Declaration of Helsinki
Nurenberg Code
Permenkes No 585/Men.Kes/Per/IX/1989 concerning informed consent
Declaration of Sidney
IMA statement No 231/PB/A.4/07/90, a statement of death
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
PERATURAN PERUNDANGAN
UUD45 Pasal 27, 2 hak WN atas pekerjaan yg
layak
UU no 1/1970 Keselamatan Kerja
UU no 13/2003 Ketenagakerjaan Pelindungan
bagi Tenaga Kerja
S.E no 01/1997 dan Kep Men 51/1999 NAB
Faktor kimia dan fisika
Per Men 01/82 kewajiban lapor kecelakaan kerja
dan PAK
PerMenaker no 02/Men/80 Pemeriksaan
Kesehatan tenaga kerja, dalam
Penyelengaraan
Kesehatan Kerja
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
UU No 1/1970: Keselamatan
Kerja
Pasal 3 butir 1 UU No 1 tahun 1970:
Syarat Keselamatan Kerja:
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan,
infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
UU no 1 - 1970
Pasal 8
Pasal 12
UU no 1 - 1970
UU No 13 tahun 2003:
Ketenagakerjaan
Pasal 68
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
Pasal 69
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak yang
berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai
dengan 15 (lima belas) tahun untuk
melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak
mengganggu perkembangan dan kesehatan
fisik, mental, dan sosial.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
UU no 13 - 2003
Pasal 69
(2) Pengusaha yang mempekerjakan anak pada
pekerjaan ringan sebagai-mana dimaksud
dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan :
a. izin tertulis dari orang tua atau wali;
b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang
tua atau wali;
c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu
waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja;
f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan
g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
UU no 13 - 2003
Pasal 70
(1) Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat
kerja yang merupakan bagian dari
kurikulum pendidikan atau pelatihan yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
(2) Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
paling sedikit berumur 14 (empat belas)
tahun.
(3) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat dilakukan dengan syarat :
a. diberi petunjuk yang jelas tentang cara
pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan
pengawasan
dalam melaksanakan pekerjaan; dan
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
10
b. diberi perlindungan
keselamatan
dan
kesehatan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
UU no 13 - 1993
Pasal 71
(1) Anak dapat melakukan pekerjaan untuk
mengembangkan bakat dan minatnya.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
memenuhi syarat :
a. di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau
wali;
b. waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan
c. kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu
perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah.
11
UU no 13 - 1993
Pasal 72
Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan
pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus
dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.
Pasal 73
Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja,
kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
Pasal 74
(1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak
pada pekerjaanpekerjaan yang terburuk.
(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam
ayat (1) meliputi:
a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau
menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi,
pertunjukan porno, atau perjudian;
c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau
melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman
keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan
Kemenkes RI dan
12
d. semua pekerjaan
yangKerja
membahayakan
kesehatan,
Tim PERDOKI (Juni 2013)
UU no 13 - 1993
Pasal 76
(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18
(delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00.
(2) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh
perempuan hamil yang menurut keterangan dokter
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya
maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00.
(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00
wajib :
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
13
UU no 13 - 1993
Pasal 77
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi :
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam
1 (satu) minggu.
c. Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau
peker-jaan tertentu.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
14
UU no 13 - 1993
Pasal 78
(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat :
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling
banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat
belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
15
UU no 13 - 1993
Pasal 81
(1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid
merasakan sakit dan memberitahukan kepada
pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
kedua pada waktu haid.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Pasal 82
(1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh
istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum
saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan atau bidan.
(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran
kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu
setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan
dokter kandungan atau bidan
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
16
UU no 13 - 1993
Pasal 83
Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih
menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusui anaknya jika hal itu harus
dilakukan selama waktu kerja.
Pasal 28 UU 36/2009
(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga,
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja
dan tempat sarana umum.
17
UU no 13 - 1993
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.
18
UU No 36/2009 tentang
Kesehatan
Pasal 164
(1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan.
(2) Upaya kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pekerja di
sektor formal dan informal.
(3) Upaya kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap
oleh Direktorat
orang selain Disiapkan
pekerja
yangRI dan
berada19di
Kesehatan
Kerja Kemenkes
Tim PERDOKI (Juni 2013)
UU no 36 - 2009
Pasal 164
(4) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) berlaku juga bagi kesehatan pada
lingkungan tentara nasional Indonesia baik darat, laut,
maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia.
(5) Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjamin
lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan kerja.
(7) Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas
kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
20
UU no 36 - 2009
Pasal 165
(1) Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
(2) Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat
kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di
tempat kerja.
(3) Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada
perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik
dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 166
(1) Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya
pemeliharaan kesehatan pekerja.
(2) Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan
kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai
Disiapkan oleh Direktorat
dengan peraturan
perundang-undangan.
Kesehatan
Kerja Kemenkes RI dan
21
Tim PERDOKI (Juni 2013)
22
KMK No 432/2007
TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI RUMAH
SAKIT
No
1
Bahaya Potensial
Lokasi
FISIK :
Bising
Getaran
Debu
Panas
Radiasi
23
KIMIA :
disinfektan
Semua area
Cytotoxics
Ethylene oxide
Kamar operasi
Dokter,perawat
Formaldehyde
Methyl :
Methacrylate, Hg
(amalgam)
Solvents
Gas-gas
anaestesi
24
3. BIOLOGI :
AIDS, Hepatitis B
dan Non A-Non B
Cytomegalovirus
Rubella
Tuberculosis
Semua area
Semua karyawan
Semua area
4. ERGONOMI
Pekerjaan yang
dilakukan secara
manual
Postur yang salah
dalam melakukan
pekerjaan
Pekerjaan yang
berulang
25
PP 14 / 1993 : JAMSOSTEK
Pasal 2
A. Jaminan berupa uang yang meliputi :
1. Jaminan Kecelakaan kerja;
2. Jaminan kematian;
3. Jaminan Hari Tua;
26
Pasal 9
PP 14 -1993
Pasal 12
(1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak
atas Jaminan Kecelakaan Kerja berupa penggantian
biayai yang meliputi :
a. Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja ke Rumah Sakit dan atau kerumahnya,
termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan;
b. Biaya pemeriksaan,pengobatan, dan atau perawatan
selama di Rumah Sakit,termasuk rawat jalan;
Disiapkan oleh Direktorat
c. Biaya rehabilitasi
berupa alat bantu (orthese)
dan atau
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
27
Tim PERDOKIbagi
(Juni 2013)
alat ganti (prothese)
tenaga kerja yang anggota
PP 14 -1993
Pasal 12
(2) Selain penggantian biaya sebagaimana dimaksud dalam
ayat(1),kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan
kerja diberikan juga santunan berupa uang yang meliputi:
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja;
b. Santunan cacat sebagai untuk selama-lamanya;
c. Santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun
mental,dan atau
d. Santunan kematian.
Pasal 15
(1) Badan Penyelenggaraan berdasarkan surat keterangan
dari Dokter Pemeriksa dan atau Dokter Penasehat
menetapkan dimaksud dalam pasal 12,paling lama 1 (satu)
bulan sejak diterimanya pengajuan pembayaran jaminan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dibayarkan
kepada pengusaha.
(3) Santunan sebagimana dimaksud dalam ayat (1)
dibayarkan langsung kepada tenaga kerja.
(4) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia,pembayaran
santunan kematian dibayarkan kepada yang berhak sesuai
urutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
28
PP 14 -1993
Pasal 16
(1) Dalam rangka pembayaran santunan, penetapan akibat
kecelakaan kerja dilakukan oleh Badan Penyelenggara
berdasarkan surat keterangan Dokter Pemeriksa atau Dokter
Penasehat.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai akibat
kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
penetapan akibat kecelakaan kerja dilakukan oleh Pegawai
Pengawas Ketenagakerjaan.
(3) Dalam hal penetapan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diterima
oleh Badan Penyelenggara atau pengusaha atau tenaga
kerja,maka penetapan akibat kecelakaan kerja dilakukan oleh
Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian
perbedaan pendapat tentang penetapan akibat kecelakaan
kerja ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 17
(1) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai
kecelakaan kerja atau bukan kecelakaan kerja, Menteri dapat
menetapkan dan mewajibkan pengusaha untuk memberikan
Jaminan Kecelakaan
Kerja
sebagaimana dimaksud dalam
Disiapkan
oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
29
pasal 12
Tim PERDOKI (Juni 2013)
PP 14 -1993
Pasal 18
(1) Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan bagi tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan.
(2) Pengusaha wajib melaporkan setiap kecelakaan kerja yang
menimpa tenaga kerjanya kepada Kantor Departemen Tenaga
Kerja dan Badan Penyelenggara setempat atau terdekat
sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I, dalam waktu tidak
lebih dari 2x24 (dua kali duapuluh empat ) jam terhitung
sejak terjadinya kecelakaan.
(3) Pengusaha wajib melaporkan akibat kecelakaan kerja tahap II
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh
empat) jam setelah ada surat keterangan Dokter Pemeriksa
atau Dokter Penasahat yang menyatakan bahwa tenaga kerja
tersebut :
PP 14 -1993
Pasal 19
Pengusaha wajib melaporkan penyakit yang timbul karena
hubungan kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam
setelah ada hasil diagnosis dari Dokter Pemeriksa.
Pasal 20
(1) Selama tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih
belum mampu bekerja, pengusaha tetap membayar upah
tenaga kerja yang bersangkutan, sampai penetapan akibat
kecelakaan kerja yang dialami diterima semua pihak atau
dilakukan oleh Menteri.
(2) Badan Penyelenggara mengganti santunan sementara
tidak mampu bekerja kepada pengusaha yang telah
membayar upah tenaga kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1).
(3) Dalam hal santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara lebih besar dari yang dibayarkan oleh
pengusaha maka selisihnya dibayarkan langsung kepada
tenaga kerja.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan
31
(4) Dalam hal penggantian
santunan
yang dibayarkan
oleh
Tim PERDOKI (Juni 2013)
PP 14 -1993
Pasal 33
(1) Jaminan Pemeliharaan Kesehatah diberikan kepada tenaga
kerja atau suami atau istri yang sah dan anak
sebanyakbanyaknya 3 orang dari tenaga kerja.
(2) Tenaga kerja atau suami atau istri dan anak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) berhak atas pemeliharaan kesehatan
yang sekurang-kurangnya sama dengan Paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar yang diselenggarakan oleh
Badan Penyelenggara.
Pasal 34
(1) Jaminan Pemeliharaan kesehatan diselenggarakan secara
terstruktur, terpadu dan berkesinambungan.
(2) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan
peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan
penyakit, serta pemulihan kesehatan.
32
PP 14 -1993
Pasal 35
(1) Badan penyelenggara menyelenggarakan Paket
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar, yang meliputi
pelayanan:
a. rawat jalan tingkat pertama;
b. rawat jalan tingkat lanjutan;
c. rawat inap;
d. pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan;
e. penunjang diagnostik;
f. pelayanan khusus;
g. gawat darurat;
33
PP 14 -1993
Pasal 37
(1) Pelaksanaan pemberian pelayanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1), dilakukan oleh Pelaksana Pelayanan
Kesehatan berdasarkan perjanjian secara tertulis dengan
Badan Penyelenggara.
(2) Badan Penyelenggara melakukan pembayaran kepada
Pelaksana Pelayanan Kesehatan secara praupaya dengan
sistim kapitasi.
(3) Pemberian pelayanan oleh Pelaksana Pelayaran Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan sesuai
dengan kebutuhan medis yang nyata dan standar pelayanan
medis yang berlaku dengan tetap memperhatikan mutu
pelayanan.
Pasal 38
(1) Tenaga kerja atau suami atau isteri atau anak dapat
memilih Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang ditunjuk
oleh Badan Penyelenggara.
(2) Dalam hal tertentu yang ditetapkan oleh Menteri,tenaga
kerja atau suami atau isteri atau anak dapat memperoleh
pelayanan pemeliharaan kesehatan diluar Pelaksana
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
Disiapkan oleh Direktorat
(1).
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
34
(3) Untuk memperoleh
pelayanan
Tim PERDOKI
(Juni 2013) pelayanan pemeliharaan
PP 14 -1993
Pasal 41
(1) Tenaga Kerja, suami atau isteri atau anak yang memerlukan
pelayanan gawat darurat dapat langsung memperoleh
pelayanan dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan atau Rumah
Sakit yang terdekat dengan menunjukan kartu pemeliharaan
kesehatan.
(2) Dalam hal pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) memerlukan rawat inap di Rumah Sakit, dalam
waktu paling lambat 7 hari terhitung sejak mulai dirawat
keluarga atau pihak lain menyerahkan surat pernyataan dari
Perusahaan kepada Rumah Sakit yang bersangkutan bahwa
tenaga kerja yang bersangkutan masih bekerja.
(3) Tenaga kerja atau suami atau isteri atau anak yang
memerlukan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan memilih Rumah Sakit yang tidak ditunjuk, maka
biayanya hanya ditanggung oleh Badan penyelenggara paling
lama 7 hari sesuai dengan standar biaya yang telah
ditetapkan.
Pasal 42
(1) Tenaga kerja atau isteri tenaga kerja yang memerlukan
pelayanan pemeriksaan kehamilan dan atau persalinan,
memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan dari
Rumah Bersalin yang ditunjuk.
Disiapkan oleh Direktorat
(2) Dalam hal menurut
pemeriksaan
akan terjadi
persalinan
Kesehatan
Kerja Kemenkes RI dan
35
Tim PERDOKI
(Juni 2013)kerja atau isteri tenaga kerja
dengan penyulit,maka
tenaga
PP 14 -1993
Pasal 43
(1) Tenaga kerja atau suami atau isteri atau anak yang
mendapat resep obat, harus mengambil obat tersebut pada
apotik yang ditunjuk dengan menunjukan kartu
pemeliharaan kesehatan.
(2) Apotik yang ditunjuk harus memberikan obat yang
diperlukan tenaga kerja atau suami atau isteri atau anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan
standar obat yang berlaku.
(3) Dalam hal obat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diluar standar yang berlaku maka selisih biaya obat
tersebut ditanggung sendiri oleh tenaga kerja bersangkutan
36
PP 14 -1993
Pasal 44
Pelayanan khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 35
ayat (1) huruf f hanya diberikan kepada tenaga kerja, berupa:
a. kacamata, dengan mengajukan permintaan kepada Optik yang
ditunjuk dan menunjukan resep kacamata dari dokter spesialis mata
yang ditunjuk serta kartu pemeliharaan kesehatan;
b. prothese mata, dengan mengajukan permintaan kepada Rumah
Sakit atau perusahaan alat-alat kesehatan yang ditunjuk dan
menunjukan surat pengantar dari dokter spesialis mata serta kartu
pemeliharaan kesehatan;
c. prothese gigi, dengan mengajukan permintaan kepada Balai
Pengobatan gigi yang telah ditunjuk dan menunjukkan resep dari
dokter spesialis gigi yang ditunjuk serta kartu pemeliharaan
kesehatan;
d. alat bantu dengar, dengan mengajukan permintaan kepada Rumah
Sakit atau perusahaan alat-alat kesehatan yang ditunjuk dan
menunjukan surat pengantar dari dokterspesialis THT yang ditunjuk
serta kartu pemeliharaan kesehtan;
e. prothese anggota gerak, dengan mengajukan permintaan kepada
Rumah Sakit Rehabilitasi atau perusahaan alat-alat kesehatan yang
ditunjuk dan menunjukan surat pengantar dari dokter spesialis yang
ditunjuk serta kartu
pemeliharaan
kesehatan.
Disiapkan
oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
37
PP 14 -1993
Pasal 46
(1) Dalam menjaga mutu pelayanan, Badan
Penyelenggara melakukan pemantauan pemberian
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pelaksana
Pelayanan Kesehatan dengan mengutamakan
kepentingan peserta.
(2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dapat
melakukan pemantauan pemberian pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh Pelaksana Pelayanan
kesehatan.
38
39
40
42
44
45
46
SYARAT:
a. > 500 TK
: KLINIK, dokter full time
b. 200 500
: KLINIK, SEKALI / 2 HARI
BAHAYA TINGGI
: - a.
c. 100 200
: KLINIK, SEKALI / 3 HARI
BAHAYA, TINGGI : - b.
d. < 100 TK
: - KOLEKTIF
- SENDIRI
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
47
Permenaker No 3/1982
Pasal 2
Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus.
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian
pekerjaan terhadap tenaga kerja.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap
lingkungan kerja.
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan
sanitair.
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan
untuk kesehatan tenaga kerja.
oleh Direktorat
f. PencegahanDisiapkan
dan pengobatan
terhadap
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
48
Tim PERDOKI
(Junipenyakit
2013)
penyakit umum
dan
akibat kerja.
49
Permenaker No 3/1982
Pasal 3
(1) Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Kerja.
(2) Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dapat:
a. Diselenggarakan sendiri oleh pengurus.
b. Diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan
ikatan dengan dokter atau Pelayanan Kesehatan lain.
c. Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersamasama menyelenggarakan suatu Pelayanan Kesehatan
Kerja.
Disiapkan oleh
Direktorat
(2) Direktur mengesahkan
cara
penyelenggaraan
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
50
Pelayanan Kesehatan
Kerja
sesuai
dengan
keadaan.
Tim PERDOKI (Juni 2013)
Pasal 6
(1) Pengurus wajib memberikan kebebasan
profesional kepada dokter yang menjalankan
Pelayanan Kesehatan Kerja.
(2) Dokter dan tenaga kesehatan dalam
melaksanakan Pelayanan Kesehatan Kerja, bebas
memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan-keterangan yang diperlukan
51
Pasal 8
Dokter maupun tenaga kerja kesehatan wajib
memberikan keterangan-keterangan tentang
Pelaksanaan Kesehatan Kerja kepada Pegawai
Pengawas Keselarnatan dan Kesehatan Kerja jika
diperlukan.
Pasal 9
Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja melakukan pengawasan terhadap ditaatinya
pelaksanaan peraturan ini.
52
Kepmenaker No 68/2004
Pasal 2
(2) Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pengusaha
wajib;
a. mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS;
b. mengkomunikasikan kebijakan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dengan cara menyebarluaskan informasi
dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
c. memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh Dengan
HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan diskriminatif;
d. menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) khusus untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/
Disiapkanperaturan
oleh Direktorat perundang-undangan dan
AIDS sesuai dengan
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
53
standar yang berlaku.
Tim PERDOKI (Juni 2013)
Pasal 5
(1) Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV
untuk digunakan sebagai prasyarat suatu proses
rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau
kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.
(2) Tes HIV hanya dapat dilakukan terhadap pekerja/buruh
atas dasar kesukarelaan dengan persetujuan tertulis dari
pekerja/ buruh yang bersangkutan, dengan ketentuan
bukan untuk digunakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1).
(3) Apabila tes HIV sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan, maka pengusaha atau pengurus wajib
menyediakan konseling kepada pekerja/buruh sebelum
atau sesudah dilakukan tes HIV.
(4) Tes HIV sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian
khusus sesuai peraturan perundang-undangan dan
standar yang berlaku.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
54
55
56
57
DOKTER..Kompetensi (7)
1. Komunikasi efektif
1.
2.
3.
58
59
60
Profesi
Profession;
Anggotanya mempunyai aturan tertentu
dalam bertindak
Kelompoknya dapat menghukum
anggota yang melanggar disiplin
Memberikan pelayanan sosial yang
penting
61
Ciri Profesi
Kewenangan dalam pengetahuan dan
ketrampilan khusus
Tanggung jawab dan tugas spesifik
Hak melatih, membina, menghukum dan
memecat anggota yang tidak dapat
menjaga kompetensi atau menjalankan
tugas dan tanggung jawab.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
63
64
65
66
67
Definisi
Etika didefinisikan sebagai metodologi
dalam mempertimbangkan implikasi
teknologi dan terapi medis dan apa yang
perlu dilakukan.
Hukum adalah penegakan ketentuan
sosial yang pelanggaran terhadapnya
merupakan kriminal.
Manajemen risiko adalah metode utk
menurunkan risiko melalui kebijakan dan
praktis dalam institusi.
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
68
DR. Sumamur PK
DR. Sumamur PK
1.
KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP PASIEN(4 Pasal)
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan memperguna-
DR. Sumamur PK
KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP TEMAN
SEJAWAT(2 Pasal)
1.
2.
DR. Sumamur PK
KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP DIRI SENDIRI
1.
(Oleh; PERDOKI - modifikasi dari Kode etik Dokter Hiperkes) - 2010 sampai
2013
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hiperkes)
7.
77
Hiperkes)
12.
13.
14.
15.
16.
17.
78
Komponen khusus
Etika Kedokteran Kerja
Conflict of Interest
Confidentiality
Patient Physician Relationship
Ending the Patient Physician Relati
onship
Interdisciplinary team
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
79
PERDOKI
Perimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia
80
PB IDI
Eksekutif Organisasi:
bertindak untuk dan atas
nama organisasi
MKEK
MKKI
MPPK
Coordinating Body:
Mengkoordinasikan Kegiatan Internal Organisasi dalam Bidang MasingMasing
Perhimp Dokter Pel Primer
(PDPP):
Kolegium Dokter
Indonesia (dokter umum)
Kolegium Kedokteran
Okupasi Indonesia
(dokter spesialis)
PDUI, PDKI
Perhimpunan Seminat
(PDSm) : antara lain
-
Tanggung
Jawab
Dokter
dalam
Pelayanan
Kesehatan
HUKUM PERDATA
Dokter
Baik dan
Bijaksana
1.Kemurnian Niat
2.Kesungguhan Kerja
3.Kerendahan Hati
4.Integritas Ilmiah dan
Sosial yang tidak
diragukan
PP no 26 tahun 1960
tentang Lafal
Sumpah Dokter ,
alenia 5 dan 6
HUKUM ADMINISTRASI
Landasan :- melalaikan kewajiban
- melakukan perbuatan yang dilarang
- melanggar UU
Jenis tanggung Jawab: perijinan, delegasi kewenangan, status hukum baru
HUKUM PIDANA
Landasan :- Perilaku yang bertanggung jawab
- Diatur oleh UU
Jenis tanggung Jawab: dolus, culpa
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes 82
RI dan Tim
PERDOKI (Juni 2013)
83
Umumnya
Pasien harus memberi keterangan kepada
dokter hal yang sebenarnya
Pasien adalah pemilik rahasia kedokteran
Pasien dapat memberikan autorisasi kepada
pemberi kerja atau penjamin pelayanan
kesehatan atau PPK untuk membuka rahasia
kedokterannya dalam rangka klaim jaminan
kesehatan
Perusahaan dapat membuat peraturan
perusahaan yang mewajibkan pegawai
melaporkan penyakit2 tertentu yang berkaitan
dg kesehatan/keselamatan kerja
Direktorat
Pasien tidak Disiapkan
dapatolehmemaksa
dokter84 untuk
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
berbohong Tim PERDOKI (Juni 2013)
Prinsipnya..
85
..
4. Memahami dan menerima tanggung
jawab hukum berkaitan dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
86
Kesimpulan
Banyaknya kepentingan pihak pihak,
Dokter kesehatan kerja sering menghadapi
tantangan dalam memberikan pelayanan.
Hadapi tantangan dengan:
Dedikasi memberikan pemeliharaan medis yang
kompeten
Standar profesi
Menghargai kode etik dan hukum
Continuing medical education / professional
development Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
87
TERIMA KASIH,
MARI BERDISKUSI
Disiapkan oleh Direktorat
Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan
Tim PERDOKI (Juni 2013)
88