Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
SKENARIO 2 :
Menembak Penyakit
Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke suatu Rumah Sakit.
Keluhan utama panas tinggi sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan ditemukan
bercak kemerahan pada kedua lengan disertai mimisan. Tetangganya ada yang di
rawat di rumah sakit dengan penyakit Demam Berdarah.Dokter akan
mendiagnosis dan melakukan terapi lebih lanjut dengan prinsip EBM.

BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Seven Jump
1.

Langkah I. Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah


dalam skenario.
Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut yaitu :
a.

Panas tinggi yaitu suhu tubuh naik diatas normal lebih dari 37,5 derajat
Celsius ( www.pubmed.com ).
Panas tinggi yaitu adanya respon kekebalan tubuh dari pyrogen sehingga
menyebabkan hipotalamus meningkatkan set point dari suhu tubuh
(www.mediskus.com)

b.

Demam berdarah yaitu penykit demam karena gigitan nyamuk Aedes


aegypti dan ada pendarahan di hidung atau telinga dan ada bercak
bercak merah ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ).

c.

Bercak yaitu bintik-bintik kecil ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ).

d.

Mimisan yaitu keluar darah dari hidung karena sakit kepala, jatuh, atau
yang lainnya, yang merupakan tanda suatu penyakit (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).

e.

Prinsip EBM yaitu prinsip yang menggunakan integrasi buktibukti, riset


terbaik

dengan

keterampilan

klinis

dengan

nilainilai

pasien

(Sackeet,2000).
f.

Diagnosis yaitu menentukan suatu penyakit berdasarkan tanda, gejala,


pemeriksaan laboratorium ( Kamus Saku Dorland ).

g.

Terapi yaitu usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).

h.

Pemeriksaan yaitu proses, cara, perbuatan memeriksa, merupakan bagian


dari diagnosis ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ).

2.

Langkah II. Menentukan atau mendefinisikan permasalahan.


Permasalahan pada skenario ini sebagai berikut :

3.

a.

Apakah pengertian dari demam berdarah ?

b.

Bagaimanakah ciri ciri demam berdarah ?

c.

Bagaimanakah siklus demam berdarah ?

d.

Bagaimanakah penularan penyakit demam berdarah ?

e.

Bagaimanakah penanganan demam berdarah ?

f.

Apakah prinsip Evidence Based Medicine ( EBM) ?

g.

Apakah perbedaan mendiagnosis dengan prinsip EBM dan non EBM ?

h.

Apakah manfaat menggunakan EBM?

i.

Apakah risiko tanpa menggunakan prinsip EBM ?

j.

Bagaimanakah langkah mendiagnosis dan terapi dengan prinsip EBM ?

Langkah III. Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara


mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2).
a.

Apakah pengertian dari demam berdarah ?


Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oeh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis, dan
menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara.

b.

Bagaimanakah ciri ciri demam berdarah ?


1)

Demam mendadak ( Depkes, 2013 ).

2)

Sakit kepala hebat ( Depkes, 2013 ).

3)

Rasa sakit di belakang mata ( Depkes, 2013 ).

4)

Sakit otot dan sendi ( Depkes, 2013 ).

5)

Hilang nafsu makan, mual, dan ruam ( Depkes, 2013 ).

6)

Pendarahan mukosa (epistatis) di telinga, hidung, atau gusi.


(WHO,1997 ).

7)

Ada penurunan trombosit secara mendadak. (Mediskus, 2011).

8)

Bintik bintik merah karena kurang erytrosit sehingga kapiler darah


susah beregenerasi ( Mediskus, 2011).

c.

Bagaimanakah siklus demam berdarah ?


Siklus demam berdarah disebut Siklus Pelana Kuda , antara lain :

d.

Hari ke-1 sampai ke-3

= panas tinggi.

Hari ke-4 sampai ke-5

= normal / turun.

Hari ke-6 samapi ke-7

= demam naik.

Bagaimanakah penularan penyakit demam berdarah ?


Vektor

( nyamuk

Aedes

aegypti

) yang

terinfeksi

virus

berkembangbiak di lingkungan yang kotor, menggigit manusia,


menyebabkan infeksi demam berdarah.
e.

Bagaimanakah penanganan demam berdarah ?


Dengan cara 3 M, antara lain :

f.

1)

Menguras bak penampungan air seminggu sekali.

2)

Menutup penampungan air.

3)

Mengubur barang barang bekas.

Apakah prinsip Evidence Based Medicine ( EBM) ?


Ada 2 prinsip dasar EBM, yaitu :

g.

1)

Membuat keputusan klinis berdasar bukti ilmiah dan diagnosis.

2)

Memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.

Apakah perbedaan mendiagnosis dengan prinsip EBM dan non EBM ?

Tabel 1. Perbedaan mendiagnosis dengan prinsip EBM dan non EBM

EBM

Non EBM

Ilmiah

Non ilmiah

Kemungkinan kesalahan diagnosis

Besar kemungkinan salah diagnosis

sedikit
Ada bukti klinis
Duji dengan penelitian terintergasi
h.

Tidak ada bukti klinis


Penelitian belum teruji klinis

Apakah manfaat menggunakan EBM?

Jawaban dari pertanyaan ini belum dibahas pada pertemuan pertama.


i.

Apakah risiko tanpa menggunakan prinsip EBM ?


Jawaban dari pertanyaan ini belum dibahas pada pertemuan pertama.

j.

Bagaimanakah langkah mendiagnosis dengan prinsip EBM ?


Langkah EBM yang kami temukan antara lain :

4.

1)

Merumuskan masalah klinis pasien.

2)

Mencari bukti ilmiah.

3)

Memvalidasi bukti.

4)

Membuat keputusan.

5)

Evaluasi.

Langkah IV.

Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan

pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah .

Skema 1. Permasalahan skenario 2

5.

Langkah V. Merumuskan tujuan pembelajaran


Kami sudah mendapatkan learning objectives, antara lain :
a.

Mengetahui gejala penyakit demam berdarah.

b.

Mengetahui siklus penyakit demam berdarah.

c.

Mengetahui penularan demam berdarah.

d.

Mengetahui penanganan demam berdarah.

e.

Mengetahui perbedaan Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

f.

Mengtahui prinsip Evidence Based Medicine ( EBM ).

g.

Mengetahui perbedaan mendiagnosis dengan prinsip EBM dan non


EBM.

h.

Mengetahui manfaat EBM.

i.

Mengetahui risiko tanpa EBM.

j.

Mengetahui langkah langkah diagnosis dan terapi dengan prinsip


EBM.

6.

Langkah VI. Mengumpulkan informasi baru.


Dari tujuan pembelajaran pada langkah ke-5, kemudian dicari
jawabannya dari sumber pustaka. Sumber pustaka yang digunakan berasal
dari jurnal ilmiah (internet), buku text, bahan kuliah, dan pakar. Sumber
pustaka yang dicari merupakan sumber-sumber pustaka yang diterbitkan 10
tahun terakhir, sehingga diharapkan sumber pustaka tersebut masih valid dan
up-to-date.

7.

Langkah VII. Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru


yang diperoleh.
DEMAM BERDARAH
Demam Berdarah (DB) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan
virus

dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus

(Arboviroses) yang

sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili

Flaviviridae, dan mempunyai 4

jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2,

DEN-3, DEN-4 (www.depkes, 2007).


Dalam mengetahui seseorang mendereita demam berdarah teradapat
beberapa gejala klasik yang dapat diperhatikan antara lain:
a.

Demam tinggi mendadak


6

b.

Terkadang bifasik (saddle back fever)

c.

Nyeri kepala berat

d.

Nyeri belakang bola mata

e.

Nyeri otot, tulang, atau sendi

f.

Mual dan muntah

g.

Muncul ruam (depkes, 2007)


Sedangkan kriteria diagnosis demam berdarah menurut WHO (1975)

adalah sebagai berikut:


a.

Demam tinggi yang mendadak dan terus menerus selama 2 - 7 hari.

b.

Manifestasi perdarahan, baikdengan uji tourniquet positif atau dalam


bentuk lain seperti petekia, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau
melena.

c.

Hepatomegali.

d.

Renjatan.
Seorang yang menderita demam berdarah mempunyai suatu siklus yang

secara umum berlangsung selama 7 hari. Siklus tersebut jika dilihat dari naik
turunnya suhu akan berbentuk seperti pelana kuda.
Siklus yang terjadi dibagi menjadi 3 fase yaitu (fase demam pertama,
fase penurunan suhu dan fase demam kedua). Adapun rincian dari ketiga fase
tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Hari 1-3 : fase awal, fase demam (fase febris)


1) Demam tinggi mendadak mencapai 40oC
2) Pada uji Tourniquet positif
3) Trombosit turun, hematokrit menurun

b.

Hari 4-5 : Fase syok, fase penurunan suhu (fase afebris)


1) Demam mulai turun
2) Ada syok sindrom
3) Perlu perawatan intensif karena ditemukan banyak kasus kematian
pada fase ini
4) Nadi cepat tanpa demam, hipotensi, leukopenia

c.

Hari 6-7 : fase demam (fase febris)


7

Demam tinggi hingga 40 oC (depkes, 2007)


Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat
juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada
telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus
tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya
(infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul. (depkes, 2007)
Penanganan terhadap demam berdarah melingkupi dua hal yaitu
pencegahan dan perawatan. Pencegahan dilakukan sebelum terjadinya kasus
sedangkan perawatan dilakuaan setelah terjadi kasus
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
perkembangan dan penularan demam berdarah, antara lain :
a.

Memakai kelambu dan lengan panjang

b.

Mencegah genangan air dengan 3M (menutup penampungan air,


menguras bak air, mengubur barang bekas)

c.

Fogging berkala untuk membunuh vektor virus

d.

Pemberian bubuk abate untuk membunuh jentik-jentik nyamuk

e.

Sosialisasi kepada masyarakat

f.

Teknologi Serangga Mandul (TSM)


8

g.

Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk (litbang, 200)


Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya

perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan (depkes,


2007). Pengobatan dan perawatan yang bisa dilakukan antara lain:
a.

Tirah baring, selama masih demam. (Halim Mubi, 2007)

b.

Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.

c.

Untuk menurunkan suhu menjadi < 39C, dianjurkan pemberian


parasetamol. Asetosal / salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh
karena dapat meyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.

d.

Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu,
disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.

e.

Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen


(depkes, 2007)
Dalam perkembangan penelitian antiviral demam berdarah, sudah

terdapat penelitian mengenai antiviral yang berfungsi memutuskan situs


perkembangbiakan

virus

menggunakan

RNA

interference

(RNAi)

(www.ncbi.nlm.nih.gov, 2013)
Penyebab dari demam berdarah adalah nyamuk Aedes aegepty atau
Aedes albopictus, walaupun memiliki dampak penyakit yang sama tetapi
kedua nyamuk itu memiliki perbedaan. Perbedaan nyamuk Aedes aegepty dan
Aedes albopictus antara lain :
Tabel 2. Perbedaan Aedes aegepty dan Aedes albopictus
(www.cdc.gov)

Aspek

Aedes aegypti

Aedes Albopictus

Tempat hidup

Kumuh

Lapangan, semak-semak

Skutum warna hitam


Morfologi (garis)

dengan dua garis putih


warna sejajar pada dorsal

Morfologi (duri)

Berduri di abdomen

Skutum warna hitam, garis


putih tebal pada dorsal
Tidak berduri

Sifat

Adaptif

Kurang adaptif

Peran

Vektor primer

Vektor sekunder

EBM
Dalam menentukan diagnosis dan penyembuhan penyakit oleh dokter,
alangkah baiknya menggunakan EBM sebagai pedomannya. Penentuan
diagnosis dan terapi menggunakan EBM perlu memegang prinsip dari EBM
itu sendiri. Prinsip dari EBM merupakan integrasi dari 3 unsur, antara lain:
a.

Bukti klinis (research evidence) : Bukti yang berdasarkan hasil riset


klinis yang berorientasi kepada pasien

b.

Keterampilan klinis (clinical expertise) : kemampuan kita untuk


mengaplikasikan kemampuan klinis dan pengalaman kita.

c.

Nilai-nilai pasien (patients values) : pilihan, kepedulian, dan harapan dari


setiap pasien (Sackett, et al, 2001).
Penerapan EBM dalam melakukan diagnosis dan terapi terhadap pasien

dapat berpengaruh positif atau dapat dikatakan bermanfaat bagi dokter sendiri
maupun pasien, manfaat dari penerapan EBM antara lain:
a.

Membantu menurunkan mortalitas atau kematin pasien

b.

Memperbaiki derajat kesehatan dan perawatan

c.

Mengevaluasi dan merenanakan terapi

d.

Memilih pola hidup dan perawatan kesehatan terbaik (Dr Sugiarto,dr,,


SpPD, FINASIM)

e.

memperbaiki tata laksana pasien

f.

menemukan informasi yang mutakhir dan sahih tentang kemajuan ilmu


pengetahuan

g.

menanamkan pembelajaran seumur hidup yang berorientasi memecahkan


masalah dalam penanganan pasien ( Wiryo,2002)

h.

Menawarkan cara paling baik pasti dan objektif untuk mempertahankan


kualitas medis secara konsisten dan sesuai dengan standar keselamatan.

10

i.

Mempercepat proses transfer penelitian klinis dalam praktik klinis


(www.openclinical.org/ebm)

j.

Memilih diagnosis yang tepat

k.

Rencana pemeriksaan terapi

l.

Metode pencegahan terbaru (Sugiarto, 2005).


Tidak digunakannya EBM dalam menentukan diagnosis dan terapi

terhadap pasien merupakan hal yang berbahaya, karena dapat menimbulkan


beberapa risiko, risiko tersebut antara lain:
a.

Dokter bisa salah mendiagnosis lalu berdampak pada kesalahan


pemberian terapi

b.

Melunturnya kepercayaan masyarakat terhadap integritas kedokteran

c.

Diagnosis

dan terapi

belum teruji kebenarannya

karena tidak

menggunakan bukti ilmiah yang mendukung keputusan dari dokter.


Mendiagnosis dengan prinsip EBM berbeda dengan yang tidak
menggunakan EBM, perbedaannya antara lain:
Tabel 3. Perbedaan mendiagnosis dengan prinsip EBM dan non EBM

EBM

Non EBM

Ilmiah

Non ilmiah

Kemungkinan kesalahan diagnosis

Besar kemungkinan salah diagnosis

sedikit
Ada bukti klinis
Duji dengan penelitian nyata,

Tidak ada bukti klinis


Pengujian maksimal terbatas pada

terintegerasi, dan menggunakan kaidah-

pengujian secara klinis

kaidah pengujian

Langkah-langkah EBM perlu diperhatikan agar penentuan diagnosis dan


terapi berdasarkan EBM berjalan dengan lancar, langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a.

Mengajukan pertanyaan mengenai masalah yang timbul dalam merawat


pasien (membuat pertanyaan klinis).
11

b.

Mencari bukti-bukti melalui pencarian elektronik untuk menjawab


pertanyaan.

c.

Memilih dan memilah kualitas dan kebenaran dari bukti yang sesuai
dengan metodologi.

d.

Mengaplikasikan bukti yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

e.

Mengevaluasi. (Biology and Medicine, vol.2 (1): 1-5,2010)

BAB III
KESIMPULAN
Setelah kami melakukan diskusi tutorial menggunakan metode seven
jumps, kami menyimpulkan dari skenario tersebut bahwa penggunaan
prinsip-prinsip Evidence Based Medicine dalam kegiatan kedokteran sangat
12

penting dan wajib untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan, suatu kasus yang
belum teruji kasus dan dilakukan penelaahan secara ilmiah belum dapat
diterapkan secara langsung pada pasien.
Prinsip-prinsip EBM tersebut harus dilaksanakan menggunakan caracara yang tepat dimulai dari mendiagosis hingga memberikan terapi. Jika halhal tersebut telah dilakukan maka sebuah kasus medis dapat terselesaikan
dengan semestinya.

13

BAB IV
SARAN
Dari diskusi tutorial ini kelompok kami menyarankan :
1. Dari segi fasilitas.
Hendaknya fasilitas pendukung tutorial ditingkatkan seperti AC
dan lampu.
2. Dari segi skenario.
Skenario hendaknya lebih menarik dan lebih detil informasinya.
3.

Dari segi pelaksanaan diskusi tutorial.


Pada tutorial hari pertama, kami masih bingung karena skenario
terlalu abstrak atau susah dipahami. Penjabaran dari jump ke - 3
belum sesuai target, karena kami belum mencari informasi lebih
lanjut mengenai hal yang dibicarakan.

4.

Dari segi tutor


Tutor hendaknya lebih membantu menjaga jalannya diskusi agar
tidak terlalu jauh membahas mengenai penyakit. Di lain pihak tutor
diharapkan agar tidak terlalu mengatur bagian-bagian yang kurang
esensial untuk diarahkan

14

15

DAFTAR PUSTAKA

Amir, D., 2009. Evidence Based Medicine. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FKUnand/RS DR. M. Djamil, Padang
Andikari N, Sherestha S, Ansari I (2006). Evidence Based Medicine. Kathmandu
University Medical Journal, 40 (3): 21-25.
Depkes(2011). Demam Berdarah. www.chp.gov.hk/files/pdf/ol-dengue-feverindonesian-version-pdf - Diakses September 2013
Dinkes Pemalang (2013). Demam Berdarah dan Penanggulangannya.
http://dinkes.pemalangkab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=120:demam-berdarah-danpenanggulangannya - Diakses September 2013
Halim Mubi,A (2007). Panduan Praktis IPD, diagnosis dan terapi. Jakarta:EGC
Hakimi, Mohammad (2000).Kebutuhan Evidence-Based Medicine untuk
Pendidikan, Penelitian, dan Pelayanan Obstetri-Ginekologi di Indonesia.
lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1150_pp1001049.pdf - Diakses September 2013
Ikhwan (2012). Siklus Pelana Kuda. www.ums.ac.id. - Diakses 11 September
2013
Kristina, Ismaniah, Wulandari L (2004). Kajian Masalah Kesehatan : Demam
Berdarah Dengue. Balitbangkes: Balitbangkes
Mansjoer, Arif (ed) (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Medicine
(2009).
What
is
evidence-based
medicine?.
http://www.medicine.ox.ac.uk/bandolier/painres/download/whatis/ebm.pdf
Diakses September 2013
Murti B (2013a). EBM Overview. Surakarta, pp: 1-7.
Murti B (2013b). Pengantar Evidence-Based Medicine. Surakarta, pp: 1-34.
News Medical (2013). Dengue Fever Symptoms. www.newsmedical.net/health/dengue-fever-symptoms.aspx - Diakses September 2013
Peters H, Gilles Wol Tropical medicine & Parasitology.3rd London: Medical
Publications ; 1991 p.16* WHO, Dengue hemorrhagic fever Diagnosis,
treatment, prevention and control Geneva WHO, 1997; p.25,68
Risniati, Yenni., Hakim Tarigan, Lukan, Tjitra, Emiliana (2011). Leukopenia
sebagai Prediktor Terjainya Sindrom Syok Dengue pada Anak dengan Demam
15

16

Berdarah Dengue di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. http://mpk.litbang.depkes,


2007/index.php/MPK/article/viewFile/85/74 - Diakses September 2013
Romadhon YA (2013). Pola pikir etika dalam praktik kedokteran. CDK-206, 40
(7): 545.
Setiawan, Meddy(n,d). Demam Berdarah Dengue (DBD) dan NS1 Antigen untuk
Deteksi Dini Infeksi Akut Virus Dengue.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/1013/1126 Diakses September 2013
Simmons, Cameron P. (2012). Dengue.
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1110265 - Diakses September 2013
UGM (n,d). Tidak Semua Pasien DBD Mengalami Gejala Bercak Merah!
http://www.khabib.staff.ugm.ac.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=16&Itemid=8 - Diakses September 2013
Usman A Ashfaq, Sobia Idrees (2013). RNAi: antiviral therapy against dengue
virus. apjtb.com/zz/20133/14.pdf Diakses September 2013
USU(n,d). Chapter II. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17096/4/
ChapterII.pdf - Diakses September 2013
Werner D, Thuman C, Maxwell J (2010). Apa yang anda kerjakan bila tidak ada
dokter. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (YEM).
WHO (2003). Differences of Aedes. World Health Organization Western Pacific
Region. www.nejm.org. (11 September 2013
WHO (2009). Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and
Control. New Edition. ISBN 978 92 4 154787 1. WHO Press, World Health
Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland.
WHO (2012). Dengue and Severe Dengue.http://www.who.int/mediacentre/facts
heets/fs117/en/ - Diakses September 2013
WHO (2009). Key strategies for promotion of breastfeeding: Facts and figures.
World Health Organization Western Pacific Region.
www.wpro.who.int/intrnet...../global
+facts+and+figures. pdf Diakses Januari 2010
Wiradharma D (1999). Diagnosis cepat demam berdarah dengue. J Kedokteran
Trisakti, 18 (2): 77-90.
Wiradharma, Dani(1999). Diagnosis Cepat Demam Berdarah Dengue.
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.18_no.2_3.pdf Diakses September 2013
16

17

Zein, Umar (2004). Pedoman Penatalaksanaan One Day Care Penderita Demam
Berdarah Dengue Dewasa. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3379 Diakses September 2013
WHO (2009). Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and
Control. WHO Press.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.pdf - Diakses
September 2013

17

Anda mungkin juga menyukai