Anda di halaman 1dari 67

Laporan Kasus

CUSHINGS SYNDROM
Oleh :
Teguh Oky F.

Reiny Whidyawati

Ike Ernawati

Viletta Fitria S

M. Luqman Hasan

Zulida Suryafitri

M.Rizki Dwikane

Aril Cikal Yasa

Azhar Abdul Aziz

10100108036

Suci Hidha Widiani

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN

Hypothalamus

Hyothalamus terletak di dasar forebrain, di bawah thalamus, dan berasal dari


dinding lateral 3rd ventricle.

Anterior : optik chiasma


Posterior : mammilary body
Inferior : median eminence (menjadi batang pituitary dan berkelanjutan
dengan kelenjar posterior pituitary)

Fungsi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Homeostatis tubuh
Mengontrol ANS : kontraksi otot polos dan jantung, sekresi kelenjar
Regulasi cardiovascular
Regulasi suhu tubuh
Regulasi cairan tubuh
Regulas gastrointestinal dan feeding
Regulasi kontraksi uterus dan milk ejection from the breast
Emosi
Pola gerak

Sel-sel pada hypothalamus menghasilkan berbagai hormon, yaitu :


Hormon
GHRH

Target sel di adenohypofisis


Somatotroph

Efek pada adenohypofisis


Pelepasan GH

GHIH
CRH
GnRH
TRH

Somatotroph & Tyrotroph


Corticotroph
Gonadotroph
Tyrotroph & Lactotroph

Pelepasan GH & TSH


Pelepasan ACTH
Pelepasan LH & FSH
Pelepasan TSH &

PRF

Lactotroph

Prolactin
Pelepasan Prolactin

Dopamine

Lactotroph

Pelepasan Prolactin

PITUITARY
Berbentuk kacang berukuran 1-1,5 cm (0,5 inc) dalam diameter dan terletak
pada hyposeal fossa pada sella tursica tulang sphenoid, dibungkus oleh fibrous
diaphragma sellae, menempel pada tangkai yaitu infundibulum dan terbagi menjadi
2 bagian, Yaitu :

1. Anterior (adhenohipofisis)
a. Pars distalis
Komponen utama pars distalis adalah deretan sel epitel yang saling
bersebrangan dengan kapiler. Hormon yang dihasilkan sel-sel ini
disimpan sebagai granul sekresi. Pars distalis merupakan 75% massa
dari hipofisis. Dengan pulasan umum dapat dibedakan 3 jenis sel :
o Kromofob (chroma : warna, phobos : takut)
o 2 Kromofil (chroma : warna, philetin : suka)
Yang disebut asidofil dan basofil karena sesuai afinitasnya
terhadap pwarnaan asam dan basa.
Kromofob tidak terpulas kuat. Jika dengan mikroskop elektron : dua
populasi sel
akan tampak. Satu populasi sel mempunyai beberapa granula
sekretoris dan
yang lainnya tidak memiliki. Populasi terakhir mungkin mengandung selsel
pra-kembang(undifferentiated) dan sel-sel folikular.
b. Pars tuberalis
Pars tuberalis merupakan daerah berbentuk corong yang yang
mengelilingi infundibulum neurohipofisis. Kebanyakan sel-sel pars

tuberalis menyekresikan gonadotropin (FSH & LH) dan tersusun secara


berderet di sepanjang pembuuh darah.
c. Pars intermedia
Bagian antara adenohipofisi dan neurohipofisis. Pada manusia, pars
intermedia yang berkembang dari kantung ratkhe merupakan suatu
daerah rudimenter yang terdiri atas deretan dan folikel-folikel sel basofilik
yang lemah yang mengandung granula-granula sekretoris kecil. Fungsi
sel-sel ini tidak diketahui.

2. Posterior (neurohipofisis),
Posterior (neurohipofisis), terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : pars nervosa dan
infundibulum. Bagian posterior hipofisis terdiri dari axon dan axon terminal lebih dari
10000 neuron dimana badan sel dilokasikan dalam supraoptik dan paraventrikular
nuclei hipotalamus. Axon terminal pada posterior hiposfisis dihubungkan oleh
neuroglia yaitu pituicytes.

Hormone pada adenohypofisis :


HORMON
Human

DISEKRESI
growth Somatotrophs

RELEASING

INHIBITING

HORMON
Growth hormone

HORMON
Growth hormone-

hormone (hGH) or

releasing

somatotropin

(GHRH), disebut juga (GHIH),

disebut

dengan somatocrinin

juga

dengan

Thyroid stimulating Thyrotrops

Thyrotropin-releasing

somatostatin
Growth hormone-

hormone

hormone (TRH)

inhibiting hormone

Gonadotropiin

(GHIH)
-

(TSH)

atau thyrotropin
Folicle-stimulating

Gonadotrophs

hormone inhibiting hormone

hormone (FSH)

releasing

Luteineizing

(GnRH)
Prolactin-releasing

Prolactin inhibiting

hormone (PRH);TRH

hormone

Corticotrophin-

yaitu dopamine
-

hormone

Lactotrophs
(LH),

prolactin (PRL)
Adenocorticotropic
hormone

(ACTH)

Corticotrophs

releasing

hormone

hormone

(PIH),

atau corticotrophin
Melanocyte
Corticotrophs

(CRH)
Corticotrophin-

stimulating

releasing hormone

Dopamine

hormone

Lobus anterior : ADH (oleh neuron supraoptik hypothalamus), dan oksitosin


(paraventrikular).

Feedback Mecanism
Terdapat 3 jenis feedback mechanism yaitu :
1. Long Feedback Loop ; Feedback dari hormone yang bersirkulasi terhadap reseptor
yang terapat dalam hypothalamus.

2. Short Feedback loop ; Feedback antara hormone pituitary terhadap sekresi


hormone dari hypothalamus

3. Ultra Short Feedback Loop

; Feedback langsung dari hormone yang disekresikan

hypothalamus terhadap hypothalamus.

Anatomi Suprarenal Gland


Suprarenal gland merupakan organ berwarna kuning dan berjumlah sepasang.
Organ ini terletak diantara ginjal dan diphragma, superomedial terhadap ginjal.
Suprarenal gland dikelilingi oleh connective tissue yang mengandung banyak
perinephric fat dan dikelilingi oleh Renal Fascia serta menempel pada crura of the
diaphragma. Meskipun namanya suprarenal tetapi tempat penempelan yang
utamanya itu adalah pada crura diaphragma bukan pada ginjal.
Ukuran dari kelenjar ini adalah : panjang 4-6 cm, lebar : 1-2 cm, tebal : 4-6 cm
dengan berat 8 gr untuk sepasang kelenjar )
Suprarenal ini dipisahkan oleh suatu septum tipis yang merupakan bagian dari Renal
Fascia. Masing-masing suprarenal memiliki batas dan bentuk yang berbeda.
a. Pyramidal right Gland ( posisinya lebih horizontal )
Terletak disuperior pole dari ginjal kanan
Anterolateral terhadap Right crus dari diaphragma dan liver.
Berdekatan dengan IVC disebelah anteromedialnya.
b. Crescent shaped left Gland ( posisinya lebih vertical )
Berdekatan dengan spleen, stomach, pancreas da left crus dari diaphragma.
Masing-masing kelenjar memiliki hillum.Hillum merupakan tempat keluarnya
pembuluh darah vena dan lymphatic. Sedangkan arteri dan saraf masuk melalui
banyak sisi dari kelenjar.
Masing-masing kelenjar suprarenal memiliki 2 bagian :
a. Suprarenal cortex

Berasal dari mesoderm serta mensekresikan hormone corticosteroid dan


androgen

b. Suprarenal medulla
Berasal

dari

neural

crest

serta

mensekresikan

hormone

cathecolamine

( epinephrine dan norepinephrine )

Vaskularisasi
Fungsinya sebagai kelenjar endokrin menyebabkan kelenjar suprarenal memerlukan
supply pembuluh darah yang banyak. Kurang lebih terdapat sekitar 50-60 cabang

arteri yang berpenetrasi pada lapisan kapsul yang melapisi seluruh permukaan dari
kelenjar.
Suprarenal arteri berasal dari 3 sumber :
a. Superior suprarenal arteries yang berasal dari inferior phrenic arteri
b. Middle suprarenal arteries yang berasal dari abdominal aorta
c. Inferior suprarenal arteries yang berasal dari renal arteri
Awalnya arteri akan menyuplai bagian kapsul dari suprarenal, membentuk plexus
capsular, kemudian akan berpenetrasi semakin kedalam mambentuk plexus
subcapsular dan kemudian akan membentuk plexus sinusoid. Plexus-plexus ini akan
menyuplai darah bagian korteks (cortical arteries ). Kemudian plexus ini akan
beranstomosom membentuk plexus medularis yang akan menyuplai darah kebagian
medulla.

Sedangkan pembuluh darah vena dari suprarenal terdiri dari :


a. Short Right Suprarenal vein yang dialirkan langsung ke Inferior vena cava
b. Longer left suprarenal vein yang begabung dengan dengan inferior phrenic vein
dan bermuara ke left renal vein.

Inervasi
Nerve supply dari suprarenal gland paling banyak berasal dari celiac plexus dan
abdominopelvic ( greater, lesser, dan least ) splanchnic nerve.
Myelinated presynaptic symphatetic fiber terutama berasal dari intermediolateral cell
column ( IML ) atau lateral horn dari gray matter spinal cord segment T10-L1
kemudian melewati baik itu ganglia paravertebral dan prevertebral tanpa sinaps
untuk disebarkan pada sel-sel chromaffin pada suprarenal medulla.

Histologi Suprarenal Gland


Kelenjar adrenal memiliki dua lapisan :
a. Lapisan perifer ( korteks adrenal ) , berwarna kuning
b. Lapisan sentral ( medulla adrenal ), berwarna coklat kemerahan
Kelenjar dibungkus oleh suatu kapsul yang tersusun atas jaringan ikat padat kolagen
yang menjulur ke bagian dalam kelenjar membentuk septa tipis yang disebut
trabekula. Stromanya terutama terdiri atas serat-serat retikulin yang menyokong selsel pensekresi.

Kortek adrenal

Dibagi menjadi 3 lapisan :


a. Zona glomerolusa
menempati 15 % volume total kelenjar adrenal. Tersusun atas sel-sel silindris atau
pyramidal yang berhimpitan membentuk kelompok membulat atau melengkung dan
dikelilingi oleh kapiler. Sel-selnya mengandung banyak reticulum endoplasma halus.
Zona ini mensekresikan hormone mineralkortikoid terutama aldosteron yang
berfungsi dalam pengaturan keseimbangan elektrolit dan air.

b. Zona fasciculata
menempati 65 % volume total kelenjar adrenal. Sel-selnya tersusun berupa
tumpukan lurus setebal satu atau dua sel yang tersusun tegak lurus terhadap
permukaan organ ini dan memiliki kapiler diantaranya. Sel-selnya berbentuk
polyhedral dengan banyak tetesan lipid dalam sitoplasmanya yang diakibatkan
disolusi lipid selama pembuatan jaringan. Sel-sel fasciculata tampak bervakuola.
Zona ini mensekresika glukokortikoid terutama kortisol.

c. Zona retikularis
menempati 7 % volume total kelenjar adrenal. Terletak diantara zona fasciculata dan
medulla, merupakan lapisan adrenal korteks yang paling dalam. Tersusun atas
tumpukan sel-sel yang tidak teratur membentuk anyaman yang bersinambungan.
Sel-selnya berbentuk lebih kecil dari dua lapisan lainnya. Terdapat granula pigmen
lipofusin yang besar-besar dan cukup banyak.

Medulla adrenal

Tersusun atas sel parenkim polyhedral bertumpuk atau berkelompok serta disokong
oleh fiber-fiber retikulin. Terdapat kapiler diantara tumpukan yang bersebelahan dan
terdapat sel ganglion parasimpatis.
Sel parenkima medulla berasal dari sel-sel neural crest dan merupakan neuron
pasca ganglionic simpatis yang dimodifikasi, yang telah dihilangkan akson dan
dendritnya selama perkembangan embrional dan menjadi sel-sel sekretorik. Sel ini
disebut dengan chromafin cells.
Sel sel ini memiliki ciri mengandung banyak granula sekretorik padat electron
bermembran dengan diameter 150-350 nm. Granulanya mengandung katekolamin
( epinephrine dan norepinephrin ), ATP, protein yang disebut kromogranin, hidroksilase dopamine, serta peptda mirip opiate ( enkefalin ).
Adrenal

medulla

ini

berfungsi

untuk

mensekresikan

hormone

katekolamin

( epinephrine dan norepinephrin ). Ephinephrin dan norepinephrin disekesikan oleh


dua sel yang berbeda :
a. Sel pengsekresi epinephrine, memiliki granula lebih kecil dan kurang padat
electron
b. Sel pengsekresi norepinephrine, memiliki granula lebih besar dan lebih padat
electron

A. HORMON
Hormon adalah suatu sinyal kimia yang bersirkulasi di dalam darah, dihasilkan
oleh sel-sel endokrin. Dalam aktivitasnya hormon tersebut akan bekerja di sel target,
yaitu suatu sel yang dapat merespon terhadap hormon yang spesifik. Langkah
pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan hormon pada reseptor spesifik di sel
target. Reseptor itu sendiri ialah suatu protein khusus di dalam sel-sel target yang
dapat mendeteksi hormon. Pada beberapa aktivitas tipe hormon di dalam sel target,
dibutuhkan suatu unsur kimia yang menyampaikan pesan hormon dari reseptor ke
efektor. Unsur kimia tersebut dikenal dengan 2nd messenger. 2nd messenger akan
menghantarkan pesan ke efektor, yaitu suatu protein yang diregulasi oleh suatu
hormon yang menimbulkan efek selular.
I. Klasifikasi Hormon
I.1. Berdasarkan cara penyampaiannya
Hormon dapat bersirkulasi di dalam darah atau bekerja secara lokal. Oleh
karena itu, berdasarkan cara penyampaiannya, hormon terbagi menjadi :
1.

Hormon yang bersirkulasi di dalam aliran darah


Dihasilkan oleh sel sekretori untuk ditransportasikan melewati aliran darah
menuju jaringan lain.

2.

Hormon lokal, terbagi menjadi :


a. Autokrin

: disekresikan oleh sel-sel ke dalam cairan ekstraselular

dan mempengaruhi
fungsi dari sel yang sama yang mensekresikannya,
dengan berikatan
terhadap reseptor permukaan sel
b. Intrakrin

: bekerja di dalam sel sendiri tanpa dilepaskan oleh sel

endokrinnya tersebut
c. Juxtakrin

menempel

mempengaruhi sel sekitarnya

pada

membran

sel

namun

dapat

d. Parakrin

: disekresikan oleh sel-sel ke dalam cairan ekstraselular

dan berpengaruh
terhadap sel tetangga dari jenis yang berbeda

I.2. Berdasarkan struktur kimia


Terdapat 3 kelas umum dari hormon, yaitu :
1.

Protein dan Polipeptida


Meliputi hormone-hormon yang disekresikan oleh kelenjar anterior dan
posterior pituitary,
pankreas (insulin dan glucagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid)
dan masih banyak lagi.

2. Steroid
Disekresikan oleh korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), ovarium
(estrogen dan progesteron), testis (testosterone), dan plasenta (estrogen
dan progesterone).
3. Turunan dari asam amino tirosin
Disekresikan oleh tiroid (tiroksin dan triidotironin) dan medulla adrenal
(epinefrin dan norepinefrin). Sampai saat ini belum diketahui hormon
polisakarida dan asam nukleat

I.3. Berdasarkan Kelarutannya


1. Lipid soluble hormones
a. Hormon steroid (derivat kolesterol)
b. Hormon tiroid (T3 dan T4)
c. Gas (NO)
Dalam darah kebanyakan berikatan dengan protein transport
2. Water soluble hormones
a. Hormon amin : cathecolamines, histamine, melatonin, serotonin
b. Hormon protein dan peptida : semua hormon hipotalamus, pituitary, pancreas,
paratiroid, lambung dan usus + calcitonin, erythropoietin, leptin
c. Eicosanoids (derivat asam arahidonat) : prostaglandin, leukotrien
Dalam darah kebanyakan bebas (tidak terikat protein transport)

KONTROL PELEPASAN HORMON

Sekresi hormon melibatkan sintesis atau produksi hormon dan pelepasannya dari
sel. Tingkat hormon dalam plasma dapat berubah-ubah sepanjang hari. Bermacammacam bentuk opola pada pelepasan hormon ditentukan oleh interaksi dan integrasi
dari mekanisme kontrol multipel, yang mencakup: kontrol hormonal, kontrol neural,
nutrisional, dan faktor lingkungan yang meregulasi sekresi hormon konstitutif (basal)
dan terstimulasi tingkat puncak.. pelepasan hormon yang pulsatil dan periodik
penting dalam menjaga fungsi normal endokrin, serta dalam menimbulkan efek
fisiologis pada target organ. Meskipun mekanisme yang menentukan pulsatilitas dan
periodisitas pelepasan hormon tidak sepenuhnya dimengerti oleh setiap hormon, 3
mekanisme umum dapat diketahui sebagai regulator umum dan pelepasan hormon.
Yaitu:
1. Neural Controle
Kontrol & integrasi oleh CNS merupakkan komponen kunci ungtuk regulasi
hormon dan dimediasi oleh kontrol langsung neurotransmitter dari pelepasan
hormon endokrin. Kontrol neural juga memiliki peran penting dalam
meregulasi pelepasan hormon endokrin perifer. Organ-organ endokrin seperti
pankreas menerima input simpatisdan parasimpatis, yang berkontribusi dalam
meregulasi pelepasan insulin dan glucagon. Kontrol neural dari pelepasan
hormon paling baik ditunjukkan oleh regulasi simpatis terhadap kelenjar
adrenal, yang fungsinya sebagai ganglion simpatik termodifikasi yang
menerima input neural langsung dari sistem saraf simpatis. Pelepasan
asetilkolin dari ujung saraf pre-ganglionik pada medula adrenal menstimulasi
pelepasan epinephrine ke sirkulasi.
2. Hormonal Controle

pelepasan hormon dari organ endokrin sering dikontrol oleh organ yang lain.
Ketika hasilnya berupa stimulasi pelepasan hormon, hormon yang
mempengaruhi pelepasan hormon yang lain tersebut, disebut tropic
hormone. Seperti pada kasus kebanyakan hormon yang diproduksi dan
dilepaskan oleh anterior pituitari. Salah satu contoh untuk kontrol pelepasan
hormon jenis ini adalah regulasi pelepasan glukokortikoid oleh ACTH. Hormon
juga dapat menekan pelepasan hormon yang lain. Contohnya adalah inhibisi
pelepasan growth hormon oleh somatostatin. Inhibisi hormonal terhadap
pelepasan hormono memiliki peran penting dalam proses regulasi negatif
feedback dari pelepasan hormon. Hormon juga dapat menstimulasi
pelepasan hormon kedua, dimana dikenal sebagai mekanisme FEEDFORWARD .
3. Nutrition or Ion Regulation
Tingkat nutrisi atau ion dalam plasma, juga dapat meregulasi pelepasan
hormon. Pada semua kasus hormon tertentu meregulasi konsentrasi nutrisi
dan ion dalam plasma baik secara langsung maupun tidak. Contoh regulasi
nutrisi dari pelepasan hormon meliputi kontrol pelepasan insulin oleh tingkat
glukosa plasma. Pada beberapa contoh pelepasan satu hormon dapat
dipengaruhi oleh lebih dari satu mekanisme ini. Sebagai contoh, pelepasan
insulin diregulasi oleh tingkat asam amino oleh glukosa plasma, stimulasi
simpatis & parasimpatis, dan hormon-hormon. Fungsi utama dari mekanismemekanisme kontrol ini adalah untuk memungkinkan sistem neuroendokrin
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan menjaga homeostasis.
Keresponsifan dari sel-sel target terhadap aksi hormonal berujung pada
regulasi pelepasan hormon yang membentuk mekanisme controle feedback.
Pengurangan atau inhibisi stimulus awal disebut negative feedback.
Stimulasi atau penambahan stimulus awal, disebut positive feedback. Serta
negative feedback merupakan mekanisme kontrol paling umum dalam
meregulasi pelepasan hormon. Integritas dari sistem tersebut memastikan
perubahan adaptif, sehingga tingkat hormon tidak menimbulkankondisi
patologis. Mekanisme kontrol juga memiliki peran penting dalam adaptasi
hormon terhadap perubahan lingkungan baik yang pendek maupun jangka
panjang. 3 tingkat feedback, diantaranya:
1. Long loop

2. Short loop
3. Ultra short loop

Mineralokortikoid

1. Hormon Mineralokortikoid melewati membran sel sel target


2. Hormon Mineralokortikoid berikatan dengan reseptornya di sitoplasma
3. Terbentuk

komplek

hormon

reseptor(hsp90)

Sitoplasma
4. Subunit hsp90 terdisosiasi
5. Masuk ke dalam nukleus
6. Berikatan

dengan

Nukleus
7. Tanskripsi spesifik mRNA
8. mRNA matur

nuclear

chromatin

acceptor

site

9. Terbentuk protein
10. Protein kemudian mempengaruhi repons Mineralokortikoid
Mineralkortikoid

Hormone jenis ini diproduksi pada zona glomerulosa. Zona glomerulosa hanya
menghasilkan hormone jenis ini, karena zona glomerulosa tidak memiliki enzim 17aIfahydroxyIase, sehinga pregnolone hanya bisa diubah menjadi progesterone. Selain itu zona ini
juga tidak memiliki aktifitas enzim 11 beta-hydroxylase sehingga tidak bisa mengubah I Ideoxycorticosterone menjadi corticosterone.

Proses sintesis

Sekresi dan Pengaturannya


Berbeda dg sekresi glukokortikoid yg diatur oleh system neuroendokrin (hipotalamus
dan pituitary), sekresi aldosterone dipengaruhi oleh angiotensin dan kadar ekstraselular ion

kalium, dan sedikit ACTH, sehingga aldosterone lebih dikenal di system renin-angiotensinaldosterone (RAA pathway).
Berikut adalah RAA pathway:

Pengaturan sekresi aldosterone lainnya adalah oleh ion kalium

Fungsi Hormone di Dalam Tubuh


Aldosterone memiliki beberapa efek didalam tubuh, diantaranya:

Meningkatkan reabsorpsi natrium dan air di ginjal, kelenjar ludah, dan kelenjar

keringat
2

Meningkatkan ekskresi kalium di ginjal, kolon

Merangsang terjadinya hipertropi dan fibrosis pada jantung

Diotak, aldosterone mempengaruhi pengaturan saraf terhadap tekanan darah, salt appetite,
volume regulation, dan sinyal simpatis

Metabolisme dan Ekskresi Hormone


Aldosterone di metabolisme di hati menjadi

derivate tetrahidroglucoronide

dan diekskresikan di

urine.
Sebuah bagian dari aldosterone dimetabolisme menjadi

18-glucoronide

yang mana pada

kondisi asam dapat dihidrolisis menjadi free aldosterone kembali. Bentuk ini disebut juga
dg acid-labile form. Jadi ekskresi aldosterone adalah sbb:
a

sekitar 5% dalam bentuk acid-labile

sekitar 1% dalam bentuk aktif (tidak dimetabolisme di hati)

lebih dari 40% adlah dalam bentuk tetraglukoronide.

Glucocorticoid

1. Hormon Glukokortikoid melewati membran sel sel target


2. Hormon Glukokortikoid berikatan dengan reseptornya di sitoplasma
3. Terbentuk

komplek

Sitoplasma
4. Subunit hsp90 terdisosiasi
5. Masuk ke dalam nukleus

hormon

reseptor(hsp90)

6. Berikatan

dengan

nuclear

chromatin

acceptor

Nukleus
7. Tanskripsi spesifik mRNA
8. mRNA matur
9. Terbentuk protein
10. Protein kemudian mempengaruhi repons glukokortikoid

Sintesis Glukokortikoid

Sitoplasma

site

Sekesi Glukortikoid

Mekanisme Of Action glukokortikoid

Metabolisme Glukokortikoid
Metabolisme glukokortikiod sebagian besar dilakukannnn di hati dan sebagian
kecil di ginjal. Sedangkan ekskresinya paling banyak melalui urine dalam bentuk
terkonjugasi. Ekskresi kedalam urin ini membutuhkan perubahan sifat dari lipofilik
menjadi hidrofilik.
Proses metabolisme giukokortikoid yang menjadikannya inaktif dan hidrofilik
terdiri atas proses katabolisme (reduksi, oksidasi, hidroksilaai) dan konjugasi
dengan derivate sulfat atau glukoronide.
Hasilnya adalah berupa tetrahidrokortisol dan tetrahidrokortison yang juga
dikenal sebagai 17-hydroxycorticosteroid. Kadar zat ini dalam urin bisa dijadikan
uji diagnosa terhadap fungsi adrenaldalam menghasilkan steroid.

Efek Glukokortikoid terhadap Tubuh


a. Connective tissue

Glukokortikoid menginhibisi fibroblast, menyebabkan kehilangan collagen dan


jaringan ikat, sebagai hasilnya kulit menjadi tipis, easy bruising, stria
formation dan poor wound healing.
b. Bone
Glukokortikoid secara langsung menghambat formation tulang melalui
penurunan proliferasi cell dan sintesi RNA , protein collagen dan hyaluronate
c. Kalsiun metabolism
Glukokortikoid mempunyai efek utama terhadap keseimbangan mineral,
mengurangi penyerapan kalsium di intestine , sehingga menurunkan kadar
kalsium di serum, dan menyebabkan kalsium terserap dari tulang, tulang
akhirnya kekurangan kalsium ( dapat menyebabkan osteoporosis )
d. Growth and Development
Glukokortikoid mempercepat pertumbuhan system dan organ fetal.
Glukokortikoid secara umum merupakan inhibitor karena memiliki interaksi
dengan factor pertumbuhan lain.
Glukokortikoid menghambat pertumbuhan pada anak-anak. Karena memiliki
efek langsung terhadap sel tulang.
e. Sel darah dan fungsi imunologis.
Kortisol mengurangin jumlah eosinofil dan limfosit didalam darah, efek ini
mulai timbul dalam waktu beberapa menit sesudah pemberian injeksi kortisol.
Bila sekresi kortisol meningkat, sering kali terjadi polisitemia, dan apabila
tidak ada sekresi kortisol oleh korteks adrenal maka sering kali akan timbul
anemia.
Kortisol dalam dosis besar akan meningkatkan atrofi pada kelenjar limpoid
diseluruh tubuh dan kemudian akan mengurangi keluarnya T sel dan antibodu
dari jaringan limfoid. Sehingga menyebabkan berkurangnya tingkat kekebalan
tubuh terhadap benda asing.
f. Cardiovascular function
Glukokortikoid meningkatkan Cardiac output, dan meningkatkan peripheral
vascular tone.
Glukokortikoid meregulasi ekspresi reseptor adrenergic.
g. Renal function
Mempengaruho keseimbangan air dan elektrolit melalui aksi yang dimediasi
oleh reseptor mineralkortikoid ( hipetensi, sodium retensi ) atau reseptor

glukokortikoid ( meningkatkan GFR ) dikarenakan meningkatnya cardiac


output dan meningkatnya sekresi air dan sodium.
h. Central Nervous System
Glukokortikoid dengan mudah masuk kedalam otak, dan merubah tingkah
laku ( behavior dan kognitif function )
1. Excessive glukokortikoid
Pada paparan yang lama, keabnormalan dari pysiologi akan terjadi seperti
irrritabilitas, emosi labil, depresi.
Pengrusakan fungsi kognitif , biasanya memory dan menurunnya
konsentrasi.
Efek lainnya meningkatkan nafsu makan dan menurunkan libido dan
insomnia.
2. Decrease glukokortikoid
Pasien dengan penyakit Addison, mengalami apatis dan depresi
Menurunya apetite namun meningkatnya sensitivitas terhadap mechanism
penyecap dan penciuman.
i. Efek pada hormone lain
1. Hormone tyroid function
Meskipun TSH level biasanya normal, namn sintesis TSH dan releasnya
dihambat oleh glukokortikoid.
Serum total Tyroksin biasanya dibawah normal karena menurunya tiroksin
binding globulin, tetapi TSH bebas normal.
2. Gonadal Function
Pada pria, menghambat fungsi gonadal ( sekresi gonadotropin ) karena
menurunya dari respon GnRH dan konsentrasi plasma testosterone
dibawah normal.
Pada wanita, glukokortikoid juga menekan respon LH ke GnRH ,
mengakibatkan penekanan terhadap estrogen dan progestin sehingga
menghambat ovulasi dan amenorrhea,

Androgen

1. Hormon Androgen melewati membran sel sel target


2. Hormon Androgen berikatan dengan reseptornya di sitoplasma
3. Terbentuk

komplek

hormo

reseptor(hsp90)

Sitoplasma
4. Subunit hsp90 terdisosiasi
5. Masuk ke dalam nukleus
6. Berikatan

dengan

Nukleus
7. Tanskripsi spesifik mRNA
8. mRNA matur

nuclear

chromatin

acceptor

site

9. Terbentuk protein Sitoplasma


10. Protein kemudian mempengaruhi repons Androgen

Androgen Adrenal
Hormon androgen yang disekresi oleh corteks adrenal adalah androstenedione,
dehydroepiandrosterone (DHEA0 dan dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS).
1. Struktur Kimia

Dehydroepiandrosterone -

- Androestenedione -

2. Sintesis
Kolesterol yang dibawa oleh LDL memasuki sel

ACTH berikatan dengan reseptor. Lalu berikatan dengan G-protein

Adenylate cyclase menjadi sktif, lalu membantu perubahan ATP menjadi cAMP

cAMP lalu mengaktifkan protein kinase A. Sehingga CEH merubah cholesterol


esterase menjadi kolesterol

Kolesterol lalu di bawa ke mitokondria dan dirubah menjadi

Pregnenolone
17 alfa hydroxy pregnenolone

17 alfa hydroxy progesteron

Dehydroepiandrosterone

Androstenedione

DHEAS

Testosteron

Perubahan DHEA. DHEAS, dan Androstenedione menjadi testosteron terjad di


jaringan perifer.

3. Sekresi dan regulasi


Setelah disekresikan , maka androgen akan bersirkulasi ke organ melalui
plasma darah. Androstenedione, DHEA , dan DHEAS akan berikatan lemah dengan
albumin. Sedangkan tetosteron akan berikatan kuat dengan globulin spesifik yang
disebut Sex Hormone Binding Globulin (SHBG).
Pengaturan sekresi androgen juga melibatkan ACTH

4. Distribusi Dan MOA


Testosteron masuk ke dalam sel dan mengalami dua perlakuan

Direduksi oleh enzim 5alfa-reduktase


estradiol

Berikatan dengan androgen reseptor di


Sitoplasma

Memicu terjadinya perubahan bentuk pada reseptor


Dan memfasilitasi pengeluaran heat shock protein (HSP)

Diaromatisasi menjadi

HSP mengalami dimerisasi dan diangkut ke nukleus

HSP berikatan dengan spesifik hormon elemen di DNA

Memicu terjadinya transkripsi dan translasi protein

Timbulnya efek androgen

5. Efek di dalam tubuh


Pada pria, testosteron yang dihasilkan dari perubahan hormon androgen adrenal
jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh testis,
sehingga androgen adrenal pada pria tidak begitu memberikan efek yang signifikan.
Sedangkan pada wanita, adrenal androgen memilik efek yang begitu berarti,
diantaranya adalah
a memicu libido
b diubah menjadi estrogen (estradiol) oleh jaringan tubuh yang lain
c

setelah menopouse, sekresi estrogen oleh ovarium mulai berkurang,


sehingga semua estrogen yang dihasilkan adalah dari konversi androgen
adrenal.

Androgen adrenal juga memicu pertumbuhan axillary dan pubic hair pada wanita
dan pria.

Gangguan Sistem Endokrin


Secara umum, gangguan system endokrin dapat berupa : (1) Kelebihan hormone,
(2) kekurangan hormone, dan (3) resistansi terhadap hormone, yang nantinya akan
mengakibatkan hiperfungsi ataupun hipofungsi hormone tersebut.
Hiperfungsi

Hipofungsi
Kelenjar

Tumor
Hiperplasia

Destruksi
Prohormon

Produksi ektopi
iatrogenik

block
Hormon
Stimulasi

block

Degradasi

Antibodi antagonis

Defek

Degradasi

Reseptor

Antibodi

Efektor

Stimulasi

Respon
Kerusakan jaringan

Kerusakan jaringan

1. Hipofungsi Endokrin
Destruksi Kelenjar
- Biasanya menyangkut autoimmune, contoh : diabetes mellitus tipe 1,
hipotiroidism, adrenal insufficiency, gonadal failure. Destruksi banyak kelenjar

karena penyakit autoimun disebut poluglandular failure syndrome (Schmidts


-

syndrome).
Kerusakan imunologi, infeksi merupakan penyebab lain.
Kerusakan pada kelenjar pituitary biasanya karena tumor, hemorage, dan
proses inflamasi.

Extraglandular disorder
Pada beberapa kasus, jaringan yang rusak merupakan jaringan yang
memproduksi hormone ataupun precursor pengkonversi hormone menjadi
bentuk aktif. Contohnya : rusaknya jaringan ginjal dapat merusak konversi 2,5
OH-cholecalciferol menjadi 1,25 (OH)2-cholecalciferol yang berakibat pada

gangguan keseimbangan Ca2+ dan phosphate dalam tubuh.


Faktor yang mempengaruhi degradasi atau sensitifitas hormone ditambahkan
ke dalam tubuh. Contoh : hormone tiroid dapat menyebabkan peningkatan
metabolism cortisol. Treatmen untuk orang uang hipotiroid menyebabkan
adrenal insufficiency.

Kerusakan biosintesis hormone


Kerusakan gen yang mengkode hormone, regulasi produksi hormone atau
terlibat dalam metabolism hormone. Contoh : delesi gen hormone
pertumbuhan, atau kasus yang jarang terjadi mutasi gen insulin dengan
produksi abnormalnya pada diabetes mellitus.

2. Hiperfungsi Hormon
Diakibatkan oleh 3 sebab, yaitu : (1) tumor, (2) hyperplasia, (3) stimulasi auto
imun.

Tumor
Tumor pituitary menyebabkan stimulasi hormone ke kelenjar target
Contoh tumor endokrin lain :
Tumor kelenjar paratiroid, menghasilkan paratiroid hormone berlebih
Tumor tiroid, menghasilkan peningkatan T3 & T4 ataupun calsitonin

Tumor pancreatic islet, menghasilkan baik insulin ataupun glucagon berlebih


Tumor adrenal, menghasilkan peningkatan kortisol, aldosteron, androgen dan
steroid lain
Tumor ginjal, menghasilkan peningkatan rennin / angiotensin
-

Produksi ektopi oleh sel tumor biasanya hormone polipeptida : ACTH, ADH,
Calcitonin, dll.

Hiperplasia

Hiperplasia adrenal granulose, menyebabkan peningkatan aldosteron

Hipperlasia adrenal fasiculata & reticularis, menghasilkan peningkatan cortisol


dan cushings syndrome

Stimulasi autoimun

Hipertiroidism, antibody yang diproduksi meningkat dan mengaktivasi


reseptor TSH di membrane tyrocyte.

Hiperinsulin

Syndrome kelebihan hormone karena Exogenous Hormon

Terapi glukokortikoid menekan proses inflamasi, menyebabkan cushings


syndrome.

Menggunakan dosis tinggi hormone tiroid untuk menekan keganasan


menyebabkan hipertiroidism

3. Defek Sensitifitas terhadap Hormon


-

Defek sensitifitas atau insensitivitas terhadap hormone dapat merupakan


penyakit yang didapat ataupun genetic.

Secara umum fefek isensitivitas dapat berupa : (1) penurunan jumlah


reseptor, mengakibatkan penurunan atau defek ikatan hormone-reseptor, (2)
perusakan fungsi eseptor, mengakibatkan insensitivitas terhadap hormone,
(3) timbulnya antibody yang berefek pada reseptor spesifik dan menurunkan
pengikatan untuk hormone, (3) ekspresi tidak biasa dari fungsi reseptor,
terjadi karena ada sel tumor dengan aktifitas abnormal reseptor.

Cushings Syndrome
Cushings syndrome merupakan kelebihan glukokortikoid secara kronik, biasanya
karena terapi glukokortikoid kronik. Cushings syndrome acute juga dapat terjadi
dikarenakan abnormalitas sekresi CRH dan/atau ACTH, biasanya karena ektopik
sekresi oleh nonpituitary tumor. Cushings disease merupakan tipe spesifik cushings
syndrome karena sekresi ACTH berlebih oleh karena tomor pituitary.
Klasifikasi dan Insidensi

Cushings Sindrome

ACTH-dependent
-Cushings disease
-sekresi ektipik ACTH

ACTH-independent
-Neoplasia
-hyperplasia
-iatrogenic

Pada ACTH-dependent, sekresi ACTH yang berlebih mengakibatkan stimulasi zona


fasiculata dan reticularis untuk menghasilkan glukokortikoid dan androgen,
sedangkan pada ACTH-independent tidak bergantung pada stimulasi ACTH, zona
fasiculata & reticularis mengsekresikan sendiri hormonnya walaupun tanpa stimulasi.
Ciri-ciri Klinik

Sign dan Symtomp


1. Obesitas; terutama pada wajah mengakibatkan gambaran moon face, leher
(supraclavicular dan dorsocervikal), badan dan abdomen.
2. Perubahan pada kulit; dicurigai karena kenaikan kortisol mengakibatkan kulit
menjadi tipis, facial plethora, easy bruisability, stratie pada abdominal,
payudara, paha, axial, pinggang dan bokong, adanya jerawat (karena
kelebihan androgen), dan popular lesion.
3. Histurism; 80% pasien wanita, dikarenakan karena hipersekresi adrenal
androgen, rambut tumbuh di wajah, abdomen,payudara, dada, dan paha atas.
4. Hipertensi ; diastole > 100 mmHg.
5. Gonadal disfungsi; dikarenakan kelebihan androgen pada wanita dan cortisol
pada pria; pada wanita dapat berupa amenorea, infertile; sedangkan pada
pria berupa penurunan libido dan testosteron testis, serta impoten.
6. Gangguan CNS; dikarenakan peningkatan corticosterone yang berdampak
pada emosi labil, depresi, penurunan memori, penurunan konsentrasi,
insomnia dan halusinasi.
7. Kelemahan otot; biasanya pada proximal dan banyak pada ekstremitas
bawah.
8. Osteophorosis; dikarenakan peningkatan glukokortikoid biasanya pada tulang

kaki, ribs, dan vertebra.


9. Renal calculi; berupa hipercalciuria
10. Haus dan poliuria; glukokortikoid menginhibisi vasopressin (antidiuretik).
Laboratory Finding
1. Penurunan eosinophil
2. Hipokalemic alkalosis
3. Fasting hiperglicemi / postprandial hiperglicemi
4. Glicosuria
5. Hipercalciuria
Imaging
1. Cardiomegali, dikarenakan (1) hipertensi; (2) atherosclerosis; (3) akumulasi
lemak.
2. Fraktur pada tulang vertebra dan ribs.

Cushings Disease
Insidensi
-

70 % kasus pada cushings syndrome


Perbandingan angka kejadian pada pria dan wanita adalah ratio 1:8 lebih

banyak pada wanita


Usia tersering adalah 20-40 tahun

Patologi
-

Mikroadenoma berukuran <10mm dan makroadenoma berukuran >10mm

(biasanya invasive meluas ke sella tursika), malignancy jarang terjadi.


Tumor terlihat granulasi basofil (corticotrop, thirototrop, dan gonadothrop)

dalam susunan sinusoidal.


Mikroadenoma terletak di dalam anterior pituitary, melingkari dan menekan

sel-sel pituitary normal.


Hiperplasia pituitary jarang terjadi pada cushing syndrome.

Pathophysiology

_
_

Hipotha

Anterior

Cortex a

Glukokortokoid

Pituiraty mensekresikan ACTH walaupun stimulus dari hipohalamus berupa CRH


sedikit ataupun tidak ada oleh karena mekanisme feed back. Akibatnya cortex
adrenal mensekresikan glukokortikoid dan androgen dalam jumlah berlebih.
Androgen kemudian diconvert menjadi testosteron ataupun dihidrotestosteron yang
pada wanita berakibat pada : histurism, acne dan amenorrhea, sedangkan pada pria

karena peningkatan testosteron ini mengirim signal kepada hypothalamus dan


anterior pituitary untuk menekan sekresi hormone gonad akibatnya: penurunan
testosteron testis, penurunan libido, impoten. (testosteron yang dihasilkan korteks
adrenal tidak mencukupi disbanding testosteron dari testis).
Etiology
-

Secara

hipersekresi ACTH.
Secara sekunder

primer oleh

karena

oleh

pituitary adenoma

karena

benign

yang

mengakibatkan

hypothalamic

gangliocytoma

mengakibatkan peningkatan produksi CRH.


Treatment
-

Membuang dan menghancurkan lesi utama.


Microsurgery dan terapi radiasi
Pharmacologic inhibitor untuk sekresi ACTH
Adrenalectomy (pada kasus yang parah)

Prognosis
-

survival lebih lama


mortality biasanya karena penyakit cardiovascular

Secresi Hipersekresi ACTH Ectopy


Insidensi
-

15-20% kasus ACTH-dependent Cushings Sindrome


Biasanya berasal dari small carcinoma pada paru-paru
Prognosis pasien sangat buruk
Umur insidensi : 40-60 tahun

Etiology
-

Selain ditunjukan oleh peningkatan ACTH juga adanya fragmen ACTH berupa

-LPH (lipotropin) dan -endorphin.


Tumor yang menyebabkan ectopi sekresi ACTH : (1) small sel carcinoma di
paru-paru (50% kasus); (2) pancreatic islet cell tumor; (3) carcinoid tumor

(paru-paru,thymus, pancreas, ovary); (4)medulary carcinoma thyroid; (5)


Pheochromocytoma.
Pathophysiology

ACTH

_
_
Mineralokortikoid

Walaupun stimulus dari hipohalamus berupa CRH dan ACTH dari anterior pituitary
sedikit ataupun tidak ada oleh karena mekanisme feed back, ACTH tetap
disekresikan denga jumlah yang banyak dan biasanya lebih besar daripada pada
cushings disease oleh sel-sel tumor. Akibatnya cortex adrenal mensekresikan
glukokortikoid

dan

androgen

dalam

jumlah

berlebih

dan

juga

sejumlah

mineralokortikoid. Androgen kemudian diconvert menjadi testosteron ataupun


dihidrotestosteron yang pada wanita berakibat pada : histurism, acne dan
amenorrhea, sedangkan pada pria karena peningkatan testosteron ini mengirim
signal kepada hypothalamus dan anterior pituitary untuk menekan sekresi hormone
gonad akibatnya: penurunan testosteron testis, penurunan libido, impoten.
(testosteron yang dihasilkan korteks adrenal tidak mencukupi disbanding testosteron
dari testis). Mineralokortikoid juga berakibat pada hipertensi dan hiperkalemia.
Treatment
-

Pada kasus sering ditemukan hipokalemia, diterapi dengan K + replacement.


Diberikan obat yang menginhibisi sintesis steroid (ketoconazole, metyrapone,

dan aminoglytethimide)
Diberikan mitotane. (zat antineoplasma yang serupa dengan insektisida DDT
dan DDD; dipakai pada pengobatan karsinoma adenokortikoid yang tidak
dapat diobati).

Prognosis
-

Prognosis sangat buruk


Waktu harapan hidup hanya hitungan hari atau minggu.

Tumor Cortex Adrenal


Merupakan

ACTH-independent

Cushings

Syndrome,

dimana

peningkatan

glukokortikoid tidak dipengaruhi oleh ACTH yang dikeluarkan oleh anterior pituitary.
Insidensi
-

10 % pada kasus Cushings Syndrome


Benign adenoma lebih sering daripada carcinoma
Lebih sering terjadi pada wanita.

Patology
-

Sel adrenal adenoma dan carcinoma muncul secara spontan dengan


mensekresikan sendiri (autonomous) adenocortical steroid tanpa control

hypothalamus-pituitary.
Jarang terjadi karena terlebih dahulu cronik hypersecretion ACTH.

Pathophysiology

_
_

Mineralokortikoid

Walaupun stimulus dari hipohalamus berupa CRH dan ACTH dari anterior pituitary
sedikit ataupun tidak ada oleh karena mekanisme feed back, hormone-hormon
steroid tetap disekresikan oleh sel-sel adrenal yang abnormal. Akibatnya pada
adenoma, cortex adrenal mensekresikan glukokortikoid dalam jumlah berlebih,
berbeda dengan adenoma, sel-sel karsinoma selain mensekresikan glukokortikoid
juga androgen dan sejumlah mineralokortikoid. Androgen kemudian diconvert
menjadi testosteron ataupun dihidrotestosteron yang pada wanita berakibat pada :
histurism, acne dan amenorrhea, ditambah lagi virilism sedangkan pada pria karena
peningkatan testosteron ini mengirim signal kepada hypothalamus dan anterior
pituitary untuk menekan sekresi hormone gonad akibatnya: penurunan testosteron
testis, penurunan libido, impoten. (testosteron yang dihasilkan korteks adrenal tidak
mencukupi disbanding testosteron dari testis). Mineralokortikoid juga berakibat pada
hipertensi dan hiperkalemia.
Treatment
-

Adenoma

glukokortikoid selama post-operasi


Carcinoma diterapi dengan eksisi, mitotan, pemberian obat penghambat

diterapi

dengan

unilateral

adrenalectomi

ditambah

terapi

sintesis steroid, dan radioterapi


Prognosis
-

Pada adenoma, prognosis dapat dikatakan sempurna, sedangkan


Pada carcinoma, prognosisnya buruk, bertahan hidup terhitung 4 tahun
setelah onset gejala.

Diagnosis Cushings Syndrome

1. Dexamethasone Suppresive Test


- Dilakukan untuk screening
- Administrasi 1 mg dexamethasone pada jam 11 malam
- Normal : plasma cortisol turun s.d. 1,8 g/dl (50 nmol/L)
2. Urine Free Cortisol
- Pengumpulan urine selama 24 jam
- Kadar kortisol normal <50 g/24 jam (<135 nmol/24 jam)
3. Salivary Cortisol
- Cortisol tinggi pada pagi hari dan menurun sepanjang hari itu, titik terendah
-

pada larut malam.


Metode ini simple dan praktis
Kadar cortisol pasien Cushings Syndrome pada 11 pm >0,1 g/dl

Insufisiensi Adrenocortical
Definisi : keadaan dimana kurangnya produksi glukokortikoid dan mineralkortikoid di
adrenal, akibat disfungsi dari kortex atau adrenal akibat kekurangan sekresi ACTH
pituitary.

Hypoadrenalism / addision disease / insufficiency adrenocortical primer

Definisi
Merupakan kelainan dari gagalnya adrenal cortex memproduksi hormonehormon adrenocortical, dan seringkali disebabkan oleh atrhopy pada adrenal
cortex.
Insiden
Jarang terjadi, dengan prevalensi 1 dari setiap 100.000 orang populasi di
sunia. Penyakit ini dapat menyerang semua umur dan sering terjadi pada
wanita, dengan perbandingan pada pria dan wanita 1 : 6.
Etiology
Biasanya terjadi karena kerusakan korteks adrenal. Akibatnya, baik hormone
kortisol dan aldosteron sering kurang.

Autoimun
Pada gangguan autoimun, system kekebalan tubuh membuat antibody yang
menyerang

jarngan

tubuh

sendiri

atau

organ

dan

perlahan-lahan

menghancurkannya. Pada Addison, system kekebalan tuibuh tersebut


menghancurkan / mendestruksi adrenal cortex. Akibatnya, baik hormone
kortisol maupun aldosteron menjadi berkurang.

Adrenal hemorrhage
Kelenjar adrenal kaya akan supply pembuluh darah, tetapi hanya memiliki 1
pembuluh darah vena. Thrombosis vena adrenal munkin terjadi selama
keadaan turbulensi yang mana meningkatkan tekanan vena adrenal dan

menghasilkan bendungan vascular. Hal tersebut menyebabkan perdarahan


ke dalam kelenjar dan diikuti oleh adrenal insufficiency.

Infeksi
Tuberculosis, histoplasmosis, AIDS.

Adrenoleukodrstrophy
Gangguan ini menyebabkan malfungsi pada adrenal cortex dan demyelination
(pengrusakan, pengangkatan atau hilang nya sarung myelin atau saraf-saraf)
di CNS. Gangguan ini dikarakteristikan secara abnormal oleh tingginya level
VLCFAs (very long chain fatty acid) dikarenakan adanya kecacatan beta
oxidation di dalam peroksisom.

Metastatic Adrenal Disease


Adanya metastasis kanker ke kelanjar adrenal jarang menyebabkan adrenal
insufficiency. Penelitian mengatakan kira-kira 20% pasien dengan metastasis
ke adrenal memiliki subnormal respon kortisol ke ACTH.

Resistence Cortisol
Pituitary resisten terhadap cortisol yang menghasilkan hypersecresi ACTH,
yang mana menstimulasi kelenjat adrenal untuk memproduksi jumlah kortisol
yang berlebihan, mineralcortcoid dan adrenal androgen.

Penyebab lainnya
Obat-obatan berkaitan erat dengan insufficiency agent ketonazole dan
antiparasitic

agent

suramin

sebagai

aminoglutethimide dan metyrapone.

Pathophysiology

Autoimun

Destruksi jaringan cortex

sintesis

steroid

inhibitor

Sekresi steroid normal, tetapi ketika ada stress seharusnya mengalami peningkatan
dan hal tersebut terjadi karena adanya destruksi

Muncul gejala- gejala pada insufficiency adrenocortical primer kronik

Adrenal hemorrhage
Perdarahan ke dalam kelenjar
Destruksi adrenal
Hilangnya sekresi glucocorticoid dan mineralcorticoid
Muncul gejala-gejala pada krisis adrenal akut

Tanda dan gejala


1) Insufficiency adrenocortical kronik
Weakness, fatigue, anorexia, hiperpigmentation, hypotension, gangguan GI.
2) Krisis adrenal akut
- Umum : Hipotensi dan shock, demam, nausea dan vomiting, confusion,
tachycardia, cyanosis
- Local : abdominal, flank pain, abdominal distension, abdominal rigidity,
chest pain, rebound tenderness.
3) Adrenal hemorrhage akut
Hypotensi dan shock, fever, dehydrasi, nausea, vomiting, anorexia,
weakness, hypoglycemia.

Insufficiency Adrenokortikal Sekunder

Etiology

- Dikarenakan defisiensi ACTH yang mana secara umum merupakan


hasil terapi glucocorticoid eksogenus.
- Pituitary / hypothalamic tumors juga dapat menyebabkan hiposekresi
ACTH

Pathophysiology
Penurunan sekresi ACTH

Atrophy zona fasciculate dan reticularis

Sekresi kortisol meningkat

Menimbulkan sign and symptom


Sign and Symptom
- Insufisiensi sekunder selalu kronik
- Volume depletion (kehabisan), dehydrasi, hyperkalemia
- Hyponatremia
- Weakness, lethargy (kelesuan), fatigue (lelah), anorexia, nausea, vomit
- Arthalgia (nyeri sendi), myalgia (nyeri otot)

Diagnosis Insufisiensi
Walaupun diagnosis insufisiensi adrenal harus dipastkan dengan melakukan
penilaian aksi hipofisis-adrenal, tetapi tifak boleh terlambat dilakukan, dapat

menyebabkan

peningkatan

kehilangan

cairan

serta

dehidrasi

yang

dapat

menyebabkan hipotensi lebih lanjut.

Uji diagnostic
Uji-uji untuk memeriksa cadangan adrenokortikal perlu dilakukan untuk
memastikan diagnosis.

Uji stimulasi ACTH cepat


- Uji stimulasi ACTH cepat menilai cadangan adrenal dan ini merupakan
prosedur awal untuk menilai kemungkinan adanya insufisiensi adrenal.
- Respon abnormal terhadap pemberian ACTH eksogen merupakan
indikasi adanya penurunan cadangan adrenal dan memastikan
diagnosis adanya insufisiensi adrenokortikal.
- Respon normal terhadap tes stimulasi ACTH cepat menyingkirkan
kemungkinan adanya kegagalan adrenal primer, karena respon kortisol
yang normal menunjukkan fungsi kortikal yang normal. Tetapi, respon
kortisol yang normal menyingkirkan kemungkinan adanya insufisiensi
adrenokortikal sekunder parsial pada sebagian kecil penderota yang
mengalami penurunan cadangan hipofisis-adrenal terhadap stress
yang tetap dapat mempertahankan sekresi ACTH basal cukup untuk
mencegah terjadinya atrofi adrenokortikal. Bila keadaan ini diduga
secara klinis, respon ACTH hipofisis dapat diuji secara langsung
dengan metirapon atau hipoglikemia yang diinduksi oleh insulin. Jika
hasilnya abnormal, menunjukkan adanya insufisiensi adrenokortikal
sekunder, dan

jika

hasilnya

normal

menyingkirkan

insufisiensi

adrenokrtikal sekunder.

Kadar ACTH plasma


Bila terdapat insufisiensi adrenal, kadar ACTH plasma digunakan untuk
membedakan bentuk yang primer dan sekunder.
- Pada penderita insufisiensi primer : kadar ACTH plasma >240 pg/ml
(44,4 pmol/l) dan biasanya berkisar antara 400-200 pg/ml (88,8-444
pmol/l). (meningkat).

- Pada penderita insufisiensi sekunder : kadar ACTH plasma biasanya


<20 pg/ml (4,4 pmol/l). (normal/menurun).

Farmakologi
A to Z Drug Facts

Cortisone (Cortisone Acetate)


Class: Corticosteroid
Action
Merupakan short-acting glucocorticoid
Menekan pembentukan, pelepasan da aktivitas dari mediator inflamasi endogen dan
menyebabkan retensi beberapa garam.
Indications
Treatment untuk primary or secondary adrenal cortex insufficiency, rheumatic
disorders, collagen diseases, dermatologic diseases, allergic, respiratory diseases,
hematologic disorders,

neoplastic diseases, edematous (disebabkan nephrotic

syndrome), GI diseases, multiple sclerosis; tuberculous meningitis, trichinosis


dengan neurologic or myocardial involvement.
Contraindications

Systemic fungal infections, administrasi dari live virus vaccines pada pasien yang
menerima immunosuppressive doses.
Route/Dosage
ADULTS:
Per Oral : 25300 mg/day.
IM 20300 mg/day. Pada kasus yang tidak terlalu parah < 20 mg/hari mungkin
cukup, pada kasus yang berat > 300 mg/hari mungkin diperlukan
Adverse Reactions
CardioVaskular: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing
angiitis; cardiac arrhythmias atau perubahan ECG ; syncopal episodes; hypertension
CNS: Convulsions; peningkatan tekanan intracranial dengan papilledema; vertigo;
sakit kepala; neuritis/paresthesias; psychosis; fatigue; insomnia.
Dermato:Petechiae and ecchymoses; erythema; lupus erythematosuslike lesions;
subcutaneous fat atrophy; purpura; hirsutism; acneiform eruptions; allergic
dermatitis; urticaria; angioneurotic edema; perineal irritation; hyperpigmentation atau
hypopigmentation.
EENT: Cataracts; glaucoma; exophthalmos.
GI: Pancreatitis; abdominal distention; ulcerative esophagitis; nausea; vomiting;
peningkatan appetite dan berat badan; peptic ulcer
GenitoUrinary: peningkatan atau penurunan motility dan jumlah spermatozoa.
HEMA: Leukocytosis.
META: Sodium and fluid retention; hypokalemia; hypokalemic alkalosis; metabolic
alkalosis; peningkatan serum cholesterol; hypocalcemia; hypothalamicpituitary-axis
suppression; endocrine abnormalities (penurunan T3, T4 and

131

I uptake, menstrual

irregularities, cushingoid state, penekanan pertumbuhan pada anak-anak, banyak

mengeluarkan keringat, hyperglycemia, glycosuria, manifestasi latent diabetes


mellitus, negative nitrogen balance karena protein catabolism, hirsutism).
Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, muscle weakness, myopathy, tendon rupture,
osteoporosis, aseptic necrosis femoral dan humeral heads, spontaneous fractures;
anaphylactoid reactions; aggravation atau masking of infections; malaise.

Dexamethasone

Class: Corticosteroid
Action
Synthetic long-acting glucocorticoid
Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen
termasuk

prostaglandins,

kinins,

histamine

dan

liposomal

enzymes.Juga

memodifikasi respon imun tubuh


Indications
Adrenal cortical hyperfunction; management primary atau secondary adrenal cortex
insufficiency, rheumatic disorders, collagen diseases, dermatologic diseases, allergic
states, allergic and inflammatory ophthalmic processes, respiratory diseases
(asthma bronchial ), hematologic disorders, neoplastic diseases, cerebral edema
dengan primary atau metastatic brain tumor, craniotomy atau head injury, edematous
(disebabkan nephrotic syndrome), GI diseases, multiple sclerosis, tuberculous
meningitis, trichinosis dengan neurologic atau myocardial involvement.

Contraindications
Systemic

fungal

infections;

penggunaan

melalui

IM

pada

idiopathic

thrombocytopenic purpura; administrasi live virus vaccines; topical monotherapy


pada infeksi primary bacterial; penggunaan ophthalmic pada acute superficial herpes
simplex keratitis, fungal diseases of ocular structures, vaccinia, varicella dan ocular
tuberculosis.
Pharmakokinetik
Absorpsi
Distribusi

: secara cepat dan lengkap


: Di plasma corticosteroid berikatan dengan protein sirkulasi. 90%
corticosteroid berikatan dengan corticosteroid-binding- globulin (CBG)
dan 2 globulinyang dihasilkan oleh hati, 5% berikatan dengan albumin
dan 5-10% lagi bebas, tetapi dexamethasone lebih banyak berikatan

dengan albumin daripada CBG.


Metabolisme : dimetabolisme di hati
Eksresi : Sebanyak 1% corticosteroid langsung dieksresi di ginjal dan kebanyakan
corticosteroid dimetabolisme dahulu di hati baru kemudian dieksresi ke ginjal
Dosage Regimen
-

Oral : 0,5 mg/kg per hari, 5 mg setiap 12 jam

Parenteral : 4 ml

Topical : 0,01 0,1%

Pada mata 0,1 %

Adverse Reactions
CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis;
cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension;
myocardial rupture.
CNS:

Convulsions;

peningkatan

tekanan

intracranial

dengan

papilledema

(pseudotumor cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis.

DERM:

thin

fragile

skin;

petechiae

dan

ecchymoses;

erythema;

lupus

erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform


eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema, perineal irritation;
hyperpigmentation atau hypopigmentation. Pengunaan Topical menyebabkan:
Burning; itching; irritasi; erythema; dryness; folliculitis; hypertrichosis; pruritus;
perioral dermatitis; allergic contact dermatitis; stinging, cracking; secondary
infections; skin atrophy; striae; miliaria; telangiectasia.
EENT: Posterior subcapsular cataracts; glaucoma; exophthalmos.
HEMA: Leukocytosis.
META: Sodium retansi cairan; hypokalemia; hypokalemic alkalosis; metabolic
alkalosis; hypocalcemia.
RESPIRATORY: Oral inhalation: Wheezing.
Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss,
osteoporosis, spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual
irregularities, cushingoid state, penekanan pertumbuhan pada anak, penurunan
carbohydrate
hypersensitivity

tolerance,

hyperglycemia,

reactions);maskin

glycosuria,

infections;

malaise;

anaphylactoid
leukocytosis;

atau
fatigue;

insomnia. Intra-articular: Osteonecrosis; tendon rupture; infeksi; atrophy kulit.

Prednisone

Class: Corticosteroid
Action
Intermediate-acting glucocorticoid
Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen
termasuk

prostaglandins,

kinins,

memodifikasi respon imun tubuh

histamine

dan

liposomal

enzymes.Juga

Indications
Endocrine disorders; rheumatic disorders; collagen diseases; dermatologic diseases;
allergic states; allergic dan inflammatory ophthalmic processes; respiratory diseases;
hematologic disorders; neoplastic diseases; edematous

states (disebabkan

nephrotic syndrome); GI diseases; multiple sclerosis; tuberculous meningitis;


trichinosis dengan neurologic atau myocardial involvement.
Contraindications
Systemic fungal infections; administrasi live virus vaccines.
Route/Dosage
ADULTS: Per Oral 5 to 60 mg/day.
Adverse Reactions
CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis;
cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension;
myocardial rupture.
CNS:

Convulsions;

peningkatan

tekanan

intracranial

dengan

papilledema

(pseudotumor cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis.


DERM:

thin

fragile

skin;

petechiae

dan

ecchymoses;

erythema;

lupus

erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform


eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema, perineal irritation;
hyperpigmentation atau hypopigmentation. Pengunaan Topical menyebabkan:
Burning; itching; irritasi; erythema; dryness; folliculitis; hypertrichosis; pruritus;
perioral dermatitis; allergic contact dermatitis; stinging, cracking; secondary
infections; skin atrophy; striae; miliaria; telangiectasia.
EENT: Posterior subcapsular cataracts; glaucoma; exophthalmos.
HEMA: Leukocytosis.

META: Sodium retansi cairan; hypokalemia; hypokalemic alkalosis; metabolic


alkalosis; hypocalcemia.
RESPIRATORY: Oral inhalation: Wheezing.
Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss,
osteoporosis, spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual
irregularities, cushingoid state, penekanan pertumbuhan pada anak, penurunan
carbohydrate
hypersensitivity

tolerance,

hyperglycemia,

reactions);maskin

glycosuria,

infections;

malaise;

anaphylactoid
leukocytosis;

atau
fatigue;

insomnia. Intra-articular: Osteonecrosis; tendon rupture; infeksi; atrophy kulit

Methylprednisolone
Class: Corticosteroid

Action
Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen
termasuk

prostaglandins,

kinins,

histamine

dan

liposomal

enzymes.Juga

memodifikasi respon imun tubuh


Indications
Therapy pada primary atau secondary adrenal cortex insufficiency; rheumatic
disorders; terapi perawatan pada collagen diseases; treatment dermatologic
diseases; management respiratory diseases; treatmen hematologic disorders;
palliative management dari neo-plastic diseases; management cerebral edema
dengan primary atau metastatic brain tumor, craniotomy atau head injury; induksi
diuresis in edematous (dari nephrotic syndrome); management critical exacerbations

GI diseases; management acute exacerbations multiple sclerosis; treatment


tuberculous meningitis; management trichinosis dengan neurologic atau myocardial
involvement.
Contraindications
Systemic fungal infections; idiopathic thrombocytopenic purpura (IM administration);
administrasi of live virus vaccines; topical monotherapy pada infeksi primary
bacterial;penggunaan topical pada wajah, inguinal atau axilla; penggunan pada
premature infants (sodium succinate salt).
Route/Dosage
Methylprednisolone
Adults: Per Oral 448 mg/day.

Adverse Reactions
CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis;
cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension;
myocardial rupture.
CNS:

Convulsions;

peningkatan

tekanan

intracranial

dengan

papilledema

(pseudotumor cerebri); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis.


DERM:

thin

fragile

skin;

petechiae

dan

ecchymoses;

erythema;

lupus

erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform


eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema, perineal irritation;
hyperpigmentation atau hypopigmentation. Pengunaan Topical menyebabkan:
Burning; itching; irritasi; erythema; dryness; folliculitis; hypertrichosis; pruritus;
perioral dermatitis; allergic contact dermatitis; stinging, cracking; secondary
infections; skin atrophy; striae; miliaria; telangiectasia.
EENT: Posterior subcapsular cataracts; glaucoma; exophthalmos.

HEMA: Leukocytosis.
META: Sodium retansi cairan; hypokalemia; hypokalemic alkalosis; metabolic
alkalosis; hypocalcemia.
RESPIRATORY: Oral inhalation: Wheezing.
Lain-lain: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss,
osteoporosis, spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual
irregularities, cushingoid state, penekanan pertumbuhan pada anak, penurunan
carbohydrate
hypersensitivity

tolerance,

hyperglycemia,

reactions);maskin

glycosuria,

infections;

malaise;

anaphylactoid
leukocytosis;

atau
fatigue;

insomnia. Intra-articular: Osteonecrosis; tendon rupture; infeksi; atrophy kulit. A to Z Drug


Facts

Prednisolone

Class: Corticosteroid
Action
Intermediate-acting glucocorticoid.
Menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas dari mediator inflamasi endogen
termasuk

prostaglandins,

kinins,

histamine

dan

liposomal

enzymes.Juga

memodifikasi respon imun tubuh

Indications
Oral/Parenteral administration: Endocrine disorders: rheumatic disorders; collagen
diseases; dermatologic diseases; allergic dan inflammatory ophthalmic processes;
respiratory diseases; hematologic disorders; neoplastic diseases; edematous
disebabkan nephrotic syndrome; GI diseases; multiple sclerosis; tuberculous
meningitis; trichinosis dengan neurologic atau myocardial involvement.

Intra-articular atau soft tissue administration: rheumatoid arthritis, bursitis, acute


gouty

arthritis,

epicondylitis,

acute

nonspecific

tenosynovitis,

posttraumatic

osteoarthritis.
Intralesional administration: Treatment lesion: keloids; localized hypertrophic,
infiltrated, inflammatory lesions of lichen planus, psoriatic plaques, granuloma
annulare, lichen simplex chronicus; discoid lupus erythematosus; necrobiosis
lipoidica diabeticorum; alopecia areata; cystic tumors aponeurosis atau tendon.
Ophthalmic administration: Treatment

steroid-responsive inflammatory palpebral

dan bulbar conjunctiva, lid, cornea dan anterior segment globe.


Contraindications
Oral/Parenteral: Systemic fungal infections; administrasi live virus vaccines.
IM: Idiopathic thrombocytopenic purpura; sulfite sensitivity.
Ophthalmic: Acute superficial herpes simplex keratitis; fungal diseases dari struktur
ocular , vaccinia, varicella dan viral diseases lainnya dari cornea dan conjunctiva;
ocular tuberculosis.
Route/Dosage
ADULTS: PO 5 - 60 mg/hari (prednisolone, prednisolone sodium phosphate). IM 4 60 mg/hari (prednisolone acetate). IV/IM 4 -60 mg/hari (prednisolone sodium
phosphate).
Intra-Articular, Intralesional,atau Soft Tissue Administration
ADULTS: 4 - 100 mg (prednisolone acetate); 4-30 mg atau lesions (prednisolone
tebutate),atau 2 -30 mg prednisolone sodium phosphate.

Adverse Reactions

CV: Thromboembolism atau fat embolism; thrombophlebitis; necrotizing angiitis;


cardiac arrhythmias atau perubahan ECG; syncopal episodes; hypertension;
myocardial rupture.
CNS: Convulsions; pseudotumor cerebri (peningkatan tekanan intracranial dengan
papilledema); vertigo; sakit kepala; neuritis; paresthesias; psychosis.
DERM:

thin, fragile

skin;

petechiae

dan

ecchymoses;

erythema;

lupus

erythematosuslike lesions; subcutaneous fat atrophy; striae; hirsutism; acneiform


eruptions; allergic dermatitis; urticaria; angioneurotic edema; perineal irritation;
hyperpigmentation atau hypopigmentation.
EENT: Posterior subcapsular cataracts; peningkatan tekanan intraocular; glaucoma;
exophthalmos
GI: Pancreatitis; abdominal distention; ulcerative esophagitis; nausea; vomiting;
peningkatan appetite andberat badan; peptic ulcer dengan perforation dan
hemorrhage;
GU: Peningkatan atau penurunan motility dan jumlah spermatozoa.
HEMA: Leukocytosis.
META: retensi sodium dan cairan , hypokalemia; hypokalemic alkalosis; metabolic
alkalosis; hypocalcemia; negative nitrogen balance.
OTHER: Musculoskeletal effects (eg, weakness, myopathy, muscle mass loss,
tendon rupture, osteoporosis, aseptic necrosis femoral dan humoral heads,
spontaneous fractures); endocrine abnormalities (eg, menstrual irregularities,
cushingoid state, growth suppressionpada anak, sweating, penuruana carbohydrate
tolerance, hyperglycemia, glycosuria, hirsutism); anaphylactoid , masking of
infections; fatigue; insomnia. Dengan intra-articular administration: osteonecrosis;
tendon rupture; infection, skin atrophy; postinjection flare; hypersensitivity; facial
flushing.

Anda mungkin juga menyukai