Anda di halaman 1dari 27

PENGUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENERAPAN ENRICHMENT YANG SESUAI DENGAN PRINSIP


KESEJAHTERAAN HEWAN UNTUK MENINGKATKAN STATUS
KESEHATAN DAN PRODUKSI AYAM PETELUR
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Muamar Darda
Denty Saraswati
Bambang Wisnu Laksono
Intan Anindita Suseno
RM. Rizal Dwinto R.

B04120111 / 2012
B04120006 / 2012
B04120110 / 2012
B04120114 / 2012
B04130063 / 2013

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BOGOR
2015

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ......................................................................................... i
Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Ringkasan .................................................................................................... iv
BAB 1. Pendahuluan
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................ 2
Tujuan ..................................................................................................... 2
Luaran ..................................................................................................... 2
Kegunaan ................................................................................................ 2
BAB 2. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 3
BAB 3. Metode Penelitian
Alat dan Bahan ....................................................................................... 6
Metode .................................................................................................... 6
BAB 4. Biaya Dan Jadwal Kegiatan
Anggararan Biaya ................................................................................... 9
Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 9
Daftar Pustaka ............................................................................................. 10
Lampiran-Lampiran .................................................................................... 11

RINGKASAN
Ayam petelur merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial di
Indonesia. Peningkatan status kesejahteraan masyarakat dunia menutut penerapan
kesejahteraan hewan di segala komoditas. Kesejahteraan hewan diterapkan untuk
menghasilkan kualitas dan tingkat higiene produk pangan asal hewan yang baik.
Di Indonesia, industri peternakan ayam petelur masih menggunakan kandang
baterai. Ditinjau dari segi kesejahteraan hewan, hal ini membuat ayam tidak bebas
bergerak dan tidak bebas mengekspresikan perilaku alamiahnya antara lain
membersihkan diri, mandi debu, bertengger, dan mencari pakan secara aktif.
Dengan kondisi tersebut, dikhawatirkan tingkat stress ayam meningkat dan
berdampak pada penurunan tingkat kesehatan dan produktivitas ayam petelur.
Enrichment yang sesuai dengan kesejahteraan hewan dapat diterapkan. Penelitian
ini menggunakan 100 ekor ayam petelur strain Hy line dan dibagi menjadi dua
kelompok perlakuan. Perlakuan pertama adalah pemeliharaan ayam dalam
kandang umbar dengan enrichment berupa alas litter serta tenggeran. Perlakuan
kedua adalah pemeliharaan ayam dalam kandang baterai sebagai kontrol.
Pemeliharaan ayam dikakukan dari DOC hingga mulai berproduksi. Setiap dua
minggu sekali dilakukan pemeriksaan darah berupa jumlah eritrosit, nilai
hematokrit, kadar hemoglobin, dan jumlah leukosit. Setelah ayam mulai
berproduksi, sekitar usia 16-17 minggu, produksi telur dihitung per hari dan nilai
FCR diukur setiap minggu. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah
peningkatan status kesejahteraan ayam yang dalam hal ini ditandai dengan
peningkatan status kesehatan dan tingkat produktivitas pada kelompok ayam
petelur yang dipelihara dalam kandang umbar ber-enrichment.

iv

BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam petelur merupakan ras ayam yang dibudidayakan untuk
dimanfaatkan produksi telurnya. Populasi ayam petelur di Indonesia meningkat
setiap tahunnya diikuti dengan pertumbuhan produksi telur. Menurut Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015), populasi ayam ras petelur di
Indonesia mencapai 146.660.420 ekor pada tahun 2014 dengan pertumbuhan
3,24%. Pada tahun yang sama, produksi telur di Indonesia mencapai 1.244.312
dengan pertumbuhan sebesar 3,65%. Oleh karena itu, industri peternakan ayam
petelur menjadi komoditas yang sangat potensial.
Status kesejahteraan masyarakat dunia yang meningkat, terutama di negara
maju, mendorong peningkatan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan hewan.
Tuntutan terhadap penerapan kesejahteraan hewan semakin meningkat, baik untuk
komoditas hewan kesayangan, satwa liar, satwa akuatik, hewan laboratorium,
maupun hewan atau ternak produksi. Pada hewan produksi sebagai penyedia
produk pangan asal hewan, penerapan kesejahteraan hewan sangat berkaitan
dengan kualitas dan keamanannya. Hal ini berpotensi menjadi hambatan industri
peternakan dalam negeri untuk terlibat dalam perdagangan internasional.
Indonesia yang sedang mengembangkan perekonomiannya, khususnya di bidang
peternakan dan kesehatan hewan, perlu menerapkan kesejahteraan hewan. Hal ini
perlu dilakukan dalam upaya mengingkatkan daya saing produk Indonesia di
pasar global dan menaikkan martabat Bangsa Indonesia di kancah internasional.
Peternakan ayam petelur di Indonesia pada umumnya masih menggunakan
kandang baterai. Hal ini berkaitan dengan kesejahteraan hewan dimana ayam
tidak bebas bergerak dan menunjukkan perilaku alamiahnya. Penggunaan
kandang baterai sudah dilarang di Eropa sejak tanggal 1 Januari 2012 namun
penggunaan kandang baterai yang diberi enrichment masih diperbolehkan
(RSPCA, 2015).
Peternakan dengan barn system sudah banyak diterapkan di negara maju
dalam pemeliharaan ayam petelur. Dalam sistem ini, penggunaan kandang baterai
ditiadakan. Selain itu, fasilitas-fasilitas enrichment berupa litter dan tenggeran
disediakan. Ayam petelur diberi kebebasan untuk bergerak dan mengekspresikan
perilaku alamiahnya, antara lain berkokok, membersihkan diri, mandi debu,
bertengger, dan mencari pakan.
Peternakan dengan barn system masih belum diterapkan peternakan ayam
petelur komersial di Indonesia. Sistem ini perlu dilaksanakan dengan
pertimbangan kesejahteraan hewan ayam petelur, terutama kebebasan dalam
mengekspresikan perilaku alamiahnya. Penerapan enrichment antara lain
penggunaan kandang umbar yang dilengkapi litter dan tenggeran dapat diterapkan
dalam peternakan ayam petelur. Penerapan enrichment tersebut dapat digunakan
untuk mencapai status kesejahteraan ayam yang ditandai dengan penurunan

tingkat stress sehingga diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan serta


produktivitas ayam petelur.
Perumusan Masalah
Isu kesejahteraan hewan telah menjadi perhatian khusus oleh masyarakat
dunia. Konsep kesejahteraan hewan dianjurkan untuk selalu diterapkan pada
komoditas ternak, termasuk peternakan ayam petelur. Pemberian enrichment yang
sesuai dengan kesejahteraan hewan, khususnya perilaku alamiah ayam dapat
menurunkan tingkat stress ayam petelur. Oleh karena itu, terjadi peningkatan
status kesehatan serta produksi ayam petelur. Enrichment ini antara lain dengan
penerapan kandang umbar ber-litter serta penyediaan tenggeran.
Tujuan
Tujuan dari penerapan enrichment yang sesuai dengan kesejahteraan
hewan, khususnya perilaku alamiah ayam, pada peternakan ayam petelur adalah
untuk mencapai status kesejahteraan hewan yang ditandai dengan turunnya
tingkat stress sehingga dapat meningkatkan status kesehatan serta produksinya.
Luaran
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah mendapatkan model
perkandangan ayam petelur yang sesuai dengan kesejahteraan hewan khususnya
dalam mengekspresikan perilaku alamiahnya yang ditandai dengan peningkatan
status kesehatan dan produktivitas ayam petelur. Selain itu, luaran dari penelitian
ini berupa artikel ilmiah.
Kegunaan
1. Bagi pelaku industri peternakan ayam petelur :
Menjadi rekomendasi untuk manajemen perkandangan dalam budi daya
ayam petelur yang dapat meningkatkan status kesehatan serta produksi
ayam petelur.
2. Bagi masyarakat :
Dengan diterapkannya prinsip kesejahteraan hewan pada ayam petelur,
masyarakat akan menikmati hasil produksi berupa telur maupun daging
ayam yang berkualitas.
3. Bagi mahasiswa Kedokteran Hewan :
Menambah referensi ilmu pengetahuan mengenai penerapan konsep
kesejahteraan hewan pada ayam petelur dan pengaruhnya terhadap status
kesehatan serta produktivitas ayam petelur.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Ayam Petelur
Ayam petelur, disebut juga ayam layer, merupakan ras ayam yang
dibudidayakan untuk dimanfaatkan produksi telurnya. Ayam ras petelur
merupakan ayam hasil rekayasa genetik berdasarkan karakter-karakter dari ayamayam yang sudah ada. Tujuan rekayasa genetik ini adalah untuk mencapai
performance ayam yang optimal, yaitu mampu memproduksi telur dalam jumlah
yang banyak. Menurut Sudarmono (2007), keunggulan-keunggulan ayam ras
petelur dibandingkan ayam kampung petelur antara lain:
a. Laju pertumbuhan ayam petelur lebih tinggi dibandingkan ayam kampung.
Ayam petelur mampu mencapai dewasa kelamin pada usia 4,55 bulan dengan
bobot badan antara 1,61,7 kg sedangkan pada usia yang sama, bobot ayam
kampung hanya mencapai 0,8 kg. Ayam kampung mencapai dewasa kelamin
pada usia 78 bulan.
b. Kemampuan produksi ayam petelur lebih tinggi daripada ayam kampung.
Ayam petelur mampu menghasilkan telur sekitar 250280 butir/tahun dengan
bobot 5060 g/butir sedangkan produksi ayam kampung hanya mencapai 30
40 butir/tahun dengan bobot 3040 g/butir.
c. Feed conversion rate ayam petelur lebih baik daripada ayam kampung. Ayam
petelur mampu mengonversi pakan yang berkolerasi positif terhadap produksi
telur. Ayam petelur mampu mengonsumsi 2,22,5 kg pakan untuk
menghasilkan 1 kg telur sedangkan ayam kampung tidak mampu menghasilkan
korelasi positif dalam memanfaatkan pakan.
d. Periode bertelur ayam petelur hanya berlangsung dalam satu periode yang
sangat panjang, mencapai 1314 bulan hingga usia 1920 bulan sedangkan
ayam kampung memiliki periode bertelur yang berulang, namun setiap periode
hanya berlangsung sekitar 15 hari.
Kesejahteraan Hewan
Menurut PP RI No. 95 Tahun 2012, kesejahteraan hewan adalah segala
urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut
ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk
melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan
yang dimanfaatkan manusia. Perhatian terhadap kesejahteran hewan didasarkan
pada pengetahuan bahwa hewan merupakan makhluk yang mampu merasa
(sentient being) sehingga perlu diperlakukan dengan baik (Bousfield dan Brown,
2010). Konsep kesejahteraan hewan mengacu pada prinsip yang dikenal sebagai
lima kebebasan, yaitu: (1) Bebas dari rasa lapar dan haus; (2) Bebas dari rasa
ketidaknyamanan; (3) Bebas dari rasa sakit dan penyakit; (4) Bebas dari rasa takut
dan cekaman; dan (5) Bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah (FAWC,
2009).

Perilaku Alamiah Ayam


Perilaku alamiah merupakan suatu pendekatan untuk membuat lingkungan
yang alami bagi hewan dan membiarkannya berperilaku secara alami (Nordenfelt,
2006). Perilaku alamiah yang biasa diekspresikan oleh ayam antara lain
membersihkan diri, mandi debu, bertengger, dan mencari pakan.
Membersihkan diri atau preening biasa dilakukan oleh ayam dengan
mematuk-patukkan bulunya dengan tujuan meminyaki bulu sehingga fungsi
perlindungan dari suhu luar dapat berlangsung optimal (Jacob, 2015). Mandi debu
atau memiliki tujuan yang hampir sama dengan preening, yaitu untuk
menghilangkan parasit, menjaga kulit dan bulu dalam kondisi baik, serta menjaga
kestabilan suhu tubuh.
Bertengger merupakan salah satu hal yang penting dalam perilaku sosial
ayam. Para ayam biasanya berebut untuk mendapatkan tenggeran dan ayam yang
lebih dominan biasanya menang. Dengan bertengger, ayam akan merasa terbebas
dari predator sehingga dapat istirahat dengan tenang. Selain itu, ayam juga akan
merasa hangat (RSPCA, 2012).
Perilaku mencari pakan merupakan perilaku ayam berupa berjalan-jalan
dan mengais-ngais tanah. Dengan berjalan-jalan, ayam memiliki kesempatan
untuk mengeksplorasi daerah sekitarnya untuk memperoleh pakan yang
diinginkan. Mengais-ngais dilakukan ayam dalam menyeleksi dedaunan dan
rumputan dan juga partikel-partikel kecil yang ada di tanah (Savory et al., 1978).
Darah sebagai Parameter Status Kesehatan Ayam
Darah merupakan salah satu parameter dari status kesehatan hewan karena
merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam pengaturan
fisiologis tubuh. Fungsi darah secara umum berkaitan dengan transportasi
komponen di dalam tubuh antara lain suplai zat-zat nutrisi dan oksigen ke
jaringan, mengembalikan karbondioksida ke paru-paru, mengembalikan sisa-sisa
metabolisme ke ginjal, distribusi hormon dan zat-zat lain yang mengatur fungsi
sel, serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh (Ganong, 1995). Darah
menggambarkan fungsi fisiologis tubuh yang berkaitan dengan kesehatan.
Darah terdiri atas plasma darah (55%) dan unsur-unsur seluler (45%). Selsel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
platelet (trombosit) (Campbell et al., 2008). Fungsi utama sel darah merah,
disebut juga eritrosit, adalah membawa hemoglobin untuk membawa oksigen dari
paru-paru serta nutrien untuk diedarkan ke jaringan tubuh. Fungsi eritrosit
dipengaruhi oleh konsentrasi hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke
jaringan, serta membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru
(Guyton dan Hall, 2010).
Sel darah putih, disebut juga leukosit, memiliki fungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi (Campbell et al., 2008). Dalam sistem sirkulasi, leukosit
biasanya bersifat nonfungsional dan hanya dialirkan ke jaringan ketika dibutuhkan

(Frandson, 1992). Sel darah putih terbagi atas granulosit dan agranulosit.
Granulosit merupakan sel-sel yang mengandung granul, antara lain eosinofil,
neutrofil, dan basofil. Agranulosit merupakan sel-sel yang tidak mengandung
granul, yaitu limfosit dan monosit. Sel darah putih mampu menghidrolisis suatu
protein yang membentuk sistem imunoglobin. Imunoglobin adalah protein yang
berasal dari hewan yang memiliki aktivitas sebagai antibodi (Gupte, 1990). Stress
dapat menyebabkan perubahan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi (Sturkie dan
Griminger, 1976).
Feed Conversion Rate (FCR)
Feed conversion rate (FCR) merupakan perbandingan besarnya ransum
yang dikonsumsi dengan besarnya keluaran produksi yang dihasilkan oleh hewan
produksi (Fuller, 2004). Untuk ayam petelur, FCR merupakan jumlah produksi
telur dikalikan rata-rata massa telur (Yuwanta, 2004). Nilai FCR mencerminkan
efisiensi penggunaan pakan. Semakin kecil nilai FCR, semakin sedikit jumlah
ransum yang dikonsumsi sehingga semakin efisien. Nilai FCR untuk ayam petelur
saat ini berkisar antara 2.1-2.3 (Medion, 2011).
Menurut Yuwanta (2014), nilai FCR ayam petelur adalah sebagai berikut:

BAB 3. METODE PENELITIAN


Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan, ayam petelur, pakan, air bersih, sekam, kapur,
larutan desinfektan, sabun, vaksin, vitamin, gula, anthelmintik, cairan pengencer
hayem dan turk, kamar hitung Burker, alkohol 70%, tissue, metil alkohol absolut,
larutan pewarna giemsa 10%, aquades, dan asam hidroklorida 0.1 N.
Alat yang digunakan, kandang umbar ber-enrichment, kandang baterai,
timbangan digital, tray, pipet pengencer, kamar hitung dan burker beserta kaca
penutup, mikroskop, kertas saring, alat penghitung (tally), tabung kapiler
berantikoagulan, alat penyumbat tabung kapiler, alat sentrifugasi, alat pembaca
mikrohematokrit, hemoglobinometer sahli, dan pipet tetes.
Metode Penelitian
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam petelur strain Hy line yang
dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas 50 ekor
ayam. Terdapat dua jenis kelompok perlakuan, yaitu:
1. Pemeliharaan ayam petelur di kandang umbar yang dilengkapi enrichment
berupa litter dan tenggeran. Hal ini diupayakan agar ayam bebas bergerak dan
mengekspresikan perilaku alamiahnya yaitu membersihkan diri, mandi debu,
bertengger, dan mengais-ngais.
2. Pemeliharaan ayam petelur di kandang baterai seperti pada umumnya.
Perlakuan ini digunakan sebagai kontrol.
Persiapan Kandang, Perlengkapan, dan DOC
Baik kandang umbar maupun kandang baterai harus dipersiapkan sebelum
pemeliharaan ayam. Persiapan kandang meliputi pembersihan kandang, desinfeksi
kandang serta peralatan, pengapuran, pengecekan kelengkapan dan kesiapan
peralatan kandang, serta pengecekan pakan dan pengecekan air bersih. Persiapan
kandang ini dilakukan sebelum DOC datang dan dilakukan maksimal satu bulan
sebelum DOC datang. Persiapan kandang bertujuan agar kandang terbebas dari
agen penyakit. Selain itu, persiapan kandang dilakukan untuk mengetahui
kelengkapan peralatan dan komponen kandang sebelum datangnya DOC.
Perlengkapan yang harus disiapkan antara lain litter, tempat pakan dan air,
tempat bertelur, serta tenggeran. Litter yang digunakan dalam keadaan kering dan
terbuat dari campuran sekam dan pasir atau serutan kayu. Litter dijadikan alas
lantai dengan tebal 10 cm. Tempat bertelur disiapkan secara khusus untuk
memdahkan pengambilan telur dan menjaga higiene telur. Tempat telur dibuat
sebanyak 10 buah kotak kayu berukuran 30 x 35 x 45 cm3. Tempat pakan dan
minum terbuat dari aluminium atau plastik yang tahan bocor. Tenggeran
disiapkan dari kayu dan dibuat sebanyak 10 buah dengan tinggi 50 cm.
Persiapan DOC meliputi persiapan tempat pakan dan minum, persiapan
pemanas, chickguard, dan mempersiapkan air gula untuk memulihkan stamina
setelah perjalanan.

Pemeliharaan Ayam dan Vaksinasi


Ayam selalu diberi pakan dan minum secara ad libitum atau selalu tersedia
dengan takaran tertentu sesuai fase pertumbuhan ayam. Peralatan kandang
enrichment juga selalu diperhatikan agar ayam dapat mengekspresikan perilaku
alamiahnya. Vaksinasi dilakukan secara berkala untuk menghindarkan ayam dari
penyakit dan dapat merangsang system kekebalan tubuh dapatan. Vaksinasi yang
dilakukan adalah vaksin ND, Gumboro, ILT, dan Coryza. Vitamin dan antibiotik
juga selalu diberikan lewat air minum. Obat anthelmentik dapat diberikan jika
diperlukan.
Pemeriksaan Kesehatan Ayam
Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara inspeksi performance ayam
secara umum. Untuk melihat status kesehatan ayam lebih jauh, dilakukan dengan
pemeriksaan darah setiap dua minggu sekali. Ayam-ayam yang diambil darahnya
diambil secara acak menggunakan teknik sampling acak sederhana. Pengambilan
darah melalui vena brachialis. Pemeriksaan darah dilakukan secara mikroskopis
dengan menghitung jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin dan
jumlah serta diferensiasi leukosit.
Jumlah eritrosit dapat diperoleh dengan menghitung jumlah eritrosit dalam
suatu kamar hitung burker di bawah mikroskop perbesaran 400 kali. Darah
diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pengencer hayem menggunakan pipet
pengencer dengan skala pengenceran 1:200. Penghitungan eritrosit dilakukan
pada lima kotak. Nilai eritrosit didapatkan dari total eritrosit yang didapatkan pada
kelima kotak dikalikan faktor pengencernya, yaitu 10.000.
Nilai hematokrit adalah persentase endapan sel-sel dalam darah perifer.
Nilai ini penting dalam pemeriksaan anemia (Sajuthi et al. 2014). Darah diisap
dalam tabung kapiler dan disentrifugasi selama 4-5 menit dengan kecepatan
10.000 rpm. Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan sel-sel darah dengan
plasmanya. Selanjutnya, hasil sentrifugasi dibaca menggunakan alat pembaca
mikrohematokrit.
Kadar hemoglobin diperoleh dengan metode Sahli. Tabung sahli diisi
dengan asam klorida 0,1 N dan dicampur dengan darah sebanyak 20 mm3. Dalam
campuran ini akan terbentuk asam hematin yang berwarna coklat. Campuran
diencerkan menggunakan aquades setetes demi setetes dan diaduk hingga
mendapatkan warna yang sama dengan warna standar. Kadar hemoglobin dibaca
dengan melihat meniskus cairan dalam tabung sahli.
Jumlah leukosit dapat diperoleh dengan metode yang mirip dengan
penghitungan jumlah eritrosit. Pada pemeriksaan leukosit, darah diencerkan
menggunakan larutan pengencer turk dengan skala pengenceran 1:20.
Penghitungan nilai leukosit dilakukan pada keempat kotak yang terletak di pojok
dari kamar hitung burker. Nilai total leukosit yang didapatkan pada keempat kotak
kemudian dikalikan dengan faktor pengencernya, yaitu 50.

Metode diferensiasi leukosit merujuk pada Sulistyaningsih (2004).


Diferensiasi leukosit dilakukan dengan preparat ulas darah yang diwarnai dengan
campuran pewarna yang bersifat asam dan basa. Hal ini menyebabkan komponenkomponen asam dari sel darah berwarna merah dan komponen-komponen basa
dari sel darah berwarna biru. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran tinggi, dan diamati bentuk-bentuk selnya. Presentasi jenis-jenis
leukosit yaitu eosinofil, neutrofil, basofil, limfosit, dan monosit dapat dihitung.
Penghitungan Produksi Telur dan FCR
Penghitungan jumlah produksi telur dilakukan setiap hari setelah ayam
mulai memproduksi telur, yaitu sekitar usia 16 hingga 17 minggu. Penghitungan
FCR dilakukan setiap minggu. Di dalam penghitungan FCR, hal-hal yang perlu
diketahui antara lain jumlah pakan yang telah dikonsumsi, jumlah produksi ayam
per hari, dan rata-rata bobot telur.
Analisis Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data jumlah eritrosit,
nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, data produksi telur per hari,
serta nilai feed conversion rate (FCR). Data kuantitatif tersebut dianalisis secara
statistik dengan uji ANoVA (Analysis of variant).

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


1. Anggaran Biaya
No
Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang
2.750.000
2 Bahan habis pakai
3.850.000
3 Perjalanan
2.750.000
4 Lain-lain
1.650.000
Jumlah
11.000.000
2. Jadwal Kegiatan
No Jenis
Kegiatan

1
1 2 3

2
3

5
6
7

Persiapan
kandang dan
perlengkapan
Persiapan
DOC
Pemeliharaan
ayam dan
vaksinasi
Pemeriksaan
kesehatan
ayam
Penghitungan
produksi telur
Penghitungan
FCR
Analisis data
dan
interpretasi
hasil
Konsultasi
dengan dosen
pembimbing
Pembuatan
laporan akhir

Bulan
2
3
4
5
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

10

DAFTAR PUSTAKA
Bousfield B. Dan R. Brown. 2010. Animal Welfare. Veterinary Bulletin Agriculture,
Fisheries, and Conservation Department Newsletter. 1 (4): 1-12.
Campbell N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, R.B.
Jackson. Biologi. Edisi ke-8. Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Data produksi sub sektor
peternakan. http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datanak. Diakses tanggal 30
Oktober 2015.
[FAWC]
Farm
Animal
Welfare
Committee.
2009.
Five
Freedoms.
http://webarchive.nationalarchives.gov.uk/20121007104210/http://www.fawc.org.u
k/freedoms.htm. Diakses tanggal 29 Oktober 2015.
Frandson R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Fuller M.F. 2004. The Encyclopedia of Farm Animal Nutrition. CAB International.
Massachusetts.
Ganong W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-14. Terjemahan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gupte S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11.
Terjemahan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Jacob J. 2015. Normal behaviours of chickens in small and backyard poultry flocks.
http://www.extension.org/pages/66175/normal-behaviors-of-chickens-in-smalland-backyard-poultry-flocks#.VjW4ILcrK00. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.
Medion.
2011.
Sseberapa
efisienkah
investasi
layer
anda?.
https://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/seberapa-efisienkahinvestasi -layer-anda. Diakses tanggal 31 Oktober 2015.
Nordenfelt L. 2006. Animal dan Human Health and Welfare: A Comparative
Philosophical Analysis. CAB International. Massachusetts.
[RSCPA] Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animal. 2015. Laying hens farming (egg production). http://www.rspca.org.uk/adviceandwelfare/farm/
layinghens/farming. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.
[RSCPA] Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animal. 2012. Hen behaviour.
http://www.hensdeservebetter.org.au/the-details/behaviour.html. Diakses tanggal
31 Oktober 2015.
Sajuthi D., A. Esfandiari, S.D. Widhyari, E.S. Rachman, L. Maylina, H. Adijuwana.
2014. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Savory C J, Wood-Gush, Duncan 1989. The importance of invertebrate food to chicks of
gallinaceous species. Proc. Nutr. Soc. 48:113-133.
Sturkie P.D. dan P. Griminger. 1976. Avian Physicology. Edisi ke-3. Springer-Verlag Inc.
Berlin.
Sulistyaningsih P. 2004. Gambaran darah yang diberi naturbro sebagai peningkat daya
tahan tubuh pullet ayam petelur. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Sudarmono A.S. 2007. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

18

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Peralatan Penunjang
Material

Justifikasi
Pemakaian

Kuantitas

Harga
Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Sewa
kandang
ayam

Pemeliharaan
ayam

4 bulan

400.000

1.600.000

Sewa
kandang
baterai

Pemeliharaan
ayam

1 set

500.000

500.000

Tempat air
minum

Tempat minum
ayam

4 buah

25.000

100.000

Tempat
pakan

Tempat makan
ayam

4 buah

25.000

100.000

Timbangan
digital

Mengukur berat
badan ayam

1 buah

250.000

250.000

Kipas angin

Pendingin
ruangan

2 buah

150.000

300.000

Chickguard

Batas untuk
DOC

1 buah

100.000

100.000

Enrichment

Pengayaan
kandang
1 set
berdasarkan
perilaku alamiah

1.000.000

1.000.000

19

Alat dan baju


kandang

SOP didalam
kandang

5 set

100.000

500.000

SUB TOTAL (Rp)

2.750.000

Harga
Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

2. Bahan Habis Pakai


Material

Justifikasi
Pemakaian

Kuantitas

DOC petelur

Hewan
percobaan

100 ekor

10.000

1.000.000

Pakan ayam

Pakan untuk
ayam

2 karung

500.000

1.000.000

Sekam

Litter kandang

4 karung

25.000

100.000

Air galon

Minum untuk
ayam

10 galon

50.000

500.000

150.000

50.000

Alat
Menjaga
kebersihan
kebersihan
dan disinfeksi kandang

1 set

Kapur

Pengapuran
kandang

1 karung

50.000

50.000

Lampu

Pemanas
kandang

8 buah
lampu 100
Watt

10.000

80.000

20

Vaksin

Vaksinasi ayam

1 set

Vitachicks

Vitamin untuk
ayam

Gula

Anthelmintik

Energi
tambahan saat
DOC pertama
kali datang
Sebagai anti
cacing

400.000

400.000

1 kotak

50.000

50.000

1 kg

20.000

20.000

1 set

200.000

200.000

Koran

Alas litter

10 kg

10.000

100.000

Tray

Tempat telur

10 buah

10.000

100.000

SUB TOTAL (Rp)

3.850.000

Kuantitas

Harga
Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

5 Orang

200.000

1.000.000

350.000

1.750.000

SUB TOTAL (Rp)

2.750.000

3. Perjalanan
Material

Justifikasi
Pemakaian

Perjalanan
dari kampus
menuju pasar
dan toko
poultry

Perjalanan untuk
membeli DOC
dan peralatan
kandang

Perjalanan
menuju
kandang

Perjalanan untuk
mengamati
ayam

5 bulan

21

4. Lain-lain
Material

Justifikasi
Pemakaian

Kuantitas

Harga
Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Biaya
recording
data

Biaya pembelian
alat tulis, dan
1 set
lain-lain untuk
recording data

150.000

150.000

Petugas
kandang

Menjaga farm
pada malam hari

4 bulan

300.000

1.200.000

Pembuatan
Laporan

Biaya untuk
mencetak
laporan
penelitian

1 set

100.000

100.000

Publikasi

Publikasi hasil
penelitian

1 kali

150.000

200.000

SUB TOTAL (Rp)

1.650.000

22

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas


No
Nama / NIM
Program
Bidang
Alokasi
Uraian Tugas
Studi
Ilmu
Waktu
(jam/
minggu)
1
Muamar Darda Kedokteran Kedokteran 24
Pemeriksaan
/ B04120111
Hewan
kesehatan dan
hasil produksi.
2
Denty
Kedokteran Kedokteran 24
Pencatatan,
Saraswati /
Hewan
analisis, dan
interpretasi
B04120006
hasil.
3
Bambang
Kedokteran Kedokteran 24
Pemeliharaan
Wisnu
Hewan
dan perawatan
Laksono /
ayam,
B04120110
pengadaan alat
dan bahan
4
Intan Anindita Kedokteran Kedokteran 24
Pengujian ulas
Suseno /
Hewan
darah dan
B04120114
penghitungan
FCR
5
RM Rizal
Kedokteran Kedokteran 24
Pembuatan
Dwinto /
Hewan
peralatan
B04130063
enrichment
kandang

Anda mungkin juga menyukai