Anda di halaman 1dari 21

TUGAS II

PEMANFAATAN SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI


PERTAMBANGAN BAUKSIT PT. BUKIT MERAH INDAH

Disusun Oleh :
Ahmad Ridhoni

03021281419190

Bara Yuslihan Putra

03021181419

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR
1

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Pertambangan Bauksit PT. Bukit Merah Indah.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pertambangan Bauksit PT.
Bukit Merah Indah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Indralaya, 10 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
2

BAB I
PENDAHULUAN
Penambangan yaitu kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan mengambil
bahan galian dari dalam kulit bumi untuk dimanfaatkan. Penentuan cara penambangan sangat
tergantung pada berbagai faktor dan pertimbangan. Pertimbangan utama dalam menentukan
sistem penambangan adalah keadaan endapan, sifat fisik dan kimia endapan bahan galian,
sifat fisik dan kimia batuan samping, keadaan topografi, morfologi dan geologi sekitar
endapan. Pada umumnya penambangan dibagi menjadi 3, yaitu (1) sistem penambangan
tambang terbuka, (2) penambangan tambang bawah tanah dan (3) penambangan bawah air.
Bauksit adalah salah satu bahan galian logam yang keterdapatannya tidak jauh dari
permukaan bumi dengan kata lain keadaan tanah penutup tidak terlalu tebal, hal ini bisa kita
lihat dari genesa bauksit itu sendiri dimana bauksit merupakan hasil pelapukan yang
terlarutkan. sehingga dalam proses penambangannya dapat dilakukan dengan Metoda
Penambangan Terbuka.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain
nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic,
shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan,
mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral mineral alkali, sedangkan
mineral mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan
lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan
oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang
cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama
dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses
laterisasi.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara
optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya
alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
1

BAB II
ISI
A. Keadaan Umum
PT. Bukit Merah Indah adalah sebuah perusahaan pertambangan yang bergerak
dalam bidang tambang bauksit. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 2007 untuk
mulai mengeksploitasi bauksit. PT. Bukit Merah Indah ini terletak di Pulau Kas, Pulau
Beneh, Kecamatan Durai, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Namun akhirakhir ini PT. Bukit Merah Indah terkena kasus, sehingga direktur utama PT. Bukit Merah
Indah harus menjadi terdakwa atas kasus pertambangan tanpa Izin Usaha Pertambangan
(IUP), kegiatan pertambangan yang mencemari dan merusak lingkungan, kegiatan
pertambangan diluar dari lokasi yang diizinkan sehingga menyalahi prosedur dan dapat
dinyatakan pertambangan tanpa izin dan kasus reklamasi lahan yang tidak dilakukan
seperti yang terdapat di dalam dokumen AMDAL. Dengan dakwaan-dakwaan tersebut
maka direktur utama PT. Bukit Merah Indah ditahan dan divonis penjara 1 tahun 6 bulan.
B. Ganesa
Alumina dapat bersumnber dari batuan primer (magnetik dan hidrothermal) maupun
dari batuan sekunder (pelapukan dan metamorfosa). Namun secara luas yang berada di
permukaan bumi ini berasal dari batuan sekunder hasil proses pelapukan dan pelindian.
1. Magnetik
Alumina yang bersumber dari proses magnetik dijumpai dalam bentuk batuan yang
kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-rick rock. Sebagai
contoh adalah mineral anortosite dan mineral nefelin pada batuan syenit yang
mengandung lebih dari 20%Al2O3. Sumber alumina di Rusia yang pontensial dan
telah dilakukan penambangan adalah bersumber dari proses magnetik.
2. Hidrothermal
Alumina produk alterasi hidrothermal dari trasit dan riolit pada beberapa daerah
vulkanik misalnya mineral alunit mengandung sampai 75% Al 2O3 dan dapat
ditambang sebagai sumber alumina
3. Metamirfosa
Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber alumina yang tidak
ekonomis. Saat ini masih dalam penelitian ekstraksi yang lebih maju. Diharapkan
dimas mendatang akan menjadi alumina yang potensial dan bernilai ekonomis.
Sebagai contoh adalah alumina silikat andalusit, silimanit dan kianit
4. Pelapukan
Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai cebakan residual
dan disebut sebagai bauksit. Terbaentuk oleh pelapukan feldspatik atau batuan yang
mengandung nefelin.

KLASIFIKASI BIJIH BAUKSIT


a. Berdasarkan genesanya
1. Bauksit pada batuan klastik yang kasar
Jenis ini berasal dari btuan beku yang telah berubah menjadi metamorf di daerah yang
beriklim tropis dan berumur Tersier Awal. Permukaan daerahnya telah mengalami
erosi dan dijumpai bauksit dalam bentuk boulder. Tekstur pisolitik dan bentuknya
menyudut dengan kadar bauksit tinggi dalam bohmit dengan posisi letaknya sesuai
dengan kemiringan lereng.
2. Bauksit pada terrarosa
Jenis terrarosa banyak terdapat disekitar Mediterranian di Eropa Selatan yang
merupakan fraksi-fraksi kecil dari hasil pelapukan batu kapur atau dolomite dan
sebagian diaspor (Al2O3H2O). Jenis ini mempunyai ikatan monohidrat, karen itulah
endapan jenis terrarosa mempunyai kadar alumina yang lebih besar dibandingkan
endapan jenis laterit.
3. Bauksit pada batuan sedimen klastik
Dijumpai pada lingkungan pengendapan sungai stadium tua pada delta. Karena
tertransportasi, material rombakan terbawa ke laut. Sedimen klastk berada di atas
ketinggian dasar melapuk mengandung perlapisan gravel pasir, lempung kaolinit dan
kadang lignit membentuk delta corong. Deposit bauksit jenis ini yang ekonomis dalah
berumur Paleosen.
4. Bauksit pada batuan karbonat
Deposit bauksit pada batu gamping kadarnya tinggi dan berumur Paleosen.
Perkembangannya tidak berada di permukaan tetapi pada kubah-kubah gamping.
5. Bauksit pada batuan posfat
Al posfat berwarna abu-abu , putih kehijauan dan bersifat porous yang terisi oleh
berbagai material. Lapisan bawahnya mengandung lempung antara montmorilonit
dengan atapulgit. Beberapa lapisan dalam bentuk Ca-posfat , berstuktur oolitik dan
dijumpai pula pseudo-oolitik fluorapatit. Di bagian atas lapisan ini mengandung
Alposfat dengan mineral krandalit [(Ca Al3H(OH6/(PO4)] yang sangat dominan
dibandingkan dengan augilit [(Al2(OH3)/(PO4)].
b. Berdasarkan Letak Depositnya
Selain kelima jenis deposit bauksit tersebut, maka berdasar letak depositnya,
deposit bauksit dapat dibedakan menjadi empat tipe,yaitu:
1. Deposit bauksit residual
Diasosiasikan dengan kemiringan lereng yang menengah sampai hampir datar
pada batuan nefelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya lebih dari 5 dan
batasan yang umum adalah 25. Pada batua nefelin syenit bagian bawah bertekstur
granitik. Zona di atasnya menunjukkan vermikuler, pisolitik dan tekstur konkresi
lainnya. Di bawah zona konkresi adalah zona pelindian dengan dasar fragmen
lempung kaolinit. Walaupun dasar zona pelindian ini melengkung, tidak dapat

menghilangkan tekstur granitis. Kaolinit nefelin syenit dipisahkan dengan bauksit


bertekstur granitis oleh kaolinit yang kompak dan kasar.
2. Deposit bauksit koluvial
Diselubungi oleh kaolinit,nefelin,syenit. Deposit ini terletak di bawah
lempung dan termasuk swamp bauxite dengan tekstur pisolitik dan oolitik yang asih
terlihat jelas serta berada di daerah lembah. Di bagian atas deposit, kaollinit terus
berkembang, dapat memotong secar mendatar atau menggantikan matriks yang tebal
dari tekstur pisolitik. Di beberapa tempat, lapisan lignit yang mendatangkan lempung
dapat pula memotong badan bijih bauksit sehingga bauksit tersebut menjadi alas dari
lapisan lignit ini.
3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
Dapat berupa perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang bertekstur
pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur runtuhan dari tipe deposit
bauksit koluvial.
4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan konglomerat
kasar, terutama dari lempung karbonat dan pasir.
Bauksit yang terdapat di daerah penelitian termasuk jenis residual deposit bauksit
atau dikenal dengan laterit bauksit. Laterit bauksit banyak terdapat di daerah tropis yang
merupakan hasil pelapukan dari batuan yang berkomposisi alumina tinggi. Bauksit di
daerah penelitian mengandung komponen utama Al2O3,Fe2O3, SiO2 dan TiO2. Disamping
keempat komponen utama tersebut, terdapat komponen K,Na,Ca,Mg,P,S dalam jumlah
yang sangat kecil.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang memungkinkan
pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar
alumunium nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan tidak atau sedikit mengandung kuarsa
(SiO2) bebas atau tidak mengandung sama sekali. Bentuknya menyerupai cellular atau
tanah liat dan kadang-kadang berstruktur pisolitic. Secara makroskopis bauksit berbentuk
amorf. Kekerasan bauksit berkisar antara 1 3 skala Mohs dan berat jenis berkisar antara
2,5 2,6.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara
optimum adalah :
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara
lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate,
kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami
pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral mineral alkali,
sedangkan mineral mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat
dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida
alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus
4

dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan
endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama
dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya
proses laterisasi.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara
optimum adalah :
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya
alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
C. Mineral Komersial
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan
susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan
mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45
65%, SiO2 1 12%, Fe2O3 2 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan
pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al
nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak
mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari
batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami
proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di
kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan,
Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan.
D. Karakteristik Endapan
Adapun mineral yang merupakan sumber aluminium hanyalah bauksit
(Al2O3.nH2O).Di Indonesia bijih aluminium (bauksit) terdapat di pulau bintan Riau dan
Kalimantan Barat. Bauksit (Al2O3.2H2O) bersistem octahedral terdiri dari 35 65 %
Al2O3 , 2 10 % SiO2, 2 - 20 % Fe 2O3, 1 - 3 % TiO2 dan 10 - 30 % air. Sebagai bijih
alumina, bauksit mengandung sedikitnya 35 % Al2O3, 5 % SiO2, 6 % Fe2O3, dan 3 %
TiO2. Sebagai mineral industri % silica kurang penting, tetapi besi dan titanium oksida
tidak lebih dari 3 %. Sebagai abrasive diperlukan silika dan besi oksida lebih dari 6 %.
Merupakan suatu campuran bahan-bahan yang kaya akan hidrat oksida aluminium, dan
bahan-bahan tersebut dapt diambil logam aluminium secara ekinomis.
Bauxite adalah batuan sedimen, sehingga tidak memiliki rumus kimia yang tepat.
Pembentukan bauxites laterit terjadi di seluruh dunia di 145 - 2-juta-tahun yang lalu yaitu
di pesisir Kapur dan Tersier; Endapan bauxites berbentuk sabuk memanjang, kadangkadang panjangnya mencapai ratusan kilometer, sejajar dengan garis pantai Tersier
5

Bawah di India dan Amerika Selatan; distribusi mereka tidak terkait dengan komposisi
mineralogi tertentu dari batuan induknya.Bijih bauksit merupakan mineral oksida yang
sumber utamanya adalah:
1. Al2O3.3H2O, Gibbsit yang sifatnya mudah larut
2. Al2O3.3H2O, Bohmit yang sifarnya susah larut dan Diaspore yang tidak larut.
Hal ini terutama terdiri dari mineral alumina yang terhidrasi seperti gibsit
Al(OH)3 atau Al2O3. 3H2O)] dalam deposit (endapan) tropis yang lebih baru, atau
keadaan subtropis, endapan bauksit memiliki mineral utama boehmite -AlO(OH) atau
Al2O3.H20] dan beberapa-diaspore -AlO(OH) atau Al2O3.H20]. Komposisi kimia ratarata bauksit, berat, adalah 45 sampai 60% Al2O3 dan 20 sampai 30% Fe2O3. Berat
sisanya terdiri dari silika (kuarsa, kalsedon dan kaolinit, karbonat (kalsit dan magnesit
dolomit, titanium dioksida dan air).
E. Penambangan
Metoda penambangan bauksit dilakukan dengan metoda tambang terbuka sistem
open pit dimana open pit ini diterapkan untuk endapan bijih yang mengandung logam.
Open pit dan open cut dapat dibedakan dari arah penambangannya, penambangan dengan
metoda open pit dilakukan dari permukaan yang relatif mendatar ke bawah mengikuti
endapan bijih, sedangkan open cut dilakukan pada lereng suatu bukit. Jadi penerapan
open pit dan open cut sangat tergantung pada letak dan bentuk endapan bijih yang akan
ditambang.
Dalam sistem penambangan dibatasi oleh beberapa faktor faktor kendala antara
lain :
1.

Faktor teknik ekonomi yang diwujudkan dalam usaha mendapatkan perolehan


tambang semaksimal mungkin dengan biaya yang sekecil mungkin.

2.

Faktor keamanan dan keselamatan kerja yang diwujudkan dalam usaha memperkecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan kegiatan penambangan

3.

Faktor keserasian lingkungan hidup yang diwujudkan dalam usaha mencegah


terjadinya perusakan alam, serta pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
penambangan
Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan penambangan endapan bauksit adalah
menggunakan metoda tambang terbuka (surface mining) sebab kita dapat ketahui bahwa
endapan bauksit berada di permukaan dengan over burden yang tidak terlalu dalam
pengupasannya.

Gambar. Proses Pengggalian Bauksit pada Penambangan Open Pit


a. Pengupasan Tanah Penutup (Land Clearing)
Pengupasan tanah penutup merupakan langkah awal dimana proses penambangan
endapan bahan tambang akan dilakukan, kegiatan ini dimulai dari pembersihan tempat
kerja dari semak semak, pohon pohon besar dan kecil, kemudian membuang tanah
atau batuan yang menghalangi pekerjaan pekerjaan selanjutnya. Setelah pekerjaan di
atas selesai selanjutnya dilakukan pekerjaan pembabatan atau penebasan yang meliputi ;
meratakan, membuat jalan darurat untuk lewatnya alat-alat mekanis. Dalam pekerjaan ini
yang harus selalu diperhatikan ialah mempergunakan keuntungan dari gaya berat.

Gambar. Proses Pengupasan Tanah Penutup dengan Ripper


Proses pengupasan tanah penutup dilakukan untuk menghilangkan material yang
menutupi endapan bauksit yang akan ditambang agar dihasilkan endapan bauksit dengan
kadar yang lebih tinggi, dan menghilangkan serta mengurangi pengotor pada saat
dilakukan pencucian.
b. Penggalian dan Pemuatan (Excavation and Loading)
Penggalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membongkar dan
melepaskan endapan bahan tambang dari batuan induknya atau batuan samping.
Beberapa alat gali yang dapat digunakan dalam penggalian yaitu Power Shovel, Back
Hoe, dan lain lain. Setelah penggalian dilakukan maka material atau bahan tambang
yang telah ditambang dimuat.
7

Untuk material yang tidak tertentu keras, kegiatan pembongkaran dilakukan


dengan menggunakan ripper. Alat ini pada hakekatnya sebuah bajak yang gigi giginya
terbuat dari baja yang keras. Sehingga kepadanya dapat diberikan tekanan yang cukup
besar untuk lebih memaksakannya ke dalam tanah / batuan.
Untuk menghitung produksi ripper, perhitungan yang digunakan adalah dengan
cross section, yang dapat menentukan volume pekerjaan ripping ini, kemudian
mencatat waktu yang diperlukan, setelah pekerjaan ripping selesai. Volume ripping
dibagi dengan waktu ripping adalah produksi ripping.

Gambar. Aktivitas Pemuatan Bijih Bauksit


Pemuatan (Loading) adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
mengambil dan memuat material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Material
hasil pembongkaran tersebar di lantai jenjang dan dikumpulkan dengan alat wheel loader
agar dapat dimuat. Dalam pemilihan alat muat yang digunakan harus sesuai dengan
beberapa faktor diantaranya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
c.

Kapasitas alat angkut


Besar produksi yang diiginkan
Keadaan lapangan
Jenis material atau batuan
Keterampilan Operator
Iklim atau cuaca

Pengangkutan (Hauling)
Material hasil pembongkaran yang telah dimuat kembali diangkut ke lokasi
pengolahan (Crushing Plant) untuk dimasukkan ke mesin penghancur. Operator
pengangkutan material produktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
8

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kondisi jalan dari tempat penambangan ke Crushing Plant


Jarak angkut dari lokasi penambangan
Digging Resistance
Waktu Edar alat angkut
Waktu Kerja efektif pengangkutan
Produksi alat angkut
Jumlah alat angkut

Proses pengangkutan dilakukan untuk pemindahan material dari lokasi


penggalian atau front penambangan ke lokasi penampungan sementara dimana nanti
selanjutnya akan dilakukan pencucian pada proses pengolahan bauksit itu sendiri. Proses
pengangkutan ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa macam alat angkut
seperti dump truck, lori, belt conveyor, dll. Pada penambangan bauksit alat angkut yang
digunakan yaitu dump truck dengan berbagai macam ukuran dan kemampuan muatnya.

Gambar. 8. Aktivitas Hauling Material

Gambar. 9. Lokasi Penampungan Bauksit Hasil Penambangan


9

F. Pengolahan
Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali dengan
land clearing. Setelah pohon dan semak dipindahkan dengan bulldozer, dengan alat yang
sama diadakan pengupasan tanah penutup. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan
shovelloader yang sekaligus memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump truck untuk
diangkut ke instalansi pencucian.
Bijih bauksit dari tambang dilakukan pencucian dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan bijih bauksit tersebut
dari unsur lain yang tidak diinginkan, missal kuarsa, lempung dan pengotor lainnya.
Partikel yang halus ini dapat dibebaskan dari yang besar melalui pancaran air (water jet)
yang kemudian dibebaskan melalui penyaringan (screening). Disamping itu sekaligus
melakukan proses pemecahan (size reduction) dengan menggunakan jaw crusher.
Cara-cara Leaching :
1. Cara Asam (H2SO4)
Hanya dilakukan untuk pembuatan Al2(SO4)3 untuk proses pengolahan air minum
dan pabrik kertas.
Reaksi dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur sampai 180 C (Autoclaving)
KalsinasiCocok untuk lowgrade Al2O3 tetapi high SiO2 yang tidak cocok
dikerjakan dengan cara basa.
Hasil Basic-Al-Sulfat dikalsinansi menjadi Al2O3, kelemahan cara ini adalah
Fe2O3 ikut larut.
2. Cara Basa (NaOH), Proses Bayers (Th 1888)
Ada 2 macam produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu Smelter Grade Alumina
(SGA) dan Chemical Grade Alumina (CGA). 90% pengolahan bijih bauksit di dunia
ini dilakukan untuk menghasilkan Smelter Grade Alumina yang bisa dilanjutkan
untuk menghasilkan Al murni.
Reaksi Pelindian:
Mineral Bijih: Al2O33H2O + 2 NaOH = Na2OAl2O3 + 4 H2O (T =140 C, P= 60
psi)
Impurities:
SiO2 + 2 NaOH = Na2OSiO2 + H2O (Silika yang bereaksi adalah silika reaktif)
2(Na2OSiO2) + Na2OAl2O3+2H2O = Na2OAl2O3SiO2 (Tidak larut) + 4 NaOH
Dalam proses ini dibatasi jumlah silika reaktifnya karena sangat mengganggu dengan
menghasilkan doubel Na-Al-Silikat yang mempunyai sifat tidak larut. Fe2O3 dan
TiO2 tidak bereaksi dengan NaOH dan tetap dalam residu (Red Mud), sedangkan
V2O5, Cr2O3, Ga2O3 larut sebagai by product.
- Reaksi Presipitasi:
Dilakukan dengan memanfaatkan hidrolisa karena pendinginan T=60-65 C sampai
38-43 C, t = 100 jam
Na2O33H2O + 4 H2o = Al2O33H2O(s) + 2 NaOH
- Kalsinasi:

10

Al2O33H2O
3.

Al2O3(pure)

H2O(g)

(T=1200

C)

Cara Sintering dengan Na2CO3 (Deville-Pechiney)


Sintering dilakukan dalam Rotary Kiln 1000 C selama 2-4 jam, cocok untuk bijih
dengan high Fe2O3 dan SiO2.
Reaksi-reaksi:
Al2O3 + Na2CO3 = NaAlO2 + CO2(g)
Fe2O3 + Na2CO3 = Na2OFe2O3 + CO2(g)
TiO2 + Na2CO3 = Na2OTiO2 + CO2(g)
SiO2 + Na2CO3 = Na2OSiO2 + CO2(g)

4.

Dengan proses elektolisa


Bahan utamanya adalah bauksit yang mengandung aluminium oksida. pada
katoda terjadi reaksi reduksi, ion aluminium (yang terikat dalam aluminium oksida)
menerima electron menjadi atom aluminium,
4 Al(3+) + 12 e(1-) > 4 Al
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida melepaskan elektron
menghasilkan gas oksigen.
6 O(2-) > 3 O2 + 12 e(1-)
logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar melalui saluran yang telah
disediakan
G. Syarat Penjualan
Syarat IUP Bauksit Agar Dapat Dispensasi Ekspor
1
Pemegang IUP sudah mempunyai sertifikat CnC
2
Memiliki cadangan mineral yang mencukupi
3
Sudah memiliki izin lokasi areal industri dari pemerintah daerah setempat
4
Sudah melakukan pembebasan lahan untuk lokasi industri
5
Memenuhi kriteria penilaian verifikasi dari Kementrian ESDM minimal
mencapai 20%
6
Nilai investasi pembangunan smelter minimum US$ 200 juta
7
Sudah melakukan setoran modal sebesar 10% dari nilai investasi
8
Bauksit olahan yang dapat dijual ke luar negeri dengan batasan minimum
Al2O3 lebih dari atau sama dengan 45%
9
Besarnya kuota penjualan ke luar per tahun disesuaikan dengan besarnya
kebutuhan bahan baku smelter alumina yang akan dibangun
10
Evaluasi progres pembangunan smelter alumina dilakukan tiap bulan

H. Manfaat
Utamanya biji bauksit akan di lelehkan dan kemudian di olah untuk menjadi
alumunium. Proses tersebut memakan proses yang panjang dan memerlukan tenaga
listrik yang banyak sekali. Sejauh ini Negara yang memproses pengolahan bauksit
menjadi alumunium adalah Australia. Negeri kanguru tersebut menjadi produsen bauksit
dan alumina terbesar di dunia.
11

Sejauh ini Negara tujuan yang membutuhkan alumunium dari Australia adalah
Negara-negara asia seperti jepang dan termasuk Indonesia. Cukup ironi memang,
mengingat kita memiliki bahan biji bauksit namun kita tidak mampu mengolahnya
dengan optimal untuk di jadikan alumunium. Sifat yang dimiliki alumunium sangat khas
yaitu mampu mengahantar panas dengan efisien.

Pemanfaatan Untuk Pembuatan Peralatan Sehari-Hari


Dari alumunium tersebut akan di buat berbagai perlatan yang dibutuhkan manusia
sehari-harinya seperti.
1.

Bahan utama pembuatan wajan

2.

Pembuatan lapisan luar panci

3.

bahan paling luar pada kaleng makanan


Pemanfaatan Untuk Industri
Selain tu sifat yang dimiliki alumunium adalah memiliki berat yang ringan namun
memiliki kerapatan yang cukup baik, secara kekuatan juga besar. Sehingga di gunakan
untuk pembuatan teknologi di zaman modern ini, seperti.

4.

Pembuatan badan pesawat terbang

5.

Pembuatan atap sebuah pabrik atau rumah.


Pemanfaatan di Berbagai Keperluan Lainnya
Selain pemanfaat utama untuk dijadikan alumunium, bauksit juga memiliki
banyak kegunaan untuk industry lainnya. Biji bauksit bisa di ubah menjadi sesuatu yang
selama ini ada di sekitar kita, seperti:

6.

Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi


7. Dijadikan bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada mesin
fotokopi.

8.

Di Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan pita kaset

9.

Bahan dasar pembuatan keramik

10.

Kandungan alumina pada bauksit juga di jadikan penyannga katalis pada proses
penambangan lain untuk menghilangkan kotoran pada hasil tambang seperti minyak
bumi, nitrogen, dan sulfur.

I. Tempat Terdapat
12

Bauksit mudah di temukan di daerah-daerah tropis yang dekat dengan garis


khatulistiwa. Di Indonesia sendiri, potensi dan cadangan dari endapan bauksit ini cukup
melimpah. Terdapat di Sumatra Utara kota Pinang, di Riau terdapat di pulau bulan dan
pulau bintan, untuk daerah Kalimantan Barat terdapat di Sandai, tayang Mebukung, balai
berkuah, Pantus, Kndawangan, Munggu besar, terakhir di propinsi Bangka Belitung bisa
di temui di daerah Sigembir. Namun sampai saat ini proses penambangan bauksit di
Pulau Bintan merupakan satu-satunya penambangan yang terbesar di Indonesia. Berikut
data statistik dari Pusat Sumber Daya Geologi tentang keterdapatan cadangan bauksit di
Indonesia.

13

Tabel. Sumber Daya Dan Cadangan Bauksit Indonesia (Ton)


Sumber daya
No
1

Lokasi
P. Bintan, Bebek, Searang

Kabupaten
Bintan

(Bintan Barat)
P. Bintan, T. Merah, B. Abu,

Bintan

3
4
5
6

B. Bayur-Bintan Utara
Wacopek
Air Mas II
Sigembir, P. Bangka
Sei Raya

Bintan
Lingga
Bangka
Bengkayang dan

Landak

Singkawang
Landak

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Mempawah
Mempawah Hulu
Balai Berkuak
Kendawangan
Sandai
Simpang Dua
Tanah Merah
Air Upas
Munggu Pasir
Pantas
Taraju

Pontianak
Landak
Ketapang
Ketapang
Ketapang
Ketapang
Ketapang
Ketapang
Sanggau
Sanggau
Sanggau

19
20
21
22
23

Gn. Tuba
Tayan Menukung
Subah
Senaning
Mentaya Hulu

Sanggau
Sanggau
Sanggau
Sintang
Kotawaringin Timur

Propinsi
Kepulauan Riau

Bijih

Cadangan

Logam

Bijih

Logam

19.243.757,00

9.929.778,61

79.956.605,00

40.178.735,94

8.500.000,00
1.643.147,00
-

4.411.500,00

2.200.000,00
3.100.000,00
2.199.858,00

1.133.000,00
852.500,00
10.99.930,00

75.200.000,00

32.442.000,00

23.500.000,00
10.600.000,00
25.000.000,00
5.900.000,00
95.541.397,00
136.200.000,00
11.500.000,00
58.200.000,00
10.500.000
30.330.000,00

10.379.500,00
4.611.000,00
9.975.000,00
1.852.600,00
29.713.374,47
52.573.200,00
5.801.750,00
25.864.080,00
4.319.740,00
-

71.903.546,00
53.900.000,00
-

22.534.571,32
24.851.400,00
-

Kalimantan Tengah

17.270.000,00
76.057.500,00
13.200.000,00

8.866.418,00
39.663.986,00
5.719.560,00

51.800.000,00
53.500.000,00
41.790.528,00

24.777.600,00
25.810.000,00
-

700.342.407,00

240.898.678,00

280.393.932,00

100.959.000,32

Bangka Belitung
Kalimantan Barat

Jumlah

Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, 2013


14

J. Data Statistik Pengelolaan


Karena Indonesia tidak memiliki fasilitas pengolahan bauksit sama sekali, maka seluruh
produksi bauksit diekspor. Pada tahun 2004 ekspor bauksit masih 1 juta ton. Hanya
membutuhkan waktu enam tahun ekspor bauksit meningkat 27 kali lipat menjadi 27 juta ton
pada tahun 2010. Setahun kemudian tahun 2011 melonjak lagi menjadi 40 juta ton. Tahun
2013 ekspor bauksit diperkirakan sudah menembus 50 juta ton, mengingat realisasi ekspor
Januari-Oktober sudah mencapai 46 juta ton.

Gambar. Grafik Ekspor Bauksit Indonesia

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 memberi amanat kepada seluruh perusahaan


untuk siap-siap mendirikan pabrik pengolahan dan pemurnian pada tahun 2014, namun selama
masa 5 tahun toleransi hingga tenggat larangan ekspor tambang mentah 12 Januari 2014 malah
dimanfaatkan oleh para pengusaha tambang mineral untuk mengeruk habis- habisan sumber
daya dan cadangan mineralnya. Seharusnya sejak 2009 pemerintah sudah mulai menerapkan
pajak (bea keluar) progresif untuk meredam pengurasan luar biasa atas kekayaan alam kita.
Penerapan pajak progresif baru dikeluarkan awal Januari 2014. Pemerintah pun belum siap
untuk mempercepat pembangunan fasilitas pengolahan atau smelter. pelabuhan belum
disiapkan, jalan-jalan belum dibangun, demikian juga fasilitas pembangkit listrik belum siap
untuk mendukung pabrik pengolahan dan pemurnian mineral tersebut, ditambah lagi
pemerintah meluncurkan program baru dengan diluncurkan MP3EI, padahal program
pengolahan dan pemurnian mineral pun belum siap.

15

Gambar 2.1 Pohon industri (mata rantai) industri bauksit -alumina


Sumber : Kementerian Perindustrian, 2013

16

K. Prediksi, Konsumsi, dan Proyeksi Masa Depan


Industri utama pengguna atau konsumen bauksit adalah industri alumina dan
industri aluminium. (BPS Industri Besar dan Sedang, 2008-2013). Produk-produk dari
aluminium banyak digunakan oleh industri transportasi, otomotip, industri kereta api, pesawat
terbang dan seluruh suku cadang pada otomotif dan pesawat terbang (25%); industri
konstruksi, bahan bangunan, dinding rumah dan pintu berbahan aluminium, jembatan, industri
pipa irigasi, gedung-gedung dan sektor properti (22%); industri kontainer dan industri
pengepakan (21%); industri peralatan rumah tangga atau kebutuhan domestik termasuk
peralatan dan kaleng untuk kebutuhan makanan dan minuman (2%), industri engineering
termasuk didalamnya industri elektronik, industri listrik, refraktori, industri gelas keramik,
industri bahan penggosok, industri kimia, industri komunikasi (13%), industri lainnya
termasuk industri alat-alat pertanian, industri metalurgi kimia, industri alat pemanas atau
ventilasi (16%).

Gambar. Industri pengguna Alumunium


Sumber : Industri besar dan sedang, BPS 2013.

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT. Bukit Merah Indah adalah sebuah perusahaan pertambangan yang bergerak dalam
bidang tambang bauksit. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 2007 untuk mulai
mengeksploitasi bauksit. PT. Bukit Merah Indah ini terletak di Pulau Kas, Pulau Beneh,
Kecamatan Durai, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.
Kemudian Sumber daya dan cadangan mineral bauksit yang dimiliki Indonesia sangat
besar, bauksit sumber daya sebesar 941.241.085,02 ton serta cadangan sebesar
381.352.932,00 ton. (Pusat Sumber Daya Geologi tahun, 2013). Namun besarnya sumber
daya dan cadangan mineral yang dimiliki Indonesia, tidak memberikan manfaat yang
signifikan bagi perekonomian nasional, maupun bagi perekonomian daerah.
Jumlah ekspor bauksit mentah pada tahun 2007 sebesar 17.031.809 ton, nilai
ekspor yang diperoleh sebesar US$ 545.017.888, harga rata-rata sebesar US$ 32,12 per ton.
Sementara impor alumina hanya 514.180 ton dengan nilai impor sebesar US$ 625.191.462,
mencapai harga US$ 1.215 per ton.
Pada tahun 2012, jumlah ekspor bauksit mentah meningkat sangat besar
mencapai 29.688.890 ton, nilai ekspor yang diperoleh sebesar US$ 948.889.000 dengan harga
ekspor rata-rata sebesar US$ 32,00 per ton. Sementara impor alumina mencapai 1.000.715 ton
dengan nilai impor US$ 1.281.852.300, dengan harga US$ 1.280 per ton.

18

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Konsumsi Bauksit Pada Industi di Indonesia. Jakarta : BPS.
Dianjiwa, Vicharius. 2014. Asosiasi Bauksit Susun Syarat Ekspor Mineral. [online] :
http://www.tambang.co.id/asosiasi-bauksit-susun-syarat-ekspor-mineral-2239/.
Diakses pada 10 Oktober 2016.
Eva. 2016. Bauksit. [online] : http://www.slideshare.net/085753889956/batu-bauksit?
from_action=save. Diakses pada 10 Oktober 2016.
Kementrian
ESDM.
2005.
Bauksit.
[online]
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Bauksit/ulasan.asp?
xdir=Bauksit&commId=6&comm=Bauksit. Diakses pada 10 Oktober 2016.
Negoro, Adi. 2011. Teknologi Penambangan Endapan Bauksit. [online]
http://adinegoromining.blogspot.co.id/2011/05/teknologi-penambangan-endapanbauksit.html. Diakses pada 10 Oktober 2016.

Pusat Sumber Daya Geologi. 2013. Jumlah Cadangan Bauksit di Indonesia. Jakarta : PSDG.
Sudarmi. 2008. Mineralogi dan Petrologi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai