Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi dunia internasional maupun nasional, bisnis merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan
dalam kegiatan sehari-hari. Tidak jenuh para pelaku bisnis memajukan dan memperluas usahanya
dalam rangka mencari keuntungan semaksimal mungkin. Mulai dari negara adidaya hingga negara
berkembang melakukan bisnis sebagai mata pencaharian mereka. Begitu pula dengan Indonesia yang
tidak mau kalah bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
Di Indonesia, perkembangan bisnis maju pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan
informasi. Mulai dari bisnis secara tradisional maupun bisnis secara on-line. Bahkan pangsa pasar
bisnis on-line lebih luas dan tentunya dapat memperoleh keuntungan yang maksimal walaupun tidak
sedikit pula orang yang meragukan kualitas produk yang ditawarkan secara on-line. Namun, diantara
bisnis-bisnis yang menghasilkan keuntungan, ternyata masih banyak para pelaku bisnis yang
mengacuhkan etika bisnis yang baik, seperti misalnya tidak memperhatikan kepuasan konsumen
terhadap produk yang dijual. Sejatinya, etika bisnis harus tertanam dalam jiwa para pelaku bisnis,
karena dengan etika bisnis yang baik tidak hanya keuntungan saja yang didapatkan namun kepuasan
dan keloyalitasan konsumenpun akan didapatkan pula. Untuk itu, para pelaku bisnis harus mengetahui
hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pelaku bisnis.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai etika bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan yang seharusnya dilakukan oleh para pelaku bisnis atau pengusaha.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan dalam makalah ini antara lain :
1.2.1
Apa definisi dari etika bisnis, indikator dan prinsip etika bisnis?
1.2.2
Bagaimana relevansi etika bisnis dengan kentungan perusahaan?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan Tanggungjawab Sosial Perusahaan/ CSR (Corporate Social
1.2.4
1.2.5

Responsibility)?
Bagaimana peranan CSR (Corporate Social Responsibility)?
Bagaimana bentuk pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility) di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.3.1
Untuk mengetahui definisi dari etika bisnis, indikator dan prinsip etika bisnis.
1.3.2
Untuk mengetahui relevansi etika bisnis dengan keuntungan perusahaan.
1.3.3
Untuk mengetahui Tanggungjawab Sosial Perusahaan/ CSR (Corporate Social Responsibility).
1.3.4
Untuk mengetahui peranan CSR (Corporate Social Responsibility).
1.3.5
Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate
Social Responsibility).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Bisnis, Indikator Etika Bisnis dan Prinsip Etika Bisnis
a. Definisi Etika
Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan
atau bisnis. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan

kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri
dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar
yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Management Journal (1988),
-

memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu,
dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesarbesarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-

rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang
harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan

akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.


Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
b. Indikator Etika Bisnis
Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk
menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika bisnis dalam
kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan khusus yang berlaku;
indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan indikator etik dari masing-masing pelaku

bisnis.
Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pelaku bisnis telah
melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan

masyarakat lain.
Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini
seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis

mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.


Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hokum seseorang atau suatu
perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau
suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan

kegiatan bisnisnya.
Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam
pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.

Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun
kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat
istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku

bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.


c.

Prinsip Etika Bisnis


Prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Artinya, prinsip-prinsip etika bisnis tersebut sangat
erat kaitannya dengan system nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat. Misalnya, prinsipprinsip etika bisnis yang berlaku di Cina akan sangat dipengaruhi oleh system nilai masyarakat Cina,
system nilai masyarakat Eropa akan mempengaruhi prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku di Eropa
dan sebagainya. Namun, prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah
penerapan dari prinsip etika pada umumnya. Tanpa mengabaikan kekhasan system nilai dari setiap
masyarakat bisnis, Sonny Keraf menyebutkan secara umum terdapat lima prinsip etika bisnis, yaitu :

1.

Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia
bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai moral yang ada, namun
juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan
dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini salah satu contohnya perusahaan memiliki

kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya adalah:


Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan mereka.
Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk pelayanan yang tinggi dan

memperbaiki ketidakpuasan mereka.


Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan pelanggan, demikian
juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan ditingkatkan terhadap produk

dan jasa perusahaan.


Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan, memasarkan dan
mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik. karena kebebasan adalah unsur hakiki dari prinsip
otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak secara etis, walaupun
kebebasan belum menjamin bahwa seseorang bertindak secara otonom dan etis. Unsur lainnya dari
prinsip otonomi adalah tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya dan bebas dalam
mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang dianggap baik, otonom juga harus bisa
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya (di sinilah dimung-kinkan

adanya

pertimbangan moral). Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari makhluk


bermoral, dan tanggungjawab disini adalah tanggung jawab pada diri kita sendiri dan juga tentunya
pada stakeholder.
2.

Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama
untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan komersial, material,
maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan

bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:


Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis disini
secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan
janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya
mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis

dengan pihak yang bertindak curang tersebut.


Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik.
Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang
merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih

ke produk lain.
Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu antara pemberi
kerja

dan

pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran

karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.


3.

Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak
ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan yang

dikemukakan oleh Aristoteles adalah:


Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan
negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai dengan hukum yang
berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal menuntut agar Negara bersikap netral
dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik

dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan yang
lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara, dan hubungan
horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu

menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.


Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang merata atau
dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip

perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan ketentuan

dalam perusahaan yang juga adil dan

baik.
4.

Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)


Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain.
Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win
situation.
Prinsip keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya, maka
prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak
berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat
dan tujuan bisnis. Tujuan utama dari kegiatan bisnis asalah untuk memperoleh keuntungan. Produsen
ingin agar banyak orang membeli atau menggunakan produk-produknya. Konsumen ingin mendapat
barang dan jasa yang menguntungkan dalam bentuk harga dan kualitas yang baik. Karena itu, bisnis
memang seharusnya dijalankan dengan saling menguntungkan, menguntungkan produsen sekaligus
menguntungkan konsumen. Dengan kata lain, prinsip saling menguntungkan menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak yan

g terlibat di dalam bisnis

tersebut.
5.

Prinsip Integritas Moral (Moral Integrity Principle)


Prinsip integritas moral dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisns agar ia
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaannya. Prinsip ini
mengandung sebuah imperatif moral yang berlaku bagi diri pelaku bisnis dan perusahaannya untuk
berbisnis sedemikian rupa agar tetap menjadi yang paling unggul dan tetap dapat dipercaya. Dengan
kata lain, prinsip in merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku bisnis dan perusahaan
untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Hal tersebut tercermin dalam seluruh perilaku pelaku
bisnis dengan semua pihak, baik pihak internal perusahaaan maupun pihak eksternal perusahaan.
Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam Smith, prinsip keadilanlah
yang merupakan prinsip yang paling penting dalam berbisnis. Prinsip ini menjadi dasardan jiwa dari
semua aturan bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan. Karena menurut Adam Smith,
dalam prinsip keadilan khususnya keadilan komutatif berupa no harm, bahwa sampai tingkat
tertentu, prinsip ini telah mengandung semua prinsip etika bisnis lainnya. Karena orang yang jujur
tidak akan merugikan orang lain, orang yang mau saling menguntungkan dengan pibak Iain, dan
bertanggungjawab untuk tidak merugikan orang lain tanpa alasan yang diterima dan masuk akal.

2.2 Relevansi Etika Bisnis dengan Keuntungan Perusahaan

Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Hal- hal yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar,
jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan, serta interaksi manusiawi lainnya,
dengan tujuan memperoleh keuntungan. Bisnis dapat dilukiskan sebaga kegiatan ekonomis yang
kurang lebih terstruktur atau terorganisasi untuk menghasilkan keuntungan. Dapat dikatakan bahwa
tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan.
Lalu, apakah relevansi antara etika bisnis dengan memperoleh keuntungan sebagai tujuan dari
bisnis? Sonny Keraf menyatakan etika bisnis justru hanya memilki relevansi bagi para pelaku bisnis
yang menginginkan bisnisnya sukses dan bertahan lama. Etika bisnis sulit memiliki relevansi bagi para
pelaku bisnis yang hanya berpikir tentang bisnis hari ini dan keuntungan sesaat. Bisnis modern saat ini
adalah bisnis yang diwarnai oleh persaingan ketat. Dalam konteks bisnis yang kompetitif, setiap
perusahaan berusaha untuk unggul berdasarkan kekuatan objektifnya. Kekuatan objektif itu mencakup
dua hal paling pokok, yaitu modal dan tenaga kerja. Modal yang besar saja tidak cukup memadai.
Tenaga professional juga tidak kalah pentingnya, karena tenaga professional yanga akan menentukan
kekuatan manajemen dan profesionalisme suatu perusahaan.
Namun, tenaga yang professional tidak hanya didasrkan pada keahlian dan keterampilannya saja.
Hal yang tidak kalah penting adalah komitmen moral mereka : dispilin, loyalitas, kerja sama, integritas
pribadi, tanggung jawab, kejujuran, perlakuan manusiawi dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan hal
itu, satu hal penting dalam persaingan bisnis yang ketat adalah membangun relasi bisnis. Relasi bisnis
hanya mungkin dijalin dan dipertahankan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan hanya bisa dibuktikan
dan ditunjang oleh nilai-nilai moral yang nyata, seperti kejjuran, saling menghargai, kesetiaan,
pelayanan yang baik dan sebagainya.
Selain itu, hal yang juga penting dalam persaingan bisnis adalah pelayanan terhadap konsumen.
Hanya perusahaan yang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen yang akan sukses.
Bentuk pelayanan terhadap konsumen itu antara lain mempertahankan mutu barang dan jasa,
memenuhi permintaan konsumen dengan tingkat harga yang tepat, tidak membohongi konsumen dan
sebagainya.
Hal ini dikatakan oleh Bertens bahwa bisnis harus berlangsung sebagai komunikasi sosial yang
menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Artinya, pencarian keuntungan dalam bisnis
tidak bersifat sepihak, tetapi diadakan dalam interaksi antara pemilik perusahaan dengan karyawan,
konsumen, dan sebaginya. Jadi etika bisnis dianggap memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan didalam dunia bisnis yang kompetitif. Hanya
perusahaan yang mampu melayani kepentingan semua pihak yang berbisnis dengannya yang akan
sukses. Karena itu berbisnis secara baik dan etis memang menjadi sebuah tuntutan dari setiap
perusahaan yang ingn membangun dinasti bisnis yang sukses dan bertahan lama.
2.3 Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran
akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. CSR
dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan
cara manajemen dampak (minimimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif) terhadap
seluruh pemangku kepentingannya. CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di
mana suatu organisasi dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan hasil dan keuntungan yang akan diperoleh, melainkan juga harus melihat dampak
sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka yang lebih panjang.
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat tergantung dari orientasi dan
kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002)
menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang
menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan
insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan
dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial.
Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa harusmelakukan regulasi di tengah situasi
hukum dan politik saat ini. Ditengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami
Indonesia,pemerintah harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate
Social Responsibilty). Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi
fokus,dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintahmemfasilitasi, mendukung, dan
memberi penghargaan pada kalangan bisnisyang mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga
dapatmengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompoklain agar terjadi proses
interaksi yang lebih adil dan menghindarkanproses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap
yang lain.
CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau
meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra
perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru
oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk
berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa
mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan.

Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak, konsumen
mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai
yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.
2.4 Peranan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau CSR
Untuk tetap menjadi perusahaan yang kompetitif dan selalu diterima, maka hendaknya suatu
perusahaan hendaknya bertanggung jawab kepada :

a.

Tanggung jawab terhadap Pelanggan


Tanggung jawab perusahaan kepada pelanggan jauh lebih luas daripada hanya menyediakan barang
atau jasa. Perusahaan mempunyai tanggung jawab ketika memproduksi dan menjual produknya, yang
akan didiskusikan kemudian.

Praktik tanggung jawab produksi


Produk sebaiknya dihasilkan dengan cara yang menjamin keselamatan pelanggan. Produk sebaiknya
memiliki label peringatan yang semestinya guna mencegah kecelakaan yag dapat ditimbulkan dari
penggunaan yang salah. Untuk beberapa produk, informasi mengenai efek samping yang mungkin

terjadi perlu disediakan.


Praktik Tanggung Jawab Penjualan
Perusahaan perlu petunjuk yang membuat karyawan tidak berani menggunakan strategi penjualan
yang terlalu agresif atau advertensi yamg menyesatkan dan juga memakai survei kepuasan pelanggan
untuk meyakinkan bahwa pelanggan diperlakukan dengan semestinya oleh karyawan bagian

penjualan.
Cara Perusahaan Menjamin Tanggung Jawab Sosial kepada Pelanggan Perusahaan dapat

1)

menjamin tanggung jawab sosial kepada pelanggannya dengan beberapa tahap yaitu:
Ciptakan kode etik. Perusahaan dapat menciptakan kode etik bisnis yang memberikan serangkaian
petunjuk untuk kualitas produk, sekaligus sebagai petujuk bagaimana karyawan, pelanggan, dan

2)

pemilik seharusnya dipelihara.


Pantaulah semua keluhan. Perusahaan harus yakin bahwa pelanggan mempunyai telephone yang
dapat mereka hubungi apabila mereka mempunyai keluhan mengenai kualitas produk atau bagaimana
mereka diperlakukan oleh para karyawan. Perusahaan dapat berusaha mencari sumber keluhan dan

3)

harus dapat menyakinkan bahwa problem tersebut tidak timbul lagi.


Umpan balik (feedback) pelanggan. Perusahaan dapat meminta pelanggan untuk memberikan
umpan balik atas barang atau jasa yang mereka beli akhir-akhir ini, walaupun pelanggan tidak
menghubungi untuk memberikan keluhan. Proses ini dapat mendeteksi beberapa masalah lain dengan

kualitas produk atau cara perlakuan terhadap pelanggan.


Cara Konsumerisme Menjamin Tanggung Jawab terhadap Pelanggan. Tanggung jawab perusahaan
terhadap pelanggan didorong tidak hanya oleh perusahaan, tetapi juga oleh sekelompok konsumen

tertentu. Konsumerisme mewakili permintaan kolektif pelanggan dimana bisnis memenuhi kebutuhan
-

mereka.
Cara Pemerintah Menjamin Tanggung Jawab terhadap Pelanggan
Sebagai tambahan dari kode tanggung jawab perusahaan dan gelombang konsumerisme, pemerintah
cenderung menjamin tanggung jawab kepada pelanggan dengan berbagai hukum atas keamanan
produk, iklan,dan kompetisi industry.

b.

Tanggung Jawab terhadap Karyawan


Bisnis mempunyai sejumlah tanggung jawab terhadap karyawan. Pertama, mereka mempunyai
tanggung jawab untuk menciptakan lapangan pekerjaan jika mereka ingin tumbuh. Perusahaan juga
memiliki tanggung jawab terhadap karyawannya guna memastikan keselamatan mereka, perlakuan
yang semestinya oleh karyawan lain, dan peluang yang setara.

Keselamatan Karyawan
Perusahaan memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan dengan memantau secara ketat
proses produksi. Beberapa tindakan pencegahan adalah memeriksa mesin dan peralatan guna
memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik, mengharuskan digunakannya kacamata
keselamatan atau peralatan lainnya yang dapat mencegah terjadinya cedera, dan menekankan

tindakan pencegahan khusus dalam seminar-seminar pelatihan.


Perusahaan yang menciptakan lingkungan kerja yang aman mencegah terjadinya cedera dan
meningkatkan moral karyawan. Banyak perusahaan saat ini mengidentifikasikan keselamatan tu di
tempat kerja sebagai salah satu tujuan utamanya. Pemilik perusahaan mengakui bahwa perusahaan
akan mengeluarkan biaya guna memenuhi tanggung jawab seperti keselamatan karyawan. Usaha
perusahaan untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman mencerminkan biaya penting dalam

menjalankan usaha.
Perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain
Perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan diperlakukan dengan semetinya
oleh karyawan lain. Dua masalah utama berkaitan dengan perlakuan karyawan adalah keragaman dan

pencegahan terjadinya pelecehan seksual.


Keragaman, tidak hanya terbatas pada jender dan suku. Karyawan dapat berasal dari latar belakang
yang sepenuhnya berbeda dan memiliki keyakinan yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan konflik
ditempat kerja. Banyak perusahaan memcoba untuk mengintegrasikan karyawan dengan latar
belakang yang berbeda agar mereka belajar bekerja sama guna mencapai tujuan bersama perusahaan
sekalipun merka memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah-masalah di luar kerja. Banyak
perusahaan merespons terhadap meningkatnya keregaman antar karyawan dengan menawarkan
seminar mengenai keregaman, yang menginformasikan kepada karyawan mengenai keregaman
budaya.

Pencegahan terjadinya pelecehan seksual. Masalah lain di tempat kerja adalah seksual ( sexual
harassment), yang melibatkan komentar atau tindakan yang bersifat seksual tidak di terima.
Perusahaan cenderung mencegah pelecehan seksual dengan memberikan seminar mengenai hal
tersebut. Misalnya, seorang karyawan mungkin akan membuat suatu paksaan seksual terhadap
karyawan lain dan menggunakan kepuasaan pribadi dalam perusahaan untuk menakuti status
pekerjaan lain. Seperti, seminar deversitas. Seminar ini dapat menolong karyawan menyadari
bagaimana suatu pernyataan atau perilaku mungkin dapat menyinggung perasaan karyawan lain.
Seminar ini tidak hanya suatu tindakan tanggung jawab terhadap karyawan tetapi juga dapat
memperbaiki produktivitas perusahaan dengan menolong karyawan merasa kerasan dan nyaman.

c.

Tanggung Jawab kepada Pemagang Saham (Investor)


Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemiliknya (para pemegang saham).
Karyawan dapat tergoda untuk membuat keputusan yang memuaskan kepentingan mereka sendiri dan
bukannay kepentingan pemilik saham. Misalnya saja, bebrapa karyawan megambil uang perusahaan
untuk kepentingan pribadinya dan bukan kepentingan perusahaan. investor yang dikenal sebagai
pedagang dalam telah memilihcara-cara tidak etis untuk meningkatkan kesehatan financial mereka
sendiri. Perdangan dalam (insider trading) melibatkan orang dalam yang menggunakan informasi
rahasia perusahaan untuk memperkaya diri sendiri atau keluarga dan teman-teman mereka. Sebuah
kasus yang terjadi pada Martha Steward, meskipun Steward tidak pernah dituntut dengan perdagangan
dalam, ia diputuskan bersalah karena otoritas yang menyelediki kemungkinan adanya perdagangan
sejenis.
Konflik dalm usaha untuk memastikan Tanggung jawab. Mengaitkan kompemsasi karyawan
dengan kinerja perusahaan dapat menyelesaikan sebagian dari konflik kepentingan tetapi menciptakan
masalah lainnya. Terdapat banyak kasus perusahaan yang menyesatkan investor potensial maupun
investor yang ada saat ini dengan sengaja tidak menyebutkan informasi relevan yang dapat membuat
saham mereka menjadi jatuh. Selain itu, terdapat banyak kasus perusahaan yang menerbitkan
estimasi pendapatan dan laba yang terlau dibesar-besarkan. Ketika perusahaan menyesatkan investor
dengan menciptakan pandangan yang terlalu optimistis terhadap kinerja potensialnya, perusahaan
dapat menyebabkan investor membayar terlau banyak untuk saham perusahaan. Harga saham
tersebut kemungkinan besar akan turun ketika kondisi kuangan perusahaan yang sebenarnya terlihat.
Investor menjadi lebih curiga terhadap laporan keuangan perusahaan sekarang ketika mereka
menyadari bahwa beberapa perusahaan mungkin terlibat dalam pelaporan yangtidak etis. Beberapa
perusahaan telah mengambi inisiatif untuk mengurangi kecurigaan dengan menyediakan laporan
keuangan yang lebih lengkap yang juga lebih dapat dipahami dan dapat diinterprestasikan dengan
lebih mudah.

Bagaimana Pemegang Saham Memastikan Tanggung Jawab. Pemegang saham untuk


mempengaruhi kebijakan manejemen perusahaan. Pemegang saham telah sangat aktif khususnya
ketika mereka tidak puas dengan gaji ekskutif perusahaan atau kebijakan lainnya.
Pemegang saham yang paling aktif adalah investor institusional (institusional investors), atau
lembaga keuangan yang membeli sejumlah besar saham. Jika satu investor institusional yakin bahwa
perusahaan dikelola dengan buruk, maka investor tersebut dapat mencoba untuk eksekutif perusahaan
dan menyatakan ketidakpuasannya. Investor tersebut juga dapat mencoba berkolaburasi dengan
investor institusional lain yang juga memiliki sejumlah besar saham perusahaan. Hal ini memberikan
kekuasaan yang lebih besar untuk melakukan negosiasi karena eksekutif perusahaan kemungkinan
besar akan mendengarkan investor institusional yang secara kolektif memiliki sejumlah besar saham
perusahaan. Investor institusional tidak mencoba mendikte bagaimana perusahaan seharusnya
dikelola. Melainkan, mereka mencoba untuk memastikan bahwa menejer perusahaan mengambil
keputusan kepentingan seluruh pemegang saham.
d.

Tanggung Jawab terhadap Kreditor


Perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada kreditor.
Jika suatu perusahaan mengalami masalah keuangan dan tidak mampu memenuhi kewajibannya,
maka perusahaan tersebut harus menginformasikan hal ini kepada kreditornya. Suatu perusahaan
memiliki insentif yang kuat untuk memenuhi tanggung jawabnya terhadap kreditor. Jika perusahaan
tidak membayar utangnya kepada kreditor, perusahaan tesebut dapat dipaksa pailit.

e.

Tanggung Jawab terhadap lingkungan


Kualitas lingkungan adalah kebaikan publik, dimana setiap orang menikmatinya tanpa peduli siapa yng
membayar untuknya. Jika suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan tentunya membawa dampak
negative tehadap lingkungan (pencemaran lingkungan) seperti, polusi udara, tanah dan air. Dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Polusi udara
Beberapa proses produksi menimbulkan polusi udara yang sangat berbahaya bagi lingkungan
masyarakat karena bias menimbulkan penyakit dan saluran pernapasan. Contonya seperti, polusinya
kendaraan, produksi bahan bakar dan baja.
Suatu perusahaan tentunya mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produknya yang baik
dengan begitu mereka berusaha agar yang dihasilkan tidak membahayakan lingkungan, contoh pada
perusahaan otomotif dan baaja telah mengurangi polusi udara dengan mengubah proses produksinya
sehingga lebih sedikit karbon dioksida yang dilepaskan ke udara.
Peranan pemerintah dalam mencegah polusi udara. Pemerintah juga terlibat dalam
memberlakukan pedoman tertentu yang mengharuskan perusahaan untuk membatasi jumlah karbon

dioksida yang ditimbulkan olehproses produksi. Pada tahun 1970, Environmental Protection Agency
-

(EPA), diciptakan untuk mengembangkan dan memberlakukan standar polusi.


Polusi Tanah
Tanah telah terpolusi oleh limbah yang beracun yangn tida dihasilkan dari beberapa proses
produksi. Akibatnya tanah akan rusak tidak subur dan akan berdampak buruk bagi pertanian.
Dengan begitu perusahaan harus mempunyai suatu strategi yang mengarah pada pencegahan
terhadap polusi tanah. Misalkan, perusahaan merevisi produksi dan pengemasan guna mengurangi
jumlah limbah. Perusahaan juga harus menyimpan limbah beracunnya ditempat yang khusus untuk
limbah beracun dan perusahaan juga bias mendaur ulang membatasi penggunaan bahan baku yang
pada akhirnya akan menjadi limbah padat. Ada banyak perusahaan yang memiliki program lingkungan
yang didesain untuk mengurangi kerusakan lingkuperngan. Contoh, perusahaan Homestake Mining
Company mengakui bahwa operasi penambangannnya merusak tanah, sehingga perusahaan tersebut

mengelurkan uang untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan.


Polusi Air / Pencemaran Air
Pencemaran air mengacu pada perubahan fisik, biologi, kimia dan kondisi badan air yang akan
mengganggu keseimbangan ekosistem.Seperti jenis polusi, hasil polusi air bila jumlah besar limbah
yang berasal dari berbagai sumber polutan tidak dapat lagi ditampung oleh ekosistem alam.
Sebenarnya ada alasan tertentu yang berada di belakang apa yang menyebabkan pencemaran air.
Namun, penting untuk membiasakan diri dengan dua kategori utama pencemaran air, polusi beberapa
datang langsung dari lokasi tertentu seseorang. Jenis polusi disebut pencemaran sumber titik seperti
pipa air tercemar limbah yang mengalir ke sungai dan lahan pertanian.
Sementara itu, polusi sumber non-titik adalah polusi yang berasal dari daerah-daerah besar seperti
bensin dan kotoran lain dari jalan raya yang masuk ke danau dan sungai. Salah satu penyebab utama
pencemaran air yang telah menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang serius dan merupakan
polutan yang berasal dari bahan kimia dan proses industri. Ketika pabrik-pabrik dan produsen
menuangkan bahan kimia dan limbah ternak langsung ke sungai dan sungai, air menjadi beracun dan
tingkat oksigen yang habis menyebabkan banyak organisme air mati. Limbah ini termasuk pelarut dan
zat-zat beracun. Sebagian besar limbah tidak biodegradable. tanaman Power, pabrik kertas, kilang,
pabrik-pabrik mobil membuang sampah ke sungai. Jadi suatu perusahaan sangat berperan penting
dalam menengani masalah tersebut dengan melakukan penilitian dan strategi untuk mencegah
terjadinya polusi air.
Jadi pada prinsipnya perusahaan harus melakukan ada dua cara untuk menanggulangi
pencemaran, yaitu penanggulangan non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis
yaitu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundang-undangan yang dapat merencanakan,mengatur dan mengawasi segala macam bentuk
kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini

hendaknya dapat smemberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan
dilaksanakan, misalnya AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan, serta menanamkan perilaku
disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber kepada industri terhadap perlakuan
buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran.
f.

Tanggung Jawab terhadap Komunitas


Suatu perusahaan ketika mendirikan basisnya di suatu komunitas, maka perusahaan tersebut
menjadi bagian dari komunitas itu dan mengandalkan komunitas tersebut sebagai pelanggan dan
karyawannya. Perusahaan mendemonstrasikan acara-acara local atau memberikan sumbangan ke
yayasan local, misalkan perusahaaan yang telah mendonasikan dana ke unversitas-universitas.
Untuk perusahaan multinasional, komunitas perusahaan adalah lingkungan internasionalnya.
Ada banyak perusahaan yang terlibat dengan bisnis internasionalnya misalnya sumbangansumbangan untuk bencana alam, seperti tsunami, gempa.
Konflik dengan memaksimalkan tanggung jawab sosial, keputusan para manajer perusahaan
yang memaksimalkan tanggung jawab sosial dapat konflik dengan memaksimalkan nilai perusahaan.
Biaya yang melibatkan dalam mencapai tujuan akan harus dibebankan kepada pelanggan. Jadi,
kecerendungan memaksimalkan tanggung jawab sosial terhadap komunitas akan mengurangi
kemampuan perusahaan menyediakan produk dengan harga wajar kepada konsumen. Sebagai
konsekuensi, masyarakat dan pemegang saham biasa mendapat keuntungan dari mendukung sosial
tersebut. Apabila suatu perusahaan dapat mengidentifikasikan secara tepat suatu gerakan sosial yang
ada hubungannya dengan bisnisnya, maka dapat secara bersamaan memberikan konstribusi kepada
masyarakat dan memaksimalkan ni lai perusahaan. Misalnya, suatu manufaktur sepatu dapat
mensponsori lomba lari.

2.5 Bentuk Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia


Pelaksanaan tanggung jawab sosial suatu bisnis adalah merupakan penjabaran dari kepedulian
sosial dari suatu bisnis. Dengan semakin tinggi tingkat kepedulian sosial suatu bisnis, maka bararti
akan semakin meningkat pelaksanaan praktik bisnis etik dalam masyarakat. Dengan pelaksanaan etika
bisnis maka kepentingan masyarakat banyak akan terlindung dari praktik bisnis yang merugikan
kepentingan masyarakat banyak.
Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang dapat atau telah dilakukan
oleh beberapa pengusaha.
a.

Pelaksanaan Hubungan Industri Pancasila (HIP)


Banyak pengusaha yang telah menyusun dan melaksanakan hubungan industry pancasila ini dalam
bentuk yang sering dikenal sebagai Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). KKB ini merupakan sebuah

pedoman tentang hubungan antara pengusaha dengan para pekerja atau karyawan perusahaan yang
biasanya dituangkan dalam sebuah buku. Dalam KKB ini diadakan berbagai ketentuan tentang hak-hak
serta kewajiban karyawan. Hak-hak karyawan meliputi hak atas gaji maupun bentuk-bentuk lain yang
berupa kesejahteraan baik moril maupun materil baginya sedangkan kewajiban karyawan yaitu
melksanakan tugas pekerjaan yang ditugaskannya bagi masing-masing karyawan yang bersangkutan
sesuai dengan jabatan yang dipikulnya.
b.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


Banyak pengusaha yang pada saat ini telah melakukan AMDAL ini dalam melaksanakan
kegiatan bisnisnya. Wujud nyata dari amdal ini tercermin dalam pelaksanaan pengolahan limbah
industry sedemikian rupa sehingga limbah tersebut menjadi tidak mengganggu lingkungan. Proses
produksi yang dilakukan oleh suatu bisnis tidak jarang akan menimbulkan pencemaran lingkungan atau
polusi, baik polusi tanah, air dan udara. Dalam hal ini masih banyak pula pengusaha yang belum
menyadari akan tanggung jawabnya terhadap pengolahan limbah industry ini. Hal ini pada umumnya
disebabkan karena kurangnya kesadaran pengusaha terhadap pencemaran lingkungannya.

c.

Penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Penerapan prinsip K3 ini telah banyak dilaksanakan pula oleh pengusaha kita. Ada beberapa
perusahaan telah memperoleh penghargaan yang berupa Zero Accident. Perusahaan yang
memperoleh penghargaan ini bararti telah menjalankan proses produksinya sedemikian lama tanpa
mengalami kecelakaan kerja bagi karyawannya. Hal ini merupakan prestasi yang cukup bagus dalam
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja. Guna menjalankan pekerjaannya baik berupa topi
pengaman, masker, maupun pakaian kerja khusus dan sebagainya.

d.

Perkebunan Inti Rakyat (PIR)


Pelaksanaan program pemerintah yang berupa PIR di mana dalam hal ini Perkebunan Besar
yang biasanya adalah milik negara merupakan intinya yang akan menjadi motor penggerak
pembangunan perkebunan rakyat di sekitarnya yang merupakan plasma. Perkebunan rakyat di sekitar
yang merupakan plasma ini akan mendukung kelancaran pemasokan bahan baku bagi nakan terjadi
saling membantu antara perusahaan rakyat yang pada umumnya kecil. Dengan demikian maka
pembangunan bangsa akan berjalan secara seimbang dan saling menompang.

e.

Sistem Bapak Angkat- Anak Angkat


Pelaksanaan sistem ini juga banyak membantu kelancaran proses pembangunan bangsa serta
keterkaitan industry maupun ketrkaitan kepentingan masyarakat banyak. Praktik tersebut tentu saja

juga tidak mudah untuk dilaksanakan karena diperlukan kesadaran yang tinggi dari pengusaha besar
yang harus bersedia untuk membantu perkembangan bagi pengusaha kecil yang seringkali banyak
menimbulkan persoalan bagi pengusaha besar yang menjadi bapak angkat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma
yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau
bisnis.
Indikator etika bisnis antara lain : Indikator Etika bisnis menurut ekonomi, Indikator etika bisnis
menurut peraturan khusus yang berlaku, Indikator etika bisnis menurut hukum, Indikator etika
berdasarkan ajaran agama, Indikator etika berdasarkan nilai budaya, Indikator etika bisnis
menurut masing-masing individu.
Etika bisnis sangat relevan dengan keuntungan perusahaan utuk menjalin relasi bisnis demi
terbangunnya reputasi perusahaan sehingga perusahaan bisa lebih kompetitif dan bertahan lama
(keuntungan jangka panjang).
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan meliputi : Tanggung jawab terhadap Pelanggan, Tanggung
Jawab terhadap Karyawan, Tanggung Jawab kepada Pemagang Saham (Investor), Tanggung Jawab
terhadap Kreditor, Tanggung Jawab terhadap lingkungan, Tanggung Jawab terhadap Komunitas.
Bentuk pelaksanaan CSR antara lain : Pelaksanaan Hubungan Industri Pancasila (HIP), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Sistem Bapak Angkat- Anak Angkat.
3.2 Saran
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.Bagi
para pelaku bisnis diharapkan melaksanaka etika bisnis yang sudah diatur dalam peraturan dan
menjalankan tanggungjwab sosialnya secara penuh.

Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Corporate Social Responsibility

ETIKA BISNIS DAN LINGKUNGAN

MUHAMMAD RACHMAT PUTRA UTAMA


P3400215001
MUH RIDHA RISYAHPUTRA
P3400215010
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai