Anda di halaman 1dari 13

1.

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang
ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti
kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah
Transfusi darah adalah ketika darah yang disumbangkan diberikan kepada Anda secara
intravena langsung ke dalam aliran darah Anda. Biasanya, suatu komponen darah yang diberikan.
Sel darah merah berisi hemoglobin yang membawa oksigen ke jaringan dan organ tubuh Anda.
Dokter Anda akan menentukan apakah Anda memerlukan transfusi dengan mempertimbangkan
penyebab dan berapa parah anemia (hemoglobin rendah) Anda, kondisi medis Anda dan segala
gejala. Secara umum, jika hemoglobin Anda:

di bawah 70 g/L (gram per liter): mungkin sekali transfusi akan diperlukan
antara 70 dan 100 g/L: transfusi mungkin diperlukan
di atas 100 g/L: transfusi biasanya tidak diperlukan.
Platelet membantu darah untuk membeku. Transfusi platelet mungkin diperlukan apabila jumlah
platelet. Anda terlalu rendah atau apabila platelet Anda tidak berfungsi dengan benar.
Plasma berfungsi bersama platelet untuk membekukan darah dan menutup luka. Plasma sering
digunakan dalam keadaan darurat untuk menghentikan pendarahan.
2.

Darah yang ditransfusikan dapat berupa darah lengkap (whole blood) yang mengandung semua
komponen plasma (bagian cair darah) dan seluler (bagian padat darah); ataupun hanya berupa
komponen tertentu saja. Komponen darah yang sering ditransfusikan secara spesifik antara lain
packed-red-cells
(PRC,
eritrosit), thrombocyte
concentrate (TC,
trombosit), kriopresipitat (konsentrat beberapa faktor pembekuan darah seperti fibrinogen dan
antihemofilia A), dan fresh frozen plasma (FFP, plasma).

Darah adalah cairan khusus tubuh yangmengantar substansi yang penting ke sel-seltubuh-seperti
nutrien dan oksigen- danmengangkut produk sampah/tdk berguna keluardari sel yang
sama.Normalnya ,7-8% BB manusia
Fungsi Darah
1. Transport
gas yang larut( oxygen, carbon dioxide);
Produk metabolisme yang tdk berguna (air, urea);
Hormon;
Enzym;
Nutrien/zat bergizi (glucose, amino acids, micro-nutrients( vitamins&minerals), asam
lemak, glycerol);
Plasma protein(berhubungan dgn pertahanan, sepertipembekuan darah dan antibodi);

Sel darah (incl. white blood cells 'leucocytes', and red bloodcells 'erythrocytes').
2. Menjaga stabilitas suhu tubuh
3.Kontrol ph( harus berada d 6.8 - 7.4)
4.Mengeluarkan toxin dari dalam tubuh.Ginjal menyaring semua darah dlm tubuh, 36kali
setiap 24 jam. Toksin dikeluarkan daritubuh dalam urine dan keringat
5.Regulasi cairan elektrolit tubuh.
Kelebihan garam dikeluarkan dr tubuh dalamurine, kurang lebih 10 gr garam per hari

Komponen:
1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Lekosit,
2. Plasma Darah adalah cairan darah.

Trombosit.

Fungsi Umum Darah:


1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)
2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)
Eritrosit (Sel Darah Merah):
Merupakan bagian utama dari sel darah.
Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah.
Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk
mengikat Oksigen.
Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia.
Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa . Hemoglobin dirombak
kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu)
Lekosit (Sel Darah Putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.
Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.
Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.
Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang paru-paru).
Lekopeni
Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah.
Lekositosis
Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah)
Jenis-jenis Lekosit
Granulosit
Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.

Agranulosit
Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah limfosit dan monosit.
Eosinofil
mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi
alergi (terutama infeksi cacing).
Basofil
mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi.
Netrofil
(ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga sebagai sel-sel PMN
(Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.
Limfosit
(ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas
(kekebalan) tubuh.
sel T4 = imunitas seluler
sel B4 = imunitas humoral
Monosit
merupakan lekosit dengan ukuran paling besar
Disebut pula sel darah pembeku.
Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 500.000 sel/cc.
Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor
VIII (Anti Haemophilic Factor)
Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut
menderita Hemofili.

Plasma Darah
Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen.
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah.
Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing
(Antigen).
Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin.
Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
- Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin.
- Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin.
- Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin.
Komponen plasma
yellowish clear liquid, composed of water, proteins and other solutes.
Water = 90%
Proteins = (all synthesized by the liver)
Albumin = 54%, regulates osmotic pressure
Globulins = 38%, alpha and beta globulins in transport,
gamma globulins in defense (antibodies)
Fibrinogen = 7%, coagulation
Other solutes

3.

REAKSI TRANSFUSI
DEFINISI :
Semua kejadian yang tidak menguntungkan penderita , yang timbul selama atau setelah transfusi ,
dan memang berhubungan dengan transfuse tersebut.
PEMBAGIAN :
I. REAKSI TRANSFUSI SEGERA : ( < 24 Jam ) .
1. Reaksi transfusi Haemolitik .
2. Reaksi transfusi Panas non Haemolitik
3. Reaksi transfusi oleh karena Darah Tercemar .
4. Reaksi transfusi Allergie .
5. Reaksi transfusi Perdarahan Abnormal .
6. Reaksi transfusi Gagal Jantung
7. Reaksi transfusi Gagal Paru .
8. Reaksi transfusi Keracunan
9. Reaksi transfusi Thrombophlebitis.
II. REAKSI 'I RANSFUSI LAMBAT ( 24 Jam ) .
1. Reaksi transfusi Haemolitik Lambat .
2. Penularan penyakit : Malaria , Hepatitis , HIV , dsb .
3. Haemosiderosis / Haemokromatosis

Crossmatching adalah proses pengujian darah pasien terhadap sampel donor potensial,
menemukan kecocokan dari kompatibilitas.Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah sel darah
merah donor bisa hidup didalam tubuh pasien, dan untuk mengetahui ada tidaknya antibodi IgM
maupun IgG dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum donor yang melawan sel pasien
(minor).

4.

Pemeriksaan Cross match dilakukan bila pemeriksaan golongan darah dan rhesus telah dilakukan.
Berikut Keterangan apakah darah bisa dipakai atau tidak :
1. Crossmatch Mayor, Minor dan Auto Control = Negatif.

Berarti Darah OS Kompatibel dengan darah donor.


Darah Boleh dikeluarkan.

2. Crossmatch Mayor = Positif, Minor = Negatif, dan Autocontrol = Negatif.


Periksa sekali lagi Golongan Darah OS apakah sudah sama dengan donor, apabila Golongan darah OS
memang sudah sesuai, maka pemeriksaan dilanjutkan. Lakukan DCT (Direct Coombs Test) pada sel
donor untuk memastikan reaksi positif pada mayor bukan berasal dari donor, apabila DCT sel donor
negatif, artinya ada irregular antibodi pada serum OS.

a. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai didapat hasil Cross negatif pada mayor dan minor.
b. Apabila tidak ditemukan hasil Crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor telah diganti maka
harus dilakukan skrining dan identifikasi antibodi pada serum OS dalam hal ini sampel darah dikirim ke
UTD Pembina terdekat.
3. Crossmatch Mayor = negatif, Minor = Positif, dan Autocontrol = negatif.

Artinya ada irregular antibodi pada serum / plasma Donor.


Solusi : Ganti dengan darah donor yang lain lakukan Crossmatch lagi

4. Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, dan Autocontrol = positif.

Lakukan Direct Coombs Test pada OS


Apabila DCT positif, hasil positif pada Crossmatch Minor dan AC berasal dari Autoantibodi
atau ada immune antibodi dari transfusi sebelumnya terhadap sel darah merah donor dari
transfusi sebelumnya.
Apabila derajad posotif pada Minor sama atau lebih kecil dibandingkan derajad positif pada
AC/DCT darah boleh dikeluarkan.
Apabila derajad positif pada Minor lebih besar dibandingkan derajad positif pada AC/DCT,
darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, akukan Crossmatch lagi sampai ditemukan
positif pada Minor sama atau lebih kecil dibanding AC/DCT

7.

Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak
adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut.
Dua
jenis
penggolongan
darah
yang
paling
penting
adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan
membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga,
orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah A-negatif atau O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan
darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau Onegatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah ABpositif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien
universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan
darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun,
orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa
negara seperti Swedia danNorwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai
dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan
darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.

9.

Antigen adalah
sebuah
zat
yang
merangsang
respon imun,
terutama
dalam
menghasilkan antibodi. Antigen biasanya berupa proteinatau polisakarida, tetapi dapat juga
berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) yang bergabung dengan proteinpembawa atau carrier.
Sel darah merah, eritrosit adalah jenis sel darahyang paling banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang.
Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat
oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan
dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal
dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah
dibuat disumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah
tidak terdapatnukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan

11.

KOMPLIKASI TRANSFUSI DARAH

Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi :


I. Reaksi imunologi
II. Reaksi non imunologi
III. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah masif.

I. REAKSI IMUNOLOGI
A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat pada satu
diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.
1. Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.
Hal ini bisa terjadi dengan cara :
a. Reaksi transfusi hemolitik segera
b. Reaksi transfusi hemolitik lambat.
2. Lisis sel resipien oleh antibodi darah transfusi secara masif.
Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah memasang label atau
membaca label pada botol darah. Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan
pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal,
takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus.
Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli
anestesi, ahli bedah dan lain-lain. Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri,
hipotensi, perdarahan yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan adanya hemoglobinemi dan hemoglobinuri. Urine menjadi coklat kehitaman sampai
hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan butir darah merah. (8). Terapi reaksi transfusi hemolitik :
pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang
keluar. Diuretika yang digunakan ialah :
a. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40 mEq Natrium
bikarbonat.
b. Furosemid
Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah yang cocok. Bila
volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi
oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialysis.
Cara menghindari reaksi transfusi :
Untuk mengerjakan ini perlu dilakukan :
a. Tes darah, untuk melihat cocok tidaknya darah donor dan resipien.
b. Memilih tips dan saringan yang tepat.

c. Pada transfusi darurat :


Banyak situasi terjadi dimana kebutuhan darah sangat mendesak sebelum dilakukan pemeriksaan cocok
tidaknya darah secara lengkap. Dalam situasi demikian tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap,
dan jalan singkat untuk melakukan tes bisa dikerjakan sebagai berikut :
1. Type-Specific, Partially Crossmatched Blood
Bila kita menggunakan darah un-crossmatched, maka paling sedikit harus diperoleh tipe ABO-Rh dan
sebagian crossmatched.
2. Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood.
Untuk penggunaan tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah ditentukan selama penderita
dalam perjalanan ke rumah sakit.
3. O Rh-Negatif (Universal donor) Uncrossmatched Blood
Golongan darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis baik oleh anti A
ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan darah O kita sebut sebagai donor
universal dan dapat digunakan pada situasi yang gawat bila tidak memungkinkan untuk melakukan
penggolongan darah atau crossmatched. Tetapi bagaimanapun juga pemberian darah golongan inipun
bukan tanpa resiko ( 1).
B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK
1. Reaksi transfusi febrile
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut :
Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk yang tidak produktif.
2. Reaksi alergi
a. Anaphylactoid
Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop.
Alergi yang berat jarang terjadi dan ini kita sebut reaksi anafilaksis, dengan tanda-tanda sebagai berikut :
sesak nafas, hipotensi, edema larings, nyeri dada, dan shok. Reaksi anafilaksis ini disebabkan karena
transfusi IgA kepada penderita yang kekurangan IgA dan telah terbentuk anti IgA. Tipe reaksi ini tidak

termasuk tipe kerusakan sel darah merah, kejadiannya sangat cepat dan biasanya terjadi sesudah
mendapat transfusi darah atau plasma hanya beberapa ml. Penderita yang menunjukkan tanda-tanda
reaksi anafilaksis bila perlu mendapat darah, harus diberi sel darah merah yang telah dibersihkan dari
semua sisa donor IgA, atau dengan darah yang sedikit mengandung protein IgA (1).
II. REAKASI NON IMUNOLOGI
A. Reaksi transfusi Pseudohemolytic
Termasuk disini ialah lisis terhadap sel darah merah tanpa reaksi antigen-antibodi. Hemolisis ini dapat
terjadi akibat obat, macam-macam keadaan penyakit, trauma mekanik, penggunaan cairan dextrosa
hipotonis, panas yang berlebihan dan kontaminasi bakteri.
B. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
C. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
D. Virus hepatitis.
Risiko terkena hepatitis sesudah transfusi merupakan keadaan klinik yang penting. Tes untuk HBV
(Hepatitis B Virus), penyaringan untuk Non-A dan Non-B juga bisa mengurangi risiko terkena transmisi
penyakit tersebut (5,8,9).
E. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis, virus CMG dan virus
Epstein-Barr parasit serta bakteri.
F. AIDS.

14.

1. Reaksi Transfusi Haemolitik Segera ( RTHS )


Pada reaksi ini terjadi perusakan sel darah merah setelah / selama transfuse Jenisnya :
A. Perusakan Sel Darah Merah Intravaskulair .
Biasanya disebabkan oleh ABO incompatibilitas .Gejala yang terjadi biasanya nyata dan segera
B. Perusakan Sel Darah Merah Extravaskulair .
Biasanya disebabkan oleh Rh incompatibilitas atau kwalitas darah yang jelek .Gejala yang
timbul adalah minimal , tidak nyata dan lambat .Gejala yang khas adalah : icterus yang timbul 3-5
jam post transfusi.
Gejala :
Panas pada lengan yang ditransfusi .
Suhu tubuh yang meningkat . Menggigil .
Sesak Nafas Nyeri dada .

Nyeri di daerah lumbal .


Rasa mual / muntah .
Shock -3 Tekanan darah menurun
Terjadi perdarahan yang abnormal - Haematuri .
Produksi urine menurun Gagal Ginjal - Mati .
Apabila penderita berada dalam pembiusan : ingat RTHS bila :
Hipotensi yang tidak sesuai perdarahan .
Terjadi perdarahan yang abnormal -3 DIC .
Terdapat Hemoglobinuria
Pemeriksaan Laboratorium : Anemi , Lekopheni , Thrombopheni Hb Plasma meningkat ,Bilirubin
meningkat ,Fibrinogen menurun , dan terjadi Hb uri .
Tindakan :
STOP Transfusi infus NaC1 0,9% .
Observasi Tensi , Nadi , Respirasi .
Bila timbul Demam beri anti piretik .
Bila terjadi Shock berikan DOPAMIN drip , intravena .
Berikan Lasix , Furosemid . - Diuretika .
Periksakan Faal Hemostasis .
Periksakan sample darah penderita & donor ke Laborat .
Konsult dokter
2. Reaksi Panas Non Haemolitik :
Reaksi ini paling sering terjadi . Gejala biasanya timbul - 3 jam post transfusi , berupa
Suhu tubuh meningkat Menggigil.
Muntah muntah
Nyeri hebat pada kepala/otot
tindakan :
Stop transfusi,infus NaCl 0,9%
Beri anti piretik
Bila panas badan menurun , boleh di coba lagi atau ganti darah yang lain.
3. Reaksi Transfusi Karena Darah Tercemar :
Kuman yang mencemari darah adalah : Colliform , Pseudomonas . Biasanya kedua kuman ini
menghasilkan endotoxin .Kontaminasi dapat terjadi oleh karena :
Waktu sampling darah .
Pemakaian Antikoagulant yang kurang steril .
Kuman yang tahan panas tidak mati waktu dipanaskan
Gejala yang timbul :
Panas badan Menggigil .
Bila berat penderita jatuh kedalam Shock . Tanda tanda darah yang tercemar :
Berwarna biru kehitaman
Batas sel dan serum tidak jelas 4 terjadi hemolisa .
Bila dikocok perlahan 4 serum jadi merah .
Tampak bekuan darah kecil kecil 4 DIC . Tindakan :
STOP Transfusi 4 infus NaC1 0,9% .
Beri Antibiotik

Beri Kortikosteroid bila perlu.


4. Reaksi Transfusi Karena Allergic :
Biasanya terjadi karena adanya allergen di dalam darah donor . Gejala yang timbul :
Ringan : urtikaria ( gatal gatal ).
Berat Seasak nafas , Cyanosis , Hypotensi 4 Shock .
Tindakan :
STOP Transfusi 4 infus NaC1 0,9% .
Beri antihistamin .
Beni kortikosteroid bila perlu .
Bila terjadi lharynk oedem berikan adrenaline.
5. Reaksi Transfusi Perdarahan Abnormal :
Reaksi transfusi ini biasanya disebabkan oleh reaksi transfusi hemolitik segera yang selanjutnya
mengalami DIC dan adanya dilusi factor pembekuan darah
Tindakan :
STOP Transfusi 4 infus NaC1 0,9% .
Bila terjadi DIC beri Heparin .
Bila disebabkan dilusi factor pembekuan darah , beri Plasma beku segar / Darah segar .
6. Reaksi Transfusi Kegagalan Jantung :
Reaksi ini biasanya disebabkan karena : Transfusi dengan volume darah yang besar dan dalam
waktu yang singkat , atau pada penderita dengan kelainan jantung Tindakan :
STOP Transfusi 4 infus NaCI 0,9% .
Pasien dibuat posisi setengah duduk .
Beri oksigen .
Beri obat : Digitalis , Diuretik 4 dokter ahli jantung.
Lakukan Phlebotomi bila perlu 4 dokter ahli .
Muntah muntah .
Nyeri yang hebat pada kepala / otot
Tindakan :
STOP Transfusi , 4 infus NaC1 0,9% .
Beri anti piretik .
Bila panas badan menurun boleh dicoba lagi atau ganti darah yg lain.
7. Reaksi Transfusi Kegagalan Paru :
Penyebab : Darah yang tersimpan lama akan terbentuk mikrothrombi 4 shg menyebabkan infark
paru .
Pencegahan : diberi filter 20 mikron waktu transfusi .
8. Reaksi Transfusi Keracunan :
Biasanya disebabkan karena keracunan : Kalium , Sitrat .
9. Reaksi Transfusi Thrombophlebitis :
Biasanya disebabkan oleh karena alat transfusi yang kurang steril.

18.
Kategori 1 : reaksi ringan
Manajemen langsung
1. Memperlambat tranfusi
2. Mengelola antihistamine IM (chlorpheniramine 0.1 mg/kg atau setara )
3. jika tidak ada perbaikan klinis dalam waktu 30 menit atau jika tanda-tanda dan gejala memburuk,
lakukan sebagai kategori 2
kategori 2 : Reaksi cukup parah
manajemen langsung
1. menghentikan transfusion.replace yang set tranfusi dan menjaga lini IV terbuka dengan normal
saline
2. memberitahukan dokter bertanggung jawab untuk pasien dan bank darah segera
3. mengirim unit darah dengan set infus. baru mengumpulkan urin dan sampel darah baru (1
bergumpal dan 1 antikoagulasi) dari situs vena infus berlawanan dengan formulir permintaan
yang sesuai ke bank darah untuk pemeriksaan laboratorium
4. mengelola IM antihistamin dan antipiretik oral atau rektal (parasetamol 10mg/kg, 500mg - 1 g
pada orang dewasa). menghindari aspirin pada pasien thrombocytopenic
5. memberikan kortikosteroid dan bronkodilator IV jika ada fitur anaphylactoid (broncospasm,
stridor)
6. mengumpulkan urin untuk selanjutnya 24 jam untuk bukti hemolisis dan kirim ke laboratorium
7. Jika perbaikan klinis, restart tranfusi perlahan dengan unit darah baru dan amati dengan hati-hati
8. jika tidak ada perbaikan klinis dalam waktu 15 menit atau jika tanda-tanda dan gejala memburuk,
memperlakukan sebagai kategori 3
kategori 3 : mengancam nyawa
1. menghentikan transfusi. mengganti set infus dan menjaga lini IV terbuka dengan normal saline
2. infus normal saline (awalnya 20-30 ml / kg) untuk menjaga tekanan darah sistolik, jika hipotensi,
berikan lebih dari 5 menit dan mengangkat kaki pasien
3. menjaga jalan napas dan berikan oksigen aliran tinggi dengan masker
4. memberikan adrenalin (seperti 1: 1000 solusi) 0.01mg/kg berat badan dengan suntikan
intramuskular lambat
5. memberikan kortikosteroid dan bronkodilator IV jika ada fitur anaphylactoid (broncospasm,
stridor)
6. memberikan diuretik: furosemide 1mg/kg IV atau setara
7. memberitahukan dokter bertanggung jawab untuk pasien dan bank darah segera
8. mengirim unit darah dengan set infus, sampel urin segar dan sampel darah baru dari situs infus
vena berlawanan dengan formulir permintaan yang sesuai ke bank darah untuk investigasi
9. memeriksa spesimen urin segar visual untuk tanda-tanda haemoglobinuria
10. memulai koleksi 24-jam uirne dan grafik keseimbangan cairan dan mencatat semua asupan dan
keluaran. menjaga keseimbangan cairan

11. menilai untuk perdarahan dari situs tusukan atau luka. jika ada bukti klinis atau laboratorium dari
DIC, berikan trombosit dan baik kriopresipitat atau segar Frozan plasma
12. menilai kembali jika hipotensi :
memberikan 20-30ml/kg garam lebih lanjut selama 5 menit
memberikan inotrope, jika tersedia
13. jika output urin jatuh atau bukti laboratorium gagal ginjal akut (k meningkat, urea, creatine)
menjaga keseimbangan cairan akurat
memberikan furosemide lanjut
mempertimbangkan infus dopamin, jika tersedia
mencari bantuan ahli: pasien mungkin perlu dialisis ginjal
14. jika bakteremia diduga (kerasnya, demam, kolaps, tidak ada bukti reaksi hemolitik), mulai
antibiotik spektrum luas IV

Anda mungkin juga menyukai