Anda di halaman 1dari 3

Dalam industri pangan, boiler merupakan bagian terpenting dalam menyuplai panas.

Sistem boiler yang


handal akan mendukung kelancaran proses produksi. Namun, seringkali sistem tersebut mendapat
masalah, terutama akibat terjadinya korosi. Terjadinya korosi akan mengurangi reliabilitas sistem
produksi uap dan mengakibatkan pemborosan energi. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dari segi
ekonomi.
Pengendalian korosi terdiri dari bermacam metode. Beberapa hal yang sering dilakukan adalah 1)
menjaga tingkat keseimbangan pH dan alkalinitas, 2) mengontrol oksigen dan menjaga feedwater dari
kontaminasi, 3) mengurangi mechanical stress, 4) mengoperasikan boiler sesuai dengan kebutuhan dan
desain khusus, terutama yang berkaitan dengan waktu dan tekanan, 5) penanganan/perlakuan yang
tepat mulai dari start up hingga shutdown, serta 6) melakukan monitoring dan pengawasan secara
efektif.
Ada beberapa jenis korosi yang terjadi pada sistem boiler, di antaranya adalah korosi galvanic, basa,
asam, hidrogen, oksigen, dan karbondioksida.
Korosi galvanic diakibatkan oleh reaksi antara dua logam, contohnya antara besi dan tembaga. Adanya
perbedaan electrical potential dapat mendorong terjadinya reaksi galvanic.
Korosi basa timbul akibat adanya NaOH yang melarutkan layer protective magnetite (Fe3O4), sehingga
mengurangi base metal. Konsentrasi NaOH terjadi akibat steam blanketing, yang memungkinkan garam
untuk terkonsentrasi pada permukaan logam. Steam blanketing terjadi ketika terbentuk steam layer
antara air dan tube wall. Pada kondisi ini, air akan menyentuh permukaan tube. Sedangkan, air yang
mencapai dinding overheated boiler akan menguap secara cepat, menyisakan larutan basa pekat yang
korosif.
Korosi asam. pH feed water yang rendah pada boiler dapat mengakibatkan serangan asam pada
permukaan logam sistem preboiler dan boiler. Tidak hanya itu, walaupun tidak asam, feed water juga
dapat menjadi asam jika terjadi kontaminasi. Kontaminasi tersebut biasanya berasal dari operasi dan
kontrol yang tidak tepat dalam proses demineralisasi, kontaminasi kondensate selama proses
(contohnya gula), serta kontaminasi dari air pendingin yang berasal dari condenser. Korosi asam juga
dapat terjadi akibat senyawa kimia yang digunakan dalam proses cleaning. Pemanasan yang berlebihan
dapat menimbulkan breakdown inhibitor yang digunakan, paparan cleaning agent yang berlebihan
terhadap logam, serta peningkatan konsentrasi cleaning agent. Kegagalan untuk menetralkan larutan
asam secara sempurna sebelum start up juga sering menjadi kendala.
Hydrogen embrittlement. Hidrogen embrittlement terjadi pada bagian steel tube boiler yang mild.
Kondisi ini berlangsung pada boiler tekanan tinggi, ketika terbentuk atom hidrogen pada permukaan
tube yang akan mendorong terjadinya korosi. Hidrogen dapat bereaksi dengan besi membentuk metan,
ataupun dengan atom hidrogen lain membentuk gas H2. Serangan oksigen. Tanpa proses deaerasi yang
tepat, baik secara mekanis maupun kimiawi, oksigen yang terkandung dalam feedwater akan ikut masuk
menuju boiler. Padahal seperti diketahui, oksigen bersifat sangat korosif bila berada dalam air panas.
Walaupun dalam konsentrasi kecil, keberadaan oksigen tersebut akan menimbulkan masalah yang
serius.

Faktor pengendali korosi


Steel dan steel alloys Perlindungan terhadap steel pada boiler bergantung pada suhu, pH, dan
kandungan oksigen. Suhu tinggi, nilai pH yang rendah/tinggi, dan konsentrasi oksigen tinggi akan
meningkatkan laju korosi steel. Faktor operasional dan mekanis, seperti velocities, tekanan pada logam,
dan severity of service dapat mempengaruhi proses korosi. Setiap sistem memiliki penyebab korosi, oleh
sebab itu diperlukan evaluasi tersendiri untuk mengetahui penyebabnya.

Copper dan copper alloysBanyak faktor yang mempengaruhi laju korosi copper alloys, diantaranya
adalah suhu, pH, konsentrasi oksigen, konsentrasi amin, konsentrasi amonia, dan laju aliran. Pengaruh
masing-masing faktor tersebut sangat bervariasi, tergantung pada sifat dan karakter masing-masing
sistem. Beberapa metode yang sering digunakan untuk meminimalkan korosi copper dan copper alloy
adalah 1) menggantinya dengan logam yang lebih tahan, 2) mengeliminasi oksigen, 3) menjaga kondisi
kejenihan air, 4) mengendalikan nilai pH yang tepat, 5) mengurangi kecepatan air, dan 6) menggunakan
bahan yang dapat melindungi permukaan logam.
Pengaturan pH Menjaga pH yang sesuai -baik pada feedwater, boiler, maupun kondensat- adalah
sangat penting untuk mengendalikan terjadinya korosi. Kontrol pH sangat penting karena beberapa
alasan, di antaranya adalah 1) laju korosi logam pada boiler sangat dipengaruhi nilai pH, 2) pH yang
terlalu rendah dapat menimbulkan serangan korosi akibat asam, 3) pH yang terlalu tinggi akan
menyebabkan caustic gouging/cracking dan foaming, dan 4) reaksi penangkapan oksigen sangat
bergantung pada nilai pH. Pengaturan nilai pH pada boiler sangat dipengaruhi oleh tekanan, logam yang
dipakai, kualitas feedwater, dan jenis perlakuan kimia yang digunakan.
Kontrol OksigenUntuk
kandungan oksigen pada boiler,
dengan menggunakan oxygen
yang paling banyak digunakan
sulfite, sodium bisulfit, hydrazine,
askorbat. Sangat penting untuk
menggunakan senyawa scavenger
Beberapa hal yang perlu
lain kecepatan dan waktu reaksi,
serta pH feedwater. Selain itu,
terhadap oxygen scavenger,
produk, dan reaksi oxygen
logam juga akan mempengaruhi
tersebut.

mengendalikan
biasanya dilakukan
scavenger. Senyawa
adalah sodium
hydroquinone, dan
memilih dan
yang tepat.
diperhatikan antara
suhu dan tekanan,
faktor pengganggu
dekomposisi
scavenger dengan
kinerja senyawa

Untuk mengendalikan terjadinya korosi, maka diperlukan monitoring untuk menjamin realibility dari
boiler. Program pengawasan yang baik harus disusun dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

metode sampling dan monitoring yang sesuai/tepat pada titik-titik kritis sistem sampling yang
digunakan harus merepresentasikan kondisi yang ada

prosedur pengujian harus sesuai

memeriksa hasil pengujian dan kisaran batasannya

diperlukan plan action yang perlu diambil, jika hasil pengujian tidak berada dalam kisaran nilai
yang ditoleransi

dibutuhkan rencana alternatif jika ditemukan kondisi yang tidak sesuai dengan metode
pengujian

perbaikan sistem perlu terus dilakukan, baik dalam pengujian maupun inspeksi

Untuk mendukung hal tersebut, beberapa jenis pengujian yang perlu dilakukan adalah analisa fosfat
(jika digunakan), alkalinitas (pH), sulfite (jika digunakan), dan konduktivitas.
Keberhasilan dalam pengendalian korosi, tidak hanya menguntungkan secara ekonomi. Tetapi juga
berkaitan dengan mutu produk yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu, jaminan sistem boiler bekerja
dengan baik sangat penting bagi kelancaran operasi perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai