Anda di halaman 1dari 3

Tujuan Kebijakan Moneter

UU no 3 tahun 2004 Pasal 7 tentang Bank Indonesia, memiliki tujuan untuk


mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah antara lain kestabilan terhadap harga-harga barang dan
jasa yang tercermin pada inflasi. (Inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme
pasar *terjadinya kurva demand dan supply* yang disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain konsumsi masyarakat berlebih *masyarakat memiliki
banyak uang terjadi permintaan demand yang tinggi akan tetapi
terbatasnya supply, sehingga barang yang di demand meningkat
harganya*, berlebihnya likuiditas pasar *perederaan uang di masyarakat
berlebih, masyarakt enggan menepatkan dana di bank umum lebih
cenderung membelanjakan uangnya sehingga konsumsi berlebih
konsumsi berlebih terjadi demand di pasar yang tinggi akan tetapi tidak
diimbangi di sisi supply sehingga harga barang naik* ,)
#ttg_Inflasi_source_wikipedia
Untuk mencapai tujuan tersebut sejak tahun 2005 diterapkannya *Kerangka
Kebijakan Moneter* dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (
Inflation Targeting Framework).
Kebijakan Monter (by wikipedia) adalah proses mengatur persediaan uang
sebuah negara *uang berlebih dapat memicu hyperinflation*, kebijakan
moneter ini bertujuan untuk menahan inflasi, mencapai kondisi full employment.
Dalam pelaksanaan kebijakan moneter melibatkan standar suku bunga
perbankan, margin requirement bank umum ( Giro Wajib Minimum), Kapitalisasi
untuk bank dan The Last Resort Loan usaha pemberi peminjaman terakhir
*Bailout, BLBI*
Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang bertujuan
untuk mencapai keseimbangan internal ( pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
tetapi stabilitas harga dan inflasi terkendali serta pemerataan pembangunan)
dan keseimbangan eksternal ( keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro.
Stabilitas ekonomi makro dapat diukur melalui kesempatan kerja, kestabilan
harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan
yang kemudian oleh perbankan akan ditransfer kepada sektor riil melalu
penyaluran kredit modal kerja atau kredit investasi.
Jenis Kebijakan moneter :
o Kebijakan moneter ekspansif ( Monetary expansive policy) : Adalah
suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat pada saat perekonomian mengalami resesi atau
depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money
policy). *Gambaran untuk situasi ini ketika negara dilanda depresi atau
resesi ekonomi akibat dalam negeri atau dampak dari negara lain yang
mengakibatkan daya beli masyarakat lesu. Jika daya beli masyarakat lesu
maka masyarakat tidak dapat membeli barang konsumsi dari produsen
( pabrik dan pihak produsen lainnya) karena produsen barang tidak ada

yang membeli maka tidak ada investasi kembali yang dilakukan oleh
produsen2 tsb, penjualan menurun dan akan menutup produksinya
sehingga PHK dimana2* ( CMIIW)
Kebijakan moneter kontraktif ( monetary contractive policy): Adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Hal ini
disebut kebijakan uang ketat (tight money policy)
*Mulanya pada tahun 1959, pemerintah telah melakukan kebijakan
pengetatan moneter sebagai upaya mengatasi tekanan inflasi. Kebijakan
pengetatan moneter 1959 tersebut antara lain dilaksanakan dengan
mengeluarkan ketentuan pagu kredit bagi tiap-tiap bank secara individual
pada tanggal 8 April 1959.
Selain itu, pemerintah dengan Undang-Undang (UU) No. 2 Prp. tahun 1959
melakukan sanering uang pada tanggal 25 Agustus 1959 dengan
menurunkan nilai uang pecahan Rp 500 dan Rp 1.000 menjadi Rp 50 dan
Rp 100,.
Serta melalui UU No. 3 Prp. tahun 1959 membekukan simpanan giro dan
deposito sebesar 90% dari jumlah di atas Rp 25.000 yang akan diganti
menjadi simpanan jangka panjang. Penanganan laju inflasi ini terus
berlangsung hingga awal 1960-an dengan melakukan pembatasan kredit
perbankan secara kuantitatif dan kualitatif.
Dalam paket kebijakan moneter itu, dilakukan pula devaluasi nilai tukar
rupiah sebesar 74,7% dari Rp 11,40 per USD menjadi Rp 45 per USD.
Penurunan nilai rupiah tersebut, tidak berlaku dalam perhitungan laba
maupun pendapatan yang dikenakan pajak dan tidak diperhitungkan
dengan pajak apapun.
Pada periode ini ditetapkan pula kebijakan mengenai pungutan eksporimpor yang dikaitkan dengan harga valuta rupiah. Ketentuan itu
mewajibkan eksportir untuk menyerahkan pungutan ekspor sebesar 20%
dari harga penjualan sedangkan importir diwajibkan untuk membayar
pungutan impor -besarnya berkisar 0-200%, bergantung pada jenis barang
impor- kepada pemerintah.
Tahun 1959 kebijakan moneter dikeluarkan oleh pemerintah tanpa
melibatkan Bank Indonesia sehingga mengakibatkan Gubernur Bank
Indonesia pada saat itu Mr. Loekman Hakim mengundurkan diri.

INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER


Operasi Pasar Terbuka ( Open Market Operation) adalah cara
mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat
berharga pemerintah ( goverment securities ex:SBI < Sertifikat Bank
Indonesia> SPBU < Surat Berharga Psar Uang>). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah yang beredar di pasar uang atau masyarakat *pemerintah
akan membanjiri masyarakat dengan menggantikan SUN, ORI atau SUKUK
yg dipegang masayarakat dengan uang*. Jika ingin mengurangi jumlah
uang yang beredar, pemerintah akan menerbitkan/ mejual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat.

Fasilitas diskonto (Discount Rate) pengaturan jumlah uang yang beredar


dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank
Umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus
meminjam ke bank sentral. Jika terdapat Bank umum kesulitan likuiditas
>>> meminjam sesama bank umum terlebih dahulu melalui Pasar Uang
Antar Bank yang biasanya dilakukan oleh kantor pusat masing2 bank
tersebut melalu bagian treasury mereka dengan ( cikal bakal kemunculan
7days Repo Rate)
Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan wajib
adalah mengatur jumlah uang yang berdedar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada Bank Indonesia
yang biasa disebut Giro Wajib Minimum. Untuk menambah jumlah uang,
Bank Indonesia menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar Giro Wajib Minimum dinaikan rasionya.

#supported by mbah google, web resmi BI dan wikipedia

Anda mungkin juga menyukai