Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat ini psikotropika sudah menjadi barang yang biasa ada didalam masyarakat, sudah
tidak menjadi barang yang aneh lagi, bayangkan saja disetiap berita televisi selalu ada
berita tentang narkoba . Peredaran psikotropika saat ini sudah bisa mencapai daerah
yang terpelosok sekalipun, dan mulai dari kalangan strata bawah samapai yang paling
atas juga ikut menyalahgunakan psikotropika. Psikotropika sebenarnya digunakan
didalam bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan.
Saat ini sudah ada peraturan yang mengatur tentang penyalahgunaan psikotropika,
tetapi masih banyak juga kasus yang tidak tersentuh oleh peraturan tersebut. Karena
jaringan narkotika ini cukup besar wilayahnya, tidak hanya didalam negeri saja, kasus
penyelahgunaan obat ini sudah melibatkan jaringan internasional dan sudah masuk
kedalam kategori pidana khusus.

1.2 Rumusan masalah


Beberapa pokok masalah atau permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan psikotropika.
2. Undang-undang tentang psikotropika
3. Bagaimana peraturan yang mengatur tentang penyalahgunaan psikotropika.

1.3 Tujuan penulisan


Makalah ini dibuat agar dapat memberikan informasi tentang apa itu psikotropika, dan
bagaimana psikotropika berkembang di Indonesia, dan apa saja peraturan yang
mengatur tentang penyalahgunaan psikotropika.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku

2.2 Undang-undang
Narkotika, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (UU
35/2009), adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(UU 5/1997), pengertian psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
UU 35/2009 hanya menggantikan UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, atau juga
menggantikan UU 5/1997. Mengenai hal itu, dapat merujuk pada ketentuan Pasal 153 UU
35/2009 yang menyebutkan bahwa:
Dengan berlakunya Undang-Undang ini:
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3698); dan
b. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2

1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997


Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671)
yang telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I menurut UndangUndang ini,dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan ketentuan Pasal 153 UU 35/2009 tersebut, dapat diketahui bahwa UU
35/2009 mencabut UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, dan tidak mencabut UU 5/1997.
Akan tetapi, Lampiran UU 5/1997 mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II
telah dicabut, karena telah ditetapkan sebagai Narkotika Golongan I dalam UU 35/2009.

2.3 Golongan psikotropika


Psikotropika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 4
golongan, yaitu:
Golongan I, psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contoh: ekstasi (MDMA= 3,4-methylenedeoxy methamfetamine), LSD
(lysergic acid diethylamid)
Golongan II, psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan dapat digunakan dalam terapi
dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contoh: amfetamin, metamfetamin (sabu), dan fenetilin.
Golongan III, psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan banyak digunakan dalam
terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi sedang mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contoh: amorbarbital, brupornorfina, dan magadon (sering
disalahgunakan).
Golongan IV, psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam psikotropika, tetapi
tidak semua psikotropika menimbulkan ketergantungan. Contoh: diazepam, nitrazepam,
3

lexotan (sering disalahgunakan), pil koplo (sering disalahgunakan), obat penenang


(sedativa), dan obat tidur (hipnotika).

Berdasarkan fungsi
Berdasarkan fungsi nya obat psikotropika dibedakan menjadi tiga yaitu obat stimulan, obat
depresan, dan obat halusinogen:
Obat stimulan ( obat perangsang )
Obat stimulan adalah obat yang merangsang system saraf sehingga orang yang
merasakan lebih percaya diri dan selalu waspada. Jenis stimulant yang popular di kalangan
masyarakat adalah caffeine yang terdapat dalam minuman kopi dan teh. Stimulant dapat
menimbulkan rangsangan, meningkatkan kegiatan dan kemampuan, menghilangkan rasa kantuk
dan menghilangkan rasa lelah, sehingga dapat bekerja lebih lama. Adapun stimulant yang sering
disalah gunakan adalah amphetamine, dexa amphetamine, methamphetamine, phen-metrazenine,
dan ekstasi.
Ekstasi tergolong recreational drug. Disebut demikian karena ekstasi banyak digunakan
dalam pesta atau tempat-tempat hiburan, seperti diskotik, bar, dan karaoke. Ekstasi mempunyai
efek yang berbeda pada setiap pengguna. Pada seseorang secara ekstrim dapat merangsang
paranoia, yaitu kelainan jiwa yang terutama ditandai dengan berkembangnya hasrat atau
kecurigaan yang teratur, merasa dirinya seolah-olah dikejar-kejar atau ditindas. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan penggunanya mudah tersinggung.
Kematian pada pengguna ekstasi dapat disebabkan karena suhu tubuh tidak terkontrol
dan dehidrasi, yaitu berupa kehilangan air dari tubuh atau jaringan. Efek lainnya karena ekstasi
bekerja pada pusat susunan syaraf, maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan otak, Efek yang
dapat ditimbulkan oleh ekstasi dapat berupa efek psikologi dan efek fisik. contoh obat ini adalah,
kafein nikotin dan kokain
Obat depresan ( obat penenang )
Obat depresan adalah obat yang dapat menekan system saraf sehingga pemakainya
merasa tenang, ngantuk dan tingkat kesadarannya turun. Contoh golongan obat tidur, salah

satunya adalah barbiturate, antara lain luminal, Phenobarbital, membutal, seconal, mogadan,
mandrax, rohypnol, optalidol, dan cosadon. Contoh golongan obat penenang, misalnya valium.

Obat halusinogen
Obat halusinogen adalah golongan obat-obatan yang bekerja langsung terhadap system
syaraf pusat dan mempunyai efek yang dapat menyebabkan halusinasi.
a. Hayalan indah, yaitu suatu keadaan dimana yang bersangkutan akan mengalami keadaan yang
dirasakannya indah, menyenangkan, dan bahagia.
b. Hayalan buruk, yaitu suatu keadaan dimana yang bersangkutan akan mengalami keadaan yang
dirasakan mengerikan atau menakutkan.
Keadaan tersebut dapat terjadi tergantung pada situasi dan kondisi kejiwaan si
penyalahguna. Jika yang bersangkutan pada saat penggunaan dalam keadaan senang dan bahagia
maka halusinasi yang akan dirasakan berupa keindahan. Sebaliknya, jika pada saat
menyalagunakan dalam keadaan ruwet, bingung, dan sedih maka halusinasi yang muncul adalah
halusinasi yang berupa hal-hal yang menakutkan dan menyeramkan.

2.4 Macam Macam Psikotropika


Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam psikotropika, tetapi tidak semua
psikotropika menimbulkan ketergantungan. Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini
sudah meluas di dunia.
LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD merupakan zat psikotropika yang dapat menimbulkan halusinasi (persepsi semu
mengenai sesuatu benda yang sebenarnya tidak ada). Zat ini dipakai untuk membantu
pengobatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa atau sakit ingatan. Zat ini bekerja
dengan cara membuat otot-otot yang semula tegang menjadi rileks. Penyalahgunaan zat ini
biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menderita frustasi dan ketegangan jiwa.
Amfetamin

Kita seringkali mendengar pemberitaan di media massa mengenai penjualan barangbarang terlarang, seperti ekstasi dan shabu. Ekstasi dan shabu adalah hasil sintesis dari zat kimia
yang disebut amfetamin. Jadi, zat psikotropika, seperti ekstasi dan shabu tidak diperoleh dari
tanaman melainkan hasil sintesis. Pemakaian zat-zat tersebut akan menimbulkan gejala-gejala
berikut: siaga, percaya diri, euphoria (perasaan gembira berlebihan), banyak bicara, tidak mudah
lelah, tidak nafsu makan, berdebar-debar, tekanan darah menurun, dan napas cepat. Jika
overdosis akan menimbulkan gejala-gejala: jantung berdebar-debar, panik, mengamuk, paranoid
(curiga berlebihan), tekanan darah naik, pendarahan otak, suhu tubuh tinggi, kejang, kerusakan
pada ujung-ujung saraf, dan dapat mengakibatkan kematian. Jika sudah kecanduan, kemudian
dihentikan akan menimbulkan gejala putus obat sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan,
depresi, dan mudah tersinggung.
Senyawa ini memiliki nama kimia methylphenethylamine merupakan suatu senyawa
yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity
disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang
mengakibatkan jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan
serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan
diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan
mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur.
Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan. Misalnya,
komunikasi berubah menjadi perampasan, dan pidato mendalam patologis, dll Beroperasi klinis,
efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki waktu paruh lebih
panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10 15 jam) dan durasi yang
memberikan efek euforianya 4 8 kali lebih lama dibandingkan kokain.
Ketika Anda berhenti minum obat ini, permintaan Anda untuk makanan dan tidur muncul
lagi. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi reserve powers yang
ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh
memberikan signal bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi. Berdasarkan ICD10(The International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems),
kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam
golongan F15. Amfetamin menyebabkan ketergantungan psikologis.

Efek jangka pendek dari amfetamin:

Meningkatkan suhu tubuh

Kerusakan sistem kardiovaskular

Paranoia

Meningkatkan denyut jantung

Meningkatkan tekanan darah

Menjadi hiperaktif

Mengurangi rasa kantuk

Menurunkan nafsu makan

Euforia

Mulut kering

Dilatasi pupil

Mual

Sakit kepala

Perubahan perilaku seksual

Tremor
Penyalahgunaan amfetamin dalam kurun waktu yang cukup lama atau dengan dosis yang tinggi
dapat mengakibatkan timbul banyak masalah diantaranya:

Psychosis (pikiran menjadi tidak nyata, jauh dari realitas)

Kelainan psikologis dan tingkah laku

Pusing-pusing

Perubahan mood atau mental

Kesulitan bernapas

Kekurangan nutrisi
7

Gangguan jiwa
Efek pada sistem saraf pusat: dalam keadaan keracunan akut, pengguna amfetamin pada

umumnya merasakan euforia, keresahan, agitasi, dan cemas berlebihan. Kira-kira 5 12%
pengguna mengalami halusinasi, keinginan untuk bunuh diri, dan kebingungan. Sebanyak 3%
pengguna amfetamin mengalami kejang-kejang.

Ekstasi
Ekstasi adalah salah satu obat bius yang di buat secara ilegal di sebuah laboratorium
dalam bentuk tablet atau kapsul. Ekstasi dapat membuat tubuh si pemakai memiliki energi yang
lebih dan juga bisa mengalami dehidrasi yang tinggi. Sehingga akibatnya dapat membuat tubuh
kita untuk terus bergerak. Beberapa orang yang mengkonsumsi ekstasi di temukan meninggal
karena terlalu banyak minum air dikarenakan rasa haus yang amat sangat.Tergolong jenis zat
psikotropika,

menimbulkan paranoia dan halusinasi.Ekstasi dikenal dengan sebutan inex, I,

kancing, dll. Sabu-sabu nama aslinya methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau
bumbu penyedap masakan. Jenisnya antara lain yaitu gold river, coconut dan kristal. Sekarang
ada yang berbentuk tablet.Obat ini dapat di temukan dalam bentuk kristal dan obat ini tidak
mempunyai warna maupaun bau, maka ia di sebut dengan kata lain yaitu Ice. Obat ini juga
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf.
Si pemakai shabu-shabu akan selalu bergantung pada obat bius itu dan akan terus
berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian.Shabu-shabu juga
di kenal dengan julukan lain seperti : Glass, Quartz, Hirropon, Ice Cream. Dikonsumsi dengan
cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang
lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang
didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada
waktu melewati air tersebut.
Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek
jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup.
Efek yang ditimbulkan :
8

- Menjadi bersemangat
- Gelisah dan tidak bisa diam
- Tidak bisa tidur
- Tidak bisa makan
- Jangka panjang: fungsi otak terganggu dan bisa berakhir dengan kegilaan.
- Paranoid
- Lever terganggu
Gejala pecandu yang putus obat:
- Cepat marah
- Tidak tenang
- Cepat lelah
- Tidak bersemangat/ingin tidur terus
Sabu-sabu
Metamfetamina (metilamfetamina atau desoksiefedrin), disingkat met, dan dikenal
di Indonesia sebagai sabu-sabu, adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik. Dipasarkan
untuk kasus parah gangguan hiperaktivitas kekurangan perhatian atau narkolepsi dengan nama
dagang Desoxyn, juga disalahgunakan sebagai narkotika. "Crystal meth" adalah bentuk kristal
yang dapat dihisap lewat pipa. Metamfetamina pertama dibuat
dari efedrina di Jepang pada 1893 oleh Nagai Nagayoshi.
Sabu murni berbentuk kristal putih. Ini merupakan golongan obat stimulan jenis
metamfetamin yang satu derivat turunan dengan amfetamin yang terkandung dalam pil ekstasi.
Banyak orang menggunakan zat ini untuk mendapatkan efek psikologis.
Efek yang paling diinginkan adalah perasaan euforia sampai ekstase (senang yang sangat
berlebihan). Obat ini juga menimbulkan efek meningkatnya kepercayaan diri, harga diri, dan
peningkatan libido.
Pemakai sabu bisa tampil penuh percaya diri tanpa ada perasaan malu sedikit pun dan
menjadi orang yang berbeda kepribadian dari sebelumnya.
Salah satu yang mungkin menarik banyak orang untuk memakai zat ini adalah pemakaian
zat ini tidak dibarengi dengan efek sedasi atau menurunnya kesadaran akibat zat tersebut. Tidak
9

seperti pemakai heroin atau ganja, pemakai sabu dapat membuat dirinya untuk tetap membuat
terjaga dan konsentrasi.
Selain efek yang menyenangkan di atas, sebenarnya sabu juga membuat timbulnya
gejala-gejala psikosomatik, paranoid, halusinasi, dan agresivitas. Kelebihan pemakaian obat ini
akan membuat orang menjadi mudah tersinggung dan berani berbuat sesuatu yang mengambil
risiko.
Jika melihat efeknya yang menyenangkan di atas, terutama berkaitan dengan percaya diri
tampil dan peningkatan keberanian, maka tidak heran banyak artis yang senang
menggunakannya. Dengan alasan ingin menambah proses kreatif, sabu pun terkadang digunakan.
Satu lagi alasan memakai sabu adalah membuat orang tidak ingin makan. Tidak heran,
zaman dulu obat golongan ini juga banyak digunakan untuk melakukan diet walaupun saat ini
sudah ditinggalkan karena efek ketergantungan dan kerusakan otak.
Efek terhadap fisik :
Pemakaian sabu, apalagi yang berlebihan, menyimpan potensi bahaya besar untuk
kesehatan fisik. Efek stimulan pada obat ini menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah
tubuh menjadi berlebihan. Peningkatan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, sangat
nyata pada penggunaan sabu.
Hal ini akan dibarengi tentunya dengan denyut jantung yang kencang. Tidak heran jika
jenis narkotika ini akan membawa dampak sangat berbahaya bagi penderita hipertensi atau darah
tinggi.
Sering kali juga didapatkan efek peningkatan suhu tubuh yang tinggi sehingga
menyebabkan demam luar biasa bagi penggunanya. Peningkatan suhu tubuh yang berlebihan
sangat berbahaya karena juga sangat memengaruhi otak dan dapat menimbulkan kejang.
Ketergantungan adalah pendapat yang sangat salah jika mengatakan pemakaian sabu
tidak membuat pemakainya ketergantungan. Pendapat yang salah tersebut mungkin karena
didasari pengalaman para pemakai yang tidak merasakan efek putus zat setelah pemakaian yang
hanya sesekali.
Pemakaian narkotika jenis sabu kebanyakan pada saat pesta atau clubbing yang biasanya
pada akhir pekan. Namun jangan salah, penggunaan sesekali ini pun bisa menimbulkan
kerusakan otak yang mengarah pada pemakaian yang terus-menerus dengan dosis yang semakin
tinggi.
10

Pemakaian sabu secara terus-menerus pada akhirnya akan menimbulkan efek putus zat
jika si orang tersebut sudah tidak memakai lagi. Apa yang terjadi jika si orang tersebut tidak
memakai lagi adalah efek kebalikan dari efek psikologis yang tadinya didapatkan.
Perasaan lelah berlebihan, kecemasan yang luar biasa, tidak merasa percaya diri, dan
terkadang ide paranoid yang muncul sampai gejala psikosis alias sakit jiwa berat.
Dampak Negatif Zat Psikotropika
Orang yang menggunakan obat psikotropika ajkan mengalami gangguan system saraf.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

Narkotika dapat menyebabkan rasa sakit dan membuat sensasi sehingga pemakaianya
merasa senang karena tidak terganggu masalah yang di hadapinya. Namun, penggunaan
yang berlebihan dapat menyebabkan kematian.

Kokain dapat diggunakan untuk pembiusan local. Kokain bersifat stimulan terhadap
sistem saraf sehingga dapat meningkatkan stamina dan mengurangi kelelahan. Namun
penggunan kokain hanya sementara biasanya diikuti dengan perasan tertekan dan takut
(depresi). Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan pingsan atau bahkan
kematian jika penggunaanya tiba-tiba dihentikan pecandu akan menderita penyakit
dengan tanda-tanda kejang-kejang, muntah, diare, berkeringat dan sukar tidur.

Morfin dapatmenghilangkan rasa sakit. Namun, morfin menyebabkan rasa kantuk dan
lesu, kebingunan, perasaan kebahagian yang berlebihan ( euforioa ), dan gangguan
system pernapasan.

Ekstasi dapat menimbulkan rasa segar dan penuh energi sehingga pemakaiannya merasa
mengantuk. Namun, pemakaiobat ini mengurangi keinginan untuk minum sehingga dapat
mengalami dehidrasi. Penggunaan dalam waktu lama menyebabkan kehilangan daya
ingat dan kemampuan menggerakan badan.

2.5 Efek pemakaian psikotropika

11

Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan
saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi
(mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan
ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan
pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan
ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun
psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.
Zat atau obat psikotropika berpotensi menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan
timbulnya halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat
menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi bagi pemakainya. Pemakaian
psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat
menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga
menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai.
Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa penyalahgunaan psikotropika merupakan
salah satu faktor resiko terhadap keinginan dan percobaan bunuh diri. Salah satunya adalah
penelitian yang dilaksanakan oleh Yee Tak Cheung. Penelitian tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan wawancara mendalam kepada para penyalahguna dan kemudian dilanjutkan
dengan analisis secara kuantitatif. Hasil penelitian tersebut mendukung temuan sebelumnya
bahwa penyalahgunaan psikotropika dapat memberi pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap berbagai ragam tingkatan perilaku bunuh diri. Perilaku bunuh diri yang
dialami oleh para penyalahguna psikotropika merupakan kombinasi antara efek dari pengaruh
psikotropika, permasalahan kehidupan pribadi, tekanan sosial yang dihadapi, serta permasalahan
psikologi penyalahguna.
Pengaruh penggunaan psikotropika dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Pengaruh jangka pendek

12

Pengaruh jangka pendek dari penyalahgunaan psikotropika meliputi:


a.Euphoria
b.Meningkatkan rasa percaya diri
c.Rasa penampilan lebih baik
d.Meningkatkan daya konsentrasi pikiran
e.Tidak cepat lelah
f.Banyak bicara
g.Hidung tersumbat
h.Nafas lebih cepat
i.Tekanan darah naik, jantung berdebar, detak jantung tidak teratur
j.Sakit kepala
2. pengaruh jangka panjang,
Pengaruh jangka panjang dampak penyalahgunaan psikotropika bila digunakan secara terus
menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan.
Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis karena terjadinya
kerusakan pada system syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati,
dan ginjal. Dampak penyalahgunaan psikotropika pada seseorang sangat tergantung pada jenis
psikotropika yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,
dampak kecanduan psikotropika dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang.
Dampak penyalagunaan psikotropika antara lain :
1. Dampak Fisik

13

- Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan


kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
- Gangguan pada jantung, dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah.
- Gangguan pada kulit, seperti penanahan, alergi, eksim.
- Gangguan pada paru-paru, seperti penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas,
pengerasan jaringan paru-paru.
- Sering sakit kepala, mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
- Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti penurunan
fungsi hormon reproduksi, serta gangguan fungsi seksual.
- Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode
menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorrhea.
- Penyalahgunaan psikotropika bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi
psikotropika melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis dapat berdampak pada
kematian.
2.Dampak Psikis
- Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
- Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
- Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal, dan tertekan
- Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
3.Dampak Sosial
- Gangguan mental, anti social dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
14

- Merepotkan dan menjadi beban keluarga


- Pendidikan terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis, dan social sangat berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa bila terjadi putus obat, dan dorongan psikologis berupa
keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan
dengan gejala social seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, dan
manipulasi.

2.6 Upaya pencegahan penyalahgunaan psikotropika


Kita semua harus berupaya untuk terhindar dari penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika. Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika memerlukan peran
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
b. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai ada anggota keluarga yang
terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Kalangan remaja ternyata merupakan
kelompok terbesar yang menyalahgunakan zat-zat tersebut. Oleh karena itu, setiap orang tua
memiliki tanggung jawab membimbing anakanaknya agar menjadi manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang akan menjadi perisai ampuh untuk membentengi
anak dari menyalahgunakan obat-obat terlarang dan pengaruh buruk yang mungkin datang dari
lingkungan di luar rumah.
c. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan pengetahuan setiap anggota
masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota
masyarakat perlu memberi informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan pengedar
narkoba di lingkungan tempat tinggal.
d. Peran Sekolah
Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada
para siswa tentang bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika bagi diri pribadi,
keluarga, dan orang lain. Selain itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa untuk melaporkan
15

pada pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar zat adiktif dan psikotropika di lingkungan
sekolah. Sekolah perlu memberikan sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti
menjadi pemakai atau pengedar narkoba.
d.

Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap
penyalahguna, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba perlu diberikan
sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang lain dari
kesalahan yang sama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh, antara lain:
1.Pemerintah disamping berkewajiban menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
kesehatan dan ilmu pengetahuan, juga bertanggungjawab dalam pengendalian peredaran
psikotropika agar tidak disalahgunakan.
2.Terdapat berbagai instrumen hukum internasional yang mengatur tentang narkotika dan
psikotropika. Berbagai instrumen hukum internasional tersebut telah diratifikasi ke dalam sistem
hukum nasional Indonesia.
3.Berdasarkan UU RI No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, terdapat empat golongan
psikotropika, yaitu psikotropika golongan I, II, III, dan IV. Penggolongan tersebut berubah
dengan diundangkannya UU RI No 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dimana berdasarkan
undang-undang tersebut psikotropika golongan I dan II masuk ke dalam Narkotika golongan I.
4.Terdapat berbagai efek dari penyalahgunaan psikotropika, yaitu depressant, hallucinogen, dan
stimulant.

16

5.Penyalahgunaan psikotropika berpotensi menimbulkan berbagai gangguan fisik, psikis, dan


sosial bagi penyalahguna.

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikotropika
http://www.g-excess.com/pengertian-psikotropika-dan-penjelasannya.html
http://sejaraaah.blogspot.co.id/2013/04/zat-adiktif-dan-psikotropika.html
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50f7931af12dc/keterkaitan-uu-narkotika-dengan-

uu-psikotropika
5. http://knightenfy.blogspot.co.id/
6. http://taatresdianto.com/2014/01/05/psikotropika/

17

Anda mungkin juga menyukai