Anda di halaman 1dari 19

Pengantar

Memahami

nilai-nilai yang
mengontrol perilaku dalam
masyarakat dan mengatur
perilaku seseorang secara benar
merupakan bagian penting dalam
perkembangan moral
Konsep benar dan salah anakanak berubah dengan sangat
menarik pada waktu mereka
tumbuh dewasa

Lanjutan . . . . . . .
Sebagian

besar anak berusia 5 tahun


mengatakan berbohong, atau mencuri,
atau menyakiti orang lain adalah salah
Tetapi pemahaman mereka mengenai
pernyataan tersebut berubah
bersamaan dengan bertambahnya usia
Dengan cara perlahan-lahan mereka
mulai mengerti bentuk-bentuk
pernyataan yang bersifat bohong
bahwa meminjam berbeda dengan
mencuri

Pengertian
Kata

Moral berasal dari kata latin mos


yang berarti kebiasaan
Kata mos jika akan dijadikan kata
keterangan atau kata sifat lalu mendapat
perubahan dan belakangannnya, sehingga
membiasakan menjadi morris kepada
kebiasaan moral dan lain-lain
Moral adalah kata nama sifat dari
kebiasaan moral dan lain-lain, dan moral
adalah kata nama sifat dari kebiasaan itu,
yang semula berbunyi moralis.

Lanjutan . . . . . .
Perkata

diartikan dengan ajaran kesusilaan,


tabiat atau kelakuan. Dengan demikian
moral dapat diartikan ajaran kesusilaan.
Moralitas berarti hal mengenai kesusialaan
Sedang, etika merupakan suatu ilmu yang
membicara-kan tentang perilaku manusia,
perbuatan manusia yang baik dan yang
buruk. (Ethics the study and phylosophy of
human conduct with emphasis on the
determination of right and wrong one of the
normative sciences)

Teori Piaget
Dalam

bukunya The moral judgement of the Child (1923)


Piaget menyatakan bahwa kesadaran moral anak
mengalami perkembangan dari satu tahap yang lebih tinggi

Pertanyaan

yang melatar belakangi pengamatan Piaget


adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin
hormat pada peraturan

Ia

mendekati pertanyaan itu dua sudut . Pertama


kesadaran akan peraturan (sejauh mana peraturan
dianggap sebagai pembatasan) dan kedua, pelaksanaan
dari peraturan itu. Piaget mengamati anak-anak bermain
kelereng, suatu permainan yang lazim dilakukan oleh anakanak diseluruh dunia dan permainan itu jarang diajarkan
secara formal oleh orang dewasa.

Lanjutan . . . . . . . .
Dengan

demikian permainan itu mempunyai peraturan


yang jarang atau malah tidak sama sekali ada campur
tangan orang dewasa.
Dan melalui perkembangan umur maka orientasi
perkembangan itupun berkembang dari sikap
heteronom ( bahwasannya peraturan itu berasal dari diri
orang lain) menjadi otonom 9 dari dalam diri sendiri
Pada tahap heteronom anak-anak menggangap bahwa
peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan
dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi,
dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap
otonom, anak-anak beranggapan bahwa perauranperaturan merupakan hasil kesepakatan bersama antara
para pemain.

Lanjutan . . . . . .
Anak-anak

pada usia paling muda hingga


umur 2 tahun melakukan aktivitas bermain
dengan apa adanya, tanpa aturan dan tanpa
ada hal yang patut untuk mereka patuhi
Mereka adalah motor activity tanpa dipimpin
oleh pikiran. Pada tahap ini merepa belum
menyadari adanya peraturan yang koersif,
atau bersifat memaksa dan harus di taati
Dalam pelaksanaannya peraturan kegiatan
anak-anak pada umur itu merupakan motor
activiy

Lanjutan . . . . . .
Anak-anak

pada umur antara 2 sampai 6 tahun mereka


telah mulai memperhatikan dan bahkan meniru cara
bermain anak-anak yang lebih besar dari mereka
Pada tahap ini anak-anak telah mulai menyadari adanya
peraturan dan ketaatan yang telah dibuat dari luar dirinya
dan harus ditaati dan tidak boleh diganggu gugat.
Pada tahap ini anak-anak cenderung bersikap egosentris,
mereka akan memandang sangat salah apabila aturan
yang telah ada di ubah dan dilanggar
Dan ia meniru apa yang dilihatnya semata-mata demi untuk
dirinya sendiri, tidak tahu bahwa bermain adalah aktivitas
yang dilakukan dengan anak-anak lainnya. Sehingga
meskipun bermain dilakukan secara bersama sama namun
sebenarnya mereka bermain secara individu, sendiri-sendiri
dengan melakukan pola dan cara yang mereka yakini
sendiri.

Pelaksanaan

yang bersifat egosentris merupakan tahap


peralihan dari tahap yang individualistis murni ke tahap
permainan yang bersifat social

Anak pada usia 7-10 tahun beralih dari kesenangan yang


semata-mata psikomotor kepada kesenangan yang
didapatkan dari persaingan dengan kawan main dengan
mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dan disetujui
bersama.
Walaupun sebenarnya tidak faham akan peraturan sampai
hal yang paling kecil namun keinginan untuk bekerja sama
dengan kawan bermain amatlah besar.
Anak ingin memahami peraturan dan bermain dengan
setiap mengikuti peraturan itu. Pada tahap ini sifat
heteronom berangsur menjadi otonom

Lanjutan . . . . . . . .
Pada

usia 11 sampai 12 tahun


kemam-puan anak untuk berfikir
abstrak mulai berkembang. Pada
umur umur itu, kodifikasi
( penentuan) peraturan sudah
dianggap perlu
Kadang-kadang mereka lebih
asyik tertarik pada soal-soal
peraturan daripada menjalankan
permainannya sendiri

Teori Kohlberg
Teori

Piaget kemudian menjadi inspirasi


bagi Kohlberg.
Hal yang menjadi kajian Kohlberg adalah
tertumpu pada argumentasi anak dan
perkembangan argumentasi itu sendiri
Melalui penelitian yang dilakukannya
selama 14 tahun, Kohlberg kemudian
mampu mengidentifikasi 6 (enam) tahap
dalam moral reasoning yang kemudian
dibagi dalam tiga taraf.

1. Taraf Pra-Konvensional
Pada

taraf ini anak telah memiliki sifat responsif


terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya
cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis
(berdasarkan dengan enak dan tidak enak, suka dan
tidak suka) kalau jahat dihukum kalau baik diberi
hadiah
Anak pada usia ini juga menafsirkan baik buruk dari
segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang
tua, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada taraf ini
terdiri dari dua tahpan yaitu :
1)punishment and obedience orientation. Akibatakibat fisik dari tindakan menentukan baik buruknya
tindakan tersebut menghindari hukuman dan taat
secara buta pada yang berkuasa diangga bernilai
pada dirinya sendiri

Lanjutan . . . . . .
2)

Instrument-relativist orientation.
Akibat dalam tahap ini beranggapan
bahwa tindakan yang benar adalah
tindakan yang dapat menjadi alat untuk
memuaskan kebutuhannya sendiri dan
kadang-kadang juga kebutuhan orang lain
Hubungan antar manusia dianggap
sebagai hubungan jual beli di pasar.
Engkau menjual saya membeli, saya
menyenangkan kamu, maka kamu mesti
menyenangkan saya.

Lanjutan .. .. ..
2.

Conventional Level ( taraf


Konvensional)
Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya
harapan-harapan keluarga atau bangsa bernilai
pada dirinya sendiri
Anak tidak hanya mau berkompromi , tapi setia
kepadanya, berusaha mewujudkan secara
aktif, menunjukkan ketertiban dan berusaha
mewujudkan secara aktif, menunjang
ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri
mereka yang mengusahakan ketertiban social

Dua tahap dalam taraf ini adalah :


a.Tahap

interpersonal corcodance atau good boy-nice


girl orientation. Tingkah laku yang lebih baik adalah
tingkah laku yang membuat senang orang lain atau yang
menolong orang lain dan yang mendapat persetujuan mereka
Supaya diterima dan disetujui orang lain seseorang harus
berlaku manis. Orang berusaha membuat dirinya wajar
seperti pada umumnya orang lain bertingkah laku. Intensi
tingkah laku walaupun kadang-kadang berbeda dari
pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-orang
yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap
berintensi baik.
b.Tahap law and order, orientation. Otoritas peraturanperaturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban
social dijunjung tinggi dalam tahap ini. Tingkah laku disebut
benar, bila orang melakukan kewajibannya, menghormati
otoritas dan memelihara ketertiban social.

Lanjutan . . . . . . .
3.

Postconventional Level
( taraf sesudah konvensional)
Pada taraf ini seorang individu
berusaha mendapatkan
perumusan nilai-nilai moral dan
berusaha merumuskan prinsipprinsip yang sah (valid) dan yang
dapat diterapkan entah prinsip
itu berasal dari otoritas orang
atau kelompok yang mana

Tahapannya adalah
a.Social

contract orientation. Dalam tahap ini orang


mengartikan benar-salahnya suatu tindakan atas hakhak individu dsan norma-norma yang sudah teruji di
masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersiat
relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu
consensus bersama.

b. The universal ethical principle orientation. Benar


salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara
nurani hati. Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang
dianut oleh orang yang bersangkutan, prinsip prinsip
etis itu bersifat avstrak. Pada intinya prinsip etis itu
adalah prinsip keadilan, kesamaan hak, hak asasi,
hormat pada harkat( nilai) manusia sebagai pribadi.

Dalam proses 6 tahapan perkembangan


moral reasoning tsb berlaku dalil sbb :
Perkembangan

moral terjadi secara berurutan dari satu


tahap ke tahap berikutnya.
Dalam perkembangan moral orang tidak memahami cara
berfikir dari tahap yang lebih dari dua tahap diatasnya
Dalam perkembangan moral, seseorang secara kognitif
tertarik pada cara berfikir dari satu tahap diatas tahapnya
sendiri. Anak dari tahap 2 merasa tertarik kepada tahap 3.
berdasarkan inilah kohlber percaya bahwa moral reasoning
dapat dan mungkin diperkembangkan.
Dalam perkembangan moral, perkembangan hanya akan
terjadi apabila diciptakan suatu disequilibrium kognitif pada
diri si anak didik. Sesorang yang sudah mapan dalam satu
tahap tertentu harus diusik secara kognitif sehinga ia
terangsang untuk memikirkan kembali prinsip yang sudah
dipegangnya. Kalau ia tetap tentram dan tetap dalam
tahapannya sendiri, maka tidak mungkin ada perkembangan.

Sekian
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai