Hyperlink 2 Ergonomi
Hyperlink 2 Ergonomi
CONTOH KASUS
Kasus yang berhubungan dengan Persetujuan Tindakan Medik (Informed consent)juga terjadi di Rumah
Sakit Umum Daerah Waled (RSUD Waled), yaitusering terjadi ketidak kepuasan dari keluarga dan pasien
terhadap hasil akhir darioperasi yang telah dilakukan. Dari hasil observasi terhadap 10
pelaksanaanPersetujuan Tindakan Medik ternyata 6 pelaksanaannya dilakukan oleh perawatruangan,
kemudian obeservasi terhadap 10 rekam medik pasien yang telahdilakukantindakan medik berisiko tinggi
terdapat 3 formulir PersetujuanTindakan Medik yang pengisian tidak lengkap.Contoh kasus diatas
menunjukan bahwa prosesInformed consent belummendapat perhatian sepenuhnya dari profesi dokter atau
tenaga kesehatan padahal Informed consent dimaksudkan untuk melindungi kepentingan pasien
disampingmengembangkan kualitas profesi dokter atau tenaga kesehatan. Keserasian antarakepentingan
pasien dan kepentingan tenaga kesehatan merupakan salah satupenunjang keberhasilan pembangunan sitem
kesehatan. Oleh karena ituperlindungan hukum terhadap kepentingan kedua pihak mesti diutamakan.
Daftar Pustaka
1. http://bajajkt.blogspot.com/2011/09/informed-consent-pada-kasus-operasi.html
2. http://eprints.undip.ac.id/18836/1/RATIH_KUSUMA_WARDHANI.pdf
ERGONOMI
Tujuan Ergonomi
Secara umum penerapan ergonomi terdiri dari banyak tujuan. berikut ini tujuan dalam penerapan
ergonomi:
1.
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat
kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2.
Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi
kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif.
3.
Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap
sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. (Tarwaka.
dkk, 2004).
Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos(aturan), secara keseluruhan ergonomi
berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Banyak definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para
pakar dibidangnya antara lain:
1.
Ergonomi adalah Ilmu atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem
manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman,
dan efisien (Manuaba, A, 1981).
2.
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan
antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi
lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).
3.
Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan
kerja (Nurmianto, 1996).
4.
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Sumamur, 1987).
5.
Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas
pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai pengertian di atas, dapat diintepretasikan bahwa pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep
ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga
dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan
penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.
Definisi ergonomi juga dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus, tujuan dan
pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam penjelasannya disebutkan sebagai
berikut:
1.
Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas,
Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan nilai-
nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya.
3.
Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia,
kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat
aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat terangkumkan dalam definisi
yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan
informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia
lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan
produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.
Sejarah Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah
bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:
1.
bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak
nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja
sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja
dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak
ergonomis sehingga mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.
2.
Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia
menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat
diatur turun-naik (adjustable).
4.
Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board), England, 1918
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia
Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya
yang menurun.
5.
Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti pencahayaan dan
lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6.
pesawat terbang).
Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang,
efektivitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin,
desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja
operator.
7.
1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini
menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada 1957, dan
The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama.
Diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964,
dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics
Society of Australian and New Zealand).
Perkembangan Ergonomi
Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang dikarang
oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan
nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal
istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomicdan human factor) hanya
berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan
perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan
sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan
Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana,
seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau
perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut
masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan
ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara produk dengan
manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu
percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan Hawthorne Effects (Efek Hawthorne). Hasil
percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan
langsung antara manusia dan mesin. Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan
adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan manusia untuk
bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung
dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
Metode Ergonomi
Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik
pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan
sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat
sederhana seperti merubah posisi mebel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture
sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara
obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Prinsip Ergonomi
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun
ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam
pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat
kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:
Bekerja dalam posisi atau postur normal;
Mengurangi beban berlebihan;
Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
Minimalisasi gerakan statis;
Minimalisasikan titik beban;
Mencakup jarak ruang;
1. Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik fisiolgi dan
biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara
lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan
dan kesehatan.
2. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ; persepsi, ingatan,
dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang
relevan dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, humancomputer interaction, keandalan manusia, dan stres kerja.
3. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur organisasi,
kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara lain ; komunikasi,
MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas
ergonomi, kulturorganisasi, organisasi virtual, dll.
4. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran. Topik-topik
yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain ; perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.
Kasus Ergonomi
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut antara lain:
1.
Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja.
Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri
atu duduk.
2.
Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari
Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan komputer dalam bekerja
dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia merasakan keluhan bahwa tubuhnya sering mengalami
rasa sakit/nyeri, terutama pada bagian bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.
5.
Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami penyakit herniadan
juga low back pain akibat mengangkut beban di luar recommended weighting limit (RWL).
6.
Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit untuk membedakan
beraneka macam informasi yang disampaikan oleh display terutama pada saat situasi darurat/emergency. Hal
ini disebabkan karena informasi tersebut sulit dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang serupa sering
juga dialami oleh pilot, dimana harus menghadapi banyak display pada waktu yang bersamaan.
REFERENSI
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan
(Frequently Asked Questions/FAQ) terkait dengan Program Jamkesmas.
1 Apa latar belakang dan tujuan Jamkesmas?
Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan, termasuk masyarakat miskin. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi
masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan
daerah.Perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu, UU tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) (UU Nomor 40 Tahun 2004) turut menegaskan bahwa jaminan kesehatan merupakan salah satu
bentuk perlindungan sosial. Pada hakekatnya jaminan kesehatan bertujuan untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupsecara layak.
Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang
telah mengalami perubahan seiring dengan waktu. Awalnya ia dikenal dengan nama program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM, atau lebih populer dengan nama
programAskeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin).Kemudian sejak tahun 2008 sampai
dengan sekarang ia berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
JPKMM/Askeskin maupun Jamkesmas, kesemuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu melaksanakan
penjaminan pelayanankesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu, dengan menggunakan
prinsip asuransi kesehatan sosial.
Program Jamkesmas ini diharapkan untuk menjaga masyarakat agar tetap sehat dan produktif. Juga
Jamkesmas diharapkan untuk melindungi pesertanya dari resiko pengeluaran kesehatan yang berdampak
membawa bencana (dampak katastropik finansial). Pada intinya, program Jamkesmas diharapkan
membantu supaya pesertanya bisa terbebas dari mata rantai kemiskinan.
Secara umum, program Jamkesmasbertujuan meningkatkanakses dan mutu pelayanan kesehatan yang
dapat diakses dan bermutu sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien
bagi seluruh peserta Jamkesmas.
Sedangkan tujuan khusus program ini adalah:
Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan
PPK (penyedia pelayanan kesehatan) Jamkesmas (Puskesmas serta jaringannya, dan rumah
sakit).
Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan,
sehingga terkendali mutu dan biayanya
Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparandandapat dipertanggung
jawabkan(akuntabel)
Meningkatkan jumlah peserta (masyarakat tidak mampu) yang dicakupagar mendapat
pelayanan kesehatan di jaringan PPK Jamkesmas
Meningkatkan kualitaspelayanan kesehatanbagi masyarakat miskin
2 Bagaimana prinsip pelaksanaan program Jamkesmas?
UU SJSN menyebutkan sejumlah prinsip penyelenggaraan Jaminan Kesehatan yang turut digunakan
Jamkesmas, yaitu :
Jamkesmas dikelola secara nasional. Jamkesmas dapat diakses olehseluruh peserta dari
berbagai wilayah diNegara Kesatuan Republik Indonesia.
Nirlaba, artinya pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan untuk mencari untung/laba,
melainkan untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
Portabilitas (dari kata portable, artinya mudah dibawa-bawa), artinya meskipun peserta
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal (selama berada di dalam wilayahNegara Kesatuan
Republik Indonesia), jaminan kesehatan tetap dapat diterima secara berkelanjutan. Dapat juga
diartikan walaupun memerlukanpelayanan rujukan di tempat lain(selama berada di dalam
wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia, dan termasuk jaringan PPK Jamkesmas)jaminan
kesehatan tetap dapat diterima.
Transparan, efisien, dan efektif.
3 Siapa saja yang dapat menjadi peserta Jamkesmas?
Sasaran program Jamkesmas ini adalah masyarakat miskindan tidak mampu diseluruh Indonesia yang
tidak mempunyai jaminan kesehatan lainnya.
Hingga tahun 2012, peserta yang dijamin dalam Program Jamkesmas tersebut meliputi :
Masyarakat miskin dan tidak mampu, yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan (SK)
Bupati/Walikota tahun 2008 berdasarkan kuota kabupaten/kota (BPS) yang dijadikan basis data
(database)nasional.
Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, serta masyarakat miskin yang tidak
memiliki identitas (atau kerap disebutkan sebagai peserta non-kartu)
Semua peserta Program Keluarga Harapan (PKH) (baik yang sudah atau yang belum
mempunyai kartu Jamkesmas).
Semua penderita penyakit Thalasemia mayor
Semua pasien yang menerima Jaminan Persalinan (Jampersal)
Kepesertaan Jamkesmas memiliki masa berlaku, yaitu bermula semenjak ditetapkannya
penggunaan kartu Jamkesmas (oleh Kementerian Kesehatan) hingga ditetapkannya penggunaan
kartu yang baru, yang berarti kartu yang lama tidak lagi berlaku.
4 Apakah peserta Jamkesmas (yang bukan peserta non-kartu) dapat mengakses Jamkesmas tanpa
menggunakan kartu?
Tujuan penggunaan kartu adalah untuk mempermudah dan mempercepat proses administrasi peserta
Jamkesmas di tempat pelayanan kesehatan. Ia berfungsi sebagai tanda bukti kepesertaan. Namun
sesungguhnya data peserta Jamkesmas telah tersusun dalam basis data yang dapat diakses oleh petugas
di tempat pelayanan kesehatan (khususnya petugas PT Askes di Rumah Sakit).
Akan tetapi, terkadang basis data tidak dapat langsung diakses karena berbagai kendala teknis (listrik
padam, petugas tidak di tempat, dsb.). Oleh karena itu, ketiadaan kartu sebagai tanda kepesertaan akan
menghambat proses administrasi, dan hal ini dapat merugikan peserta itu sendiri.
Sedangkan, peserta non-kartu memiliki proses administrasi yang berbeda dari peserta yang telah
terdaftar dalam basis data. Kelompok peserta ini ditentukan oleh masing-masing instansi yang terkait
(misalnya, Kementerian Sosial/Dinas Sosial untuk anak atau orang terlantar, Kementerian Hukum dan
HAM untuk penghuni lapas, dsb.).
5 Apakah anggota keluarga peserta Jamkesmas yang belum memegang kartu peserta Jamkesmas bisa
juga mendapatkan Jamkesmas?
Anak bayi (umur sebelum satu tahun) yang lahir dari Ibu yang peserta Jamkesmas secara otomatis
merupakan juga peserta Jamkesmas. Namun hal ini harus disertai bukti Kartu Keluarga (KK) atau
akta/surat kelahiran.Sedangkan (anak berusia satu tahun ke atas maupun anggota keluarga yang lain,
ataupun anak bayi yang lahir Ibu bukan peserta Jamkesmas walaupun Ayahnya peserta Jamkesmas)
TIDAK BISA MENDAPATKAN JAMKESMAS.
6 Apakah anggota keluarga peserta Askes, Jamsostek dan peserta Jaminan Kesehatan lainnya yang
belum punya Jaminan Kesehatan dapat menjadi peserta Jamkesmas?
TIDAK, selama tidak termasuk dalam basis data peserta Jamkesmas.
7 Bagaimana cara penentuan peserta Jamkesmas?
Data kepesertaan yang digunakan hingga tahun 2012 mengacu pada data kepesertaan tahun 2008.Pada
periode tersebut, penentuan kepesertaan dilakukan melalui pendekatan bawah-ke-atas (pendekatan
bottom-up).Aparat Pemerintah Daerah dan jajarannya, beserta masyarakat, melakukan pengumpulan
daftar nama dan alamat keluarga miskin yang menjadi peserta. Daftar penerima bantuan yang terkumpul
akan disusun dalam sebuah Surat Keputusan Bupati/Walikota. SK Bupati/Walikota tersebut selanjutnya
diserahkan ke PT. Askes. PT Askes bertugas dalam penerbitan dan pendistribusian kartu Jamkesmas.
Untuk kepesertaan Jamkesmas tahun 2013 menggunakan sumber data dengan pendekatan lain, yaitu
menggunakan BDT (Basis Data Terpadu).
BDT disusun dari hasil pendataan penerima program perlindungan sosial oleh BPS pada tahun 2011
(dikenal sebagai PPLS 11). Hasil PPLS 11 kemudian diurutkan menjadi ranking menurut tingkat
kesejahteraan oleh TNP2K menjadi BDT tersebut.
Kementerian Kesehatan telah memutuskan untuk menggunakan BDT sebagai dasar penentuan peserta
Jamkesmas mulai tahun 2013. Jumlah (kuota) peserta Jamkesmas serta kriterianya ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan akan menerbitkan kartu baru untuk kepesertaan
Jamkesmas mulai 2013. Dengan diterbitkannya kartu yang baru, maka masa berlaku kartu yang lama
akan habis.
8 Apa saja fasilitas kesehatan (FASKES) yang menjadi pemberi pelayanan dalam program
Jamkesmas?
Fasilitas kesehatan yang termasuk dalam jaringan PPK Jamkesmas adalah:
Puskesmas dan jaringannya
Rumah sakit dan Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) yang telah bekerja sama dengan
program Jamkesmas (memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang ditandatangani perwakilan
faskes dan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat, dengan diketahui oleh Tim
Pengelola Provinsi). Perjanjian Kerja Sama ini harus diperbaharui setiap tahunnya.
9 Pelayanan apa saja yang dijamin dalam Program Jamkesmas?
Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi:
Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan RawatInap Tingkat Pertama
(RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan TingkatLanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan
(RITL) kelas III danpelayanan gawat darurat.
Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentukpelayanan kesehatan yang
bersifat menyeluruh (komprehensif)berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan Standar
Pelayanan Medik.
10 Pelayanan kesehatan apa saja yang dapat diperoleh peserta Jamkesmas di Puskesmas dan
jaringannya?
1.
Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada puskesmas dan jaringannya
meliputi pelayanan :
2.
a.
3.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pemberian obat
Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada puskesmas perawatan, meliputi
pelayanan :
a.
b.
c.
d.
e.
Pemberian obat
f.
4.
5.
Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria gawat darurat tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (Nomor 856
tahun 2009).
Pelayanan kesehatan apa saja yang dapat diperoleh peserta Jamkesma di FASKES lanjutan
(seperti Rumah Sakit dan Balkesmas)?
0.
b.
Rehabilitasi medik
c.
d.
Tindakan medis
e.
f.
g.
Pelayanan KB, termasuk kontap efektif (sterilisasi dan alat kontrasepsi dalam
rahim), kontap pasca persalinan/keguguran, penyembuhan efek samping dan
komplikasinya (alat/obat KB (kontrasepsi) disediakan BKKBN)
Pemberian obat yang mengacu pada daftar obat (Formularium)
1.
h.
Pelayanan darah
i.
Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III (tiga)
RS, meliputi :
1.
2.
3.
4.
Tindakan medis
5.
6.
7.
8.
9.
Pelayanan darah
3.
Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria gawat darurat tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (Nomor 856
tahun 2009).
Seluruh penderita Thalasemia dijamin, sebagai peserta Jamkesmas non-kartu.
Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana di atas meliputi :
Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di rumah sakit dan balkesmas.
Pelayanan rawat jalan lanjutan yang dilakukan pada balkesmas bersifat pasif (dalam
gedung) sebagai FASKES penerima rujukan. Pelayanan balkesmas yang ditanggung
oleh program Jamkesmas adalah Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dalam gedung.
Apakah peserta Jamkesmas memperoleh bantuan untuk alat-alat seperti kacamata, alat bantu
dengar dan alat bantu gerak?Ya, dengan ketentuan sebagai berikut:
.
Kacamata diberikan pada kasus gangguan ketajaman pandangan, dengan lensa koreksi
minimal +1/-1, atau lebih sama dengan +0,50 cylindris karena kelainan cylindris (astigmat
sudah mengganggu penglihatan), berdasarkan resep dokter.Nilai maksimal Rp.150.000.
a.
Alat bantu dengar diberi penggantian, sesuai resep dari dokter THT.Pemilihan alat bantu
dengar berdasarkan harga yang paling efisien, sesuai kebutuhan medis, dan sesuai
Alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda, dan korset) diberikan berdasarkan resep
dokter (dengan persetujuan Komite Medik atau pejabat yang ditunjuk). Pertimbangan yang
digunakan adalah alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi sosial
peserta tersebut. Pemilihan alat didasarkan pada harga yang paling efisien dan ketersediaan
alat di daerah tersebut.
*Kacamata, alat bantu dengar, dan alat bantu gerak tersebut diatas disediakan oleh RS bekerja
sama dengan pihak-pihak lain dan diklaimkan terpisah dari paket INA-CBGs.
Pelayanan kesehatan apa sajakah yang tidak dijamin (excluded) dalam program Jamkesmas?
a.
b.
General check up
c.
Gigi tiruan
d.
Pengobatan alternatif (antara lain akupunktur, pengobatan tradisional) dan pengobatan lain
yang belum terbukti secara ilmiah
e.
f.
Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam, kecuali memang yang
bersangkutan sebagai peserta Jamkesmas
g.
Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial, baik dalam gedung maupun
luar gedung
Bagaimana prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi peserta Jamkesmas?
Berikut hal-hal yang diperlukan untuk mendapat pelayanan kesehatan dasarpeserta Jamkesmas.
0.
1.
Untuk peserta non kartu yang termasuk gelandangan, pengemis, anak/orang terlantar dan
masyarakat miskin penghuni panti sosial, harus menunjukkan surat rekomendasi
Dinas/Instansi Sosial setempat.
2.
3.
Untuk peserta PKH yang belum/tidak memiliki kartu Jamkesmas, cukup menggunakan
kartu PKH.
4.
Bayi (sebelum usia satu tahun) yang lahir dari Ibu pesertaJamkesmas setelah terbitnya SK
Bupati/Walikota, harus menunjukkan aktekelahiran/surat kenal lahir/surat keterangan
lahir/pernyataandari tenaga kesehatan, serta kartu Jamkesmas Ibu dan KartuKeluarga
orangtuanya.
5.
tahun.
Bagaimana prosedur untuk memperoleh pelayanan tingkat lanjut bagi peserta?Berikut hal-hal
yang diperlukan untuk mendapat pelayanan kesehatan tingkat lanjut (baik rawat jalan maupun inap)peserta
Jamkesmas.
0.
1.
Seluruh dokumen tersebut di (i) dibawa ke loket PPATRS (Pusat Pelayanan Administrasi
Terpadu Rumah Sakit) untuk dibuktikan (diverifikasi) kebenaran dan kelengkapannya
2.
PPATRS selanjutnya mengeluarkan SKP (Surat Keabsahan Peserta) oleh petugas PT.Askes,
sebagai tanda bahwa peserta dapat selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.
Dengan catatan tambahan:
Untuk kasus kronis yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama
(seperti Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal)surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan.
Untuk kasus kronis yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu sangat
lama (seperti kasus gangguan jiwa, kusta, kasus paru dengan komplikasi, kanker)surat
rujukan dapat berlaku selama 3 bulan.
Pertimbangan pemberlakuan waktu surat rujukan (1 atau 3 bulan) didasarkan pada pola
pemberian obat.
Rujukan pasien antar RS, termasuk rujukan RS antar daerah, dilengkapi surat rujukan
dari rumah sakit asal pasien dengan membawa identitas kepesertaannya untuk dapat
dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Askes (Persero) pada tempat tujuan rujukan.
Dalam keadaan gawat darurat meliputi:
o
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk di kembangkan di
Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel,
memberikan asuhan pada pasien yang memerlukan pbservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak
dapat diberikan diruang perawatan umum memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial
atau adanya kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada
pasien-pasien dengan penyakit kritis (Adam & Osbone, 1997)
1. Pengertian
Adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam Rumah Sakit yang memiliki staf khusus, peralatan khusus
ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain.
2. Staf Khusus
adalah dokter dan perawat yang terlatih, berpengalaman dalam Intensive Care (Perawatan dan terapi
Intensif) dan yang mampu memberikan pelayanan 24 jam.
3. Peralatan Khusus ICU
adalahalatalat pemantauan, alat untuk menopang fungsi vital, alat untuk prosedur diagnostic dan alat
Emergency lainnya
4. Tujuan Pengelolaan di ICU
Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat
Mencegah terjadinya penyulit
Menerima rujukan dari level yang lebih rendah & melakukan rujukan ke level yang lebih tinggi
b. ICU Sekunder
Memberikan pelayanan ICU umum yang mampu mendukung kedokteran umum, bedah, trauma,
bedah syaraf, vaskuler dsb.
Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.
Ruangan khusus dekat kamar bedah
Kebijakan dan kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
Kepala intensivis, bila tidak ada SpAn.
Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )
Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator,RT dan 2 : 1 untuk pasien lainnya.
50% perawat bersertifikat ICU dan pengalaman kerja minimal 3 tahun di ICU
Mampu melakukan pemantauan invasife
Lab, Ro, fisioterapi selama 24 jam
c. ICU Tersier
Memberikan pelayanan ICU tertinggi termasuk dukungan hidup multi sistem ( ventilasi mekanik ,
kardiovaskuler, renal ) dalam jangka waktu tak terbatas
Ruangan khusus
Kebijakan/ indikasi masuk, keluar dan rujukan
Kepala : intensivis
Dokter jaga 24 jam, mampu RJP (A,B,C D,E,F )
Ratio pasien : perawat = 1:1 untuk pasien dengan ventilator, RT dan 2 : 1 untuk pasien lainnya.
75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU 3 tahun
Mampu melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun invasive.
Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam
Mempunyai pendidikan medik dan perawat
Memiliki prosedur pelaporan resmi dan pengkajian Memiliki staf administrasi, rekam medik dan
tenaga lain
Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih sadar ( Recovery Room)
Suhu ruangan diusahakan 22-25 C, nyaman , energi tidak banyak keluar.
Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan isolasi.
Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk mengobservasi pasien
8. Ketenagaan
a. Tenaga medis
b. Tenaga perawat yang terlatih
c. Tenaga Laboratorium
d. Tenaga non perawat : pembantu perawat , cleaning servis
e. Teknisi
9. Sarana & Prasarana yang harus ada di ICU
Lokasi : satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room
RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk R.ICU antara 1-2 % dari jumlah pasien
secara keseluruhan.
Bangunan : terisolasi dilengkapi dengan : pasienmonitor, alat komunikasi, ventilator, AC, pipaair,
exhousefan untuk mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras dan rata, tempat cuci tangan
yang dapat dibuka dengan siku & tangan, v pengering setelah cuci tangan
R.Dokter & R. Perawat
R.Tempat buang kotoran
R. tempat penyimpanan barang & obat
R. tunggu keluarga pasien
R. pencucian alat Dapur
Pengering setelah cuci tangan R.Dokter & R. Perawat
R.Tempat buang kotoran
R. tempat penyimpanan barang & obat
Sumber air Sumber listrik cadangan/ generator, emergency lamp Sumber O2 sentral Suction sentral
Almari alat tenun & obat, instrument dan alat kesehatanAlmari pendingin (kulkas)Laborat kecil
Alat alat penunjang a.l.: Ventilator, Nabulaizer, Jacksion Reese, Monitor ECG, tensimeter mobile,
Resusitato, Defibrilator, Termometer electric dan manual,Infus pump, Syring pump,O2 transport, CVP,
Standart infuse, Trolly Emergency,Papan resusitasi,Matras anti decubitus, ICU kid, Alat SPO2, Suction
continous pump dll.
9. Indikasi Masuk ICU
a. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi intensif dan agresif.
Gangguan atau gagal nafas akut
Gangguan atau gagal sirkulasi
Gangguan atau gagal susunan syaraf
Tanda infeksi : peningkatan suhu tubuh/penurunan (hipotermi), pemeriksaan kultuur, berapa lama
antibiotic diberikan
Nutrisi klien : enteral, parenteral
Mencatat hasil lab yang abnormal.
Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh proses perawatan
Menghitung intake / output (balance cairan)
- Selain hal itu peran perawat juga :
Caring Role
Therapeutic Role
- Dalam penanganan pasien gawat diperlukan 3kesiapan :
Siap Mental
Siap pengetahuan dan ketrampilan
Siap alat dan obat
B-1 Breath
B-2 Bleed
B-3 Brain
B-4 Blader
B-5 Bowel
B-6 Bone
- Sistem pernafasan
- Sistem peredaran darah
- Sistem syaraf pusat
- Sistem urogenital
-Sistem pencernaan
- Sistem tulang dan persendian