No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Pedikulosis kapitis adalah infeksi dan infestasi kulit kepala dan rambut
manusia yang disebabkan oleh kutu kepala Pediculus humanus var capitis.
Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab.
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Non Medikamentosa :
Rambut pasien dipotong sependek mungkin lalu disisir
dengan menggunakan sisir serit
menjaga kebersihan kulit kepala
menghindari kontak erat dengan kepala penderita
Edukasi keluarga tentang pedikulosis untuk pencegahan,
dimana kutu kepala dapat ditemukan di sisir atau sikat
rambut, topi, linen, boneka kain, dan upholstered furniture,
kutu lebih memilih untuk berada dalam jarak dekat dengan
kulit kepala, sehingga hindari pemakaian alat-alat tersebut
bersama-sama.
Anggota keluarga dan teman bermain anak yang terinfestasi
harus diperiksa
Medikamentosa
Pengobatan topikal merupakan terapi terbaik, yaitu dengan
pedikulosid, seperti :
Malathion 0.5% - 1% losio atau spray, dibiarkan 1
malam atau Permetrin 1% cream rinse, dibiarkan 2
jam atau Gameksan 1%, dibiarkan 12 jam.
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
PEDIKULOSIS PUBIS
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Pedikulosis pubis adalah infeksi dan infestasi daerah pubis manusia yang
disebabkan oleh kutu pubis Phtirus pubis. Penularan melalui kontak
langsung dengan agen penyebab.
Penyakit ini digolongkan penyakit menular seksual serta dapat pula
mengenai kumis dan jenggot atau alis bulu mata (blefaritis) dan tepi batas
rambut kepala.
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
1. buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima, tahun 2007.
2. Fitzpatricks dermatology in general medicine vol I & II, 7 th Edition, 2008.
5. Prosedur /Langkahlangkah
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan sampel rambut pubis untuk
menemukan Telur Phtirus pubis jika diperlukan
5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
menemukan telur atau bentuk dewasa
6. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan pasien pedikulosis capitis
Non Medikamentosa :
Rambut pubis dipotong / dicukur
menjaga kebersihan daerah pubis
menghindari kontak erat dengan rambut pubis pasien
pakaian disetrika atau direbus
mitra seksual harus pula diperiksa dan jika perlu diobati
Medikamentosa
Pengobatan topikal merupakan terapi terbaik, yaitu dengan
pedikulosid, seperti :
Rujuk bila terjadi infestasi kronis dan tidak sensitif terhadap terapi
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
SKABIES
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi kulit oleh
tungau Sarcoptes scabiei dan produknya
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan mikroskopis lesi (sediaan
langsung)
5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Terdapat 4 tanda cardinal untuk diagnosis skabies, yaitu:
a. Pruritus nokturna
b. Menyerang manusia secara berkelompok
c. Gambaran polimorfik di daerah predileksi lesi di stratum korneum
yang tipis (sela jari, pergelangan volar tangan dan kaki, dsb)
d. Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda tersebut
6. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan pasien skabies
Non Medikamentosa
Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan:
a. Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama
dan alas tidur diganti bila ternyata pernah digunakan oleh
penderita scabies
b. Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.
Konseling dan Edukasi
Dibutuhkan pemahaman bersama agar tercapai eradikasi
scabies
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Takipneu
Stridor
Wheezing
Bronkospasme
hiperaktif peristaltic
dapat disertai tanda-tanda hipotensi orthostatic
pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata,
urtikaria, atau edema pruritus, sedangkan bila terdapat reaksi
sistemik menyeluruh dapat diikuti dengan reaksi anafilaksis
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan : 5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya :
Urtikaria irregular
Urtikaria popular
Papulo-vesikular, misalnya pada prurigo
Punctum (titik gigitan), misalnya pada pedikulosis kapitis atau
phtirus pubis.
Non Medikamentosa
Medikamentosa
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi
saluran napas. Penanganan pasien dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat.
Bila disertai obstruksi saluran napas diindikasikan
pemberian ephinefrin sub kutan. Dilanjutkan dengan
pemberian kortikosteroid Prednison 60-80 mg/hari selama 3
hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu :
Antihistamin sistemik golongan sedatif: misalnya
hidroksizin 2x25 mg per hari selama 7 hari atau
Chlorpheniramine Maleat 3x4 mg selama 7 hari atau
Loratadine 1x10 mg per hari selama 7 hari.
Topikal : Kortikosteroid topikal potensi sedang kuat : krim mometasone
furoat 0.1% atau krim betametasone valerat 0.5% diberikan selama 2 kali
sehari selama 7 hari.
6. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
7. Unit Terkait
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah reaksi peradangan kulit nonimunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa didahului oleh
proses sensitisasi. DKI dapat dialami oleh semua orang tanpa memandang
umur, jenis kelamin, dan ras. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini
adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya berhubungan dengan
pekerjaan.
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur /Langkah- 1. Petugas melakukan anamnesa : perasaan gatal dan timbulnya bercak
langkah
kemerahan pada daerah yang terkena kontak bahan iritan. Kadang kadang
diikuti oleh rasa pedih, panas, dan terbakar.
2.Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik (*lihat bagian klasifikasi)
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan patch test
5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
Klasifikasi
DKI akut :
laserasi.
Gejala seperti dermatitis numularis (lesi akut dan basah).
Penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu.
Predileksi paling sering terjadi di tangan.
DKI non eritematosa
Merupakan bentuk subklinis DKI, ditandai dengan
perubahan fungsi sawar stratum korneum, hanya ditandai
oleh skuamasi ringan tanpa disertai kelainan klinis lain.
DKI subyektif/ DKI sensori
Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa seperti
tersengat (pedih) atau terbakar (panas) setelah kontak
dengan bahan kimia tertentu, misalnya asam laktat.
Predileksi ditemukan di tangan terutama pada pekerja.
Non Medikamentosa
Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari
bahan-bahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat kimia,
mekanis, dan fisis
memakai sabun dengan pH netral dan mengandung
pelembab serta memakai alat pelindung diri untuk
menghindari kontak iritan saat bekerja.
Konseling dan Edukasi
Menghindari bahan iritan di rumah saat mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
Menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan
sepatu boot.
Memodifikasi lingkungan tempat bekerja
Medikamentosa
antibiotik topikal.
Oral sistemik
Antihistamin hidroksisin (2x1 tablet) maksimal 2 minggu atau
Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu
6. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
7. Unit Terkait
Kriteria rujukan :
a. Apabila dibutuhkan patch test
b. Kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan standar dan
sudah menghindari kontak
1. Apotek
2. RSUD
4. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
NAPKIN ECZEMA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Napkin eczema atau sering disebut juga dengan dermatitis popok/ diaper
rash adalah dermatitis di daerah genito-krural sesuai dengan tempat kontak
popok. Umumnya pada bayi pemakai popok dan juga orang dewasa yang
sakit dan memakai popok. Dermatitis ini merupakan salah satu dermatitis
kontak iritan akibat isi napkin (popok)
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Non Medikamentosa
Ganti popok bayi lebih sering, gunakan pelembab sebelum
memakaikan popok bayi.
Dianjurkan pemakaian popok sekali pakai jenis highly
absorbent.
Memberitahu keluarga mengenai penyebab dan menjaga
higiene
Mengajarkan cara penggunaan popok dan mengganti
secepatnya bila popok basah
Medikamentosa
Bila ringan : krim/ salep bersifat protektif (zinc
oxide/pantenol) dipakai 2 kali sehari selama 1 minggu atau
kortikosteroid potensi lemah (salep hidrokortison 1-2.5%)
dipakai 2 kali sehari selama 3-7 hari.
Bila terinfeksi candida : berikan antifungal nistatin sistemik
1 kali sehari selama 7 hari atau derivat azol topikal
dikombinasi dengan zinc oxide diberikan 2 kali sehari
selama 7 hari.
1. Apotek
2. RSUD
4. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
PITIRIASIS ROSEA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Non Medikamentosa
Edukasi pasien dan keluarga bahwa penyakit ini swasirna
Medikamentosa
Terapi adalah dengan pengobatan simptomatik, misalnya
untuk gatal diberikan antipruritus seperti bedak asam
salisilat 1-2% atau mentol 0.25-0.5%.
1. Apotek
2. RSUD
4. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
URTIKARIA AKUT
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Tempat predileksi
3. Pemeriksaan Penunjang :
4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan :
tes darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan adanya focus
infeksi tersembunyi)
Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme.
Tes eliminasi makanan: dengan cara menghentikan semua makanan
yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu
per satu.
Tes fisik: dingin (es batu)-panas (air hangat)
Non Medikamentosa
Medikamentosa
Antihistamin (AH) oral nonsedatif, misalnya Loratadin 10
mg/hari pemakaian 1 x sehari selama 1 minggu.
Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksizin 3 x 25
mg atau diphenhydramine 4 x 25-50 mg / hari selama 1
minggu.
Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin (3
x 4 mg) lebih efektif selama 1 minggu terus menerus.
Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim
menthol 1% atau 2% selama 1 minggu terus menerus.
Apabila terjadi angioedema atau urtikaria generalisata, dapat
diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per hari dalam 3 kali
pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
7. Unit Terkait
Kriteria Rujukan
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk reaksi alergi ringan
pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat
yang dimaksud adalah zat yang dipakai untuk menegakkan diagnosis,
profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and
Gell. Nama lainnya adalah erupsi makulopapular atau morbiliformis
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Non Medikamentosa
Medikamentosa
Kriteria rujukan :
7. Unit Terkait
Uji provokasi
Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan standar
dan menghindari obat selama 7 hari
Lesi meluas
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Fixed Drug Eruption (FDE) adalah salah satu jenis erupsi obat yang sering
dijumpai. Darinamanya dapat disimpulkan bahwa kelainan akan terjadi
berkali-kali pada tempat yang sama. Mempunyai tempat predileksi dan lesi
yang khas berbeda dengan Exanthematous Drug Eruption. FDE merupakan
reaksi alergi tipe 2 (sitotoksik).
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Vesikel, bercak
Eritema
Lesi target berbentuk bulat lonjong atau nummular
Kadang-kadang disertai erosi
Bercak hiperpigmentasi dengan kemerahan di tepinya, terutama
Non Medikamentosa
Medikamentosa
Pengobatan topikal
Kriteria rujukan
Johnson.
Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga
sebagai penyebab :
Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutkan dengan
Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
Uji provokasi.
Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan
standar selama 7 hari dan menghindari obat.
Lesi meluas.
7. Unit Terkait
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
MILIARIA
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh
adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini adalah biang keringat,
keringat buntet, liken tropikus, prickle heat.
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Miliaria kristalina :
Terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda
Non Medikamentosa
Medikamentosa
Topikal :
Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung
kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali
sehari selama 1 minggu.
Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol -2 %
sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi
sebagai antipruritus untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya
miliaria profunda.
Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)
Antihistamin sedatif: hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama 7 hari
atau
Antihistamin non sedatif: loratadin 1x 10 mg per hari selama 7 hari.
6. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
7. Unit Terkait
1. Apotek
2. RSUD
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
DERMATITIS SEBOROIK
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Predileksi
1. Kulit kepala
2. Lipat naso labial
3. Dahi
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sternal
Glabela 11. Areola mammae
Belakang telinga 12. Lipatan bawah mammae pada wanita
Belakang leher 13. Interskapular
Alis mata 14. Umbilikus
Kelopak mata 15. Lipat paha
Liang telinga luar 16. Daerah anogenital
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan : KOH dan gram
5. Petugas menegakkan diagnosa
Lesi berat: seluruh kepala tertutup oleh krusta, kotor, dan berbau (cradle
cap).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
6. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan pasien dermatitis seboroik
Non Medikamentosa
Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi
terjadinya keluhan, misalnya stres emosional dan kurang
tidur. Diet juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan
rendah lemak.
Konseling dan Edukasi
Memberitahukan kepada orang tua untuk menjaga
kebersihan bayi dan rajin merawat kulit kepala bayi.
Memberitahukan kepada orang tua bahwa kelainan ini
umumnya muncul pada bulan-bulan pertama kehidupan dan
membaik seiring dengan pertambahan usia.
Memberikan informasi dengan faktor konstitusi bahwa
penyakit ini sukar disembuhkan tetapi dapat terkontrol
dengan mengontrol emosi dan psikisnya.
Medikamentosa
Topikal
Bayi:
Pada lesi di kulit kepala, diberikan asam salisilat 3% dalam
minyak kelapa atau vehikulum yang larut air atau kompres
minyak kelapa hangat 1x/hari selama beberapa hari.
Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion
diperhatikan
7. Unit Terkait
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
DERMATITIS ATOPIK
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan
disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta
riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
Sinonim dari penyakit ini adalah eczema atopik, eczema konstitusional,
eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Untuk menegakkan diagnose dermatitis atopik
2. Untuk melakukan penatalaksanaan penyakit dermatitis atopic
3. Kebijakan
4. Referensi
Perabaan Kering,
Pucat/redup,
Jari tangan teraba dingin
Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan
krusta pada lokasi predileksi.
Predileksi
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan Ig E serum atau skin prick
test/tes uji tusuk bila diperlukan pada kasus dewasa.
5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik harus
terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria Williams (1994)
di bawah ini.
Kriteria Mayor:
a.
b.
c.
d.
e.
Pruritus
Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
Dermatitis di fleksura pada dewasa
Dermatitis kronis atau berulang
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
Xerosis.
Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks).
Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris.
Pitriasis alba.
Dermatitis di papilla mamae.
White dermogrhapism dan delayed blanch response.
Kelilitis.
Lipatan infra orbital Dennie-Morgan.
Konjunctivitis berulang.
Keratokonus.
Katarak subskapsular anterior.
Orbita menjadi gelap.
Muka pucat atau eritem.
Gatal bila berkeringat.
Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak.
Aksentuasi perifolikular.
Hipersensitif terhadap makanan.
Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh factor lingkungan dan atau
emosi.
s. Tes kulit alergi tipe dadakan positif.
t. Kadar IgE dalam serum meningkat.
u. Mulai muncul pada usia dini.
Pada bayi, kriteria Diagnosis dimodifikasi menjadi 3 kriteria mayor berupa:
a. Riwayat atopi pada keluarga
b. Dermatitis pada muka dan ekstensor.
c. Pruritus.
ditambah 3 kriteria minor berupa:
a. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular.
b. Fisura di belakang telinga.
c. Skuama di scalp kronis.
6. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan pasien dermatitis atopik
Non Medikamentosa
Medikamentosa
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
DERMATITIS NUMULARIS
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin) atau
lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans).
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Untuk menegakkan diagnose dermatitis numularis
2. Untuk melakukan penatalaksanaan penyakit dermatitis numularis
3. Kebijakan
4. Referensi
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan : KOH dan pewarnaan gram
untuk menyingkirkan diagnosis banding
5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Petugas melakukan rencana penatalaksanaan pasien dermatitis numularis
Non Medikamentosa
Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin
memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
Memberikan edukasi bahwa kelainan bersifat kronis dan
berulang, sehingga penting untuk pemberian obat topikal
rumatan.
Menjaga terjadinya infeksi sebagai faktor risiko terjadinya
relaps.
Medikamentosa
Kriteria Rujukan
diperhatikan
7. Unit Terkait
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Non Medikamentosa
Pengeluaran sebum oleh ekstraktor komedo atau bedah
listrik, bedah beku dan suntikan intralesi
Perawatan kebersihan kulit
diit
Medikamentosa
Topical :
Bahan iritan : resorsinol (1-5%), asam salisilat 3-5%, asam vitamin
A (0,025-0,1%), sulfur 4-8%
Antibakteri : tetrasiklin 1%, eritromisin 1%, klindamisin 1%,
peroksida benzoil 2,5%
Lain-lain : kortikosteroid potensi ringan sedang
Sistemik :
Antibakteri : tetrasiklin 3-4x250 mg, minosiklin 2x50 mg,
lincomisin 3x500 mg, klindamisin 2x150 mg
Hormonal : estrogen 50 mg/hari selama 21 hari, antiandrogen 2
mg/hari
Lain-lain : antiinflamasi nonsteroid (ibuprofen), dapson 2x100 mg
(untuk acne nodulokistik)
6. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
7. Unit Terkait
1. Apotek
2. RSUD
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
HIDRADENITIS SUPURATIF
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
1. buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima, tahun 2007.
2. Fitzpatricks dermatology in general medicine vol I & II, 7 th Edition, 2008.
diperhatikan
7. Unit Terkait
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
DERMATITIS PERIORAL
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
1. buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima, tahun 2007.
2. Fitzpatricks dermatology in general medicine vol I & II, 7 th Edition, 2008.
4. Referensi
5. Prosedur /Langkah- 1. Petugas melakukan anamnesa : gatal dan rasa seolah terbakar di tempat
langkah
predileksi
2.Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik
Ditemukan erupsi berbatas tegas yang persisten dan eritematosa berukuran
1-3 mm papul dan pustule eritematous tanpa disertai komedo di daerah
sekitar mulut (perioral), periorbital dan perinasal, lipatan nasolabial.
Umumnnya terdistribusi diawali di daerah dagu atau bibir atas dan menyebar
disekitar mulut, membentuk daerah kecil berbatas kemerahan dan diantara
batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang
masih normal, akhirnya dapat menyebar di alis, glabella atau keduanya
sekaligus.
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan : 5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pada anak anak dan ibu hamil sebaiknya diberikan obat topical saja untuk
menghindari kontraindikasi
1. Apotek
2. RSUD
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
Vulnus punctum adalah luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing
yang biasanya kedalamannya lebih besar daripada panjangnya luka tusuk
adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya kedalamannya lebih
besar daripada panjangnya.
Vulnus laseratum / luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan
atau compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Untuk menegakkan diagnose vulnus laseratum dan vulnus punctum
2. Untuk melakukan penatalaksanaan penyakit vulnus laseratum dan
vulnus punctum
3. Kebijakan
4. Referensi
Pada vulnus laseratum didapatkan luka bentuk tidak teratur, jaringan rusak,
bengkak, perdarahan, akar rambut tampak hancur atau tercabut, tampak lecet
atau memar di setiap luka
3. Pemeriksaan Penunjang : 4. Petugas merujuk pasien untuk pemeriksaan darah lengkap dan pemberian
ATS/toxoid
5. Petugas menegakkan diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
Pada vulnus punctum :
Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari
8 jam boleh dijahit primer. Sedangkan luka yang terkontaminasi berat
dan/atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per secundam atau
per tertiam.
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang drain. Drain dapat dibuat
dari guntingan sarung tangan.fungsi drain adalah untuk mengalirkan cairan
keluar (darah atau serum) pada dead space.
Penutupan Luka
Prinsip dalam menutup luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang
baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi
kulit
adalah sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan sebagai barier
terhadap bakteri patogen. Pada luka fungsi ini menurun oleh karena proses
inflamasi atau bahakan hilang sama sekali (misalnya pasa kehilangan kulit
akibat luka bakar) sehingga untuk membantu mengembalikanfungsi ini,
perlu dilakukan penutupan luka. Penutupan luka yang terbaik adalah dengan
kulit (skin graft, flap). Bila tidak memungkinkan maka sebagai alternatif
digunakan kassa (sampai luka menutup dan dilakukan pentupan dengan
kulit).
Pembalutan
Fungsi balutan antara lain:
terjadi.
Efek penekanan mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
penilaian kondisi luka. Luka sayat, bersih, ukuran kecil yang dapat
mengalami
oroses penyembuhan primam tidak perlu penutup/pembalut. Sebaliknya pada
luka luas dengan kehilangan kulit atau disertai eksudasi dan produk lisis
jaringan memerlukan penggantian balutan sampai 5-6 kali sehari.
Pemberian Antibiotik dan ATS/Toksoid
Prinsipnya adalah pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada
luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. Luka
merupakan media yang baik bagi perkembanganbiakan bakteri-bakteri
anaerob (misalnya luka tusuk, luka.
menggaung, terkontaminasi bahan-bahan yang merupakan media yang baik
untuk berkembangnya kuman anaeron seperti karat, kotoran kuda)
memerlukan pemberian ATS/Toksoid.
6. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
7. Unit Terkait
1. Apotek
2. RSUD
3. Laboratorium
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
KEKERASAN TAJAM
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Luka tusuk
Luka iris
Luka bacok
Non medikamentosa
Pembuatan visum bila diminta oleh pihak kepolisian sesuai aturan
yang berlaku
Medikamentosa
Perawatan luka : bersihkan luka dengan povidone iodine
Analgetik : asam mefenamat 2 x 500 mg setelah makan
Antibiotic (sesuai indikasi) : amoxicillin 3 x 500 mg selama
5 hari
diperhatikan
7. Unit Terkait
1. Apotek
2. RSUD
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan
KEKERASAN TUMPUL
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
:
Dr.
Puskesmas Bonjol
NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
Non Medikamentosa :
Kompres memar dengan kompres dingin (ice pack / cool pack) selama
10 15 menit, dapat diulang sampai dua kali untuk kasus akut (< 3hari)
Medikamentosa
Analgetik : asam mefenamat 2x 500 mg setelah makan
8. Dokumen Terkait
1. Rekam medis
2. Formularium obat di puskesmas
3. Blanko rujukan antar program
4. Blanko pemeriksaan laboratorium.
5. Blanko rujukan.
9. Rekaman historis
perubahan