Anda di halaman 1dari 20

AKUSTIKA

(3 SKS)

TUJUAN MK

SETELAH MENGIKUTI MK INI, MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU:

MERANCANG BANGUNAN SECARA


LEBIH KOMPREHENSIF, TERMASUK
MEMPERHATIKAN ASPEK-ASPEK
KESEHATAN DAN KENYAMANAN
YANG TERKAIT DENGAN
BEBUNYIAN DI SEKITAR DAN PADA
BANGUNAN
MENGANALISA, MENGEVALUASI
SEKALIGUS MEMBERIKAN
PEMECAHAN TERKAIT ASPEK-ASPEK
BEBUNYIAN YANG ADA DI SEKITAR
DAN PADA BANGUNAN

PROSES MENCAPAI
TUJUAN MK
TEORI-TEORI DI KELAS
LATIHAN SOAL-SOAL 10%
PEMBAHASAN SOAL-SOAL
TINJAUAN LAPANGAN
TUGAS BESAR 25%
PRESENTASI 10%
UTS 25% DAN UAS 30%

PUSTAKA
Akustika Bangunan, 2005
Penerbit Erlangga
Material Akustik, 2009
Penerbit Andi
MEE, 1987
Bagian acoustics

SATUAN ACARA
PERKULIAHAN
M

TOPIK

01

Pengantar akustika bangunan

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan, PT.
Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

02

Teori Bunyi: Pemahaman terhadap


Terjadinya bunyi dan aspek-aspek yang
menyertainya, anatomi telinga manusia
secara umum dan respon telinga
terhadap bunyi, kemungkinan timbulnya
gangguan telinga pada manusia

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan, PT.
Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

03

Kebisingan: Pemahaman terhadap


pengukuran tingkat kebisingan secara
langsung dengan alat (primer) dan
pengukuran tingkat kebisingan dengan
formula-formula

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan, PT.
Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

Kebisingan Jalan Raya: Pemahaman


terhadap sumber-sumber kebisingan di
sekitar bangunan, sumber dominan dan

REFERENSI

SATUAN ACARA
PERKULIAHAN
M

TOPIK

REFERENSI

04

Akustika luar ruangan/bangunan:


Pemahaman terhadap aspek-aspek
reduksi kebisingan secara alami, aspekaspek reduksi kebisingan secara buatan,
penggunaan formula untuk menghitung
tingkat reduksi kebisingan secara buatan

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

05

Prinsip pengendalian bising pada


Bangunan: Pemahaman terhadap
prinsip pengendalian kebisingan pada
bangunan secara umum dan formula
untuk menghitung nilai insulasi suatu
material bangunan

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

06

Akustika dalam ruangan/bangunan:


Pemahaman terhadap gejala
perambatan bunyi pada ruangan, caracara pengendalian kualitas bunyi dalam
ruangan, contoh mengenai material
akustik dan formula untuk menghitung
efektivitas penyerapan bunyi

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

SATUAN ACARA
PERKULIAHAN
M

TOPIK

REFERENSI

07

Akustika auditorium:
Pemahaman terhadap Perancangan
ruang penonton auditorium dan langkah
analisis dengan Ecotect

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

08

Akustika auditorium:
Pemahaman terhadap Perancangan
ruang penonton auditorium dan langkah
analisis dengan Ecotect

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

09

Akustika Studio dan ruang sejenis:


Pemahaman terhadap
perancangan studio, studio radio, dan
lab.bahasa, serta aspek-aspek insulasi
yang menyertainya

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

10

Akustika Bangunan publik dan


domestik: Pemahaman terhadap
akustika rumah sakit, hotel dan
apartment, sekolah dan kantor, serta
rumah tinggal

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

SATUAN ACARA
PERKULIAHAN
M

TOPIK

REFERENSI

11

Akustika Gedung Pertunjukan Musik

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

12

Perkuatan dan perbaikan kualitas


bunyi secara buatan: Pemahaman
terhadap
prinsip perkuatan dan perbaikan
kualitas bunyi dan jenis-jenis peralatan
perkuatan dan perbaikan kualitas bunyi

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

13

Akustika Ruang Kantor

CE.Mediastika,
Akustika Bangunan,
PT. Erlangga, 2005
M. Mehta, et al.
Architectural Acoustics,
Prentice-Hall, 1999

14

Presentasi tugas besar

Materi Pertemuan I

What is sound?
How do we hear sound?
How come there is no sound on
the moon?
How does ear work?
What will be happened if there is
something wrong in our ears?

Selasa, 05/01/2010 15:55 WIB

Tuli Gara-gara Doyan Dengar Musik Keras


Nurul Ulfah - detikHealth

London, Dua puluh tahun yang lalu, seorang gadis kabur dari rumahnya untuk menonton konser
Motorhead, konser terkeras yang pernah ada saat itu. Sang ibu yang melihat anaknya kabur hanya
mengatakan 'Suatu hari nanti kamu akan kehilangan pendengaran'. Dan hal itu benar-benar terjadi.
Malam itu setelah mendengarkan konser yang suaranya bisa mencapai 140 desibel tersebut, telinga
Philipa Faulks langsung berdenging hingga seminggu. Kini di usia ke-41 tahun, Faulks benar-benar
kehilangan pendengarannya dan terpaksa memakai alat bantu pendengaran.
Motorhead adalah band rock asal Inggris yang terbentuk tahun 1975 dan merupakan salah satu
band Heavy Metal yang punya tingkat kecepatan lagu yang tinggi.
Kegemaran Faulks pada konser band telah menyebabkan telinganya rusak. Faulks bukan satusatunya korban kerusakan telinga akibat sering mendengar musik keras.
Menurut badan kesehatan dunia (WHO), sebanyak 4 juta orang mengalami kerusakan telinga
karena paparan musik keras. Konser dan MP3 pun menjadi faktor penyebabnya.
"Saya punya adik yang saat ini gemar mendengarkan iPod. Saya berdoa ia tidak mengalami apa yang
saya alami dan belajar dari kesalahan saya," kata Faulks seperti dilansir Dailymail, Selasa (5/1/2010).
Masalah dimulai ketika Faulks bekerja di toko yang sangat ramai dan dipenuhi suara musik. "Saya
kesulitan mendengar apa yang orang lain katakan dan ucapan 'maaf' menjadi kata mujarab yang
sering saya ucapkan," tutur Faulks.
Awalnya sang suami mengira hal itu karena faktor kecapekan dan kurang konsentrasi, namun ketika
suara berdenging di telinga semakin sering muncul dan mengganggu hidupnya. Setelah mengunjungi
dokter, Faulks pun diketahui positif menderita Tinnitus (telinga berdenging).
Di usia 28 tahun, gangguan Tinnitus Faulks bertambah parah dan mengarah pada tuli. "Saya menjadi
depresi. Situasi bertambah sulit, saya tidak bisa mendengar sehingga tidak tahu harus berbicara apa.
Saya lebih banyak diam memandangi orang-orang dan sering bertengkar dengan suami," tutur
Faulks.
Semakin bertambah usia, pendengaran Faulks semakin memburuk. Namun suatu hari ia diberi tahu
ada alat bantu dengar seharga 2.500 poundsterling atau sekitar Rp 37.500.000 (kurs 15.000/GBU)
yang cukup efektif membantu orang tuli.
Meski tidak bisa mendengar sempurna, tapi alat bantu itu telah membuat perubahan dalam
hidupnya. "Walaupun harganya sangat mahal tapi saya sadar harga itu setimpal untuk mendapatkan
sebuah pendengaran. Rasanya dunia menjadi lebih hidup setelah bisa mendengar," ujarnya.
Gangguan pendengaran yang selama ini dikira hanya akan muncul jika sudah tua ternyata bisa
terjadi kapanpun. Semakin dini seseorang mendengarkan musik atau suara-suara keras, semakin
cepat kemungkinan ia menjadi tuli.
"Jika suatu hari ibumu mengatakan 'kamu akan tuli', sebaiknya dengarkanlah ucapannya," kata
Faulks.(fah/ir)

Kebisingan Jogja
Lampaui Batas
JOGJA - Tingkat kebisingan di Daerah Istimewa Jogjakarta
(DIJ), terutama di ruas Malioboro, sudah melampaui ambang
batas yang ditoleransi. Kesimpulan tersebut diambil dari
pengambilan sampel rutin terkait kualitas udara di 25 titik di
DIJ sepanjang 2009.
Teknisi Higienis Perusahaan, Kesehatan, dan Keselamatan
Kerja (Hiperkes, Red) Disnakertrans Prov DIJ Petrus Widi
Karsana menjelaskan bahwa pengujian tersebut dilakukan
secara rutin tiga bulan sekali.
Hasilnya, lanjut Petrus, kualitas udara di Jogja relatif masih
bagus. Namun, khusus untuk tingkat kebisingan, angkanya
dinilai sudah mengkhawatirkan. "Ambang batas yang
ditoleransi berada di angka 70 dB (desibel). Namun, di sekitar
Malioboro, angkanya di atas 80 dB hingga 100 dB," kata
Petrus.
Meski demikian, Petrus menjelaskan bahwa angka kebisingan
itu diambil pada jam-jam padat. ''Perlu dijelaskan bahwa
kondisi tersebut terjadi saat jam-jam tertentu dengan
kepadatan puncak," lanjut petrus.
Selain kebisingan, pengujian kualitas udara tersebut dilakukan
atas beberapa aspek, antara lain, kadar timbal (Pb), sulfur
(So2), nitrogen dioksida (No2), ozon (Ox), karbon monoksida
(CO), hidrokarbon (Hc) dan debu atau total suspended
partikel (tsp). (ufi/jpnn/ruk)

Polusi Suara, Ada namun Terlupakan


Senin, 27 Nov 2000 18:42:27
Pdpersi, Jakarta - Suara, adalah karunia yang diberikan Tuhan pada manusia. Begitu pentingnya suara, sehingga
Tuhan pun menghadiahkan indera pendengaran berupa telinga pada manusia. Niscaya, tanpa adanya telinga dan
suara, banyak kegiatan manusia terganggu, contoh paling kental adalah terganggunya proses komunikasi.
Sayangnya, perlakuan manusia pada indera pendengaran seringkali tak pada tempatnya. Berjam-jam memutar
musik jenis heavy metal dengan volume full, atau nonton konser musik rock persis di bawah sound system, boleh
jadi pada suatu waktu akan berakibat fatal pada indera pendengaran.
Diakui, indera pendengaraan kita lebih sering terganggu oleh kondisi yang memang tidak kita inginkan. Misalkan
gemuruh lalu lintas, tinggal di pinggir bandar udara, bekerja di pabrik dengan suara mesin yang keras, dan masih
banyak lagi.
Secara sederhana, para ahli mengatakan bahwa inilah yang dimaksud polusi suara. Cirinya adalah bising yang
teramat mengganggu, sehingga lambat laun mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia. Bukan hanya itu, jika
kondisi ini dialami dalam kurun waktu yang panjang, imbasnya akan membuat telinga berkurang kepekaannya.
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) Prof dr H
Haryoto Kusnoputranto MPH DrPH, yang ditemui pdpersi.co.id di ruang kerjanya, Jumat (17/11), mengatakan,
bising adalah suara-suara yang tidak kita kehendaki.
Manusia mempunyai kemampuan untuk mendengarkan frekuensi-frekuensi suara mulai dari 20 hertz hingga
20.000 hertz, papar Haryoto. Di rentangan itulah, tukas Haryoto, manusia dapat mendengar. Sementara itu,
manusia juga dapat mendengar suara desibel (tingkat Kebisingan- red) dari 0 (pelan sekali), hingga 140 desibel
(suara tinggi dan menyakitkan). Kalau lebih dari 140 desibel, bisa terjadi kerusakan pada gendang telinga dan
organ-organ di dalam gendang telinga, ungkap Haryoto.
Haryoto mengatakan, ambang batas maksimum yang aman bagi manusia adalah 80 desibel. Namun ia
melanjutkan, pendengaran manusia dapat mentolerir lebih dari 80 desibel, asalkan waktu paparannya
diperhatikan. Idealnya, selama delapan jam seseorang bekerja pada 70 desibel, kata Haryoto.
Pada mereka yang bekerja pada tingkat kebisingan 90 desibel, tutur Haryoto, lama kerjanya sekitar empat jam.
Tingkat kebisingan 95 dersibel, lama bekerja dua jam. Dan tingkat kebisingan 100 desibel, lama bekerja satu jam.
Apabila seseorang bekerja melebihi ambang batas yang telah ditolerir, maka untuk jangka panjang akan
mengalami gangguan pendengaran.
Lebih lanjut Haryoto memaparkan, telinga manusia terdiri dari tiga bagian. Yaitu telinga luar, tengah, dan dalam.
Di telinga luar, ujarnya, terdapat saluran. Di bagian tengah, terdapat gendang telinga dan tulang-tulang
pendengaran. Sementara di bagian dalam, terdapat rumah siput.
Proses perjalanan suara, tukas Haryoto, diawali saat suara masuk dan menggetarkan gendang telinga. Getaran
tersebut disalurkan melalui liang tulang pendengaran, kemudian masuk ke dalam liang rumah siput. Disini ada
cairan yang kemudian bergetar dan mengalir. Di cairan itu ada saraf-saraf, atau rambut getar, tutur Haryoto.
Cairan ini kemudian merangsang saraf-saraf, dan getarannya diinterpretasikan oleh otak.
Sehingga, jika ruangan kerja bising secara terus menerus. Maka, rambut getar akan terkikis dan pendengarannya
akan berkurang, ulas Haryoto.
Untuk melihat dampak kebisingan terhadap gangguan kesehatan , ungkap Haryoto, yang harus dilihat adalah;
* Kuatnya bising.
* Type bising tersebut (terus menerus, sementara, frekwensi melengking atau tinggi).
* Lama pajanannya.
* Sudah berapa lama seseorang berada dalam suasana bising.
Bising Sebabkan Hipertensi

Menurut Haryoto, hal yang penting dilakukan adalah upaya mencegah ketulian. Pekerja di pabrik besi, baja, dan
semen, dan bekerja selama delapan jam satu hari, punya potensi terkena ketulian, cetus Haryoto.
ProfHaryoto menambahkan, apabila mereka tidak melakukan pemeriksaan secara berkala atau medical
examination setiap tahunnya, saat mereka pensiun, besar kemungkinan mereka terkena Noise Induced Hearing
Lose atau ketulian yang distimuli oleh kebisingan.
Sebetulnya, lanjut Haryoto, dampak akibat kebisingan bukan hanya gangguan pendengaran saja. Melainkan dapat
menyebabkan hipertensi. Menurut Haryoto, hal ini dipicu oleh emosi yang tidak stabil. Ia kemudian memaparkan
hasil studi epidemiologis di Amerika Serikat. Penelitian itu mengaitkan masyarakat, kebisingan, serta resiko
terjangkit penyakit Hipertensi.
Hasil penelitian tersebut menyebutkan, ketidakstabilan emosi mengakibatkan stress. Jika ditambah dengan
penyempitan pembuluh darah, maka dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah keseluruh
tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan darah akan naik, dan inilah yang disebut hipertensi.
Lalu bagaimanakah cara untuk menghilangkan kebisingan? Menurut Haryoto, yang pertama kali dilakukan adalah
mengatasi sumber kebisingan tersebut. Kalau Investor atau penanam modal ingin membeli mesin untuk pabrikpabriknya, hendaknya memilih mesin yang dapat mengurangi kebisingan, tutur Haryoto. Ia menambahkan,
upaya lainnya adalah memberikan peredam suara dan alat pelindung telinga.
Sementara untuk mengatasi kebisingan kota, khususnya di jalan raya, Haryoto mengatakan, produsen-produsen
kendaraan bermotor hendaknya mengeluarkan standar kebisingan pada produknya. Jadi bukan cuma gas emisi,
hidrocarbon, karbon monoksida nya saja yang diperhatikan. Melainkan juga standar suaranya, sebab di situlah
sumber kebisingan, cetus Haryoto.
Setelah itu, bagaimana standar suara itu dipatuhi, diimplementasikan dan dipantau oleh kalangan produsen
kendaraan bermotor, lanjut Haryoto lagi. Standar ini, ujar Haryoto, bukan cuma saat kendaaran bermotor
diluncurkan. Tapi juga pengawasan pada empat hingga lima tahun sesudahnya.
Haryoto mengatakan, pemeriksaan KIR yang dilakukan oleh Pemda DKI, hendaknya memeriksa suara kendaraan
bermotor dengan seksama. Karena selama ini, pemeriksaan kir hanya seputar gas emisinya. Padahal, lanjut
Haryoto, masalah suara bukan masalah yang sepele.
Berdasarkan penelitian dalam lima tahun terakhir, tutur Haryoto, beberapa tempat di Jakarta sudah melampui
ambang batas kebisingan, yakni 70 desibel. Apapun peruntukannya, sesuai Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, kebisingan tidak boleh melampui 70 desibel, ungkap Haryoto. Contoh daerah yang tingkat
kebisingannya di atas 70 desibel adalah kawasan Glodok.
Jadi dapat dibayangkan tingkat emosional mereka yang berdiam di wilayah itu (Glodok-red). Tak heran
beberapa waktu lalu timbul kerusuhan, hanya karena penertiban, cetus Haryoto.
Upaya mengukur tingkat kebisingan di suatu daerah, ungkap Haryoto, dilakukan satu saat saja, tapi dalam waktu
24 jam. Selama 24 jam kebisingan dibagi dua, yaitu kebisingan siang, dan kebisingan malam. Kebisingan siang
berlaku mulai jam enam pagi hingga jam sepuluh malam. Sementara kebisingan malam dimulai dari jam sepuluh
malam, hingga jam enam pagi. Ini sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, nomor 48/MENLH/11/1996
tanggal 25 November 1996, ulas Haryoto.
Dan untuk mengurangi kebisingan, ungkap Haryoto, masyarakat dapat mengganti suasana dengan pergi ke daerah
yang tingkat kebisingannya rendah, seperti refreshing ke gunung, tepi pantai atau daerah-daerah pedesaan.
Gilang/Rubianto

TELINGA
telinga luar: daun s.d. sblm membran
telinga tengah: membran s.d. pintu masuk
cochlea
telinga dalam: cochlea s.d. saraf

Gangguan yang mungkin terjadi:


tuli: sementara atau permanen (sesuatu atau usia)
bunyi dengung (tinitus)

normal: mendengar 20 dB dari jarak 6-8 m


tuli ringan: mendengar 20-40 dB dari jarak 4-5,9 m
tuli sedang: mendengar 40-60 dB dari jarak 1-3,9 m
tuli berat: mendengar 60-80 dB dari jarak 20-90 cm
tuli total: mendengar 80-110 dB dari jarak 15 cm

BUNYI
TERJADINYA BUNYI:
getaran tekanan gelombang, memiliki:

kecepatan (c), panjang gelombang (), frekuensi


(f), pita oktaf

c = f
kecepatan (c) : m/det
panjang gelombang () : m
frekuensi (f) : siklus/det atau Hertz

BUNYI
FREKUENSI BUNYI:

1) klasifikasi - persepsi:
INFRASONIC < 20 Hz - getaran
ULTRASONIC > 20 kHz oleh anjing, kelelawar
2) jenis kelamin:

PRIA ~ 400 Hz
WANITA ~ 500 Hz

BUNYI
OKTAF:
pengertian:
PITA FREKUENSI DENGAN BATAS FREKUENSI ATAS
DUA KALI BATAS FREKUENSI BAWAH
20 Hz 40 Hz 80 Hz 160 Hz 320 Hz
dasar: persepsi telinga manusia terhadap interval dua frekuensi bunyi
berdasarkan pada rasio, bukan selisihnya.

PITA OKTAF berdasarkan persepsi telinga manusia:


44

89

63

354

177

125

Frekuensi rendah

250

707

500

1,4 k

1k

Frekuensi menengah

2k

2,8 k

5,6 k

4k

11,3 k

8k

Frekuensi tinggi

BUNYI
1/3 OCTAVE BANDS:
frekuensi tengah 1/3 pita oktaf

50
63
80

800
1000
1250

100
125
160

1600
2000
2500

200
250
315

3150
4000
5000

400
500
630

6300
8000
10000

BUNYI
RENTANG FREKUENSI:

UJI LABORATORIUM AKUSTIKA


PERCAKAPAN MANUSIA
VOKAL

KONSONAN

MUSIK

31

RENTANG PENDENGARAN MANUSIA


63 125
250 500
1k
2k
4k
8k

16 k

Anda mungkin juga menyukai