Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN
Ekonomi internasional adalah salah satu bagian dari ilmu ekonomi yang sangat
menarik untuk dipelajari. Ekonomi internasional mempelajari tentang transaksi dan
permasalahan ekonomi internasional (ekspor-impor). Perekonomian terbuka

ialah

perekonomian yang melibatkan diri dalam perdagangan internasional (ekspor dan impor)
barang dan jasa serta modal dengan negara-negara lain. Dalam teori ekonomi makro
perekonomian terbuka ini terdapat beberapa permasalahan salah satunya mengenai pengaruh
kebijakan dan peristiwa dalam perekonomian terbuka.
Dalam makalah ini akan diterangkan mengenai penawaran dan permintaan dana
pinjaman dan pertukaran valuta asing, keseimbangan perekonomian terbuka, bagaimana
kebijakan dan peristiwa memengaruhi perekonomian terbuka, krisis financial Asia serta
istilah-istilah penting yang diharapkan dapat mendukung pemahaman pembaca dalam
memahami paper ini.
II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada pendahuluan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam paper ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penawaran dan permintaan dana pinjaman dan pertukaran valuta asing
dalam perekonomian terbuka ?
2. Bagaimana keseimbangan perekonomian terbuka?
3. Bagaimana kebijakan dan peristiwa memengaruhi perekonomian terbuka?
4. Bagaimana krisis finansial di Asia ?
III.

PEMBAHASAN
3.1 Penawaran dan Permintaan Dana Pinjaman dan Pertukaran Valuta Asing
dalam Perekonomian Terbuka
Untuk memahami kekuatan yang ada dalam perekonomian terbuka, kita akan
memfokuskan perhatian pada penawaran dan permintaan pada dua jenis pasar. Pasar
pertama adalah pasar dana pinjaman yang mengoordinasikan tabungan, investasi,
dan aliran dana pinjaman di luar negeri (di sebut dengan arus keluar modal neto).
Pasar kedua adalah pasar untuk pertukaran valuta asing yang mengoordinasikan
orang-orang yang ingin menukarkan mata uang domestik dengan mata uang Negara
lain.
1. Pasar Dana Pinjaman
Untuk dapat lebih mudah memahami pasar dana pinjaman ini maka dimulai
dengan identitas berikut :

S = I + NCO
Tabungan = Investasi + Arus Keluar Modal Neto
Penawaran dana pinjaman berasal dari tabungan (S) dan permintaan dana
pinjaman berasal dari Investasi (I) dan Arus keluar modal neto (NCO) atau
lebih jelasnya yaitu penawaran dana pinjaman berasal dari orang-orang yang
memiliki penghasilan tambahan yang ingin mereka simpan dan pinjamkan,
sedangkan permintaan terhadap dana pinjaman berasal dari rumah tangga dan

perusahaan yang ingin meminjam untuk melakukan investasi.


Dalam pasar dana pinjaman, jumlah dana pinjaman yang di tawarkan serta
jumlah dana pinjaman yang diminta bergantung pada tingkat suku bunga riil.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi mendorong orang untuk menabung
sehingga meningkatkan jumlah dana pinjaman yang di tawarkan. Tingkat suku
bunga yang tinggi juga membuat pinjaman untuk proyek pembiayaan modal
lebih mahal. Dengan demikian, hal ini mematahkan semangat investasi dan

mengurangi jumlah dana pinjaman yang diminta.


Selain memengaruhi tabungan nasional dan investasi domestik, tingkat suku
bunga riil di sebuah Negara memengaruhi arus keluar modal neto Negara
tersebut. Untuk melihat mengapa hal ini dapat terjadi, bayangkan dua
reksadana satu di Singapura dan satu lagi di Hongkong- memilih untuk
membeli obligasi (KBBI : surat pinjaman dengan bunga tertentu dari
pemerintah yang dapat diperjualbelikan) pemerintah Singapura ataukah
obligasi pemerintah Hongkong. Saat tingkat suku bunga riil singapura naik,
obligasi singapura menjadi lebih menarik untuk kedua reksadana tersebut.
Dengan demikian, kenaikan tingkat suku bunga riil Singapura mematahkan
semangat orang-orang Singapura untuk membeli asset luar negeri. Sebaliknya,
mendorong pihak asing untuk membeli asset Singapura. Untuk kedua alasan
ini, tingkat suku bunga riil Singapura yang tinggi mengurangi arus keluar

modal neto Singapura.


Tingkat suku bunga menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan dana pinjaman. Jika tingkat suku bunga di bawah titik
keseimbangan, jumlah dana pinjaman yang tersedia akan kurang dari jumlah
permintaan. Kekurangan dana pinjaman akan mendorong tingkat suku bunga
naik. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga di atas titik keseimbangan, jumlah
2

dana pinjaman yang tersedia melebihi jumlah permintaan. Kelebihan dana


pinjaman ini akan mendorong tingkat suku bunga turun. Pada tingkat suku
bunga

keseimbangan,

panawaran

dana

pinjaman

seimbang

dengan

permintaannya. Artinya, pada tingkat suku bunga keseimbangan, jumlah


orang yang ingin menabung tepat sama dengan jumlah investasi domestik dan
arus keluar modal neto yang di inginkan.

Tingkat
Suku
Bunga

Supply

5%
Demand
0

$1,200
Dana Pinjaman
(in billions
of dollars)

2. Pasar Pertukaran Valuta Asing


Identitas pasar valuta asing
Pasar Dana Pinjaman
NCO = NX
Arus Keluar Modal Neto = Ekspor Neto
Identitas tersebut menyatakan bahwa ketidakseimbangan antara pembelian dan
penjualan asset modal di luar negeri (NCO) sama dengan ketidakseimbangan
antara ekspor dan impor barang dan jasa (NX).

Valuta asing atau yang biasa disebut dengan valas, atau yang dalam bahasa
asing dikenal dengan foreign exchange (Forex) merupakan mata uang yang di
keluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Valuta asing akan
mempunyai suatu nilai apabila valuta tersebut dapat ditukarkan dengan valuta

lainnya tanpa pembatasan.


Kuncoro (1996:105) menjelaskan bahwa semua kegiatan bisnis internasional
memerlukan transfer uang dari satu negara ke negara lain sebagai contoh,
suatu perusahaan multinasional AS yang mendirikan pabrik di Inggris, pada
akhir tahun buku selalu ingin mentransfer laba yang diperoleh dari usahanya di
Inggris (dalam bentuk Poundsterling) ke kantor pusatnya di AS (dalam bentuk
USD) maka untuk mengkonversikan mata uang Poundsterling Inggris ke
dalam US Dolar diperlukan adanya pasar valas

Pasar valas adalah pasar yang memfasilitasi pertukaran valuta untuk


mempermudah transaksi-transaksi perdagangan dan keuangan internasional.
Atau jika diartikan secara sederhana, pasar valas adalah perdagangan mata
uang (valuta) suatu negara dengan mata uang negara lainnya. Sedangkan tarif
dari pertukaran mata uang ini disebut juga dengan Foreign Exchange Rate di

Indonesia dikenal dengan Kurs Valas.


Arus keluar modal neto mencerminkan jumlah penawaran uang untuk tujuan
pembelian asset asing. Sebagai contoh, ketika reksadana Singapura ingin
membeli obligasi pemerintah Hongkong, reksadana tersebut perlu menukarkan
dolar Singapura menjadi dolar Hongkong sehingga memenuhi dolar Singapura
di pasar pertukaran valuta asing. Ekspor neto mewakili jumlah permintaan
mata uang asing untuk tujuan pembelian ekspor neto barang dan jasa
domestik. Sebagai contoh, ketika maskapai penerbangan Malaysia ingin
membeli pesawat yang di buat oleh Boeing, maskapai tersebut perlu
menukarkan ringgit Malaysia dengan dolar AS sehingga hal ini menuntut dolar

AS ada di pasar pertukaran Valuta asing.


Pada nilai berapakah penawaran dan permintaan pasar di pasar pertukaran
valuta asing seimbang? Jawabannya adalah nilai tukar riil. Nilai tukar riil
adalah harga relatif barang domestik dan barang luar negeri sehingga
merupakan penentu utama ekspor neto. Ketika nilai tukar di tanah air naik,
barang domestik menjadi relatif lebih mahal di bandingkan dengan barang luar
negeri dan membuat barang domestik menjadi kurang menarik untuk
konsumen di dalam negeri ataupun di luar negeri. Akibatnya, ekspor dari tanah
air gagal, sedangkan impor ke dalam negeri meningkat. Untuk kedua alasan
tersebut, ekspor neto menurun. Oleh karena itu, kenaikan nilai tukar riil
mengurangi jumlah permintaan mata uang lokal di pasar pertukaran valuta

asing.
Nilai tukar riil menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan mata uang lokal seperti harga setiap barang menyesuaikan
penawaran dan permintaan untuk barang tersebut. Jika tingkat suku bunga riil
di bawah titik keseimbangan, jumlah penawaran mata uang lokal akan lebih
sedikit dari jumlah permintaan. Penurunan jumlah mata uang lokal akan
mendorong kenaikan nilai mata uang lokal. Sebaliknya, jika nilai tukar di atas
titik keseimbangan, jumlah mata uang lokal akan melebihi jumlah permintaan.
4

Kelebihan mata uang lokal akan menurunkan nilai mata uang lokal. Pada titik
keseimbangan nilai tukar riil, permintaan uang lokal dari luar negeri yang
berasal dari ekspor neto barang dan jasa domestic sama dengan penawaran
mata uang lokal dari penduduk yang berasal dari arus keluar modal neto
domestik.
Tingkat
Nilai mata uang local (untuk arus keluar modal neto)
Penawaran
Tukar Riil

Tingkar nilai tukar keseimbangan

Permintaan mata uang lokal


Pasar Valuta Asing

3.2 Keseimbangan Perekonomian


Terbuka
Jumlah
keseimbangan
Jumlah
Mata
Uang Lokal yang Ditukarkan Menjadi Mata Uang Asing
A. Arus Keluar Modal Neto : Kaitan antara Kedua Pasar
Mengoordinasikan perekonomian empat variabel ekonomi makro yang
penting yaitu : tabungan nasional (S),investasi domestik (I),arus keluar modal neto
(NCO) dan ekspor neto (NX). Dan identitasnya yaitu :

S = I +NCO
dan
NCO = NX.
Pada

pasar

dana

pinjaman,

penawaran

berasal

dari

tabungan

nasional,permintaan berasal dari investasi domestik dan arus keluar modal neto, dan
tingkat suku bunga riil menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Pada pasar
pertukaran valuta asing, penawaran berasal dari arus keluar modal neto, permintaan
berasal dari arus keluar modal neto, permintaan berasal dari ekspor neto,dan nilai
tukar riil menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Arus keluar modal neto adalah variabel yang menghubungkan kedua pasar
ini. Di pasar dana pinjaman,arus keluar modal neto adalah bagian dari permintaan.
Di pasar pertukaran valuta asing,arus keluar modal merupakan sumber penawaran.

Faktor utama yang menentukan arus keluar modal neto adalah tingkat suku bunga
riil.

Keseimbangan Riil dalam Perekonomian Terbuka

B. Keseimbangan Simultan dalam Dua Pasar


Hal ini menunjukkan tentang pasar dana pinjaman dan pasar pertukaran
valuta asing secara bersama-sama menentukan variabel-variabel ekonomi makro
yang penting dari perekonomian terbuka.
Panel (a) di atas menunjukan pasar dana pinjaman. Tabungan nasional
merupakan sumber penawaran dana pinjaman. Investasi domestik dan arus keluar
modal neto merupakan sumber permintaan untuk dana pinjaman. Tingkat suku
bunga keseimbangan (r1) menyebabkan jumlah dana pinjaman yang ditawarkan dan
jumlah dana pinjaman yang diminta seimbang.
Panel (b) di atas menunjukan arus keluar modal neto. Panel ini menunjukkan
bagaimana tingkat suku bunga dari panel (a) menentukan arus keluar model neto.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi di tanah air membuat aset domestik lebih
6

menarik dan hal ini mengurangi arus keluar modal neto. Oleh karena itu, kurva arus
keluar modal neto di panel (b) menjadi miring ke bawah.
Panel (c) di atas menunjukan pasar pertukaran valuta asing. Karenakan aset
asing harus dibeli dengan mata uang asing, jumlah arus keluar modal neto dari panel
(b) menentukan penawaran mata uang lokal yang ditukarkan dengan mata uang
asing. Nilai tukar riil tidak memengaruhi arus keluar modal neto sehingga kurva
penawarannya vertikal. Permintaan untuk mata uang lokal berasal dari ekspor neto.
Karena penyusutan nilai tukar riil meningkatkan ekspor neto, kurva permintaan
untuk valuta asing miring ke bawah. Nilai tukar riil keseimbangan (E1)
menyeimbangkan jumlah penawaran mata uang dengan jumlah permintaan
mata uang lokal di pasar pertukaran valuta asing.
Tingkat suku bunga riil yang ditentukan di panel (a) adalah harga barang dan
jasa sekarang relatif terhadap barang dan jasa pada masa depan. Nilai tukar riil yang
ditentukan di panel (c) adalah harga barang dan jasa domestik relatif terhadap barang
dan jasa luar negeri. Kedua harga relatif ini disesuaikan secara bersamaan untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan di dua pasar tersebut.
3.3 Pengaruh Kebijakan dan Peristiwa Terhadap Perekonomian Terbuka
1. Defisit Anggaran Pemerintah
Defisit anggaran pemerintah terjadi saat pengeluaran pemerintah melebihi
pendapatan pemerintah. Karena defisit anggaran pemerintah merepresentasikan
tabungan publik yang negatif, mengurangi tabungan nasional. Dengan demikian,
defisit anggaran pemerintah mengurangi penawaran dana pinjaman, meningktkan
tingkat suku bunga, membatasi investasi, dan menyebabkan investasi luar negeri
menurun.
Dampak-dampak defisit anggaran pemerintah: Ketika pemerintah mengalami
defisit anggaran, jumlah penawaran dana pinjaman berkurang dari S1 ke S2 pada
panel (a). Tingkat suku bunga naik dari r1 menjadi r2 untuk menyeimbangkan
penawaran dan permintaan dana pinjaman. Pada panel (b), tingkat suku bunga yang
lebih tinggi mengurangi arus keluar modal neto. Berkurangnya arus keluar modal
neto, pada akhirnya, mengurangi penawaran mata uang lokal di pasar pertukaran
valuta asing dari S1 ke S2 pada panel (c).

Penurunan mata uang asing ini

menyebabkan nilai tukar riil terapresiasi E1 ke E2. Apresiasi nilai tukar mendorong
neraca perdagangan ke arah defisit.

2. KEBIJAKAN PERDAGANGAN
Kebijakan perdagangan (trade policy) merupakan kebijakan pemerintah yang
secara langsung memengaruhi jumlah barang dan jasa yang diimpor atau diekspor
oleh suatu Negara. Setiap negara akan melindungi perekonomian di dalam negerinya
dan pengaruh pelaksanaan perdagangan internasional. OIeh karena itu, ada beberapa
kebijakan yang akan diarnbil oleh setiap negara. Kebijakan ini berkaitan dengan
proteksi (perlindungan) industri dalam negeri karena pengaruh perdagangan
internasional tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain tarif, kuota,
larangan ekspor, larangan impor, subsidi, premi, diskriminasi harga, dan dumping.
1. Tarif
Tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang yang
melewati baras suatu negara. Tarif dapat dikenakan terhadap barang impor
ataupun ekspor. Akan tetapi, dalam analisis ekonomi, tarif impor lebih penting
dan pada tarifekspor.
Ada beberapa macam penggolongan tarif,antara lain sebagai berikut :
a Bea ekspor (export duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap
barang yang diangkut menuju ke negara lain.
b Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan
terhadap barang yang hanya melewati negara tersebut karena tujuan
akhirnya negara lain (sebagai transit).

c Bea impor (impor duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap
barang yang masuk dalam daerah pabean suatu negara dengan ketentuan
bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir.
Pembebanan tarif atas suatu barang dapat menimbulkan pengaruh terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang yang dikenai tarif
tersebut. Pengenaan tarif terhadap barang-barang impor biasanya ditujukan
Untuk melindungi produksi barang sejenis yang dihasilkan di dalam negeri.
Pengaruh pembebanan terhadap harga barang impor dapat digambarkan
dalam kurva berikut :

Keterangan :
OP merupakan harga produsen di luar negeri sebelum ada pembebanan tarif
OQ1

merupakan jumlah produksi dalam

OQ4

negeri besarnya konsumsi dalam negeri

Q1Q4 besarnya impor barang-barang dan luar negeri


PP1

merupakan besarnya tarif atas barang impor


OP1 besarnya harga barang di dalam negeri setelah adanya tarif impor
Setelah adanya tanif produksi dalasn negeri dapat bersaing dengan barang

impor. Harga barang-barang impor menjadi mahal, sehingga produksi dalam


negeri meningkat Q1Q2. Karena harga barang impor yang mahal, konsumen
mengurangi konsumsinya sebesar QO4. Luas segi empat GHIJ merupakan
penerimaan pemerintah dan tarif barang-barang impor.
2. Kuota
Kuota adalah pembatasan jumlah barang yang boleh masuk (kuota impor)
dan jumlah barang yang boleh keluar (kuota ekspor). Kuota yang diterapkan

oleh pemerintah biasanya dilakukan dengan cara memperkenankan impor


ataupun ekspor suatu barang dengan jumlah yang dibatasi.
a. Kuota Impor
Beberapa jenis kuota impor, antara lain sebagai berikut :
1) Absolute atau unilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya
ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan dan negara
lain.
2) Negotiated atau bilateral quota adalah kuota yang besar kecilnya
ditenrnkan berdasarkan Perjanjian antara dua negara atau lebih yang
terlibat dalam perdagangan.
3) Tarif quota adalah gabungan antara tarif dan kuota. Untuk barangbarang tertentu jumlahnya dibedakan dan diizinkan masuk atau keluar
tetapi dikenakan tarif yang tinggi.
4) Mixing quota adalah pembatasan penggunaan bahan mentah yang
diimpor dengan proporsi tertentu dalam rangka melaksanakan
produksi barang akhir. Pembatasan mi bertujuan mendorong
perkembangan industri di dalam negeri.
Adanya kuota impor berarti barang-barang impor di pasaran tersedia
terbatas. Hal tersebut berarti barang-barang sejenis yang dihasilkan di dalarn
negeri dapat bersaing. Jika digambarkan dalam bentuk kurva akan tampak
seperti berikut :

Keterangan :
QQ1 besarnya produksi dalam negeri sebelum ada kuota impor
QQ4 besarnya konsumsi dalam negeri sebelum ada kuota impor
Q1Q1 besarnya impor barang dan luar negeri sebelum ada kuota impor
OP

harga barang sebelum ada kuota impor

Q2Q3 besarnya impor barang yang diperkenankan pemerintah setelah kuota


OP1

harga barang dalam negeri setelah adanya kuota impor


10

OQ2 besarnya produksi dalam negeri setelah adanya kuota impor


OQ3 besarnya konsumsi setelah adanya kuota impor
Segiempat BCEF keuntungan yang diperoleh pedagang pengimpor
setelah adanya kuota.
Dampak dampak Kuota Impor :

Ketika

pemerintah

Malaysia

menerapkan kuota impor mobil dari Jepang, tidak terjadi apa apa di pasar
dana pinjaman pada panel (a) atau pada arsu keluar modal neto pada panel
(b). Satu satunya dampak adalah meningkatnya ekspor neto (ekspor
dikurangi impor) untuk setiap nilai tukar riil. Akibatnya permintaan ringgit
Malaysia di pasar pasar pertukarang valuta asing meningkat, seperti
ditunjukan oleh pergeseran dari D1 D2 pada panel (c). Peningkatan
permintaan ringgit ini mengapresiasi nilai mata unag ringgit dari E1 ke E2.
Apresiasi mata uang ringgit cenderung mengurangii ekspor neto sehingga
mengimpaskan dampak langsung dari kuota impor terhadap neraca
perdagangan.

b. Kuota Ekspor
11

Kuota ekspor yang diterapkan oleh setiap negara memiliki beberapa


tujuan , antara lain :
1) mencegah barang-barang yang penting agar tidak jatuh ke negara yang
dianggap berbahaya;
2) menjamin ketersediaan barang di dalam negeri dalam jumlah yang cukup;
3) mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga dalam
menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.
Kuota ekspor biasanya dikenakan terhadap bahan mentah yang
merupakan komoditas perdagangan penting.
3. Larangan Ekspor
Larangan ekspor adalah kebijakan pemerintah dalam perdagangan
internasional yang tidak memperbolehkan ekspor barang dan dalam ke luar
wilayah pabean suatu negara. Misalnya, ekspor pasir laut Indonesia ke
Singapura dilarang karena menimbulkan kerusakan Iingkungan yang merugikan
negara.
4. Larangan Impor
Larangan impor merupakan kebalikan dan larangan ekspor, yaitu suatu
kebijakan dalam perdagangan dengan cara melarang membeli barang dan luar
negeri untuk melindungi dan mengembangkan industri dalam negeri. Misalnya,
larangan mengimpor beras, bawang putih, dan gula pasir. Jika barang-barang
(komoditas) tersebut tidak dilindungi, petani padi, bawang, dan tebu akan
mendenita kerugian yang besar.
Apabila digambarkan dalam bentuk kurva, pengaruh larangan impon
terhadap harga barang akan tampak seperti berikut :

Keterangan :
OQ

besarnya produksi dalam negeri sebelum ada larangan impor


12

Q1Q3 besarnya impor barang sebelum ada larangan


OQ3 besarnya konsumsi barang sebelum ada larangan impor
OP

tingkat harga barang sebelum ada larangan impor

OQ2 besarnya produksi dalam negeri setelah ada larangan impor


OQ2 besarnya barang setelah ada larangan impor karena tidak ada barang impor
di pasar (impor = 0)
OP1 tingkat harga barang setelah ada larangan impor
Dengan adanya larangan impor, produsen dalam negeri dapat menjual
barang lebih banyak dan dengan harga yang Iebih tinggi.
5. Subsidi
Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan yang
memproduksi, menjual, mengekspor, atau pun mengimpor barang dan jasa
untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Dengan subsidi, harga jual suatu
barang dapat terjangkau oleh masyarakat. Maksud diberikannya subsidi adalah
agar para produsen dalam negeri menjual barangnya dengan harga yang lebih
murah sehingga bisa bersaing dengan barang-barang impor. Subsidi ini dapat
berupa
a. uang yang diberikan secara Iangsung (nominal rupiah);
b.subsidi per unit produksi.
Pengaruh subsidi biaya produksi dalam negeri terhadap barang-barang
impor dapat digambarkan dalam kurva berikut.

Keterangan :
QQ2
Q1Q3

Besarnya produksi dalam negeri sebelum ada subsidi


Besarnya impor barang sebelum ada subsidi untuk produksi dalam
negeri
13

OQ3

Besarnya konsumsi barang di dalam negeri

OP

Tingkat harga sebelum ada subsidi

BC

Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah sehingga kurva penawaran


bergeser dari So ke S

OQ2

Besarnya produksi dalam negeri setelah adanya subsidi

Q2Q3

Besarnya impor barang setelah ada subsidi untuk produksi dalam negeri

PP1BC Besarnya subsidi total yang diberikan kepada produsen dalam negeri
Setelah ada subsidi, harga barang tetap sebesar OP dan jumlah konsumsi
barang juga tetap sebesar OQ2.
6. Premi
Premi dalam kebijakan perdagangan internasional berupa kemudahankemudahan yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan daiam
meningkatkan ekspornya. Misalnya, penghargaan untuk kualitas barang yang
memenuhi standar kualitas ekspor, penyederhanaan prosedur ekspor, biaya
ekspor yang murah, dan penyediaan fasilitas pelabuhan ekspor yang memadai.
7. Diskriminasi Harga dan Dumping
Salah satu kebijakan dalam perdagangan inrernasional yang cukup banyak
mendapar sorotan adalah dumping. Kebijakan ini merupakan salah satu benruk
diskriminasi harga. Suaru negara dikatakan melakukan damping jika
mengekspor hasil produksinya ke suatu negara dengan harga yang lebih rendah
daripada harga di dalam negeri.
Misalnya, Jepang menjual mobil-mobilnya ke Indonesia dengan harga
yang murah, padahal harga mobil dengan merek dan tipe yang sama di Jepang
sendiri harganya mahal. Kebijakan menaikkan harga di dalam negeri ini
biasanya dirujukan unruk menutupi kerugian yang mungkin terjadi di luar
negeri.
Dalam menjalankan kebijakan ini, harus memenuhi persyararanpersyararan rerrenru, anrara lain sebagai berikut :
a. Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada di luar negeri atau
dengan kata lain bahwa kurva permintaan di dalam negeri relatif kurang
elastis dibandingkan dengan luar negeri yang keadaan pasarnya persaingan
sempurna.
b. Konsumen di dalam negeri tidak dapat membeli barangnya dan luar negeri.
14

3. KETIDAKSTABILAN POLITIK DAN PELARIAN MODAL


Pada bulan Agustus 1983, ketidakstabilan politik di Filipina, termasuk
pembunuhan pemimpin politik yang terkemuka, membuat pasar financial gelisah.
Orang orang mulai melihat Filipina sebagai Negara yang kurang stabil
dibandingkan dengan apa yang sebelumnya meraka pikirkan. Mereka memutuskan
untuk menarik asset mereka keluar dari Filipina untuk memindahkannya ke
Amerika Serikat atau tempat berlindung yang lebih aman lainnya. Pergerakan dana
yang besar dan tiba tiba keluar dari suatu Negara disebut pelarian modal (capital
flight). Pelarian modal memiliki dampak terbesar terhadap negara tempat dimana
modal keluar. Tetapi juga akan mempengaruhi negara-negar lain. Jika investor
menjadi khawatir tentang keamanan investasi mereka, modal cepat dapat
meninggalkan ekonomi. Suku bunga meningkat dan terdepresiasi terhadap mata
uang domestik.
Dampak dampak pelarian modal : Jika orang memutuskan bahwa Filipina
merupakan tempat beresiko untuk menyimpan tabungannya, mereka akan
memindahkan modal mereka ke tempat yang lebih aman seperti Amerika serika,
yang mengakibatkan arus keluar modal neto Filipina. Oleh karena itu, permintaan
untuk dana pinjaman di Filipina naik dari D1 ke D2 seperti ditunjukan pada panel
(a), dan itu mendorong tingkat suku bunga riil Filipina dari r1 ke r2. Karena arus
keluar modal neto lebih tinggi untuk semua tingkat suku bunga, kurva ini juga
bergeser dari NCO1 ke NCO2 pada panel (b). Pada saat yang bersamaan, di pasar
pertukarang valuta asing, penawaran naik dari S1 ke S2 seperti ditunjukan pada
panel (c). Kenaikan penawaran peso ini menyebabkan peso terdepresiasi dari E1 ke
E2 sehinga peso menjadi lebih bernilai dibandingkan dengan mata uang lain.
3.4 Krisis Finansial Asia
Krisis finansial Asia berawal dari serangan spekulatif pada baht Thailand pada 15
Mei 1997. Peristiwa ini kemudian menyebar dengan cepat ke negara-negara lain di Asia
Timur melalui mata uang, pasar saham, dan pasar properti yang kemudian menghasilkan
efek benturan pada pasar global, khususnya di eropa timur dan Amerika Latin. Bank
Sentral Thailand ikut mengintervensi guna mempertahankan nilai mata uangnya terhadap
dollar AS, tetapi dipaksa untuk membiarkan mata uangnnya mengambang pada tanggal 2
15

Juli. Akibatnya, baht turun drastis dan memicu krisis perbankan domestik. Pada 1
Agustus, Internasional Monetary Fund (IMF) memberikan paket penyelamatan sebesar
$16 miliar, diikuti dengan dana talangan sebesar $3,9 miliar pada 20 Agustus.
Pada awal September, mata uang Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand
masing-masing turun sebesar 20 persen atau lebih, dan ini diiringi oleh gelombang
penjualan pada pasar saham regional. Penurunan mata uang Indonesia dan dilanjutkan
dengan kenaikan harga bahan pokok mengarah pada kerusuhan di seluruh negeri dan
memaksa Presiden Soeharto yang telah lama berkuasa mundur. Bahkan ekonomi seperti
Singapura dan Hongkong, yang termasuk ekonomi terkuat diwilayah ini dan memiliki
sistem finansial yang kuat, menyerah pada krisis ini. Dolar Singapura turun 15 persen
terhadap dolar AS antara Juli 1997 sampai dengan Maret 1999, membalikkan kenaikan
jangka panjang saat pertumbuhan PDB turun menjadi -0,1 persen pada 1998 setelah
pertumbuhan yang kuat sebesar 5,6 persen pada tahun sebelumnya. Dolar Hongkong,
yang berada di bawah spekulasi spekulasi intensif dan kurs tetap dimana ia terpatok pada
dolar AS hanya diselamatkan oleh tindakan ekstrem otoritas moneter serta oleh tingkat
cadangan valuta asing Hongkong yang tertinggi. Di Malaysia, pada akhir 1997 pasar
saham telah kehilangan lebih dari 50 persen nilainya dan pada tahun berikutnya ekonomi
tersebut mengalami resesi pertamanya dalam beberapa tahun.
Ada dua penjelasan dasar atas krisis finansial Asia. Pada dasarnya yang
pertama menghubungkannya dengan kepanikan finansial. Menurut pandangan ini,
sebagian besar pesimisme pemerintah diri dari pemberi pinjaman internasionallah yang
merupakan akar penyebabnya. Setelah kepanikan dimulai, bank-bank internasional mulai
menarik pinjaman dan modal asing keluar dari wilayah tersebut. Hal ini sama dengan
bank lari saat para investor tiba-tiba panik dan meminta pembayaran dengan segera.
Bank kemudian dipaksa untuk menjual aset jangka panjang dengan kerugian. Tidak
seperti kasus bank domestik lari dimana bank sentral dapat menghentikan krisis dengan
bertindak sebagai pemberi pinjaman sebagai upaya terakhir pada sebuah krisis
internasional dimana cadangan valuta asing terbatas sehubungan dengan utang eksternal
jangka pendek, seperti kasus di banyak negara Asia, hanya sedikit hal yang dapat
dilakukan otoritas moneter. Saat bank sentral menaikkan tingkat suku bunga riil untuk
menghentikan arus keluar modal dan mempertahankan mata uang pinjaman domestik
menjadi lebih mahal; dan jika nilai mata uang turun, hal ini meningkatkan biaya
16

pembayaran utang luar negeri dan mengarah pada tidak kembalinya pinjaman dan
kegagalan bank.
Pandangan krisis ini didukung oleh fakta bahwa banyak negara yang krisis
seperti Singapura dan Hongkong, pada dasarnya secara ekonomi dalam keadaan baik,
sebelum krisis, tetapi belum terhindar gelombang kepanikan penjualan dan penarikan
investasi internasional. Dengan kata lain, krisis ini menular, sama-sama menyerang
negara lemah ataupun kuat. Akhirnya, negara-negara telah menjadi bagian darikeajaiban
asia dan dalam perjalanannya, hanya sedikit bukti dari badan internasional, seperti Bank
Dunia, yang menyebutkan bahwa sebuah krisis itu sangat besar.
Akan tetapi, menurut pandangan fundamentalis, krisis Asia, bersama dengan
krisis sebelumnya, disebabkan oleh kelemahan ekonomi fundamental yang tetap
tersembunyi hingga krisis tersebut tidak bergerak. Thailand dan Malaysia contohnya,
memiliki defisit rekening akumulasi yang cukup besar pada keseimbangan pembayaran
mereka dan ada tanda peringatan bahwa Thailand kehilangan daya saing ekspor di ekspor
padat karya dan tidak cukup cepat mendiversifikasi ke dalam produk bernilai tambah
yang lebih tinggi, seperti alat-alat elektronik dan chip komputer.
Kebanyakan pemerintah Asia, seperti Korea Selatan dan Indonesia, juga
menyediakan jaminan implisit terhadap sektor perbankan, yang mendorong pemberian
pinjaman beresiko kepada perusahaan besar dengan tata kelola perusahaan yang buruk,
yang mengarah pada meningkatnya saham untuk pinjaman bermasalah. Pada beberapa
kasus, hal ini diterjemahkan menjadi gelembung pada saham dan pasar properti, dan
overheating in the economy. Hal ini di perparah dengan pengawasan yang lemah,
asuransi deposit yang tidak mencukupi, penilaian proyek yang buruk, dan terkadang
korupsi. Di Thailand contohnya, perusahaan keuangan yang tumbuh dengan cepat pada
awal 1990-an hampir tanpa regulasi.
Apakah masalah-masalah ini terbatas pada sektor dalam negeri. Mungkin
dapat diselesaikan, tetapi faktor baru pada tahun 1990-an adalah naiknya keterbukaan
finansial ekonomi Asia dan kenaikan pinjaman asing dengan drastis. Pinjaman jangka
pendek hingga pemberian pinjaman uang pada proyek yang kurang dapat dipercaya
menjadi lebih umum, khususnya Korea, Malaysia dan Thailand. Hal ini menciptakan
ketidaksesuaian kematangan yang besar pada laporan keuangan institusi keuangan
17

lokal yang di pengaruhi oleh ketidaksesuaian mata uang karena peminjaman


menggunakan mata uang asing, biasanya dolar AS sementara pemberian pinjaman untuk
perusahaan-perusahaan domestik menggunakan mata uang lokal. Para investor
internasional senang berinvestasi di negara-negara ini sepanjang prospek ekonomi
mereka terlihat bagus, dan dengan secara implisit mempertahankan mata uang mereka
berhubungan erat dengan dolar AS , bank sentral di wilayah ini memperkuat keyakinan
bahwa pinjaman tersebut akan di kembalikan pada nilai tukar tertentu tanpa resiko devisa
asing . Tepat sebelum krisis, Bank Thailand misalnya berulang kali menjamin para
investor asing bahwa mereka akan menjamin perusahaan yang mengalami kegagalan
keuangan.
Tidak mengejutkan, ketika lingkungan internasional diperburuk dengan
kenaikan dolar AS yang drastis setelah tahun 1995, yang membuat ekspor lebih mahal
untuk negara-negara yang mematok mata uangnya dekat dengan dolar, kemunduran yang
bersifat siklus di Eropa dan Jepang, dan meningkatnya persaingan dari Cina pada pasar
ekspor padat karya, kelemahan-kelemahan ekonomi ini menjadi lebih jelas. Ketika
digabungkan dengan pergeseran sentimen investor asing dari optimisme ke pesimisme,
hasilnya adalah pelarian modal dan berkembangnya krisis Asia.

3.5 Istilah-istilah Penting


Kebijakan Perdagangan
Pelarian Modal
IV.

SIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik simpulan bahwa ilmu ekonomi

internasional merupakan topik yang semakin penting. Semakin banyak orang membeli
barang yang dihasilkan di luar negeri dan menghasilkan barang untuk dijual di luar
negeri. Melalui reksa dana dan institusi financial lain, mereka meminjam dan
meminjamkan uang di pasar financial dunia. Sebagai hasilnya, sebuah analisis yang utuh
mengenai suatu perekonomian membutuhkan pemahaman mengenai bagaimana
perekonomian tersebut berinteraksi dengan perekonomian lain di dunia.
Tabungan yang rendah menghalangi pertumbuhan modal, produktivitas, dan
standar hidup, tanpa menghiraukan apakah perekonomian tersebut terbuka atau tertutup.
Pihak asing merupakan sasaran empuk bagi para politisi karena menyalahkan pihak asing

18

memberikan cara untuk menghindari tanggung jawab tanpa melecehkan pendukungnya


di dalam negeri.

19

Anda mungkin juga menyukai