Anda di halaman 1dari 108

BIOETIK DAN HUMANIORA

H.M. HADI S.

HUKUM & ETIKA


(PENGANTAR)
MANUSIA & NILAI
Manusia dikodratkan / memiliki naluri untuk
hidup bersama / berkelompok
Utk. memenuhi kebutuhan pokok: sandang,
pangan, papan, kes, pendidikan, manusia
akan bertingkah laku tertentu
Agar dlm kebersamaan tdk terjadi konflik
manusia membutuhkan nilai (value)
Nilai = sesuatu yg berharga / patut utk
diwujudkan
Utk mewujudkan nilai diperlukan pedoman
/ pegangan / ukuran

KAIDAH DAN
PERATURAN

Pedoman / pegangan / ukuran tsb disebut


kaidah = norma
Kumpulan kaidah = peraturan
Peraturan: - tertulis, - tidak tertulis
Dlm kehidupan manusia tdp 2 bidang: eksakta, - sosial
Eksakta: matematika, fisika, mekanika, kimia
Sosial: - hukum, - non hukum
Non hukum: agama, kesopanan, kesusilaan,
moral-etika, ketertiban

HUKUM

Hukum = kumpulan peraturan hukum


Peraturan hukum = kumpulan kaidah / norma
hukum
Kaidah / norma hukum (norm) = pedoman /
pegangan / ukuran utk mewujudkan nilai
hukum
Nilai (value) hukum = sesuatu yg berharga /
patut utk diwujudkan
Nilai hukum tdpt di dlm asas hukum
Asas / prinsip / dasar hukum digunakan
sebagai dasar pembentukan hukum

BEBERAPA CONTOH
ASAS HUKUM

kepastian hukum; - keadilan hukum; - Itikad baik;


- kepantasan; - kepatutan; - praduga tdk bersalah
(presumption of innocent); - kebebasan
berkontrak;
pacta sunt servanda; - audie et alteram partem; ex injura non oritur jus (dari perbuatan melawan
hkm tidak timbul hak); - in dubio pro reo; - unus
testis nullus testis; - nullum delictum nulla poena
sine previa lege punali; asas matrimonial (suami
= kepala rmh tangga);
lex neminem cogit ad impossibilia; - juro suo uti
nemo cogitur; - lex specialis derogat lex
generalis; - lex posterior derogat lex priori; - lex
superior derogat lex inferior; - dsb.

HUKUM DAN NON HUKUM

HUKUM
Mengatur yg boleh
tak boleh
Berisi hak - kewajiban
Tujuan: membentuk
masyarakat yg ideal
Pentaatan datang dari
luar o.k takut sanksi
Hukum yg baik hanya
mengatur hal lahiriah
Sanksi: oleh penguasa
Daerah hukum: lebih
luas

NON HUKUM
Mengatur yg baik
tak baik
Berisi kewajiban
saja
Tujuan: membentuk
manusia yg ideal
Pentaatan datang
dari dalam diri
sendiri
Mengatur hal-hal yg
baik rohani
jasmani
Sanksi oleh
masyarakat

HUKUM MATERIAL HUKUM


FORMAL

Hukum Material = kumpulan peraturan


yang berisi hak kewajiban, yg mengatur
perbuatan hukum manusia: - KUHPer; KUHPid; - KUHD; - Hk Kes; - UUPK; - PP; Permen; - Perda; - dst.
Hukum Formal (Acara) = kumpulan
peraturan yg berisi pedoman beracara di
pengadilan apabila ada hak yg dilanggar /
tdk melakukan kewajiban: - KUHAP; - HIR
(RIB); - RV (Rechtsvordering)

IUS CONSTITUTUM IUS


CONSTITUENDUM

Ius constitutum (= hukum positif)


Indonesia menganut sistem Eropa
Kontinental (kepastian hukum);
sistem lain mis. Singapura menganut
sistem Anglo -Saxon (keadilan
hukum)
Ius constituendum (RUU): dapat
dibuat oleh eksekutif atau legislatif /
DPR

ETIKA HUKUM

ETIKA
Aspirasi: moralitas
Apa yg baik dilakukan
Sanksi oleh teman
sejawat
Mengatur tingkah-laku
secara umum
Etika yg tertulis = kode
etik
Etika ada yg >< hukum
(mis. budaya carok di
Madura, koteka di
Papua)

HUKUM
Aspirasi: kewajiban
Apa yg boleh / tdk boleh
Sanksi thd pelanggar
disepakati masy dlm UU
Mengatur tingkah laku
manusia secara spesifik
Hukum tertulis=hk
positif, tidak tertulis =
hk adat
Hukum ada yg >< dg
etika

ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan (science) berisi pengetahuan,


terdapat sistematika dan selalu dapat diuji secara
kritis
Pengetahuan adalah kumpulan fakta
Fakta adalah kebenaran relatif, hasil penelitian
Fakta: fakta ilmiah dan fakta non ilmiah
Fakta adalah kenyataan yg telah diungkapkan
dengan penelitian
Penelitian: suatu proses yg dpt dilakukan secara
ilmiah / non ilmiah
Penelitian non ilmiah: penemuan; akal sehat;
intuisi; trial and error; wibawa
Penelitian ilmiah: dg melakukan langkah ilmiah:
perumusan masalah, mengumpulkan data,
analisis
Teori: bbrp fakta yg diatur sedemikian rupa dan
dpt menjelaskan fenomena yg ada dlm kehidupan

HUMANIORA - BIOETIK

Humaniora (Latin: humanior) = ilmu


pengetahuan yg bertujuan membuat
manusia lbh berbudaya;
Humaniora meliputi: agama, filsafat, bahasa,
sastra, seni, hukum, dsb.;
Bioetik: Bio = kehidupan; etik = aspirasi
moral ttg baik / tdk baik
Biologi = ilmu pengetahuan ttg kehidupan
(manusia, flora, fauna)
Bioteknologi: pertanian, peternakan,
kedokteran
Bioetik = ilmu pengetahuan ttg kehidupan
dihubungkan dg moral (etika)

BIOHUKUM

Biohukum = ilmu pengetahuan ttg


kehidupan dihubungkan dg hukum
Hukum dlm ilmu pengetahuan ttg
kehidupan mempermasalahkan ttg hak
dan kewajiban manusia itu sendiri
mengenai kehidupannya yg timbalbalik dg manusia lainnya
Etika dlm ilmu pengetahuan ttg
kehidupan mempermasalahkan ttg
kewajiban yg ada dari dlm diri sendiri
untuk menghargai kehidupan

KEHIDUPAN
DAN
KEMATIAN

KEHIDUPAN
KEMATIAN

Kehidupan: kapan dimulai kehidupan?;


apakah saat pertemuan sel mani dan sel
telor?; apakah pd saat nidasi zygote di
dinding rahim?; stlh 12 minggu?; apakah bila
dianggap blm ada kehidupan kehamilan dpt
diakhiri?
Kematian: kapan dimulai kematian?; pd saat
slrh fungsi tbh berhenti?; apakah kematian
batang otak dapat dijadikan ukuran
kematian?
Kriteria pengobatan: apakah pengobatan
akan dilakukan / dimulai?; apakah
pengobatan akan dihentikan?

BANTUAN PENGOBATAN
YANG SIA-SIA

Memulai tindakan medik


Menghentikan tindakan medik
Yang utama adalah informed consent
kpd pasien / kel ttg keuntungan /
kerugian dari memulai /
menghentikan tindakan medik
Kepentingan pasien didahulukan

THE RIGHT OF SELF


DETERMINATION
(TROS)

Hak asasi pasien yg paling dasar utk


menentukan menerima / menolak
tindakan pengobatan
Rhodes island case: The health care
power of attorney act (kasus Marcia
Gray yg mengalami mati klinis / hidup
secara vegetatip krn bantuan alat
medis suami minta menghentikan
bantuan alat dr. menolak, namun
pengadilan mengabulkan permohonan
suami Marcia)
The right of terminally ill act

PENGAKHIRAN
KEHIDUPAN

Pasien kompeten (sadar, dewasa, cakap):


menyatakan penolakan dengan tegas untuk
meneruskan pengobatan; telah mendapat
informasi yang jelas / akurat; menanda
tangani surat keterangan pulang paksa
Pasien tdk kompeten: melalui keluarga /
pengampu dlm kondisi terminal berhak utk
menerima / menolak bantuan secara
vegetatif
Kasus pasien terminal: yg penting
diperhatikan adalah kompetensi pasien dlm
menentukan diri sendiri + pendapat
setidaknya dari 2 dokter lain yg tdk ikut
merawat pasien
Demi kepentingan pasien bila ada keberatan

KEMATIAN BATANG OTAK

SK PB IDI No. 231/PB/A.4/07/90: seseorang


dinyatakan mati bila: - fungsi spontan pernapasan
dan jantung tlh berhenti secara pasti / ireversibel;
- tlh terjadi kematian batang otak
Leenen: kematian otak = kriterium matinya
seseorang krn tlh berakhirnya intelektual dan
psikis seseorang
Kriteria kematian otak: otak mutlak tdk berfungsi
dan fungsi otak tdk dpt dipulihkan kembali
berdasarkan ilmu ttg Neuro-elektrologi diukur dg
alat EEG.
Pertanyaan: bila tlh terjadi mati klinis tetapi
pasien masih hidup secara vegetatif apakah
kehidupan boleh diakhiri? Jawab: sblmnya
hukum tdk mengatur skr berkat fatwa IDI, tlh
diatur dlm Ps. 117 UU Kes

PRINSIP KOPENHAGEN: PRINSIP


DASAR BIOETIKA DAN BIOHUKUM

Otonomi, bebas dari paksaan (Beucham


Childress ttg informed consent yg perlu
dijelaskan kemungkinan akibatnya):
pengungkapan-kejelasan; pemahaman; sukarela;
kompeten; persetujuan
Martabat manusia (human dignity) karena
kemajuan teknologi kemungkinan maju tanpa
akhir Noelle Lenoir: Bioetik dan Biolaw utk
melindungi martabat manusia dari kemajuan
teknologi
Integritas: konsep filsafat yg terkait erat dg
otonomi dan martabat memiliki dimensi
spiritual dan dimensi tubuh
Dimensi spiritual dpt diungkapkan sbg konsep yg
tdk dpt tersentuh; integritas psikis & fisik
sekarang berkaitan dg kemajuan teknologi kedokt
muncul dlm manipulasi genetik
Vulnerable (kedudukan lemah): dipakai sbg dasar

EUTHANASIA
Pasal 344 KUHP: Barangsiapa hilangkan
nyawa orang lain atas permintaan yg
sungguh dipidana penjara < 12 tahun
Psl ini dianggap sbg dasar hukuman thdp
seseorang yg membantu menghilangkan
nyawa orang lain atas permintaan yg
sungguh dari orang itu
Sering disebut = euthanasia aktif krn
adanya permintaan yg diucapkan
(pembunuhan atas permintaan)
Euthanasia pasif apabila tidak terdapat
permintaan dari orang ybs (pembunuhan
tanpa permintaan)

SEJARAH EUTHANASIA

Belanda1951: seorang wanita tua menderita


rapuh tulang sakit amat sangat + tdk dpt
lakukan apa-apa
Ia meminta kpd anak perempuannya
(seorang dokter) utk mengakhiri hidupnya
Pd mulanya anaknya selalu menolak krn
takut sanksi hukum ibunya marah
akhirnya si anak menuruti kemauan ibunya
dg suntikan sang ibu
Di pengadilan putusan hakim dokter
dinyatakan bersalah pidana 1 hari penjara

UU TENTANG BANTUAN
PENGAKHIRAN KEHIDUPAN

Diundangkan di Bld pd 1 April 2001


Dasar: the right of self determination
(TROS)
Penghargaan thd kwalitas dari kehidupan
(bio)
Syarat utama: permintaan bebas dari
pasien
Syarat lain: sakit yg amat sangat; penyakit
tdk dpt disembuhkan / terminal; dilakukan
oleh dr. keluarga atas rekomendasi dr.
spesialis

PELAKSANAAN
EUTHANASIA

Mengikut sertakan banyak pihak: pekerja


sosial
Bila perlu dpt diberikan bantuan psikolog,
rohaniwan
Pasien betul tlh siap, kalau ragu ditunda
Keluarga tdk berhak meminta/menolak
euthanasia
Dari thn ke thn permintaan euthanasia makin
btbh
Diperkirakan sblm UU diberlakukan tindakan
euthanasia tlh banyak dilakukan, trtm oleh
dr.

EUTHANASIA DI
INDONESIA

Pasal 344 KUHP masih berlaku


euthanasia dilarang. Bila dilakukan
penjara < 12 th + bila pelakunya dr.
Pbtkn uu ttg euthanasia dlm wkt dekat
tampaknya sulit, di samping apakah
ada dr. yang mau melakukan?
Apakah secara diam-diam euthanasia
tlh dilakukan? Mungkin saja, namun
krn ancaman hukuman yg berat maka
sulit utk mengetahuinya

INSEMINASI BUATAN

Negara yg membolehkan donor bukan


suami, cukup banyak
Indonesia donor harus suami
Kerahasiaan donor yg bukan suami
amat dijaga, utk mencegah masalah di
kemudian hari
Di Indonesia dokter yg melakukan
inseminasi buatan dengan donor
bukan suami = melakukan tindak
pidana kejahatan yg diancam pidana
penjara / denda

STATUS ANAK

Negara menetapkan bahwa anak yg


lahir dlm perkawinan = anak sah
Sehingga dlm hal donor bukan suami,
bapak dari si anak adalah suami dari si
wanita yg mengandung
Anak yg dilahirkan tidak dlm ikatan
perkawinan = anak luar kawin
Anak luar kawin hanya mempunyai
hubungan hukum dengan ibu dan
keluarga ibu

IBU PIKUL (SURROGATE MOTHER)

Sewa rahim?
Sel telur dari pemesan, sperma pemesan
(dari pemesan dua-duanya atau salah
satu)
Kalau bukan dari pemesan, namanya
bukan surrogate mother
Stlh anak lahir maka anak adalah anak sah
si ibu pikul dan suaminya
Peralihan anak dengan adopsi
Seringkali terjadi pemalsuan identitas,
langsung atas nama pemesan di
Indonesia sering terjadi anak perempuan
15 th melahirkan si anak diaku anak
dari kakek/nenek (= pemalsuan identitas)

STATUS ANAK STLH ORTU


CERAI

Anak tetap anak sah


Di Jerman pernah terjadi bapak dari anak dari
inseminasi buatan yg tlh bercerai dg
isterinya mengadukan gugatan ke
pengadilan bhw anak yg didapat dari hasil
inseminasi buatan bukan anaknya (di
Indonesia tidak bisa) gugatan dikabulkan
Hal tdk dpt dikabulkan di Indonesia krn
status anak sah tidak dpt diubah demi untuk
kepentingan bapak
Konsekwensi kpd warisan anak berhak
menjadi ahli waris

PP NO. 18/1981: BEDAH MAYAT


KLINIS, ANATOMIS &
TRANSPLANTASI ORGAN

Bab V, Pasal 10 s/d 19: hanya dpt


dilakukan di RS tertentu yg ditunjuk
Pemerintah
Transplantasi organ: tdk boleh dilakukan
oleh dokter donor
Penentuan dilakukan oleh 2 dokter yg
tdk bersangkutan dg tindakan
transplantasi
Ketentuan khusus: persetujuan ditanda
tangani di atas meterai dengan 2 saksi

DONOR

Korban kecelakaan yang harus dengan ijin


keluarga (kecuali tlh ada kodisil)
Kodisil = pernyataan dari orang yg masih
hidup, bahwa bila bersedia mendonorkan
organnya
Syarat kodisil: mampu berbuat hukum
(dewasa, cakap, sadar)
Utk donor hidup harus betul diberikan
informasi yang lengkap
Dokter harus yakin bahwa donor tlh mengerti
betul ttg segala hal berkaitan operasi
pengangkatan organ
Tidak boleh ada kompensasi dlm bentuk
apapun bagi donor / keluarga donor

LARANGAN

Jual-beli organ / kompensasi dilarang


(norma etika / moral dijadikan norma
hukum)
Menerima & mengirim organ dari & ke
luar negeri dilarang
Kecuali untuk penelitian dan keperluan
lain yang ditetapkan oleh Menkes
Ketentuan pidana: 3 bln penjara atau
denda Rp. 7.500,- (skr: + Rp. 20 jt.)
Dpt pula ditambah hukuman
administratif

PENGGUGURAN KANDUNGAN
(ABORSI)

Pidana Kejahatan
KUHP: pelaku & perempuan yg digugurkan
kandungan diancam pidana penjara
Tindak pidana kejahatan thd kemanusiaan
UU 23/92: utk menyelamatkan nyawa ibu dpt
dilakukan pengguguran (indikasi medis)
Dilakukan oleh dokter tertentu di sarkes tertentu
Melanggar UU 23/92: dokter dihukum penjara
dan atau denda
KUHP: dr. jadi pelaku pidana + -nya
Di Bld sejak 1981 dg alasan apapun aborsi boleh
dilakukan siapa saja (hak individu + kesadaran
hukum)
Dr. Handoko Tjokroputranto: krn kandungannya
bumil stres berat / ingin bunuh diri boleh
diaborsi
Di Indonesia: 2 jt pengguguran kandungan / th (?)
% RUU Aborsi / revisi Pasal 15 UU 23/92

INDIKASI MEDIS

Untuk menyelamatkan nyawa ibu


Hanya fisik terancam nyawanya
Kegagalan KB dpt dilakukan
tindakan tertentu
Hasil perkosaan dpt dilakukan
(bumil stres berat / bahaya bunuh diri)
Hak perempuan atas alat reproduksi
dlm UU 23/04: Penghapusan KDRT,
tdk memberikan hak untuk melakukan
pengguguran kandungan

BACAAN

Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum


Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta, 1991;
FK UI, Pedoman Etik Penelitian Kedokteran
Indonesia, FKUI Jakarta, 1987;
Guwandi, J., Bioethis & Biolaw (Kumpulan
Kasus), FKUI Jakarta, 2000;
Soeprono, R., dkk., Kelahiran, Kehidupan dan
Kematian, FK UGM Yogyakarta, 1984;
KERSI RSUD Dr. Soetomo, Etik dan Hukum di
Bidang Kesehatan, KERSI RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, 2001;
Munir Fuady, Sumpah Hipporates (Aspek
Hukum Malpraktek Dokter), PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2005;
Wila Ch. Supriadi,Bioetik dan Biohukum,
(Monograf Kuliah di Program S2 Magister
Hukum Unika Soegijapranata), Semarang,
2007

PENELITIAN
KEDOKTERAN

PENELITIAN KEDOKTERAN

Penelitian dg orang sbg obyek hrs


memenuhi syarat tertentu
Syarat tsb a.l.: PP 18/81: Bedah mayat
klinis, anatomis & transplantasi organ;
Deklarasi Helsinki; dsb.
Syarat lain: informed consent (terpenting)
Penelitian pd: - perempuan hamil; - anak;
- orang sakit jiwa; - narapidana
Orang sakit jiwa: ijin pengampu
Narapidana: tetap hrs ada IC (ingat:
menurut hukum, penelitian kedokteran
hanya dilakukan pada orang bebas)

PRINSIP & TAHAPAN


PENELITIAN
Prinsip
Infomasi; kriteria yg tegas; kerahasiaan
Tdk boleh >< HAM; memenuhi syarat etis /
hukum
Tahapan
Persiapan: ethical clearance dikeluarkan
oleh Komite / Panitia Etik
Pengumpulan data: informed consent (+) &
etika
Pengolahan data: kerahasiaan
Penulisan hasil penelitian: - judul makalah.
nama para penulis, - alamat instansi, ringkasan / summary, - pendahuluan /
introduction, - bahan & cara kerja / materials
& methods, - hasil / results, - pembahasan /
discussions tmsk kesimpulan, - ucapan

AZAS ETIKA PENELITIAN


Enam Azas
Menghormati perorangan (principle respect of
person): informed consent (+)
Manfaat (principle of beneficience): dibuat
protokol penelitian; manfaat hrs sebanding dg
risiko; keselamatan/ kesejahteraan subyek
dijamin
Keadilan (principle of justice): risiko / manfaat yg
didapat utk kepentingan bersama
Tidak merugikan (principle of non maleficience):
primum non nocere resiko fisik, psikologik,
sosial akibat tindakan / pengobatan seminimal
mungkin
Kejujuran (principle of veracity): kpd pasien,
dokter mengatakan dg jujur apa yg akan terjadi.
Kerahasiaan (principle of confidentiality): dokter
hrs menghomati privacy & kerahasiaan pasien,
meskipun pasien tlh meninggal.

LARANGAN

Tdpt larangan untuk menguji


penemuan baru kpd manusia,
kecuali manusia percobaan tdk
mempunyai alternatif lain lagi
(spt obat-obat AIDS)
Tdpt larangan melakukan
penelitian thd manusia apabila
membahayakan kesehatan /
keselamatan jiwa

DEKLARASI HELSINKI

Pedoman bagi penelitian yg menggunakan


manusia sebagai orang yg diteliti
Tanpa informasi & persetujuan = kejahatan thd
kemanusiaan
Hanya untuk kepentingan pasien, bukan utk
kepentingan ilmu pengetahuan
Orang harus dlm keadaan bebas dan tidak
membahayakan
Manfaat penelitian hrs sebanding dg risiko yg
dihadapi subyek penelitian
Btk & pelaksanaan penelitian hrs jelas / tertulis
dan dinilai oleh panitia yg independen
Penelitian dilakukan oleh peneliti yg berkwalitas /
kompeten
Penelitian hrs sgr diakhiri bila ternyata ada
kemungkinan kerugian, invaliditas atau kematian

ETIKA PENELITIAN PADA


MASYARAKAT & PADA
HEWAN
Etika penelitian pd masyarakat
Hrs berpegang pd etika
Di pedesaan di mana terjadi kesakitan /
kematian krn bbg penyakit perlu dilakukan
penelitian
Informed connset dpt diperoleh melalui key
person stlh mereka menjelaskannya kpd
masyarakat
Etika penelitian dg hewan percobaan
Hewan diperlakukan dg baik; menguragi rasa
sakit / tdk enak terhadap hewan tsb.

USIA SUBJEK PENELITIAN ?

Perdata: dewasa = 18 th (Bld), Ind. 21


th.
Di Bld sendiri ttg usia sering dilanggar
shg di Indoneisia pun usia 18 th dlm
kaitan dg penelitian kedokteran dpt
dianggap tlh mendekati dewasa (de
oudere minder jarige) shg tdk hrs ijin
ortu (Fred Ameln, Kapita Selekta
Hukum Ked. / 172)

BACAAN

Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Kloning,


Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi
Organ, dan Eksperimen pada Hewan, PT
Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2004;
Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokt.,
Grafikatama Jaya, Jakarta, 1991;
FKUI, Pedoman Etik Penelitian Kedokteran
Indonesia, Jakarta 1987;
KERSI RSUD Dr. Soetomo, Etik dan Hukum di
Bidang Kesehatan, Surabaya, 2001;
Munir Fuady, Sumpah Hippocrates (Aspek
Hukum Malpraktek Dokter), PT Citra Adiitya
Bakti, Bandung, 2005

KESEHATAN JIWA

DSR ETIKA-HKM TERKAIT DG


PENANGANAN PEND GGN
KESWA

KODEKI Psl-psl ?
UU No. 3 / 1966: Kes. Jiwa (mencabut
Stbl. 1897 No. 54: Het Reglement op
het Krankzinnigenwezen;
UU No. 23 / 1992: Kesehatan/UUK
(diganti UU No. 36/2009)

KESEHATAN JIWA: PS. 24,25,26,27


UUK
UU No. 23/92: Kesehatan (UUK)
Pasal 24: Ayat (1): Kes. Jiwa
diselenggarakan utk mewujudkan jiwa yg
sehat serta optimal baik intelektual /
emosional; Ayat (2): Kes. Jiwa meliputi
pemeliharaan, peningkatan kesehatan
jiwa, pencegahan dan penanggulangan
masalah psikososial dan gangguan jiwa,
penyembuhan dan pemulihan penderita
gangguan jiwa; Ayat (3): Kes. Jiwa
dilakukan oleh perorangan, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
pekerjaan, lingkungan masyarakat,
didukung sarana pelayanan kesehatan

PENJELASAN AYAT 24 UUK

Ayat (1): upaya keswa dilakukan utk


mewujudkan jiwa yg sehat secara optimal,
inetelektual / emosional mel pendekatan
peningkatan kes, cegah dan penyembuhan
peny & pemulihan kes, agar seseorang dpt
tetap / kembali hidup harmonis, dlm ling
kel, ling kerja, ling masy;
Ayat (2): masalah psikososial = masalah
psikis / kejiwaan yg timbul sbg akibat
terjadinya perubahan sosial;
Ayat (3): sarana lainnya = tempat tertentu
yg memberikan yan keswa, a.l. Lembaga
Sos. & Keagamaan

PASAL 25 UUK

Ayat (1): Pem. melakukan pengobatan


& perawatan, pemulihan & penyaluran
bekas pend ggn jiwa yg tlh selesai
menjalani pengobatan / perawatan ke
dlm masy.
Ayat (2): Pem. membangkitkan,
membantu & membina kegiatan masy.
dlm pencegahan & penanggulangan
mslh psikososial & ggn jiwa,
pengobatan & perawatan pend. ggn
jiwa, pemulihan serta penyaluran
bekas pend. ke dlm masy.

PASAL 26 UUK

Ayat (1): Pend ggn jiwa yg dpt menimbulkan


ggn kam-tib umum wajib diobati & dirawat di
saryankeswa / saryankes lainnya
Ayat (2): Pengobatan / perawatan pend ggn
jiwa dpt dilakukan atas permintaan suami /
isteri / wali / anggota kel atas prakarsa
pejabat yg bertanggungjawab atas kam-tib di
wilayah stpt atau hakim pengadilan bilamana
dlm suatu perkara timbul persangkaan bhw
ybs adalah pend ggn jiwa

PENJELASAN PASAL 26
UUK

Ayat (1): pend. ggn jiwa mungkin


melakukan perbuatan yg mengganggu
kam-tib umum / keselamatan dirinya.
O.k-nya di samping utk
menyembuhkan juga agar masy tdk
melakukan hal yg berttngan dg nilai
kemanusiaan thdp-nya, pend wajib
dirawat di sarkeswa. Saryankes lain =
RSU / Puskesmas;
Ayat (2): hakim pengadilan = hakim yg
sedang menangani perkara tsb.

UPAYA
PENANGGULANGAN &
ANCAMAN PIDANA

Pasal 27: ketentuan mengenai


keswa dan upaya
penanggulangannya ditetapkan
dg PP.
Ketentuan pidana utk Pasal 26,
{vide Pasal 84 (4)}: Barangsiapa
menghalangi pend ggn jiwa yg
akan diobati / dirawat pada
sarkes, dipidana kurungan < 1 th.

V et R PSIKHIATRIKUM

Diperlukan utk membuktikan adanya pend


ggn jiwa yg dpt menimbulkan ggn kam-tib
umum;
Pasal 44 KUHP: 1). Barangsiapa melakukan
perbuatan yg tdk dpt
dipertanggungjawabkan kpd-nya krn kurang
sempurna akalnya / sakit berubah akal, tdk
dipidana; 2). Krn hal tersebut di atas, hakim
dpt memerintahkan memasukan ke RSJ utk
diperiksa selama < 1 th.; 3). Ketentuan di
atas berlaku bagi MA, PT, PN;
Mnrt Ditkeswa Ditjenyanmed Depkes RI
1986, yg berhak meminta VR Psikhiatrikum: polisi, - jaksa, - hakim, - terdakwa mel
pejabat yg terkait, - tersangka korban mel
pejabat terkait, - penasehat hukum,

BACAAN

Hasan Basri Saanin Dt. Tan Pariaman,


H., Psikiater dan Pengadilan, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1983;
KERSI RSUD Dr. Soetomo, Etik dan
Hukum di Bidang Kesehatan,
Surabaya, 2001;
Undang-undang No. 3 / 1966:
Kesehatan Jiwa;
Undang-undang No. 23 / 1992:
Kesehatan (tlh diganti UU No. 36/2009)
UU No. 36/2009: Kesehatan

MUTU YANMED, HOSPITAL


BYLAWS
&
ORGANISASI PROFESI

Guwandi:

Dilihat dari sdt akreditasi HBL


mrpkn btr utk akreditasi & tlk
ukur dlm penilaian mutu (Q.A.) &
cara pemberian yankes di rs
HBL versi Indonesia: 1. AD; 2.
ART; 3. Peraturan RS (Bid. Umum,
Bid. Medik); 4. SK; 5.
Pengumuman
AD wewenang pemilik RS;
ART visi-misi, struk org rs,
kebijakan strategis, urutan
jenjang HBL, hub pemilik-direksi,

MUTU YANMED/KES
Mutu yanmed/kes diamanatkan
dlm:
Psl 73 UU 36/2009: Kes Pem
wajib menjamin sarana informasi
& saryankes yg aman, bermutu,
;
Pasal 3 b UUPK;
Pasal 49 Ayat (2) UUPK (kendali
mutu / biaya);
Psl 44 UU 44/2009: RS
kewajiban RS utk dilakukan
akreditasi

PROSEDUR MENJAGA/MENJAMIN
MUTU YANKES
Widodo Soetopo (makalah
Infomega Diliman, 1994):
Akreditasi fasilitas
Akreditasi tenaga
Akreditasi teknologi: alat; obat;
prosedur; dsb.
Standar yanmed/kes; SOP; RM

PEMANTAUAN MUTU YANKES

utilization
review

quality
assurance

case identification

peer
review

medical care review

ORGANISASI PROFESI
(IDI)

ANGGARAN DASAR IDI


Sistematika
Mukadimah
Bab I Nama, Waktu, Kedudukan &
Sifat: Ps 1-4
Bab II Asas: Ps 5
Bab III Tujuan & Usaha: Ps 6-7
Bab IV Keanggotaan: Ps 8
Bab V Organisasi: Ps 9
Bab VI (lanjutan)

Bab VI Kekayaan: Ps 10
Bab VII Perubahan Anggaran
Dasar: Ps 11
Bab VIII Pembubaran IDI: Ps 12
Bab IX Aturan Tambahan: Ps 13

ART IDI
Sistematika
Bab I Keanggotaan: Ps 1-7
Bab II Organisasi: Ps 8-21
Bab III Keputusan: Ps 22
Bab IV Kekayaan: Ps 23
Bab V Atribut & Lambang: Ps 24
Bab VI Perubahan AD & ART serta
Pembubaran Org.: Ps 25-26
Bab VII Aturan Tambahan: Ps 27

Visi & Eksistensi IDI

Visi: Menjadikan IDI sbg satunya Org prof dr di Ind yg


berwibawa, punya peran
bermakna dlm bangkes & bang i.
ked di Ind (Mukt XXII-1994)
Disebutkan / tdpt dlm bbgai pasal
UUPK
Berwenang (a.l) membuat SPM
utk disahkan oleh pem
Dipercaya utk melakukan bin was
pradok bersama pem & KKI

Anggaran Dasar IDI

Ps 2 IDI didirikan di Jkt 24 Okt


1950
Ps 6 Tujuan: - tkt-kan drjt kes
rakyat Ind, - kbngkan i. kes &
Iptek ked, - bina & kbngkan puan
prof anggota, - tkt-kan jah ang
Ps 7 Usaha: - bantu pem dlm
kelancaran progkes, - bantu masy
tkt-kan drjt kes, - pelihara/bina
sph dok & Kodeki, - pertinggi drjt
i. kes/ked & i. yg berkaitan, perjuangkan/pelihara

Pasal 9 AD IDI

Org IDI t.d.: Bd Leg, Bd Eks, Dwn


Pertimb, Bd Kelengkpn, Bd
Khusus
Bd Leg = Muktamar & rpt
anggota
Bd Eks = PB IDI, Peng Wil, Peng
Cab
Dwn Pertimb (DP) = Tua DP, Tua
MKEK, Tua MDSp, Tua MP2A &
bbrp anggota
Bd Klkpn = PDSp, PDSm

ART IDI

Ps 3 Hak ang biasa (a.l): berpdpt, usul,


tanya kpd pengurus, ikut giat org,
milih/pilih (ang muda tdk berhak
milih/pilih), perlind & pembelaan dlm
laks tugas IDI / pek dr
Ps 4 Kewajiban: amalkan sph dok,
Kodeki, AD/ART, sgl peraturan & kep
IDI
Ps 5 Kehilangan keanggotaan: (1) ,
APS, diberhentikan, (2) bertentangan
dg kttn / cemarkan nama baik /
kehormatan IDI,
Ps 13 Dwn Pertimbangan: (1) beri

ART IDI (Lanjutan)

Ps 10 PB
Ps 11 Peng Wil
Ps 12 Peng Cab
Ps 16 MKEK: (1) MKEK = anggota
Dew Pertimb. (2) di PB, IDI Wil,
Cab (bila perlu), (3) masa jab 3
th, Kekuasaan: (3) saran kpd
Dewn Ptbngan berkaitan dg mslh
etik

TATALAKSANA MKEK IDI


Ps 15 Hub Kerja MKEK
1. Hub kerja MKEK Pst, Wil, & Cab
bersifat rujukan / pelaporan dlm
penanganan kasus pelanggaran etik
kedokt.,
2. Hub MKEK dg Pengurus IDI: Kep MKEK
jadi kep Pengurus IDI yg stkt, 3. 4.

Ps 16 Persidangan
Ps 17 Keputusan Sidang MKEK

Pokok-pokok Progja

Dep Org
Dep jah ang
Dep dik prof
Dep bang prof
Dep Iltekdok
Dep hublu
Dep pengabdian prof
Bid usaha
Bendahara

STRUKTUR ORG PROF


(IDI)
PB IDI
Ketua Umum
Wk. Ketua Umum
Sekjen
Wkl Sekjen
Bendahara Umum
Ketua-Ketua
Departemen
IDI Wilayah
Ketua
Wk. Ketua
Sekretaris
Wk. Sekreatris
Bendahara

IDI Cabang
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Sie: - Ilmiah, Pengabdian Masy., Kesejahteraan Angg., Sie-Sie lain sesuai
kebutuhan
Dwn Ptbngan (otonom):
- MKEK, - MP2A Cab., Cat: Dpt dibtk Dwn
Penasihat IDI Cab
NB: mnrt kompendium

ORG. PB IDI SEJAK 17 DES.


2006 - SEKARANG

Dewan Penasihat: Prof. DR. dr. Idris Idham,


Sp.JP (K), FESC, FIHA, cs 21 orang;
Ketua Umum: DR. Dr. Fahmi Idris, M.Kes.
Majelis-Majelis: MKEK; MKKI; MPPK;
Pengurus Harian PB IDI: Wk. Ketua Umum 1,
2, Ketua Purna, Sekjen, Wk. Sekjen 1, 2, 3,
Ketua Pusdalin & Manajemen Data Anggota,
Ketua Bid. Hub antar La & PR, Bendahara
Umum, Wk. Bendahara Umum 1, 2, dst.
Badan-Badan Kelengkapan: Tua Ro Kum & Bin
/ Bela Anggota; Tua Badan Bang Dik Prof
Berlanjutan; Badan Khusus (Tua Yayasan
Penerbitan IDI; Dewan Pakar); KordinatorKordinator Regional
Dst. (NB: Lihat lampiran)

PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA


KETUA UMUM
WAKIL KETUA UMUM
BENDAHARA

SEKJEN

WAKIL BENDAHARA

WAKIL SEKJEN

BADAN KELENGKAPAN

PENGURUS HARIAN

BP2A

BIDANG

PDSp

BIDANG

PDSM

BIDANG

PDsO

BIDANG

PDsBI

BIDANG
PENGABD.MASYARAKA
T
PENGURUS WILAYAH
PENGURUS CABANG

BADAN KHUSUS
DIBENTUK PB
UNTUK
MELAKSANAKAN
AMANAT
MUKTAMAR

IDI WIL JABAR TMT 3 MARET


2009

Ketua; Wk. Tua (I-IV)


Sekr; Wk. Sekr. (I-IV)
Bendahara; Wk. Bendahara
Koord. Wil: I IV
MKEK: Tua; - Sekr; - Anggota (5)
Majelis Pengembangan Pelayanan
Keprofesian (MPPK): Tua; - Sekr; - Angg (5)
Badan Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB): Tua; Wkl
Tua; Sekr; Wk. Sekr.; Anggota (3)
Biro Hkm & Bela Angg: Tua; Wk Tua; Sekr;
Anggota (3)
Koperasi IDI Wil: Tua; Wk. Tua; Anggota (3)

Singkatan

PDSm = Perhimpunan Dokter


Keseminatan Bidang Keilmuan
PDsO = Perhimpunan Dokter
seOkupasi
PDPP = Perhimpunan Dokter
Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama
MKKI = Majelis Kolegium Kedokteran
Indonesia
PDSp = Perhimpunan Dokter Spesialis
KDDKI = Kolegium Dokter dan Dokter
Keluarga Indonesia
KDSp = (lanjutan)

Singkatan (lanjutan)

KDSp = Kolegium Ilmu Kedokteran


Spesialistik
MPPK = Majelis Pengembangan
Pelayanan Keprofesian
BHP2A = Biro Hukum dan Pembinaan /
Pembelaan Anggota

BACAAN

Guwandi, J., Merangkai Hospital Bylaws, FKUI,


Jakarta 2004;
Hermien Hadiati Koeswadi, Hukum Untuk
Perumah Sakitan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002;
PB IDI, Kompendium Tatalaksana Organisasi
IDI, PB IDI, Jakarta, 1997;
SK Ketua Umum PB IDI No. 001 / KU / PB IDI /
12 / 2006 tentang Susunan dan Personalia PB
IDI Masa Bakti 2006-2009;
SK PB IDI No. 324 / PB / A.4 / 03 / 2009
tentang Pengesahan Pembaruan Susunan
Personalia Pengurus IDI Wil. Jabar Periode
2007-2010

RUJUKAN PASIEN /
REFERRAL
CONSULTATION

DASAR HUKUM / ETIKA


RUJUKAN

Asas hukum: lex neminem cogit ad


impossibilia
Norma Hukum:
- Pasal 1338 KUHPer (ttg akibat Persetujuan)

Perikatan karena Persetujuan)


- Pasal 51 b. UUPK (ttg kewajiban merujuk
pasien
oleh dokter ke dokter lain yang lebih
ahli/mampu)
Norma Etika: Pedoman Pelaksanaan KODEKI
Pasal 10 (ttg Kewajiban Dokter Terhadap

HUBUNGAN HUKUM DOKTER PASIEN


KUH Perdata:
Hubungan Dr. Pasien = hubungan
persetujuan / perjanjian / kontrak Hak
Kewajiban para Pihak
Pasal 1313 KUHPer: Persetujuan = perbuatan
mengikatkan diri thd 1 org / lebih
Pasal 1320 KUHPer / Syarat sahnya
persetujuan / perjanjian: - kesepakatan; kecakapan; - pokok persoalan; - sebab yg tdk
dilarang
Pasal 1338: persetujuan yg dibuat sesuai uu
berlaku (mengikat) bagi yg membuatnya; tdk
dpt dibatalkan tanpa kesepakatan para
pihak; hrs dilaksanakan dg itikad baik

KEWAJIBAN DOKTER MERUJUK


PASIEN

Asas Hukum: Lex neminem cogit ad


impossibilia = hukum tidak akan
pernah mewajibkan seorangpun
berbuat sesuatu di luar
kemampuannya;
Norma / Kewajiban Hukum: Pasal 51 b.
UUPK
Norma / Kewajiban Etika: Pasal 10
Pedoman Pelaksanaan KODEKI

SANKSI THD. PELANGGARAN


PASAL 51 b. UUPK

Dokter dlm melaksanakan praktik


kedokteran, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan /
pengobatan, maka ia wajib merujuk
pasien ke dokter lain yang memiliki
keahlian / kemampuan yang lebih baik
Sanksi (Pasal 79 c. UUPK): dipidana
denda < Rp. 50 Jt. setiap dokter yg dg
sengaja tdk memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 51
a, b, c.

PASAL 10 PEDOMAN
PELAKSANAAN KODEKI

Setiap dokter wajib bersikap tulusikhlas & mempergunakan sgl ilmu


ketrampilannya utk kepentingan
pasien. Dlm hal ia tdk bisa melakukan
suatu pem / pengobatan, maka atas
persetujuan pasien, ia wajib merujuk
pasien kpd dokter yang mempunyai
keahlian dlm penyakit tsb.
Untuk mencegah sesuatu yang tidak
diinginkan, pada waktu melakukan
pemeriksaan sebaiknya ada orang
ketiga / perawat, dsb. (kecuali thd
kasus-kasus psikhiatri)

RUJUKAN & KONSULTASI


Rujukan
Kemajuan ilpengtekked spesialisasi / sub
spesialisasi
Dr. Umum hrs sadar keterbatasannya
Bila tdk mampu konsult ke dr. Sp.
Dr. Sp. mengirim kembali pasien + saran
secara tertulis, kecuali atas kesepakatan
bahwa konsulen akan meneruskan
pengobatan sampai sembuh
Konsulen menetapkan / menagih sendiri
imbalan jasanya kpd pasien

BILA KONSULEN TIDAK DAPAT LAGI


MENANGANI PASIEN ?

Suatu saat karena keadaan pasien yg


sedemikian parah / dalam stadium terminal
dokter konsulen tidak dapat berbuat apa-apa
Bolehkah konsulen memberikan obat, meski
ia yakin bahwa obat / tindakannya tidak ada
manfaatnya? Jawab: tidak boleh !
Keterangan: dokter yg meyakini bahwa thd
pasien tdk dpt berbuat apa-apa lagi berarti =
tidak kompeten, sehingga bila tetap
melakukan sesuatu thd pasien = melakukan
penganiayaan
Lalu tindakan selanjutnya ? Jawab:
informasikan sejujurnya kpd keluarga pasien
(hati-hati !)
Bila keluarga minta semua bantuan medis
diakhiri ? Jawab: turuti
Dokter tidak salah ? Jawab: tidak, atas dasar

BACAAN

Depkes RI, Penyelenggaraan Praktik


Kedokteran yang Baik di Indonesia, Depkes
RI 2008;
Hadi S., HM, Euthanasia dari Aspek Bioetik
dan Biohukum, Medika Kartika Vol.4 No. 1
April 2006, FK Unjani, Cimahi 2006;
MKEK IDI, KODEKI & Pedoman Pelaksanaan
KODEKI, MKEK IDI Pusat, Jakarta 2002;
KUH PERDATA
Undang-undang No. 29 / 2004 tentang
Praktik Kedokteran

ASPEK HUKUM REKAM


MEDIS

REKAM MEDIS DLM UU


PRAKTIK KEDOKTERAN

Pasal 46: (1) dokter praktik wajib


membuat rekam medis; (2) rekam
medis hrs sgr dilengkapi +
dibubuhi tanda tangan petugas /
Nakes
Pasal 47: (1) dokumen RM milik
sarkes, isi milik pasien; (2)
disimpan sbg rahasia di sarkes;
(3) ketentuan ayat (1) dan (2)
diatur dg Permenkes

PERMENKES 269 / 2008: REKAM


MEDIS
Susunan: (menggantikan Permenkes No. 749
a./1989)
Bab I Ketentuan Umum: Pasal 1
Bab II Jenis & Isi RM: Pasal 2 4
Bab III Tata Cara Penyelenggaraan: Pasal 5
7
Bab IV Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Kerahasiaan: Pasal 8 11
Bab V Kepemilikan, Pemanfaatan, dan
Tanggungjawab: Pasal 12 14
Bab VI Pengorganisasian: Pasal 15
Bab VII Pembinaan & Pengawasan: Pasal 16
17
Bab VIII Ketentuan Paralihan: Pasal 18
Bab IX Ketentuan Penutup: Pasal 19 20

BAB I: KETENTUAN UMUM


Pasal 1
1. Rekam Medis = berkas berisi catatan &
dokumen ttg identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan / pelayanan lain yg tlh
diberikan kpd pasien;
4. Nakes ttt = Nakes yg ikut memberikan
yankes secara langsung
7. Dokumen = catatan dr. dan/atau Nakes ttt,
laporan hasil rik-jang, catatan observasi, &
pengobatan harian & semua rekaman, baik
foto radiologi, gambar imaging, & rekaman
elektro diagnostik
8. Organisasi profesi = IDI

BAB II: JENIS & ISI REKAM


MEDIS
Pasal 2
(1) RM dibuat tertulis / secara elektronik,
lengkap, jelas
(2) RM dg elektronik diatur dg peraturan
tersendiri
Pasal 3
(3) Isi RM rwt jln.: identitas pasien, tgl-wktu,
anamnesis, rik fisik + jangmed, diagnosis,
ren penatalaksanaan, pengobatan /
tindakan, dst tmsk IC;
(4) RM rwt inap: spt di atas + cttn observasi &
hasil pengobatan, ringkasan pulang, nama
& tt dokter / Nakes ttt yg ikut menangani
(5) RM pasien UGD; (4) RM pasien dlm kead
bencana; (5) RM yan dokter spesialis; (6)
Yan dlm ambulan / pengobatan massal

Pasal 4
(1) Ringkasan pulang dibuat oleh
dokter yg menangani
(2) Isi ringkasan pulang: identitas
pasien; diagnosis masuk &
indikasi rawat; ringkasan rik fisik
& jang, diagnosis akhir;
pengobatan / tindak lanjut;
nama / tt dokter

BAB III
TATA-CARA PENYELENGGARAAN
Pasal 5:
(1) dokter wajib membuat RM;
(2) RM harus sgr dibuat & dilengkapi;
(3) segala tindakan hrs dicatat /
didokumentasikan;
(4) tiap catatan hrs dibubuhi nama, wkt & tt;
(5) kesalahan pencatatan dpt dibetulkan;
(6) cara pembetulan dg cara mencoret,
mengganti dg tulisan yg benar dan diparaf.
Pasal 6: Dr. / Nakes hrs bertanggung jawab atas
tulisan yg dibuat dlm RM
Pasal 7: Sarkes wajib menyediakan fasilitas
penyelenggaraan RM

BAB IV
PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN
KERAHASIAAN
Pasal 8
(1) RM disimpan < 5 th;
(2) Stlah 5 th RM dpt dimusnahkan kecuali
Ringkasan Pulang (RP) & PTM;
(3) RP & PTM disimpan < 10 th.;
(4) Penyimpanan RM & RP dilakukan oleh
petugas yg ditunjuk oleh pimpinan sarkes;
Pasal 9
(5) RM di sarkes non RS disimpan < 2 th.;
(6) stlh 2 th. dpt dimusnahkan

Pasal 10
(1) Informasi yg ada dlm RM hrs dijaga
kerahasiaannya;
(2) Informasi dlm RM dpt dibuka dlm hal: utk
kepentingan pasien; permintaan penegak
hukum; permintaan / persetujuan pasien;
permintaan La berdasar UU; kepentingan
lit, dik, audit medis tanpa menyebut
identitas pasien;
(3) Permintaan RM tsb ayat (2) dilakukan
secara tertulis;
Pasal 11
(4) Penjelasan isi RM dilakukan oleh dr. yg
merawat seijin tertulis pasien / berdasar
UU;
(5) Pimpinan sarkes dpt menjelaskan isi RM
kpd pemohon tanpa ijin pasien berdasar
peraturan / UU;

BAB V: KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN, DAN


TANGGUNG JAWAB
Pasal 12
(1)
Berkas RM milik sarkes;
(2)
Isi RM milik pasien;
(3)
Isi RM tsb (2) dlm btk ringkasan RM;
(4)
Isi RM tsb (3) dp diberikan, dicatat, dicopy oleh
pasien / orang yg diberi kuasa (tertulis) / keluarga ;
Pasal 13
(5)

(6)
(7)

RM dp dipakai utk: harkes / pengobatan


lanjutan, alat bukti, dik-lit (c), administrasi
pembayaran / biaya, statistik;
Pemanfaatan tsb (1) c. atas persetujuan
tertulis pasien;
Dik-lit utk kepentingan negara tdk perlu
persetujuan;

Pasal 14: Pimpinan sarkes bertanggung jawab atas


hilangnya RM, pemalsuan / penggunaan oleh yg tdk
berhak

BAB VI: PENGORGANISASIAN


Pasal 15: pengelolaan RM dilaksanakan sesuai organisasi / tata kerja
sarkes

BAB VII: BIN-WAS

(3)

Pasal 16
(1)
Bin-was oleh Kadinkes Prop/Kab/Kota & Org Profesi;
(2)
Bin-was ditujukan utk tingkatkan mutu yankes;
Pasal 17
Dlm rangka bin-was Menkes, Kadinkes, dp ambil tindakan
administratif;
(4)
Dak-min berupa teguran lisan / tertulis cabut ijin;

BAB VIII: KTTN PERALIHAN


Pasal 18: dokter / sarkes hrs sesuaikan aturan ini dlm 1 thn

BAB IX: KTTN PENUTUP


Pasal 19: Permenkes No. 749a / 1989: RM tdk berlaku
Pasal 20: Permenkes No. 269 / 2008 berlaku tmt 12 Maret 2008

BACAAN

Undang-undang No. 29 / 2004:


Praktik Kedokteran
Permenkes No. 269 / Menkes / Per
/ III / 2008 tentang Rekam Medis

HEALTH
INFORMATION
SYSTEM

DEFINISI SISTEM
Sistem = suatu susunan kesatuan,
di mana masing-masing hal di
dalamnya tidak diperhatikan
hakikatnya sendiri, tetapi dilihat
fungsinya terhadap keseluruhan
susunan kesatuan itu.
Dlm suatu sistem, masing-masing
hal atau unit dan keseluruhannya
sebagai kesatuan saling
bergantung, saling menentukan

HEALTH INFORMATION
Kepmenkes No. 131/2004: SKN Bab IX Subsistem
Manajemen Kes: - Pengertian, - Tujuan, - Unsur
Utama, - Prinsip, - Btk Pokok (1. Minkes; 2. Informasi
Kes.)
Informasi Kesehatan (IK) = hasil pengumpulan dan
pengolahan data yg merupakan masukan bagi
pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
Prinsip IK: - mencakup slrh data yg terkait dg kes, baik
dari sektor kes / sektor pbngunan lain; - mendukung
proses pengambilan kptsn di bbg jenjang minkes; disediakan sesuai kebutuhan u/ pengambilan kptsn; hrs akurat + tpt wkt; - hrs dpt padukan pul data mel
cara rutin (pencttn & pelaporan) + cara non rutin
(survei, dll.); - akses thd IK hrs penuhi aspek

HEALTH INFORMATION
SYSTEM
Heath information system = sistem informasi kes (SIK)
a.
SIK Nas dikembangkan dg memadukan SIK Rah &
sistem informasi lain yg terkait
b.
Sbr data SIK adalah dari SARKES mel pencatatan +
pelaporan yg teratur & berjenjang serta dari masy yg
didpt dari survei, surveilans, dan sensus
c.
Data pokok SIK mencakup derajat kes, upaya kes,
biaya kes, SDM kes, obat & bek kes, pemberdayaan
masy di bid kes, & manajemen kes
d.
Pengolahan & analisis data + pengemasan informasi
diselenggarakan sec berjenjang, terpadu, multi
disipliner, & komprehensif
e.
Penyajian data & informasi dilakukan sec multimedia
guna diketahui masy luas u/ pengambilan kptsn di bid

Anda mungkin juga menyukai