PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi dunia internasional maupun nasional, bisnis merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan
dalam kegiatan sehari-hari. Tidak jenuh para pelaku bisnis memajukan dan memperluas usahanya
dalam rangka mencari keuntungan semaksimal mungkin. Mulai dari negara adidaya hingga negara
berkembang melakukan bisnis sebagai mata pencaharian mereka. Begitu pula dengan Indonesia yang
tidak mau kalah bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
Di Indonesia, perkembangan bisnis maju pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan
informasi. Mulai dari bisnis secara tradisional maupun bisnis secara on-line. Bahkan pangsa pasar
bisnis on-line lebih luas dan tentunya dapat memperoleh keuntungan yang maksimal walaupun tidak
sedikit pula orang yang meragukan kualitas produk yang ditawarkan secara on-line. Namun, diantara
bisnis-bisnis yang menghasilkan keuntungan, ternyata masih banyak para pelaku bisnis yang
mengacuhkan etika bisnis yang baik, seperti misalnya tidak memperhatikan kepuasan konsumen
terhadap produk yang dijual. Sejatinya, etika bisnis harus tertanam dalam jiwa para pelaku bisnis,
karena dengan etika bisnis yang baik tidak hanya keuntungan saja yang didapatkan namun kepuasan
dan keloyalitasan konsumenpun akan didapatkan pula. Untuk itu, para pelaku bisnis harus mengetahui
hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pelaku bisnis.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai etika bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan yang seharusnya dilakukan oleh para pelaku bisnis atau pengusaha.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan dalam makalah ini antara lain :
1.2.1
Apa definisi dari etika bisnis, indikator dan prinsip etika bisnis?
1.2.2
Bagaimana relevansi etika bisnis dengan kentungan perusahaan?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan Tanggungjawab Sosial Perusahaan/ CSR (Corporate Social
1.2.4
1.2.5
Responsibility)?
Bagaimana peranan CSR (Corporate Social Responsibility)?
Bagaimana bentuk pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility) di Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.3.1
Untuk mengetahui definisi dari etika bisnis, indikator dan prinsip etika bisnis.
1.3.2
Untuk mengetahui relevansi etika bisnis dengan keuntungan perusahaan.
1.3.3
Untuk mengetahui Tanggungjawab Sosial Perusahaan/ CSR (Corporate Social Responsibility).
1.3.4
Untuk mengetahui peranan CSR (Corporate Social Responsibility).
1.3.5
Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate
Social Responsibility).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Bisnis, Indikator Etika Bisnis dan Prinsip Etika Bisnis
a. Definisi Etika
Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan
atau bisnis. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri
dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar
yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Management Journal (1988),
-
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu,
dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesarbesarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-
rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang
harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan
bisnis.
Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pelaku bisnis telah
melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan
masyarakat lain.
Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini
seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis
kegiatan bisnisnya.
Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam
pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.
Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun
kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat
istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku
1.
Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia
bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai moral yang ada, namun
juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan
dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini salah satu contohnya perusahaan memiliki
adanya
Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama
untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan komersial, material,
maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan
ke produk lain.
Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu antara pemberi
kerja
dan
pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran
Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak
ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan yang
dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan yang
lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara, dan hubungan
horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu
baik.
4.
tersebut.
5.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Hal- hal yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar,
jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan, serta interaksi manusiawi lainnya,
dengan tujuan memperoleh keuntungan. Bisnis dapat dilukiskan sebaga kegiatan ekonomis yang
kurang lebih terstruktur atau terorganisasi untuk menghasilkan keuntungan. Dapat dikatakan bahwa
tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan.
Lalu, apakah relevansi antara etika bisnis dengan memperoleh keuntungan sebagai tujuan dari
bisnis? Sonny Keraf menyatakan etika bisnis justru hanya memilki relevansi bagi para pelaku bisnis
yang menginginkan bisnisnya sukses dan bertahan lama. Etika bisnis sulit memiliki relevansi bagi para
pelaku bisnis yang hanya berpikir tentang bisnis hari ini dan keuntungan sesaat. Bisnis modern saat ini
adalah bisnis yang diwarnai oleh persaingan ketat. Dalam konteks bisnis yang kompetitif, setiap
perusahaan berusaha untuk unggul berdasarkan kekuatan objektifnya. Kekuatan objektif itu mencakup
dua hal paling pokok, yaitu modal dan tenaga kerja. Modal yang besar saja tidak cukup memadai.
Tenaga professional juga tidak kalah pentingnya, karena tenaga professional yanga akan menentukan
kekuatan manajemen dan profesionalisme suatu perusahaan.
Namun, tenaga yang professional tidak hanya didasrkan pada keahlian dan keterampilannya saja.
Hal yang tidak kalah penting adalah komitmen moral mereka : dispilin, loyalitas, kerja sama, integritas
pribadi, tanggung jawab, kejujuran, perlakuan manusiawi dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan hal
itu, satu hal penting dalam persaingan bisnis yang ketat adalah membangun relasi bisnis. Relasi bisnis
hanya mungkin dijalin dan dipertahankan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan hanya bisa dibuktikan
dan ditunjang oleh nilai-nilai moral yang nyata, seperti kejjuran, saling menghargai, kesetiaan,
pelayanan yang baik dan sebagainya.
Selain itu, hal yang juga penting dalam persaingan bisnis adalah pelayanan terhadap konsumen.
Hanya perusahaan yang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen yang akan sukses.
Bentuk pelayanan terhadap konsumen itu antara lain mempertahankan mutu barang dan jasa,
memenuhi permintaan konsumen dengan tingkat harga yang tepat, tidak membohongi konsumen dan
sebagainya.
Hal ini dikatakan oleh Bertens bahwa bisnis harus berlangsung sebagai komunikasi sosial yang
menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Artinya, pencarian keuntungan dalam bisnis
tidak bersifat sepihak, tetapi diadakan dalam interaksi antara pemilik perusahaan dengan karyawan,
konsumen, dan sebaginya. Jadi etika bisnis dianggap memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan didalam dunia bisnis yang kompetitif. Hanya
perusahaan yang mampu melayani kepentingan semua pihak yang berbisnis dengannya yang akan
sukses. Karena itu berbisnis secara baik dan etis memang menjadi sebuah tuntutan dari setiap
perusahaan yang ingn membangun dinasti bisnis yang sukses dan bertahan lama.
2.3 Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran
akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. CSR
dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan
cara manajemen dampak (minimimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif) terhadap
seluruh pemangku kepentingannya. CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di
mana suatu organisasi dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan hasil dan keuntungan yang akan diperoleh, melainkan juga harus melihat dampak
sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka yang lebih panjang.
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat tergantung dari orientasi dan
kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002)
menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang
menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan
insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan
dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial.
Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa harusmelakukan regulasi di tengah situasi
hukum dan politik saat ini. Ditengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami
Indonesia,pemerintah harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate
Social Responsibilty). Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi
fokus,dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintahmemfasilitasi, mendukung, dan
memberi penghargaan pada kalangan bisnisyang mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga
dapatmengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompoklain agar terjadi proses
interaksi yang lebih adil dan menghindarkanproses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap
yang lain.
CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau
meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra
perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru
oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk
berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa
mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan.
Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak, konsumen
mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai
yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.
2.4 Peranan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau CSR
Untuk tetap menjadi perusahaan yang kompetitif dan selalu diterima, maka hendaknya suatu
perusahaan hendaknya bertanggung jawab kepada :
a.
penjualan.
Cara Perusahaan Menjamin Tanggung Jawab Sosial kepada Pelanggan Perusahaan dapat
1)
menjamin tanggung jawab sosial kepada pelanggannya dengan beberapa tahap yaitu:
Ciptakan kode etik. Perusahaan dapat menciptakan kode etik bisnis yang memberikan serangkaian
petunjuk untuk kualitas produk, sekaligus sebagai petujuk bagaimana karyawan, pelanggan, dan
2)
3)
tertentu. Konsumerisme mewakili permintaan kolektif pelanggan dimana bisnis memenuhi kebutuhan
-
mereka.
Cara Pemerintah Menjamin Tanggung Jawab terhadap Pelanggan
Sebagai tambahan dari kode tanggung jawab perusahaan dan gelombang konsumerisme, pemerintah
cenderung menjamin tanggung jawab kepada pelanggan dengan berbagai hukum atas keamanan
produk, iklan,dan kompetisi industry.
b.
Keselamatan Karyawan
Perusahaan memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan dengan memantau secara ketat
proses produksi. Beberapa tindakan pencegahan adalah memeriksa mesin dan peralatan guna
memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik, mengharuskan digunakannya kacamata
keselamatan atau peralatan lainnya yang dapat mencegah terjadinya cedera, dan menekankan
menjalankan usaha.
Perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain
Perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan diperlakukan dengan semetinya
oleh karyawan lain. Dua masalah utama berkaitan dengan perlakuan karyawan adalah keragaman dan
Pencegahan terjadinya pelecehan seksual. Masalah lain di tempat kerja adalah seksual ( sexual
harassment), yang melibatkan komentar atau tindakan yang bersifat seksual tidak di terima.
Perusahaan cenderung mencegah pelecehan seksual dengan memberikan seminar mengenai hal
tersebut. Misalnya, seorang karyawan mungkin akan membuat suatu paksaan seksual terhadap
karyawan lain dan menggunakan kepuasaan pribadi dalam perusahaan untuk menakuti status
pekerjaan lain. Seperti, seminar deversitas. Seminar ini dapat menolong karyawan menyadari
bagaimana suatu pernyataan atau perilaku mungkin dapat menyinggung perasaan karyawan lain.
Seminar ini tidak hanya suatu tindakan tanggung jawab terhadap karyawan tetapi juga dapat
memperbaiki produktivitas perusahaan dengan menolong karyawan merasa kerasan dan nyaman.
c.
e.
Polusi udara
Beberapa proses produksi menimbulkan polusi udara yang sangat berbahaya bagi lingkungan
masyarakat karena bias menimbulkan penyakit dan saluran pernapasan. Contonya seperti, polusinya
kendaraan, produksi bahan bakar dan baja.
Suatu perusahaan tentunya mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produknya yang baik
dengan begitu mereka berusaha agar yang dihasilkan tidak membahayakan lingkungan, contoh pada
perusahaan otomotif dan baaja telah mengurangi polusi udara dengan mengubah proses produksinya
sehingga lebih sedikit karbon dioksida yang dilepaskan ke udara.
Peranan pemerintah dalam mencegah polusi udara. Pemerintah juga terlibat dalam
memberlakukan pedoman tertentu yang mengharuskan perusahaan untuk membatasi jumlah karbon
dioksida yang ditimbulkan olehproses produksi. Pada tahun 1970, Environmental Protection Agency
-
hendaknya dapat smemberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan
dilaksanakan, misalnya AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan, serta menanamkan perilaku
disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber kepada industri terhadap perlakuan
buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran.
f.
pedoman tentang hubungan antara pengusaha dengan para pekerja atau karyawan perusahaan yang
biasanya dituangkan dalam sebuah buku. Dalam KKB ini diadakan berbagai ketentuan tentang hak-hak
serta kewajiban karyawan. Hak-hak karyawan meliputi hak atas gaji maupun bentuk-bentuk lain yang
berupa kesejahteraan baik moril maupun materil baginya sedangkan kewajiban karyawan yaitu
melksanakan tugas pekerjaan yang ditugaskannya bagi masing-masing karyawan yang bersangkutan
sesuai dengan jabatan yang dipikulnya.
b.
c.
d.
e.
juga tidak mudah untuk dilaksanakan karena diperlukan kesadaran yang tinggi dari pengusaha besar
yang harus bersedia untuk membantu perkembangan bagi pengusaha kecil yang seringkali banyak
menimbulkan persoalan bagi pengusaha besar yang menjadi bapak angkat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma
yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau
bisnis.
Indikator etika bisnis antara lain : Indikator Etika bisnis menurut ekonomi, Indikator etika bisnis
menurut peraturan khusus yang berlaku, Indikator etika bisnis menurut hukum, Indikator etika
berdasarkan ajaran agama, Indikator etika berdasarkan nilai budaya, Indikator etika bisnis
menurut masing-masing individu.
Etika bisnis sangat relevan dengan keuntungan perusahaan utuk menjalin relasi bisnis demi
terbangunnya reputasi perusahaan sehingga perusahaan bisa lebih kompetitif dan bertahan lama
(keuntungan jangka panjang).
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan meliputi : Tanggung jawab terhadap Pelanggan, Tanggung
Jawab terhadap Karyawan, Tanggung Jawab kepada Pemagang Saham (Investor), Tanggung Jawab
terhadap Kreditor, Tanggung Jawab terhadap lingkungan, Tanggung Jawab terhadap Komunitas.
Bentuk pelaksanaan CSR antara lain : Pelaksanaan Hubungan Industri Pancasila (HIP), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Sistem Bapak Angkat- Anak Angkat.
3.2 Saran
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.Bagi
para pelaku bisnis diharapkan melaksanaka etika bisnis yang sudah diatur dalam peraturan dan
menjalankan tanggungjwab sosialnya secara penuh.
Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Corporate Social Responsibility