sakit sebelumnya. Ada juga pasien langsung dan pindahan dari ruang bedah maupun
gawat darurat. Setelah di data dan klien benar dirujuk untuk dirawat di ruang
perawatan umum, kemudian dibawa ke ruang edukasi. Tidak hanya klien, tetapi
pendamping klien juga ikut untuk diberikan edukasi sebelum rawat inap di ruang
obstetri. Dalam hal ini, perawat di ruang perawatan umum telah melakukan proses
penerimaan pasien dengan baik.
Sebelum pasien baru memasuki kamar rawat inap, maka perawat perlu
melakukan edukasi pada pasien dan keluarga. Edukasi di ruang PU ini yaitu
pengarahan, penjelasan terkait segala hal yang ada di ruang PU. Edukasi ini bertujuan
agar pasien dan keluarga memahami tentang peraturan rumah sakit serta memahami
tentang semua fasilitas yang tersedia dan ara penggunaannya. Pengarahan yang
diberikan antara lain terkait peraturan yang ada di ruang PU. Peraturan tersebut
diantaranya terkait aturan cuci tangan, pemakaian tempat sampah, jumlah
pendamping hanya diperbolehkan 1 orang, jam besuk, dan anak dibawah umur tidak
dapat masuk ke ruang rawat inap. Setelah diberikan arahan dan peraturan terkait
ruangan, perawat meminta persetujuan pasien dengan formulir catatan edukasi
terintegrasi pasien/keluarga yang harus ditanda tangani oleh pasien ataupun keluarga
setelah proses edukasi selesai dan pasien telah mengerti. Selanjutnya pasien diantar
ke kamar rawat inap.
Di dalam ruang rawat, apabila klien berada di ruang rawat umum (1 ruangan
terdapat lebih dari 1 tempat tidur) dan kondisinya kosong, klien dapat memilih tempat
tidur yang diinginkan. Hal ini bertujuan untuk memberikan posisi yang nyaman bagi
pasien dan keluarga dan memberikan hak pasien untuk memilih didalam kamar rawat
inap. Saat tiba di ruang rawat perawat menjelaskan cara menggunakan bed yang ada
di ruang rawat dengan memencet remote yang ada disamping tempat tidur pasien,
seperti untuk meninggikan atau membuat lebih rendah bagian kepala atau kaki atau
seluruh badan. Kemudian perawat juga menjelaskan hal-hal terkait penggunaan AC,
TV, dan kamar mandi yang ada di ruang rawat inap. Setelah semua dilakukan, klien
diminta untuk menyerahkan KTP, KK dan surat jaminan kesehatan seperti BPJS atau
ASKES yang digunakan untuk proses administrasi. Selanjutnya, ketika proses
administrasi sudah selesai maka hal yang kemudian dilakukan oleh perawat adalah
mengkaji kondisi pasien baru tersebut. Hal ini bertujuan agar perawat dapat
mengetahui kebutuhan dasar apa saja yang harus dipenuhi dari pasien dan juga agar
perawat dapat menentukan rencana tindak lanjut untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan pasien. Selain hal tersebut, perawat juga mengkaji risiko jatuh pada pasien.
Tujuan dari pengkajian risiko jatuh tersebut adalah agar perawat dapat mengetahui
pasien yang berisiko rendah, sedang, atau tinggi sehingga dapat melakukan antisipasi
dan lebih waspada dalam mengawasi pasien-pasien dengan risiko jatuh yang juga
akan diberi tanda berupa pin berwarna kuning pada gelang identitas pasien.
Setelah proses penerimaan pasien dirasa sudah cukup, maka perawat dapat
segera mempersilahkan pasien untuk beristirahat di kamar rawat inap. Selanjutnya,
perawat mulai menyusun rencana asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Selain itu, ada juga
kemungkinan kondisi pasien pulang dan pasien end of life. Pasien pulang akan
mendapatkan edukasi mengenai obat yang diresepkan, rujukan konsul/rehabilitasi
maupun edukasi mengenai perawatan dirumah. Smentara pasien end of life akan
mendapatkan Bantuan Hidup Dasar (BHD) apabila bukan pasien DNR. Namun
apabila apsien dinyatakan MBO maka akan dibawa ke kamar duka.
Maka dari itu, penting bagi perawat untuk melakukan tahapan penerimaan
pasien dengan baik dan benar agar informasi-informasi penting mengenai aturan
rumah sakit serta ruangan dapat tersampaikan dengan baik kepada pasien maupun
keluarga pasien.
Daftar Pustaka
Carpenito,
Lynda
Juall.
(2000).
Rencana
Asuha
dan
Pendokumentasian