Diusulkan oleh:
Muamar Darda
Denty Saraswati
Bambang Wisnu Laksono
Intan Anindita Suseno
RM. Rizal Dwinto R.
B04120111 / 2012
B04120006 / 2012
B04120110 / 2012
B04120114 / 2012
B04130063 / 2013
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ......................................................................................... i
Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Ringkasan .................................................................................................... iv
BAB 1. Pendahuluan
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................ 2
Tujuan ..................................................................................................... 2
Luaran ..................................................................................................... 2
Kegunaan ................................................................................................ 2
BAB 2. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 3
BAB 3. Metode Penelitian
Alat dan Bahan ....................................................................................... 6
Metode .................................................................................................... 6
BAB 4. Biaya Dan Jadwal Kegiatan
Anggararan Biaya ................................................................................... 9
Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 9
Daftar Pustaka ............................................................................................. 10
Lampiran-Lampiran .................................................................................... 11
RINGKASAN
Ayam petelur merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial di
Indonesia. Peningkatan status kesejahteraan masyarakat dunia menutut penerapan
kesejahteraan hewan di segala komoditas. Kesejahteraan hewan diterapkan untuk
menghasilkan kualitas dan tingkat higiene produk pangan asal hewan yang baik.
Di Indonesia, industri peternakan ayam petelur masih menggunakan kandang
baterai. Ditinjau dari segi kesejahteraan hewan, hal ini membuat ayam tidak bebas
bergerak dan tidak bebas mengekspresikan perilaku alamiahnya antara lain
membersihkan diri, mandi debu, bertengger, dan mencari pakan secara aktif.
Dengan kondisi tersebut, dikhawatirkan tingkat stress ayam meningkat dan
berdampak pada penurunan tingkat kesehatan dan produktivitas ayam petelur.
Enrichment yang sesuai dengan kesejahteraan hewan dapat diterapkan. Penelitian
ini menggunakan 100 ekor ayam petelur strain Hy line dan dibagi menjadi dua
kelompok perlakuan. Perlakuan pertama adalah pemeliharaan ayam dalam
kandang umbar dengan enrichment berupa alas litter serta tenggeran. Perlakuan
kedua adalah pemeliharaan ayam dalam kandang baterai sebagai kontrol.
Pemeliharaan ayam dikakukan dari DOC hingga mulai berproduksi. Setiap dua
minggu sekali dilakukan pemeriksaan darah berupa jumlah eritrosit, nilai
hematokrit, kadar hemoglobin, dan jumlah leukosit. Setelah ayam mulai
berproduksi, sekitar usia 16-17 minggu, produksi telur dihitung per hari dan nilai
FCR diukur setiap minggu. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah
peningkatan status kesejahteraan ayam yang dalam hal ini ditandai dengan
peningkatan status kesehatan dan tingkat produktivitas pada kelompok ayam
petelur yang dipelihara dalam kandang umbar ber-enrichment.
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam petelur merupakan ras ayam yang dibudidayakan untuk
dimanfaatkan produksi telurnya. Populasi ayam petelur di Indonesia meningkat
setiap tahunnya diikuti dengan pertumbuhan produksi telur. Menurut Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015), populasi ayam ras petelur di
Indonesia mencapai 146.660.420 ekor pada tahun 2014 dengan pertumbuhan
3,24%. Pada tahun yang sama, produksi telur di Indonesia mencapai 1.244.312
dengan pertumbuhan sebesar 3,65%. Oleh karena itu, industri peternakan ayam
petelur menjadi komoditas yang sangat potensial.
Status kesejahteraan masyarakat dunia yang meningkat, terutama di negara
maju, mendorong peningkatan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan hewan.
Tuntutan terhadap penerapan kesejahteraan hewan semakin meningkat, baik untuk
komoditas hewan kesayangan, satwa liar, satwa akuatik, hewan laboratorium,
maupun hewan atau ternak produksi. Pada hewan produksi sebagai penyedia
produk pangan asal hewan, penerapan kesejahteraan hewan sangat berkaitan
dengan kualitas dan keamanannya. Hal ini berpotensi menjadi hambatan industri
peternakan dalam negeri untuk terlibat dalam perdagangan internasional.
Indonesia yang sedang mengembangkan perekonomiannya, khususnya di bidang
peternakan dan kesehatan hewan, perlu menerapkan kesejahteraan hewan. Hal ini
perlu dilakukan dalam upaya mengingkatkan daya saing produk Indonesia di
pasar global dan menaikkan martabat Bangsa Indonesia di kancah internasional.
Peternakan ayam petelur di Indonesia pada umumnya masih menggunakan
kandang baterai. Hal ini berkaitan dengan kesejahteraan hewan dimana ayam
tidak bebas bergerak dan menunjukkan perilaku alamiahnya. Penggunaan
kandang baterai sudah dilarang di Eropa sejak tanggal 1 Januari 2012 namun
penggunaan kandang baterai yang diberi enrichment masih diperbolehkan
(RSPCA, 2015).
Peternakan dengan barn system sudah banyak diterapkan di negara maju
dalam pemeliharaan ayam petelur. Dalam sistem ini, penggunaan kandang baterai
ditiadakan. Selain itu, fasilitas-fasilitas enrichment berupa litter dan tenggeran
disediakan. Ayam petelur diberi kebebasan untuk bergerak dan mengekspresikan
perilaku alamiahnya, antara lain berkokok, membersihkan diri, mandi debu,
bertengger, dan mencari pakan.
Peternakan dengan barn system masih belum diterapkan peternakan ayam
petelur komersial di Indonesia. Sistem ini perlu dilaksanakan dengan
pertimbangan kesejahteraan hewan ayam petelur, terutama kebebasan dalam
mengekspresikan perilaku alamiahnya. Penerapan enrichment antara lain
penggunaan kandang umbar yang dilengkapi litter dan tenggeran dapat diterapkan
dalam peternakan ayam petelur. Penerapan enrichment tersebut dapat digunakan
untuk mencapai status kesejahteraan ayam yang ditandai dengan penurunan
(Frandson, 1992). Sel darah putih terbagi atas granulosit dan agranulosit.
Granulosit merupakan sel-sel yang mengandung granul, antara lain eosinofil,
neutrofil, dan basofil. Agranulosit merupakan sel-sel yang tidak mengandung
granul, yaitu limfosit dan monosit. Sel darah putih mampu menghidrolisis suatu
protein yang membentuk sistem imunoglobin. Imunoglobin adalah protein yang
berasal dari hewan yang memiliki aktivitas sebagai antibodi (Gupte, 1990). Stress
dapat menyebabkan perubahan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi (Sturkie dan
Griminger, 1976).
Feed Conversion Rate (FCR)
Feed conversion rate (FCR) merupakan perbandingan besarnya ransum
yang dikonsumsi dengan besarnya keluaran produksi yang dihasilkan oleh hewan
produksi (Fuller, 2004). Untuk ayam petelur, FCR merupakan jumlah produksi
telur dikalikan rata-rata massa telur (Yuwanta, 2004). Nilai FCR mencerminkan
efisiensi penggunaan pakan. Semakin kecil nilai FCR, semakin sedikit jumlah
ransum yang dikonsumsi sehingga semakin efisien. Nilai FCR untuk ayam petelur
saat ini berkisar antara 2.1-2.3 (Medion, 2011).
Menurut Yuwanta (2014), nilai FCR ayam petelur adalah sebagai berikut:
1
1 2 3
2
3
5
6
7
Persiapan
kandang dan
perlengkapan
Persiapan
DOC
Pemeliharaan
ayam dan
vaksinasi
Pemeriksaan
kesehatan
ayam
Penghitungan
produksi telur
Penghitungan
FCR
Analisis data
dan
interpretasi
hasil
Konsultasi
dengan dosen
pembimbing
Pembuatan
laporan akhir
Bulan
2
3
4
5
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
10
DAFTAR PUSTAKA
Bousfield B. Dan R. Brown. 2010. Animal Welfare. Veterinary Bulletin Agriculture,
Fisheries, and Conservation Department Newsletter. 1 (4): 1-12.
Campbell N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, R.B.
Jackson. Biologi. Edisi ke-8. Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Data produksi sub sektor
peternakan. http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datanak. Diakses tanggal 30
Oktober 2015.
[FAWC]
Farm
Animal
Welfare
Committee.
2009.
Five
Freedoms.
http://webarchive.nationalarchives.gov.uk/20121007104210/http://www.fawc.org.u
k/freedoms.htm. Diakses tanggal 29 Oktober 2015.
Frandson R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Fuller M.F. 2004. The Encyclopedia of Farm Animal Nutrition. CAB International.
Massachusetts.
Ganong W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-14. Terjemahan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gupte S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11.
Terjemahan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Jacob J. 2015. Normal behaviours of chickens in small and backyard poultry flocks.
http://www.extension.org/pages/66175/normal-behaviors-of-chickens-in-smalland-backyard-poultry-flocks#.VjW4ILcrK00. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.
Medion.
2011.
Sseberapa
efisienkah
investasi
layer
anda?.
https://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/seberapa-efisienkahinvestasi -layer-anda. Diakses tanggal 31 Oktober 2015.
Nordenfelt L. 2006. Animal dan Human Health and Welfare: A Comparative
Philosophical Analysis. CAB International. Massachusetts.
[RSCPA] Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animal. 2015. Laying hens farming (egg production). http://www.rspca.org.uk/adviceandwelfare/farm/
layinghens/farming. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.
[RSCPA] Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animal. 2012. Hen behaviour.
http://www.hensdeservebetter.org.au/the-details/behaviour.html. Diakses tanggal
31 Oktober 2015.
Sajuthi D., A. Esfandiari, S.D. Widhyari, E.S. Rachman, L. Maylina, H. Adijuwana.
2014. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Savory C J, Wood-Gush, Duncan 1989. The importance of invertebrate food to chicks of
gallinaceous species. Proc. Nutr. Soc. 48:113-133.
Sturkie P.D. dan P. Griminger. 1976. Avian Physicology. Edisi ke-3. Springer-Verlag Inc.
Berlin.
Sulistyaningsih P. 2004. Gambaran darah yang diberi naturbro sebagai peningkat daya
tahan tubuh pullet ayam petelur. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Sudarmono A.S. 2007. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
18
Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Sewa
kandang
ayam
Pemeliharaan
ayam
4 bulan
400.000
1.600.000
Sewa
kandang
baterai
Pemeliharaan
ayam
1 set
500.000
500.000
Tempat air
minum
Tempat minum
ayam
4 buah
25.000
100.000
Tempat
pakan
Tempat makan
ayam
4 buah
25.000
100.000
Timbangan
digital
Mengukur berat
badan ayam
1 buah
250.000
250.000
Kipas angin
Pendingin
ruangan
2 buah
150.000
300.000
Chickguard
Batas untuk
DOC
1 buah
100.000
100.000
Enrichment
Pengayaan
kandang
1 set
berdasarkan
perilaku alamiah
1.000.000
1.000.000
19
SOP didalam
kandang
5 set
100.000
500.000
2.750.000
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas
DOC petelur
Hewan
percobaan
100 ekor
10.000
1.000.000
Pakan ayam
Pakan untuk
ayam
2 karung
500.000
1.000.000
Sekam
Litter kandang
4 karung
25.000
100.000
Air galon
Minum untuk
ayam
10 galon
50.000
500.000
150.000
50.000
Alat
Menjaga
kebersihan
kebersihan
dan disinfeksi kandang
1 set
Kapur
Pengapuran
kandang
1 karung
50.000
50.000
Lampu
Pemanas
kandang
8 buah
lampu 100
Watt
10.000
80.000
20
Vaksin
Vaksinasi ayam
1 set
Vitachicks
Vitamin untuk
ayam
Gula
Anthelmintik
Energi
tambahan saat
DOC pertama
kali datang
Sebagai anti
cacing
400.000
400.000
1 kotak
50.000
50.000
1 kg
20.000
20.000
1 set
200.000
200.000
Koran
Alas litter
10 kg
10.000
100.000
Tray
Tempat telur
10 buah
10.000
100.000
3.850.000
Kuantitas
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
5 Orang
200.000
1.000.000
350.000
1.750.000
2.750.000
3. Perjalanan
Material
Justifikasi
Pemakaian
Perjalanan
dari kampus
menuju pasar
dan toko
poultry
Perjalanan untuk
membeli DOC
dan peralatan
kandang
Perjalanan
menuju
kandang
Perjalanan untuk
mengamati
ayam
5 bulan
21
4. Lain-lain
Material
Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya
recording
data
Biaya pembelian
alat tulis, dan
1 set
lain-lain untuk
recording data
150.000
150.000
Petugas
kandang
Menjaga farm
pada malam hari
4 bulan
300.000
1.200.000
Pembuatan
Laporan
Biaya untuk
mencetak
laporan
penelitian
1 set
100.000
100.000
Publikasi
Publikasi hasil
penelitian
1 kali
150.000
200.000
1.650.000
22