberdayaan masih belum maksimal dalam
melibatkan partisipasi masyarakat dalam mencegah DM, yaitu menjadikan
masyarakat sebagai subjek dalam pelaksanaan Posbindu PTM di Puskesmas
Glugur Darat.
3. Dana Posbindu PTM diperoleh dari dinas kesehatan, BPJS dan mitra lain yang
mendukung program Posbindu PTM.
4. Sarana dan prasarana yang ada sudah mampu mendukung terlaksananya
Posbindu PTM di Puskesmas Glugur Darat.
86
peran
masyarakat
(seperti
mahasisawa
kesehatan