Anda di halaman 1dari 13

KABINET REPUBLIK INDONESIA

1945 1959

Disusun oleh :
Tiara Ilma Shafrinda (34/XII IPA 3)

SMA NEGERI 1 KLATEN


2016/2017

A. Periode 1945-1949
1. Presidensial ( 2 September 1945 14 November 1945 )
a. Presiden : Ir. Soekarno
b. Catatan :
- 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta
diboncengi oleh NICA.
- Pertempuran Melawan Sekutu dan NICA
a. Peristiwa 10 November, di daerah Surabaya dan sekitarnya.
b. Palagan Ambarawa, di daerah Ambarawa, Semarang dan sekitarnya.
c. PerjuanganGerilya
Jenderal
Soedirman,
meliputi Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
d. Bandung Lautan Api, di daerah Bandung dan sekitarnya.
e. Pertempuran Medan Area, di daerah Medan dan sekitarnya.
f. Pertempuran Margarana, di Bali
g. Serangan Umum 1 Maret 1949, di Yogyakarta
h. Pertempuran Lima Hari Lima Malam, di Palembang
i. Pertempuran Lima Hari, di Semarang
- 5 Oktober 1945 telah dibentuk badan kemiliteran nasional yaitu Tentara
Kemanan Rakyat (TKR)
- Panglima T.K.R pertama yaitu Soedirman, baru terpilih pada tanggal 12
November 1945 secara aklamasi dalam konperensi T.K.R di Yogyakarta.
- Sidang pertama Komite Nasional Indonesia Pusat di Jakarta tanggal 16
Oktober 1945
- Maklumat Wakil Presiden No.X tentang pemberian kekuasaan legislatif
kepada KNIP
- Sebagai ketua Badan Pekerja KNIP, Syahrir mengajukan maklumat
KNIP no.5 tanggal 11 November 1945 yang isinya pembentukan kabinet
dengan susunan menteri yang bekerja kolektif yang dipimpin Perdana
Menteri. Perdana Menteri ditunjuk oleh Kepala Negara. Format itu
terpaksa disetujui Presiden Soekarno.
2. Sjahrir I ( 14 November 1945 12 Maret 1946 )
a. Perdana Menteri : Soetan Sjahrir
b. Catatan :
- Proses selanjutnya, pada tanggal 14 November 1945 terbentuk Kabinet
R.I kedua yang berbetuk kabinet ministerial dan sekaligus sebagai
kabinet pertama dalam sistem parlementer dengan Syahrir sebagai
Perdana Menteri.
- Ir
Soekarno
menolak
dasar
rencana
Belanda,
sebaliknyaSjahrir mengumumkan pada tanggal 4 Desember 1945 bahwa
pemerintahnya
menerima
tawaran
ini
dengan
syarat
pengakuan Belandaatas Republik Indonesia.
- Dari sistem Presidensiil menjadi sistem Parlementer memungkinkan
perundingan antara pihak RI dan Belanda
- Kebijakan politik Kabinet Sjahrir memunculkan politik luar negeri yang
dikenal sebagai Politik Diplomasi. Dengan Inggris dan Belanda, politik
tersebut menghasilkan perjanjian Linggarjati.
- Ibukota dipindah ke Yogyakarta Pada tanggal 4 Januari 1946, Soekarno
dan Hatta pindah ke Yogyakarta sekaligus memindahkan ibukota

Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta karena keadaan Jakarta yang dirasa


semakin gawat akibat serangan dari NICA.
- Partai Persatuan Perjuangan(PP) dengan cepat menjelma menjadi oposisi
yang menyerap banyak kekuatan massa. Program kabinet yang saling
berbenturan secara keras. Tekanan ini membuat Syahrir tidak
kuat mempertahankan kabinet yang cenderung tidak memiliki mayoritas
suara. Menyadari terjangan gelombang yang sangat kuat dari oposisi,
Syahrir menyerahkan mandatnya sebagai Perdana Menteri kepada
Soekarno pada 23 Februari dan secara resmi kabinet Sjahrir I bubar pada
28 Februari dalam rapat pleno KNIP di Surakarta.
3. Sjahrir II ( 12 Maret 1946 2 Oktober 1946 )
a. Perdana menteri : Soetan Sjahrir
b. Catatan :
- Soekarno meminta pihak oposisi (PP) untuk membentuk kabinet baru.
- PP dinilai tidak dapat membentuk kabinet baru maka Sjahrir kembali
membentuk kabinet Sjahrir II
- Sejak 13 Maret Sjahrir memberikan memberikan konsepsi kepada Van
Mook bahwa Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia seratus
persen, seperti yang diinginkan oposisi. Namun Van Mook tidak
mengindahkan tuntutan itu dan hanya mengakui wilayah Indonesia atas
Sumatra, Jawa, dan Madura. Sjahrir setuju sehingga rancangan tersebut
di bawa ke Hoge Veluwe
- Namun hasil keputusan tersebut dipresepsikan berbeda oleh kalangan
oposisi yang merujuk pada penculikan sjahrir
- 27 Juni 1946 Penculikan Sjahrir karena dicap sebagai penghianat yang
menjual tanah air kepada musuh
- 28 Juni 1946 mengambil alih pemerintahan ( pidato di radio Yogyakarta)
Ir Soekarno mengeluarkan maklumat no 1 tahun 1946 yang isinya
mengambil alih kekuasaan pemerintah.
- 3 Juli 1946 Sjahrir dibebaskan dari penculikan
- PP ditumpas dan tokoh-tokohnya dipenjarakan (berguna sebagai
kelangsungan perundingan linggarjati)
4. Sjahrir III ( 2 Oktober 1946 3 Juli 1947 )
a. Perdana Menteri : Soetan Sjahrir
b. Catatan :
- Selanjutnya maklumat tersebut dicabut dengan maklumat no 2 tahun
1946, dibentuklah kabinet Sjahrir III.
- Dwitunggal Soekarno-Hatta mendukung kebijakan kabinet sjahrir antara
lain menguasai sidang KNIP 25 Februari 1947 guna meratifikasi
perjanjian linggarjati, melalui penambahan 500 anggota lebih. sehingga
persetujuan linggarjati dapat ditandatangani di jakarta 25 Maret 1947
- Desember 1946 Februari 1947 peristiwa pembantaian westerling
pembunuhan ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan dilakukan oleh
pasukan Belanda
- Mei 1947 Proklamasi Negara Pasundan
- 8 Juni Sjahrir menyetujui adanya pemerintahan sementara yang
dimaksudkan Belanda dan 12 hari kemudian menerima staf khusus wakil
Belanda. Keputusan Sjahrir dilakukan setelah berunding dengan A. K.

Gani, Natsir, Abdulmajid. mereka kemudian datang ke yogyakarta ,


ternyata apa yang mereka lakukan tidak sesuai yang diprediksi. mereka
mendatangi tokoh sayap kiri yang anti thd sjahrir. mereka malah
menusuk Sjahrir dari belakang. Melihat tangan kanannya sudah tidak
sesuai kemauan Sjahrir memutuskan untuk menaruh jabatanya.
5. Amir Sjarifudin I ( 3 Juli 1947 11 November 1947 )
a. Perdana Menteri : Amir Sjarifudin
b. Catatan :
- Soekarno menunjuk Amir untuk membuktikan kepiawaiannya
mengusung kabinet dan menjalankan pemerintahannya. Presiden
menuntut perdana menteri yang baru untuk membentuk kabinet koalisi
antara PS, PNI, Masyumi, dan PBI. Tetapi gagal. Amir membentuk
kebinet sesuai kemampuannya.
- Kartosuwiryo menolak tawaran untuk duduk dikabinet Amir ini. karena
Kartosuwiryo melihat Amir ingin membawa politik indonesia ke arah
komunis.
- Menteri pertahanan juga masih dipegang oleh Amir
- Belanda melaksanakan ekspansi militernya, dimulai sejak 20 July 1947
tengah malam ( Agresi Militer I )
- Setelah kontak senjata terjadi selama beberapa hari antara Belanda dan
Indonesia, PBB, mulai menganggap serius kasus ini. Belanda pun belum
sempat menaklukan Yogyakarta, pusat pemerintahan Republik
Indonesia. Hingga pada 4 Agustus instruksi gencatan senjata diumumkan
- sjahrir, yang baru saja mendapat pukulan telak dari para pengikutnya
memutuskan untuk duduk dalam dewan penasihat Presiden. Bersama
Agus Salim, dia mengunjungi beberapa negara dengan tujuan untuk
menunjukkan bahwa Indonesia masih eksis dan sedang melawan
ketidaksportifan mantan kolonisatornya
- Komite Jasa-Jasa Baik PBB tiba di Indonesia pada 27 Oktober
- Komisi Tiga Negara (KTN) dibentuk dan diperankan oleh Belgia,
Australia dan Amerika Serikat sebagai wakil PBB untuk turut serta
dalam perundingan yang dalam waktu dekat akan diselenggarakan.
Pemerintahan Amir pun dituntut untuk mengikuti alur
6. Amir Sjarifudin II (11 November 1947 29 Januari 1948)
a. Perdana Menteri : Amir Sjarifudin
b. Catatan :
- Perundingan resmi digelar di atas kapal angkut Amerika Serikat
bernama Renville yang berlabuh di lepas pantai Jakarta pada 8 Desember
- Pihak Belanda berusaha agar garis pertahanan yang telah berhasil direbut
pada Agresi Militernya dipertahankan. Sedangkan RI meminta agar
tentara Belanda menarik diri ke kedudukan semula sesuai perundingan
Linggarjati. Agenda lainnya adalah ketika persoalan pembentukan
Republik Indonesia Serikat. Belanda mengusulkan agar bahwa RI adalah
salah satu negara bagian disamping Negara Sumatera, Negara Indonesia
Timur, Negara Pasundan dan lain-lain. Padahal, hasil salah satu
perundingan Linggarjati adalah bahwa RIS adalah pemerintahan
sementara (interim government) yang dibawahi oleh RI dan Belanda.

Saat perundingan berjalan, Belanda seakan mengancam secara halus


apabila konsesi-konsesi yang ditawarkan tidak diindahkan, maka mesiu
yang selanjutnya bicara. Amerika Serikat pun tidak akan mendukung
Indonesia apabila menolak penawaran Belanda. Amir berdiri terjepit.
Pada akhirnya pada 17-19 Januari 1948, PerundinganRenville selesai
dan kesepakatan disetujui.
- PNI dan Masyumi menilai Amir membawa pulang kekalahan yang
sangat merugikan. Tidak bedanya dengan Sjahrir, Amir pun ditikam dari
belakang oleh rekan-rekannya sendiri. PNI dan Masyumi menarik
perwakilannya dari jajaran kabinet pemerintahan. Itu berarti Amir tidak
lagi mendapat suara mayoritas dari Parlemen. Koalisi hancur, kabinet
menjadi lumpuh dan Amir membubarkan kabinetnya
7. Hatta I (29 Januari 1948 4 Agustus 1949)
a. Perdana menteri : Mohammad Hatta
b. Catatan :
- Dengan pengunduran Amir, dia mengharapkan munculnya kabinet baru
yang beraliran komunis untuk menggantikan posisinya. Harapan itu
menjadi buyar ketika Soekarno berpaling ke arah lain dengan menunjuk
Hatta untuk memimpin suatu 'kabinet presidentil' darurat (1948-1949),
dimana seluruh pertanggungjawabannya dilaporkan kepada Soekarno
sebagai Presiden.
- Dengan terpilihnya Hatta, dia menunjuk para anggota yang duduk dalam
kabinetnya mengambil dari golongan tengah, terutama orang-orang PNI,
Masyumi, dan tokoh-tokoh yang tidak berpartai. Amir dan kelompoknya
dari sayap kiri kini menjadi pihak oposisi. Dengan mengambil sikap
sebagai oposisi tersebut membuat para pengikut Sjahrir mempertegas
perpecahan mereka dengan pengikut-pengikut Amir dengan membentuk
partai tersendiri yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada bulan
Februari 1948, dan sekaligus memberikan dukungannya kepada
pemerintah Hatta.
- Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Belanda tetap
saja tidak mau mengakui kelahiran negara indonesia. Dan Belanda pun
membuat negara boneka yang bertujuan mempersempit wilayah
kekuasaan Republik Indonesia. Negara boneka tersebut dipimpin oleh
Van Mook. Dan Belanda mengadakan konferensi pembentukan Badan
Permusyawaratan Federal(BFO) 27 Mei 1948.
- Selain membahas aspek-aspek mendasar hingga teknis perencanaan
membangun dan membentuk RIS, Konferensi Intern-Indonesia juga
digunakan sebagai konsolidasi internal menjelang digelarnya Konferensi
Meja Bundar yang dimulai pada 23 Agustus 1949.
8. Darurat ( 19 Desember 1948 13 Juli 1949)
a. Ketua PDRI : S. Prawiranegara
b. Catatan :
- Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan
serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta
penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh
lainnya.
Jatuhnya
ibu
kota
negara
ini
menyebabkan

dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang


dipimpin olehSjafruddin Prawiranegara.
jika ikhtiar Sjafruddin gagal, maka mandat diberikan kepada
Mr. A.A.Maramis untuk mendirikan pemerintah dalam pengasingan
di New Delhi, India
Kabinet mengadakan sidang kilat. Dalam sidang itu diambil keputusan
bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota agar dekat dengan
Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik dapat
diadakan
Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada
tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara secara besarbesaran yang direncanakan dan dipersiapkan berdasarkan instruksi dari
Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia
internasional bahwa TNI - berarti juga Republik Indonesia - masih ada
dan cukup kuat
Perjanjian Roem-Royen dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan
akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949
Hasil pertemuan ini adalah bahwa seluruh angkatan bersenjata Indonesia
akan menghentikan semua aktivitas gerilya, pemerintah Republik
Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar,pemerintahan
Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta dan angkatan bersenjata
Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan
semua tawanan perang.
Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan
keputusan yaitu, kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara
utuh dan tanpa syarat sesuai dengan Perjanjian Renville pada
1948, Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan
dengan dasar sukarela dan persamaan hak, Hindia Belanda akan
menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia.
Setelah Perjanjian Roem-Royen, M. Natsir meyakinkan Prawiranegara
untuk datang ke Jakarta, menyelesaikan dualisme pemerintahan RI, yaitu
PDRI yang dipimpinnya, dan Kabinet Hatta, yang secara resmi tidak
dibubarkan.
Setelah Persetujuan Roem-Royen ditandatangani, pada 13 Juli 1949,
diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden
Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Pada sidang tersebut,
Pemerintah Hatta mempertanggungjawabkan peristiwa 19 Desember
1948. Wakil Presiden Hatta menjelaskan 3 soal, yakni hal tidak
menggabungkan diri kepada kaum gerilya, hal hubungan Bangka dengan
luar negeri dan terjadinya Persetujuan Roem-Royen.
Pada sidang tersebut, secara formal Syafruddin Prawiranegara
menyerahkan kembali mandatnya, sehingga dengan demikian, M. Hatta,
selain sebagai Wakil Presiden, kembali menjadi Perdana Menteri.
Setelah serah terima secara resmi pengembalian Mandat dari PDRI,
tanggal 14 Juli, Pemerintah RI menyetujui hasil Persetujuan Roem-

Royen, sedangkan KNIP baru mengesahkan persetujuan tersebut


tanggal 25 Juli 1949.
9. Hatta II ( 4 Agustus 1949 20 Desember 1949 )
a. Perdana menteri : Mohammad Hatta
b. Catatan :
- Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 2
November 1949 di Den Haag, Belanda. Hasil dari KMB adalah:
Penyerahterimaan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia, kecuali
Papua bagian barat.Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia
Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan
Papua bagian barat negara terpisah karena perbedaan etnis.Konferensi
ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu pasal 2
menyebutkan bahwa Papua bagian barat bukan bagian dari serahterima,
dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan Belanda
sebagai kepala negara.
Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia
Serikat.
- Untuk menjadi RIS , KNIP dan DPR mengadakan sidang di Jakarta.
Sidang tersebut berhasil menyetujui naskah konstitusi untuk RIS yang
dikenal sebagai UUD RIS. Pada tanggal 16 Desember 1949 diadakan
sidang pemilihan Presiden RIS di Gedung Kepatihan, Yogyakarta oleh
wakil dari enam belas negara bagian.
B. Periode 1949-1950
1. RIS ( 20 Desember 1949 6 September 1950 )
a. Perdana Menteri : Mohammad Hatta
b. Catatan :
- Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949
- Pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presiden,
dengan Hatta sebagai Perdana Menteri. Mereka membentuk Kabinet
Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah dibentuk seperti
republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara yang memiliki
persamaan persekutuan dengan Kerajaan Belanda
- Gerakan Angakatan Perang Ratu Adil (APRA)
- Pemberontakan Andi Azis
- Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
- RIS dihadapkan pada persoalan keuangan Negara. Sesuai dengan hasil
keputusan KMB bahwa Repulik harus menanggung semua hutang, baik
hutang dalam negeri maupun hutang luar negeri yang merupakan
warisan dari pemerintah Hindia-Belanda.
- Sebagian besar negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung
untuk terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hanya
dua orang saja yang mendukung sistem federal yaitu Sultan Hamid II
dan Anak Agung Gede Agung.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI
untuk mempersiapkan prosedur pembentukkan negara kesatuan. Pihak
RIS diwakili oleh Mohammad hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul

Halim. Pertemuan tersebut sepakat untuk mendirikan NKRI.UUD NKRI


dirancang oleh panitia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soepomo.UUD
NKRI mengandung unsur UUD 1945 dan UUD RIS.Pada tanggal 14
Agustus 1950, rancangan UUD NKRI disetujui oleh parlemen RIS serta
KNIP.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani
Rancangan Undang-Undang dasar NKRI menjadi UUD 1950.Pada
tanggal 17 Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan dan dibentuk NKRI
dengan UUDS 1950 sebagai konstitusinya.
C. Periode 1950-1959
1. Natsir ( 6 September 1950 2 April 1951)
a. Perdana menteri : Mohammad Natsir
b. Catatan :
- Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai
Masyumi.
Keberhasilan :
-

Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial


ke ekonomi nasional.
Indonesia masuk PBB.
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama
kalinya mengenai masalah Irian Barat

Masalah-masalah :
-

Pada penerapan Sumitro Plan, pengusaha nasional diberi bantuan kredit,


tetapi bentuan itu diselewengkan penggunaannya sehingga tidak
mencapai sasaran.
Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami
jalan buntu (kegagalan).
Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan
hampir di seluruh wilayah Indonesia,
Seringnya mengeluarkan Undang Undang Darurat yang mendapat
kritikan dari partai oposisi.

Kegagalan :
-

Kegagalan kabinet dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.


Adanya Mosi tidak percaya dari PNI tentang pencabutan peraturan
pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS, Mosi tersebut disetujui
parlemen sehingga mandat kabinet harus dikembalikan kepada Presiden.
2. Sukiman-Suwirjo (27 April 1951 3 April 1952 )
a. Perdana menteri : Sukiman Wiryosanjoyo
b. Catatan :
- Kabinet ini merupakan kabinet koalisi antara partai Masyumi dan partai
PNI.
Keberhasilan :

Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, dari


program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya
diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.

Masalah :
-

Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia


Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Dimana
dalam Mutual Security Act (MSA) terdapat pembatasan kebebasan
politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan
Amerika. Tindakan tersebut dipandang telah melanggar politik luar
negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat.
Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang
terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barangbarang mewah.
Masalah Irian Barat belum juga teratasi.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang
tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.

Kegagalan :
-

Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman


sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR
akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.

3. Wilopo ( 3 April 1952 30 Juli 1953 )


a. Perdana menteri : Wilopo
b. Catatan :
- Kabinet ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam biangnya).
Masalah :
-

Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga


barang-barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus
meningkat.
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang
banyak terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga
membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang
mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa
ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak
seimbang.
Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952, yang merupakan upaya pemerintah
untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak
senang dikalangan partai politik sebab dipandang akan membahayakan
kedudukannya. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang

menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan


keamanan di Sulawesi Selatan.
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai bentrokan antara aparat
kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan
di Sumatera Timur (Deli) karena sesuai dengan perjanjian KMB
pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia
dan memiliki tanah-tanah perkebunan.

Kegagalan :
-

Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari


Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.
4. Ali Sastroamidjojo ( 30 Juli 1953 12 Agustus 1955 )
a. Perdana menteri : Ali Sastroamidjojo
b. Catatan :
- Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Keberhasilan :
-

Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan


diselenggarakan pada 29 September 1955.
- Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
- Masalah :
- Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat
terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
- Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 yaitu suatu peristiwa yang menunjukkan
adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI AD yang
merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng
sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui
oleh kabinet.
- Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan
inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.
- Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
- Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU
memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20
Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
- Kegagalan :
- NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan
dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan
mandatnya pada presiden.
5. Burhanudin Harahap ( 12 Agustus 1955 24 Maret 1956 )
a. Perdana menteri : Burhanudin Harahap
b. Catatan :
Keberhasilan:
- Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September
1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27
partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.

Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan


pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
- Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang
dilakukan oleh polisi militer.
- Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet
Burhanuddin.
- Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat
Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober
1955.
Masalah :
- Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap
menimbulkan ketidaktenangan.
Kegagalan :
- Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap
selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap
kabinet sehingga cabinet pun jatuh.
6. Ali Sastriamijojo II ( 24 Maret 1956 9 April 1957 )
a. Perdana menteri : Ali Sastriamijojo
b. Catatan :
- Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan
NU.
Keberhasilan :
-

Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak
dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan
seluruh perjanjian KMB.

Masalah :
-

Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.


Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan
mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan.
Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat
dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya
mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Sehingga
muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.
Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi
menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai
tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan
mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.

Kegagalan :
-

Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil


Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
7. Djuanda ( 9 April 1957 10 Juli 1959)
a. Perdana menteri : Djuanda
b. Catatan :

Kabinet ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya). Dibentuk karena Kegagalan konstituante
dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950 dan
terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.

Keberhasilan :
-

Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi


Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial.
Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan
menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam
masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk
menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
Mengadakan Musyawarah
Nasional (Munas)
untuk
meredakan
pergolakan di berbagai daerah.
Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah
krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik

Masalah :
-

Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah


semakin meningkat yang menyebabkan hubungan pusat dan daerah
menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program
pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai
puncaknya.
Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan
terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini pada tanggal 30
November 1957 dan menyebabkan keadaan negara semakin memburuk
karena mengancam kesatuan negara.

Kegagalan :
-

Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli


1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin
Daftar Pustaka

http://sejarahkita.blogspot.co.id/2006/03/sjahrir-dan-kabinetnya_03.html
http://blognyaalvinoszta.blogspot.co.id/2010/07/sejarah-indonesia-1945-1949.html
http://www.idsejarah.net/2014/10/kabinet-syahrir-ii-13-maret-1946-2.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1945%E2%80%931949)
http://kiteklik.blogspot.co.id/2011/05/sistem-pemerintahan-indonesia-1945-1959.html
http://www.idsejarah.net/2014/10/kabinet-syahrir-iii-2-oktober-1946-27.html
https://bimowiwoho.wordpress.com/2013/10/17/masa-kabinet-amir-syarifuddin/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Darurat_Republik_Indonesia

http://dellasejarah.blogspot.co.id/2010/10/indonesia-masa-1949-1950.html
http://indonesiakumembanggakan.blogspot.co.id/2014/08/7-kabinet-indonesia-pada-masademokrasi.html
http://amru-milicevic.blogspot.co.id/2011/10/kabinet-kabinet-yang-memerintah-selama.html
http://fikaisman.blogspot.co.id/2011/01/indonesia-pada-masa-demokrasi-liberal.html

Anda mungkin juga menyukai